Anda di halaman 1dari 17

Dia ??

By : Uyung

Hari ini aku resmi jadi siswi SMAN 17 Magelang. Dan itu berarti aku harus
meninggalkan Surabaya tercintaku. Meninggalkan kedua orang tuaku,
meninggalkan adik mungilku, meninggalkan teman-temanku, meninggalkan semua
kenangan-kenangan selama di Surabaya. Sekarang aku harus tinggal di Magelang.
Berdua dengan tanteku. Aku sendiri terkadang masih bertanya-tanya, kenapa ya
tiba-tiba aku minta ke ayah buat daftarin aku ke Magelang? Padahal di Surabaya
juga nggak sedikit sekolahan bagus.
Hmm .. Nggak nyangka ya aku bisa memakai abu-abu putih. Ini saatnya
menjadi diriku sendiri. Bukan A atau B ataupun D, tetapi Lia. Anindhita Amalia
Amanda Putri. Dimana kita bisa menentukan masa depan, dimana kita bisa mandiri
untuk memutuskan suatu hal. Dimana semuanya ada di tangan kita. Aku jadi
keinget pesen seseorang,”Lia, kamu sekarang udah SMA. Jauh sama orang tua
lagi. Sekarang semua keputusan ada di tangan kamu.Kamu harus laluin abu-abu
putih kamu dengan semangat. Nikmatin masa abu-abu putihmu tapi dengan penuh
kehati-hatian agar kamu tak menyesal. Tentukan masa depanmu dari sekarang.
Inget! Apa yang ada pada dirimu sekarang adalah impianmmu dulu, dan impianmu
yang sekarang adalah realita masa depan. Kamu harus yakin kamu bisa, jangan
lupa, disana kamu harus jaga pergaulan. Buktiin sama ayah sama bunda kamu kalo
kamu bisa bikin mereka bahagia.“
“Aku siap memulai masa abu-abu putihku!” kataku semangat sambil memandang
kaca didepanku.Kulihat seorang gadis mungil berkulit putih dengan rambut
sebahu sedang tersenyum lebar.
“Tok..tok..tokk.. Lia? Sedang apa sayang? Tante masuk ya..” kudengar suara tante
Ima dari arah luar.
“Eh, iya te, masuk aja,” sahutku dari dalam sambil mengambil tas kardusku.
“Hahahahahahaha..”
“Tante! Kok masuk-masuk ketawa sih. Huhu,, tante ngetawain Lia ya..?? Tante
jahat ah. Emang Lia kenapa te?” cerocosku sambil merengut ke arah tante Lia
yang sedari tadi menertawakanku.
“Hehehe,, maaf, maaf, tante refleks nih. Dandanan kamu sih lucu banget. Ngapain
lagi, udah cantik-cantik pake abu-abu putih malah di tambah-tambahin rompi dari
kardus. Udah gitu pake kalung dari kemiri, mana rambutnya di kuncir segitu
banyaknya lagi. Itu juga ngapain bawa-bawa tas dari kardus? Hihihi ...”
Aku refleks langsung noleh ke kaca, kuamati tubuhku dari atas sampai bawah.
Hihihi, memang aneh banget. Seragam rapi-rapi di lapisi rompi dari kardus, udah
gitu rambut di kuncir 14. “Huh, tante! Lia juga nggak mau kali kayak gini. Tapi ya
mau gimana lagi, lhah persyaratan e ikut MOS kayak gini lo, te.. Lia jadi kayak
orang gila nih. Huhu, masih di dalam kamar aja udah di ketawain apalagi udah
keluar. Fiuuh ! Bisa mati berdiri ntar Lia.”
“Hush! Jangan mati berdiri ah! Ntar kuburannya nggak cukup. Hihihi” lagi-lagi
tante terkekeh.
“Tante, masih pagi kok udah ngusilin Lia sih? Support Lia kek, biar PD berangkat
ke sekolah.”
“Aduh.. Iya, iya sayaang.. Tante minta maaf, Lia masih kelihatan cantik kok. Siapa
dulu tantenya?” sahut tante sambil senyum-senyum.
“Dasar tante! Dari dulu nggak berubah. Masih aja jiwa e kayak anak kecil.
Hehehe, rasanya jadi kayak tinggal sama sahabat sendiri.”
“Tante malah seneng kalo Lia nganggep tante sahabat Lia, jadi Lia nggak perlu
sungkan-sungkan.” “Oiya Li, itu kok kuncirnya banyak banget sih?”tanyanya sambil
memandangi rambutku.
