PENDAHULUAN
janin dapat hidup di luar kandungan. Batasan abortus adalah pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.1
kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Aborsi merupakan salah satu penyebab kematian ibu, dimana muncul dalam bentuk
memprihatinkan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku
pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk diri pelaku
mapun pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena aborsi menyangkut norma
Angka aborsi tak aman di dunia diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 20
juta kasus, 26% dari jumlah tersebut tergolong legal dan lebih 70.000 aborsi tak aman
di negara berkembang berakhir dengan kematian ibu. Adapun fakta mengenai aborsi
tidak aman di indonesia, diperkirakan rata-rata per tahun sebanyak 2 juta kasus,
1
Fakta mengenai aborsi akhir-akhir ini menunjukkan jumlah yang cukup
aborsi per 1000 perempuan usia 15-49 tahun, atau 43 aborsi per 100 kelahiran hidup,
sekitar 100-500 negara adalah adanya larangan aborsi dengan alasan apapun di
pasal 346-3497 dan Undang-Undang Kesehatan nomor 23/1992 pasal 15 ayat 1 dan
2.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Aborsi
sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batasan umur kandungan 28
minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram.2,5 Definisi ini
sekarang telah berubah sehingga lama kehamilan untuk istilah aborsi adalah kurang
2. Klasifikasi aborsi
perlakuan tenaga medis, melalui operasi atau penggunaan RU486 atau beberapa
terapi lainnya.
aborsi:5
3
2. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang
cacat.
lain.
3.Metode-Metode Aborsi
Trimester Pertama :
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan
metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan
usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam
rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan
tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil
penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin
terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan
4
kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari
robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang
tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan
komplikasi paska-aborsi.
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk
memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping
dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang
penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi.
Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita
menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim
3. Pil RU 486
menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani
dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya
3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa
5
dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat,
penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan
vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini,
maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada
kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini
terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan
wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi
30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum,
atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga 5 hari
kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka
operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius
dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian,
1995. Seorang wanita diketahui hampir meninggal setelah kehilangan separuh dari
volume darahnya dan akhirnya memerlukan operasi darurat. Efek jangka panjang dari
6
RU 486 belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa alasan yang dapat dipercaya
gencar mempromosikan aborsi tanpa prosedur operasi- mengatakan aspirin jauh lebih
adalah proses yang sangat sederhana dan mudah. Cukup menelan pil dan semuanya
selesai.
Pil aborsi RU-486, sejauh ini hanya bisa didapatkan di klinik dan rumahsakit.
Namun kelompok pro-aborsi menghendaki obat ini bisa disediakan dengan bebas di
rumah-rumah.
Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan
ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat
sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk
selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta.
Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim penyanggah hidup' untuk janin
yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta
7
membuang karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga
tanda pada korpus luteum untuk terus memproduksi hormon progesteron yang
dan menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin
menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin
wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini
terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya
penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan
kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin dapat gugur kapan saja - di
rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang
kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak
mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter
yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX
karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak
dapat diprediksi.
Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit,
diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum
tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam
8
bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang
berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, "kematian
pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX", dan pabrik itu
menyarankan agar hanya para dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan
tentang terapi antimetabolik saja yang boleh menggunakan MTX. Meski para dokter
aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-efek samping MTX dan mengatakan
MTX dosis rendah baik untuk digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi
lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga
tertera peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah.
Trimester Kedua:
Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24 minggu. Metode
ini sejenis dengan D&C, hanya dalam D&E digunakan tang penjepit (forsep) dengan
ujung pisau tajam untuk merobek-robek janin. Hal ini dilakukan berulang-ulang
hingga seluruh tubuh janin dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia kehamilan ini
tengkorak janin sudah mengeras, maka tengkorak ini perlu dihancurkan supaya dapat
tulang-tulang yang runcing mungkin dapat menusuk dinding rahim dan menimbulkan
luka rahim. Pendarahan mungkin juga terjadi. Dr. Warren Hern dari Boulder,
Colorado, Amerika Serikat, seorang dokter aborsi yang sering melakukan D&E
mengatakan, hal ini sering membuat masalah bagi karyawan klinik dan menimbulkan
kekuatiran akan efek D&E pada wanita yang menjalani aborsi. Dokter Hern juga
9
melihat trauma yang terjadi pada para dokter yang melakukan aborsi, ia mengatakan,
"tidak dapat disangkal lagi, penghancuran terjadi di depan mata kita sendiri.
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat
kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum
dikeluarkan, diganti dengan larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai
bernafas, menelan garam dan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin
terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati. Kira-
kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan
melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97%
dari wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah
suntikan diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada
tak terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan hebat dan efek
samping serius pada sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau
kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah.
3. Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai
adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus
dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai
10
hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam
teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-
pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua
adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim.
dinding rahim.
4.Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam
proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban
waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga
garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk
memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi
janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup.
Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang
tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa
Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan lewat
jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu,
mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit)
11
dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin
ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam
keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala
bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot
dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan
dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar.
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi
bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko
tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.
Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian
Abortus telah dilakukan oleh manusia berabad-abad, tetapi selama itu belum
ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus. Ada 3 aturan abortus
alasan apapun, abortus adalah tindakan melanggar hukum. Sampai saat ini masih
diterapkan.
12
2. Undang-Undang RI No.7 Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi penghapusan
tindakan pengguguran kandungan. Bahkan sejak awal seseorang yang akan men
jalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan sumpah dokter indonesia yang
dimana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari
pembuahan.6
kandungan tersebut terdapat pada Pasal 346, 347, 348, 349 dan 350 KUHP. Menurut
ketentuan yang tercantum dalam Pasal 346, 347, dan 348 KUHP tersebut, abortus
2. Membunuh kandungan (de dood van de vrucht veroorken atau vrucht doden)
Dari pasal 299, pasal 346, pasal 347, pasal 348, pasal 349, dan pasal 535
13
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara
dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
praktek dicabut.
Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 80: barang siapa
dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan penajar paling lama 15 tahun pidana dan denda paling banyak
Rp.500.000.000,00.6
terjadi membahayakan ibunya atau alasan kondisi janin cacat (aborsi provokatus
karena adanya vonis dari dokter terhadap kesehatan dan keselamatan nyawanya
ataupun bayinya. Jenis aborsi ini secara hukum dibenarkan dan mendapat
perlindungan hukum sebagaimana telah diatur dalain pasal 15 ayat (1) dan (2)
14
Undang Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992. Ada beberapa hal yang dapat
dicermati dari jenis aborsi ini yaitu bahwa temyata aborsi dapat dibenarkan secara
hukum apabila dilakukan dengan adanya pertimbangan medis. Dalam hal ini berarti
dokter atau tenaga kesehatan mempunyai hak untuk melakukan aborsi dengan
tindakan medis (aborsi) sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
pertimbangan tim ahli. Aborsi tersebut dapat dilakukan dengan persetujuan dari ibu
hamil yang bersangkutan atau suami atau keluargnya. Hal tersebut berarti bahwa
apabila prosedur tersebut telah terpenuhi maka aborsi yang dilakukan bersifat legal
atau dapat dibenarkan dan dilindungi secara hukum. Dengan kata lain vonis medis
oleh tenaga kesehatan terhadap hak reproduksi perempuan bukan merupakan tindak
medis sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 15 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 tahun 1992, aborsi jenis ini disebut dengan aborsi provokatus
kriminalis. Artinya bahwa tindakan aborsi seperti ini dikatakan tindakan ilegal atau
tidak dapat dibenarkan secara hukum. Tindakan aborsi seperti ini dikatakan sebagai
15
Agar dapat membahas secara detail dan cermat mengenai aborsi provokatus
dengan tindakan aborsi sebagai kejahatan yang ditentukan dalam KUHP. Pasal 346 :
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.” Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 348 : (1)
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun . (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 : Jika seorang dokter,
bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan diterangkan dalam pasal
347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
alasannya diluar alasan medis perempuan tidak boleh melakukan tindakan aborsi.
Kalau dicermati ketentuan dalam KUHP tersebut dilandisi suatu pemikiran atau
paradigma bahwa anak yang masih dalam kandungan merupakan subjek hukum
16
sehingga berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum. Juga apabila dilihat dari
aspek hak asasi manusia bahwa setiap orang berhak untuk hidup maupun
dikualifikasikan sebagai tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Dengan kata
lain paradigma yang digunakan adalah paradigma yang mengedepankan hak anak
(pro life). Oleh karena itu dalam KUHP tindakan aborsi dikualifikasikan sebagai
kejahatan terhadap nyawa. Adapun yang dapat dikenai sanksi pidana berkaitan
sendiri dan juga mereka yang terlibat dalam proses terjadinya aborsi seperti dokter,
menggugurkan atau mempertahankan kehamilan adalah hak mutlak dari ibu yang
mengandung bayi tersebut maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada
bangsa ini. Tindakan aborsi akan sedemikian marak, walaupun dengan alasan
kehamilan merupakan hasil dari hubungan gelap, alasan ekonomi atau profesi,
ataupun perkosaan. Tindakan amoral seperti hubungan gelap yang juga jelas-jelas
ditentang agama akan terus meningkat dengan alasan ‘jika nanti hamil bisa saja
17
Aborsi merupakan fenomena yang terkait erat dengan nilai-nilai sosial budaya
agama yang hidup dalam masyarakat. Dalam konteks Indonesia aborsi lebih condong
sebagai aib sosial daripada manifestasi kehendak bebas tiap individu. Aborsi
merupakan masalah yang sarat dengan nilai-nilai sosial, budaya, agama, dan politik.
