Anda di halaman 1dari 3

Bencana, Menu Pokok Harian Indonesia

Air mata bagaikan arus air sungai yang tak pernah surut dan tak pernah
lelah untuk terus mengalir. Begitu juga semua manusia di dunia ini yang dapat
merasakan perih luka akibat bencana alam yang terjadi. Gempa bumi, tsunami,
angin putting beliung, semua bagaikan sentilan dari alam agar manusia lebih dapat
menyukuri dunia, mencintai alam dan seisinya. Bencana kini menjadi headline
news di berbagai media. Jutaan angka menunjukan jumlah korban yang terenggut
nyawanya karena bencana maha dahsyat.
Pundi-pundi kepedulian pun tak pernah surut dari para dermawan. Mereka
mencoba memperbaiki kehidupan para korban yang porak poranda akibat
bencana. Namun siapa yang tahu jika batin para korban masih amat teramat pedih,
walaupun kehidupan mereka telah tertata dengan apik? Batin yang tersayat karena
duka ditinggal sanak keluarga tercinta. Tak ada yang tahu bagaimana kesedihan
itu terus menggelayuti mereka semasa hidupnya. Bencana menjadi belati bagi
korbannya. Membunuh tanpa pandang bulu. Tak ada kompromi. Bencana
bagaikan momok yang menakutkan kini. Bencana telah membumi, tak pilih kasih,
mana si kaya mana si miskin. Semua dilahapnya.
Gempa bumi menjadi salah satu bencana
alam yang sering melanda tanah air. Baik gempa
vulkanik maupun tektonik. Gempa vulkanik
memang lebih sering terjadi di daerah
Indonesia, khususnya pulau jawa. Masih
terekam jelas gempa vulkanik yang terjadi
Oktober lalu di Jogjakarta yang diakibatkan oleh aktivitas Gunung Merapi telah
merenggut ratusan korban jiwa. Di saat Merapi mulai menunjukkan amarahnya,
tak ada lagi yang bisa menaklukan amarahnya yang sudah memuncak.
Abu vulkanik, muntahan material, awan panas telah menandakan adanya
kemarahan yang bergejolak dalam Gunung Merapi. Korban mulai berjatuhan.
Berlarian mencoba untuk menyelamatkan diri. Abu panas menjadi salah satu hal
yang ditakuti warga. Begitu banyak warga yang terluka akibat abu vulkanik
panas. Luka bakar di sekujur tubuh mereka. Rengekan anak-anak kecil karena
gelisah semakin membahana tatkala para orang dewasa semakin panik dengan
kondisi gunung yang semakin mengkhawatirkan. Semua menangis, khawatir bila
merapi akan semakin membahayakan nyawa mereka.
Dampak dari letusan ini tidak hanya
dirasakan oleh masyarakat Magelang tempat
Gunung Merapi berada. Masyrakat Purworejo
pun juga merasakannya. Sekolah di liburkan.
Beberapa instasi juga di non-aktifkan. Toko-toko
ditutup karena abu vulkanik yang menutupi
hampir seluruh kota. Semua terlihat bagaikan televisi jaman dulu. Tak ada warna
selain abu-abu di jalanan, warna langit yang kekuningan menjadi hiburan bagi
semua orang. Tragedi Merapi telah mengukirkan kepedihan di hati beberapa
masyarakat. Khususnya yang telah menjadi korban dalam amukan amarah gunung
merapi.
Masih terekam jelas pula bencana alam yang
terjadi hampir bersamaan dengan bencana
Gunung Merapi. Tsunami di Mentawai. Terjadi
karena adanya gempa tektonik sebesar 7,2 skala
richter yang menyebabkan Tsunami. Ratusan
korban jiwa dinyatakan tewas. Ratusan lainnya ada yang selamat ada pula yang
tidak diketahui keberadaanya. Lagi-lagi bencana membuat luka bagi Ibu Pertiwi.
Belum lagi duka akan bencana letusan Gunung Merapi mereda, duka lain datang
dari daerah Sumatera Barat, Mentawai, yang dihantam ombak besar di seluruh
bagian pulau. Tak henti-hentinya duka
menyelimuti tanah air yang sangat kita
cintai ini. Semua menangis, semua berduka,
karena bencana yang tidak pernah surut.
Kini semua bencana menjadi sahabat bagi
kita, telah menjadi suatu rutinitas. Sudah begitu banyak bencana yang melanda
Indonesia, banyak korban, banyak kerugian.
Semua bencana yang terjadi mengakibatkan beberapa kerugian bagi
bangsa kita. Mentawai yang memiliki pantai indah dengan ombak yang
bersahabat kini tak lagi dapat kita nikmati. Para wisatawan sudah tutup buku
semenjak adanya tsunami yang melanda Mentawai. Begitu nelangsanya nasib
bangsa ini. Belum lagi akibat letusan Gunung Merapi menimbulkan banjir lahar
dingin ketika hujan. Banyak jalanan terputus, jembatan jebol akibat lahar dingin
dari lereng gunung ketika hujan deras mengguyur puncak gunung. Korban
kembali berjatuhan. Tak dapat kita hindari semua bencana yang terjadi di negeri
kita yang kita cintai ini. Bencana adalah sebuah peringatan dari Tuhan, betapa
besar kekuasaan-Nya. Kita harus senantiasa menyukuri apa yang ada. Menjaga
bumi dan melerestarikannya. Agar alam tak kembali marah atau sering marah
kepada penghuni-penghuninya.

Anda mungkin juga menyukai