“Iya nih te, kakak-kakak e aneh-aneh masak di suruh nguncir sesuai tanggal lahir,
Lia kan lahir tanggal 14 jadi ini jumlah kuncir e 14.”jawabku sambil menghitung
kembali jumlah kuncirku.
“Yee, lengkap! Siap berangkat..”kataku dengan semangat.
“Duh, iya iya anak SMA. Sarapan dulu gih, tante udah buatin dadar spesial buat
Lia.”
“Enggak ah te, Lia belum laper kok.”kataku sambil memegangi perutku.
“Ayolah makan dulu, daripada ntar disana kamu kelaparan. Kamu nggak kasian
tante ta yang udah rela bangun pagi buat nyiapin sarapan kamu?”
“Hehehe, iya iya tante, ayo deh.”
“Gitu dong. Itu baru Lia tante!!”
000
06.25
Aku malu-malu memasuki halaman sekolah baruku. Kulihat banyak sekali
anak-anak berpenampilan aneh sepertiku. Aku melangkahkan kakiku menuju papan
pengumuman. Setelah menemukan nama dan kelasku, aku segera menuju kelas
dengan bantuan denah. Sangking sibuknya mengamati denah, aku sampai tak
sadar berjalan tanpa melihat sekelilingku. Tiba-tiba..
“Bruuuuk !!”
Denah dan tas kardusku mendarat mulus di lantai.
“Mati aku!! Taskuu.. Yahh, rusak deh. Aduh gimana nih, mana bentar lagi udah
masuk lagi, nggak mungkin sempet benerin.” Kulihat di depanku berdiri seorang
cowok memandangku yang sedang kebingungan dengan tampang inoccent. Saking
bingungnya aku, tanpa sadar aku langsung menyerocosinya.
“Ooo, kamu yang nabrak aku? Bukannya minta maaf malah melotot-melotot!!
Jangan pikir karna kamu cowok aku takut ya sama kamu. Lihat nih, gara-gara
kamu tas yang udah susah-susah tak buat rusak gitu aja. Bisa tah kamu buat ini?
Mana bentar lagi bel lagi, pokok kalo ntar aku dimarahin kakak-kakak gara-gara
tasku rusak aku bakal cari kamu.”kataku tegas tapi tak merubah sedikitpun
ekspresi mukanya.
“Kalo jalan tuh liat ke depan!!”desisnya sinis sambil menatapku dingin.
“Yaiyalah, sapa juga yang jalan liat e ke samping??”
“Dasar anak kecil!”bentaknya sambil berlalu meninggalkanku.
“Huh! Dasar cowok! kerjaannya nindas cewek.”cletusku sambil berlalu menuju
kelas baruku.
“teeeet... teeeet ... teeeet ...” bunyi bel disusul dengan masuknya beberapa kakak
kelas. Kuamati satu persatu. Ada 3 orang cewek dan 2 orang cowok. Semuanya
memasang tampang sinis tanpa senyum. Kuamati sekali lagi. Deg ! Itu kan cowok
yang tadi pagi tak omelin. Ops! Ternyata dia seniorku. Mati aku kalo dia masih
inget sama aku. Aku memutuskan untuk menunduk berusaha agar kakak itu nggak
lihat aku.
“Selamat pagi para junior,”sapa salah satu kakak cewek yang bermuka paling
ramah diantara yang lain.
“Gimana nih udah siap belum dapet gencatan dari kakak-kakak? Hehe,, enggak,
enggak, kakak bercanda kok. Pokok kalian ngikutin aturan kami InsyaAllah kalian
bakalan lolos kok. Oiya, kita belum kenal ya, nama saya Lira dari kelas XI IPA 6,
hmm.. yang lain bisa memperkenalkan diri sendiri kan? Hehehe,, oh, kak Lira mau
ngenalin seseorang.”
Kulihat Kak Lira berjalan ke ujung kelas menuju ke tempat cowok sinis tadi
berdiri.
“Kenalian ini salah satu cowok beken disini, namanya, Satrio Aksara Putra dari
kelas XI IPA 1. Oiya, buat yang cewek-cewek jangan naksir ya. Soalnya kak Rio
ini bintang sekolah, jadi pasti ntar banyak saingan kalo mau suka sama Kak Rio.