Aturan normatif legal formal menolak aborsi meski masih ada ruang untuk hal-hal
Suatu peristiwa atau kejadian mesti ada penyebabnya, ada latar belakang atau
alasannya. Demikian pula halnya dengan aborsi. Kesehatan merupakan faktor yang
kondisi tubuhnya tidak sanggup untuk terus mengandung. Jika kandungan itu tidak
menyelamatkan jiwa si ibu tersebut, maka tidak ada jalan lain selain melakukan
aborsi. Biasanya tindakan ini dilakukan dirumah sakit, dan harus ditentukan apakah
aborsi yang akan dilakukan itu benar-benar untuk menghindarkan ibu dari penyakit
berat atau menghindarkan kematian akibat dari mengadung itu. Untuk menentukan
memberi izin atau menolak suatu aborsi merupakan suatu tanggung jawab yang berat.
penyakit yang diderita, akan tetapi juga pengalaman yang luas dan pengetahuan
banyak mengenai prognosa penyakit dalam kehamilan dan persalinan sehingga dapat
18
5. Komplikasi Aborsi
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia
“tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang.” Ini adalah informasi yang
sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan
karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam risiko
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life
- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
19
- Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
(Sindrom Paska Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
(1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut:
20
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
3.Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu akibat tindakan aborsi
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus
ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks
tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-
hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih
besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi
atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan
hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan
pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum,
maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan
tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan
21
- Pelekatan pada kavum uteri
karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di
beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu
- Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat
bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah
dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
- Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat
besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,
antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi
kehamilan lagi.
- Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah
apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh
22
ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan
diare.
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri
kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar
meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan
janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik. Secara garis besar tindakan abortus
sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada
keduanya.
seksual dinikmati secara optimal dan perilaku seksual tidak selalu diikuti kehamilan.
Sehingga, jika terjadi kehamilan yang tak diinginkan akan dianggap sebagai suatu
bukanlah suatu komplikasi dari hidup, sehingga jika terjadi kehamilan yang tidak
tersembunyi. Dipandang dari sudut agama, jelas aborsi sama sekali tidak
Gandhi, politik dapat menjadi sebuah sarana untuk berbakti pada kehidupan. Seorang
dokter harus tetap berpegang teguh pada etik kedokteran Primum non nocere -
23
Setiap manusia termasuk yang belum lahir memiliki hak untuk hidup, dan hak
seseorang untuk hidup merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia. Sel telur dan
sperma masing-masing memang memiliki kehidupan, tapi itu sama sekali bukan
kehidupan manusiawi. Kehidupan manusiawi baru terjadi pada saat pembuahan, yaitu
pada embryo. Apapun bentuknya, apabila merupakan hasil pembuahan sel telur dan
sperma, itu adalah suatu bentuk kehidupan baru dan punya hak yang suci untuk tetap
hidup. Tidak peduli janin yang dikandung itu normal atau cacat.
kematian ibu (MMR) adalah karena praktek aborsi terutama bagi ibu pada usia belia
sebagai akibat salah pergaulan ataupun belum siap memiliki anak, selain persoalan
pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan faktor struktural lain yang lebih luas.
Selain keterkaitan dengan nilai-nilai sosial, politik, budaya, dan agama, secara lebih
Dalam kondisi dilarang sajapun sudah sangat banyak orang yang melakukan aborsi,
apalagi kalau dibolehkan secara terbuka. Itu sama saja artinya membuka peluang bagi
semakin meningkatnya perzinaan. Di samping itu, walaupun ada syarat yang harus
dipenuhi (yaitu belum mencapai usia kehamilan tiga bulan) tetapi yang namanya
manusia (walaupun seorang dokter yang sudah disumpah) selalu mudah tergoda
24
kelemahan hukum dan memanipulasinya sehingga akhir-nya syarat tersebut hanya
25
BAB III
PENUTUP
dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batasan umur kandungan 28 minggu dan berat
Di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan terjadi kurang lebih 2,6 juta kasus
merupakan yang tertinggi dalam angka kematian ibu. Diperkirakan diseluruh dunia
setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal
akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak
aman. 95% diantaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Dari jumlah itu, 70-
80% wanita melakukan aborsi dengan alasan kehamilan yang tidak diinginkan.
nyawa. Apapun alasannya diluar alasan medis perempuan tidak boleh melakukan
tindakan aborsi. Ketentuan tersebut dilandasi suatu pemikiran atau paradigma bahwa
anak yang masih dalam kandungan merupakan subjek hukum sehingga berhak untuk
mendapatkan perlindungan hukum. Apabila dilihat dari aspek hak asasi manusia
bahwa setiap orang berhak untuk hidup maupun mempertahankan hidupnya sehingga
melanggar hak asasi manusia. Dengan kata lain paradigma yang digunakan adalah
26
DAFTAR PUSTAKA
3. Hanifah, Laila. Aborsi ditinjau dari Tiga sudut pandang. 2009 (on line)
www.kesrepro.info. Diakses 1 Januari 2011.
27