Anda di halaman 1dari 2

Angin Dingin dan Lumpuh Wajah

Selasa, 27 Maret 2007

Angin dingin membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar.

''Cepetan lama sekali, nanti telat,'' ujar Agus (23 tahun) kepada teman kuliahnya Bambang. Sejak
semester satu, Bambang dijuluki Mr telat oleh Agus. Karena, rutinitas Bambang menggunakan syal,
sarung tangan, dan helm tertutup saat akan menggunakan motor membuat Agus selalu menunggu
Bambang.

Tindakan Mr telat itu ternyata sangat penting. Karena, rupanya terpaan angin yang terus menerus
menampar bagian wajahnya ketika mengendarai motor berpotensi mengakibatkan kelumpuhan
wajah atau bell's palsy. Hal itu pula yang dialami Agus. Keengganannya menggunakan helm tertutup
karena gerah membuat dia harus melewati perawatan psioterapi.

Bell's palsy memang sangat erat kaitannya dengan cuaca dingin. Untuk itu, sebaiknya menghindari
terpaan angin secara langsung pada bagian tubuh. ''Orang yang duduk dekat jendela kendaraan,
kereta api, tiduran di atas lantai dengan menempelkan sebelah pipi di lantai berpotensi mengalami
bell's palsy,'' ujar dokter ahli syaraf RS Gatot Subroto, Dr Hardhi Pranata SpS MARS, kepada
Republika, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, orang yang berada di dalam ruangan pun belum tentu terhindar dari potensi penyakit
ini. Bell's palsy juga bisa menyerang orang yang bekerja di ruangan ber AC secara langsung.
Maksudnya, jika AC tersebut memberikan hawa dingin secara merata tidak perlu dikhawatirkan.
Namun, jika angin yang ditimbulkan AC hanya terpusat pada satu tempat, itu bisa menimbulkan
penyakit tersebut.

Penyebab bell's palsy, kata Hardhi, yakni angin yang masuk ke dalam tengkorak atau foramen stilo
mastoideum. Angin dingin ini membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar.
Pembengkakan syaraf nomor tujuh atau nervous fascialis ini mengakibatkan pasokan darah ke syaraf
tersebut terhenti. Hal itu menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar impuls atau
rangsangnya terganggu. Akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat
diteruskan. ''Syaraf nomor tujuh ini terjepit hingga akhirnya kelumpuhan terjadi.''

Bell's palsy diambil dari nama Sir Charles Bell, dokter dari abad 19 yang pertama menggambarkan
kondisi ini dan menghubungkan dengan kelainan pada syaraf wajah. Meski namanya unik, penyakit
ini akan mengganggu secara estetika ataupun fungsi pada wajah. Artinya muka yang terlihat cantik
dan bagus di depan kaca itu tidak terjadi dengan sendirinya. Karena, bila salah satu saja syarafnya
minta istirahat, maka proporsi wajah menjadi tidak seimbang. Jika tidak ditangani maka akan terjadi
kecacatan dengan muka mupeng atau penyok.

Pasien bell's palsy yang sudah parah akan mengalami perubahan bentuk wajah menjadi penyok,
bicara tidak jelas, fungsi lidah terganggu terutama saat mengucapkan huruf konsonan, dan lain-lain.
Kondisi seperti ini tentunya tidak diinginkan oleh pasien.

Tanda-tanda bell's palsy adalah terjadi asimetri pada wajah , rasa baal/kebas di wajah, air mata tidak
dapat dikontrol dan sudut mata turun. Selain itu, tanda lainnya adalah kehilangan refleks
konjungtiva sehingga tidak dapat menutup mata, rasa sakit pada telinga terutama di bawah telinga,
tidak tahan suara keras pada sisi yang terkena, sudut mulut turun, sulit untuk berbicara, air menetes
saat minum atau setelah membersihkan gigi, dan kehilangan rasa di bagian depan lidah.

Kasus ini, kata Hardhi, banyak terjadi pada musim dingin. Biasanya yang mengalami adalah lelaki dan
tergolong usia dewasa. ''Mungkin lelaki banyak beraktivitas di luar seperti bekerja,'' cetus dia.

Hardhi menjelaskan, orang yang terkena penyakit ini harus segera dibawa ke dokter. Biasanya pasien
akan mengikuti program fisioterapi selama satu bulan ditambah pemberian sejumlah obat dan
vitamin. Jika penyakit ini dibiarkan, maka akan semakin parah terutama pada bagian mata karena
akan terjadi iritasi pada mata dan otomatis penglihatanpun terganggu. Penyakit ini tidak akan
memicu penyakit lainnya. Namun, jika penderita kelumpuhan wajah mengalami kelumpuhan di
daerah lain seperti tangan atau kaki, maka itu disebut stroke.

Semakin panasnya bumi maka penggunaan AC terus bertambah. Selain itu, pertumbuhan kendaraan
terus berlangsung. Dari data Gaikindo, volume kendaraan baru di DKI Jakarta setiap harinya
mencapai 800-1.200 unit. Itu berarti jika masyarakat kurang menjaga kesehatan dan keamanan,
orang yang berpotensi mengalami bell's palsy semakin banyak. ''Walau penyakit ini bisa
disembuhkan, tapi sebaiknya melakukan pencegahan sebelum terjadi,'' katanya menjelaskan.

Maka, ungkapnya, bagi pengendara motor sebaiknya menggunakan helm full face, dengan kaca yang
dibiarkan tertutup. Sedangkan pengguna kendaraan umum, sebaiknya menghindari kontak langsung
dengan angin. Begitu pun, untuk orang yang bekerja di ruangan ber AC.

Iktisar:

- Bell's palsy diambil dari nama Sir Charles Bell, dokter dari abad 19 yang pertama
menggambarkan kondisi ini dan menghubungkan dengan kelainan pada syaraf wajah.

- Pasien bell's palsy yang sudah parah akan mengalami perubahan bentuk wajah menjadi
penyok, bicara tidak jelas, fungsi lidah terganggu terutama saat mengucapkan huruf konsonan, dan
lain-lain.

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/bellspalsy270307.htm

Anda mungkin juga menyukai