Hmm, dia ini koordinator Kamtib lho, jadi kalo pengen deket sama dia, terus-
terusan nglanggar peraturan.hehe”kata Kak Lira panjang lebar seolah meromosiin
brang dagangannya. Sedang kak Rionya dari tadi hanya berdiri mematung tanpa
menyunggingkan senyum sedikitpun.
“Kak Rio udah punya cewek belum?”celutuk seorang gadis yang rambutnya di
kepang dua.
“Itu masalah terbesarnya, beratus-ratus cewek berebut jadi ceweknya tapi
sampai sekarang belum ada satupun yang bisa bikin dia kecantol. Mau daftar nih
dek?”canda Kak Lira sedang yang di tanya-tanya hanya mesem-mesem nggak
jelas.
Haa? Cowok kayak es batu gitu di rebutin? Emang sih cakep, tapi belagunya tu lo.
Emang di sekolah ini nggak ada makhluk lain yang lebih patut di jadiin bintang
tah?Lihat aja dari tadi masang muka inoccent, pasti menurut dia senyum itu
mahal.
“Kakak absen dulu ya..”kata Kak Lira membuyarkan lamunanku.
Setelah mengabsen, Kak Lira menginstruksi kami semua untuk mengeluarkan
peralatan yang jadi persyaratan kami mengikuti MOS. Satu persatu senior mulai
keliling memeriksa barang bawaan kami.Kulihat Kak Rio berjalan ke arahku.
Kulihat dia mencoba senyum pada beberapa anak yang duduk di depanku. Namun,
waktu sampai ke mejaku, senyum itu hilang seketika dan raut mukanya kembali
inoccent. Aku semakin gugup, sepertinya kakak ini masih marah sama aku.
“Itu jumlah kuncirnya berapa?”tanyanya sambil memandangi kuncir di rambutku.
“eee, anuu, ituu, 14 kak.”jawabku salting.
“Kalo jawab yang jelas!”bentaknya yang sukses bikin seisi kelas menoleh ke
arahku. “Tanggal lahir kamu?”
“emm.. 14 Februari kak..”jawabku sambil menundukkan mukaku.
“Kamu udah baca aturannya belum sih?”
“Udah kak, ini udah sesuai kok kak, ini jumlahnya kuncirnya 14.”
“Terus warnanya? Kok biru semua?”
“Lho? Emang harusnya apa?”tanyaku sambil mengeryitkan dahi.
“Kan di peraturannya di tulis, rambutnya di kuncir sesuai tanggal lahir, terus
warna kuncirnya sesuai bulan lahir. Kalo kamu lahir di bulan dua ya berarti harus
2 macam warna.Paham?”
“Maaf kak, saya nggak tau masalah warna itu.”jawabku sambil berusaha agar
nggak nangis.
“Mau nangis lagi. Dasar anak kecil! Sana ke kantor Kamtib!”bentaknya sambil
meninggalkan mejaku.
Karena aku tak sedikitpun menghiraukannya,dia menoleh ke arah salah satu
senior cewek dan memberinya signal. Tanpa ba bi bu kakak itu langsung menuju
ke mejaku.”Ayo dek!”sapanya lembut. “Nggak apa kok, nggak usah takut ya...”
rayunya sambil menarik lembut tanganku. Akhirnya dengan berat hati aku
mengikuti langkah kakak itu menuju suatu ruangan berpintu coklat di ujung
koridor. Sesampainya di depan pintu itu, kakak itu meninggalkanku. “Masuk
sendiri berani kan dek? Kakak harus balik ke kelas. Maaf ya..”
Sepeninggal kakak itu aku masih berdiri mematung di depan ruangan itu.
Kuamati sekali lagi ruangan itu, di dalamnya terlihat beberapa senior sedang
tertawa-tawa dengan 2 junior berwajah ketakutan di depannya. Aku melirik
tulisan di atas pintu. “Kantor Keaman dan Ketertiban”
“EHM !”sebuah suara mengagetkanku. Dengan hati-hati kuputar tubuhku
menghadap sumber suara tersebut. Kuamati dia dari atas sampai bawah. Weww,
ternyata ada juga makhluk cakep di SMA ini. Seorang senior bermata coklat
berambut jabrik sedang tersenyum manis di depanku. Udah cakep ramah lagi.
Coba semua orang disini kayak dia nggak bakalan aku bad mood disini.
“Ehm . Ehm .”dehamnya sekali lagi membuyarkan lamunanku.
