Teori Dasar
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsang).
Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
(Adriautami, 2010).
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-
depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin (Katzung, 2002).
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem
saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,
cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak
dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit
diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang
ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh
penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang
dapat merangsang SSP disebut analeptika (Katzung, 2002).
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
• merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
• menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung
memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang
belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas
(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok
obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus
mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas (Tan, et.al.,
1991).
KAFEIN
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji
kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar.
Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C 8H10N8O2 dan pH 6.9
(larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap
kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya
seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping
berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung
tak berarturan (tachycardia) (Hermanto, 2007).
Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam
sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan aktifitas otot, serta
perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk
menghasilkan energi ekstra (Erlangga, 2010).
DIAZAPEAM
Erlangga, F. 2010. Efek Kafein Pada Tubuh. Available online at: http://www.fritz-
erlangga.co.cc/article/categories/kesehatan/efek_kafein_pada_tubuh.html.
[Diakses pada tanggal 22 April 2011].
Tan, Hoan, Tjay dan Raharja, 1991. Obat-obat Penting,Edisi Keempat. Erlangga.
Jakarta.