“Eh, Eh, iya kak .”
“Sopan ya, udah ngehalangin jalan orang, ngliyatin dari atas sampai bawah lagi.
Emang nggak pernah ketemu spesies seperti aku ya?”candnya tanpa
menghilangkan senyumnya.
“Aduuh. Maaf kak... Nggak ada niat kayak gitu kok. Beneran deh.” Kataku gugup
sambil melangkahkan kaki menjauhi pintu.
“Hehehe, tenang aja dek! Nggak usah ketakutan gitu lagi. Aku nggak gigit kok.
Kamu ngapain disini?”
Udah cakep, ramah, baek lagi. Coba ini tadi Kak Rio pasti udah abis di marahin
aku. “Ehm.” Lagi-lagi dia membuyarkan lamunanku. “Nglamun lagi.. Pengen
kesambet ta?”
“Maaf lagi kak. Itu tadi aku kesini di suruh sama kak Rio. Katanya kuncirku
salah.” Jawabku sambil menundukkan kepala , malu udah kepergok 2 kali nglamun.
“Hahahahaha.. Rio lagi, Rio lagi.. Dasar tu anak kerjaannya ngerjain cewek-cewek
lugu aja. Udaah ! Udaah ! Ayo masuuk .”
Baru beberapa langkah aku masuk, sudah di sambut dengan tatapan dingin dari
kakak-kakak senior. Salah seorang nyletuk, “Ehm ! Mangsa baru nih! Tega juga ya
Rio anak semanis ini di kirim ke kandang Srigala. Hahahaha..”tawanya di sambut
tawa beberapa senior yang lain.
“Sssttt ! Kasiian ah. Ntar nangis. Udah nggak ada yang jual balon nih. Hehehee”
sahut yang lain.
Aku makin menundukkan kepalaku. Saat ini, aku bener-bener berharap untuk
segera lenyap dari sini.
“Hussst ! Bos dateng tuh !” kata salah seorang kakak senior cewek yang sedari
tadi hanya berkutat dengan hpnya di ujung ruangan.
“Kamu yang dari kelas X.6 tadi??” katanya dingin.
“Eee, iy,iy,iya kaak ,,” jawabku gugup tanpa berani melihat mata Kak Rio.
“Aku itu kamu anggep apa sih? Ngomong sama aku kayak ngomong sama malaikat
Malik aja.”
“Maaf kak.”
“Udah ! Udah ! Nama kamu siapa?”
“Anindhita Amalia Amanda Putri, kak.”
“Nama ta kereta api tuh?”cletuk seseorang.
“Panggilannya?”
“Lia, kak..”
“Tau kesalahan kamu apa?”
“Tau kak, warna kuncir.”
“Tau hukuman kamu apa?”
“Enggak kak, emang harus di hukum ya kak?”tanyaku polos.
“Masih nanya lagi. Kita ini negara hukum, semua perbuatan itu ada
pertanggungjawabannya.”
“Iya kak. Terus di hukum apa kak?”
“Pasrah banget ya kamu. Tenang aja, hukuman kamu nggak berlaku sekarang.
Kamu bebas sekarang.”
Aku menyunggingkan sedikit senyum. “Bebas kan? Berarti nggak di hukum kak?”
“Sekarang, nggak tau besok.”
“Yah.. kak.”
“Pokok kamu masih punya utang sama kami. Sekarang kamu boleh pergi. Aku
cuman pengen ngenalin kamu sama ruangan ini, soalnya kayaknya kamu bakal
sering maen kesini.” Terangnya panjang lebar.
Aku nggak menghiraukan sedikitpun ucapannya. Aku segera mengucapkan terima
kasih lalu bergegas dari ruangan terkutuk itu.
000

21.00
Dear Diary, duh ! Hari ini capek banget di. Hari pertama jadi anak SMA! Hari
pertama jadi mangsa senior-senior. Sekolah isinya cuman hukuman, hukuman, dan hukuman.
Heran aku di, kok kakak-kakak senior itu nggak pernah kehabisan hukuman ya? Hihihi..
Oiya di, aku pengen cerita banyak di. Hari pertama aku udah punya kecengan.
Hehehe,, Kakaknya itu cakep, baek, ramah lagi. Duuh ! Sampek sekarang masih kebayang
senyumnya nih di. Pengen cepet-cepet sekolah lagi biar ketemu lagi. Eh, tapi ada juga sih di
yang bikin aku nggak semangat ke sekolah. Siapa lagi kalo bukan robot rusak bernama Rio
itu. Aduh di, udah nggak pernah senyum, kerjaannya marah-marah lagi. Hari ini aja aku udah
kena 4 hukuman dari dia. Yang di suruh jual jamu lah, di suruh jadi orang gila lah, itupun aku
masih punya utang 1 hukuman. Fiuuh ! Heran aku ! Kok ada ya makhluk kayak gitu?
Palingan dia takut giginya kering kalo tersenyum. Hihihi.. Udah ah ! Nggak mau ngomongin
kakak itu, bawaannya bikin bad mood.
Udah di ya, aku mau bubuk. Pasti besok bakal lebih capek. Do’ain aku besok lolos
dari semua hukuman ya di..
Good night !! ^_^

Kututup buku biru mungil itu, lalu kuraih boneka Teddy Bearku. “Timmy!!
Pengen cepet-cepet besok deh!! Aku pengen ketemu kakak itu lagi. Pengen tau
namanya. Hihihi,, Nggak peduli deh harus bolak-balik masuk ruangan terkutuk itu
biar bisa ketemu kakak itu terus. Hehe, gila ya aku? Padahal baru pertama kali
ketemu. Udah ah Timmy, Lia ngantuuk.” “Muuuuaaaahh!! Timmy bubuk juga ya..”
kudekap boneka itu lalu mencoba untuk terlelap.

000

06.00
“Tantee.. Lia berangkat.” Teriakku dari ruang tamu.
“Liaa... Kamu kesambet malaikat apa nak? Jam segini udah cantik, udah mau
berangkat lagi?”sahut tante Lia yang tiba-tiba muncul dari arah dapur sambil
membawa secangkir susu.
“Hehehe, tante harus bangga dong! Kemajuan pesat kan te? Hehe,,”
“Aduuh. Aduuh. Iya deeh! Ada sapa sih di sekolah semangat banget? Nih minum
dulu susunya.”
“hehe, tante nggak perlu tau! Urusan anak SMA nih te. Makasiih ya susunya.”
“Iya deeh! Mentang-mentang udah SMA. Udah sana gih cepet berangkat.”
“Okee bos.”
Setelah berpamitan aku langsung jalan menuju halte terdekat. Sialnya pagi ini
aku nggak dapet 1 buspun. Huft! Udah semangat-semangat berangkat pagi malah
nggak dapet bus. Alamat telat lagi nih. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari
bus sambil jalan. Tiba-tiba aja Vixion Merah memberhentikan langkahku. Kulihat
seorang cowok melepas helmnya lalu melangkahkan kakinya ke arahku. Kejadian
itu sukses bikin jantungku nggak karuan. Siapa lagi kalo bukan kakak cakep yang
kemaren.
“Ehm. Kayaknya kamu itu emang hobby nglamun ya?”tegurnya.
“Eh! Hehehe, lumayan sih kak. Kok kakak lewat sini?”
“Yah emang rumahku daerah sini..”
“ooo...”aku makin bingung harus ngomong apa. Akhirnya kuputuskan hanya diam
menunggunya bicara.
“Emm.. Nggak dapet bus ta?”
“hmm,,, sepertinya sih gitu kak. Tadi ada satu tapi penuh banget. Akhirnya aku
nunggu bus yang lain, e malah nggak ada.”.
“Nggak pengen nebeng nih?”
Lagi-lagi dia senyum. Dedeuh! Senyumnya itu lho bikin aku gugup aja. Pengen
banget jawab iya, tapi refleks aja kepala ini geleng-geleng.
“Lho kenapa? Yang penting nyampek sekolah kan? Daripada kamu telat, pengen ta
urusan sama Rio lagi?”
Duuh! Nyebutin nama itu lagi! Bikin bad mood aja.
“Haa? Ya enggak lah kak. Males aja! Ini aja pengen MOS cepet selsai biar nggak
ketemu makhluk itu lagi.”
“Ehm! Dia itu sahabat karibku lho..”
“Ops!! Maaf kak. Kebawa emosi. Udah kakak berangkat aja duluan.”
“Bener?? 15 menit lagi bel lho? Nggak nyesel?”
“Aduh! Iya juga yaa.. Tapiii....”
“Udah nggak usah tapi-tapian. Ayo..”
Dia memberiku kode untuk menuju sepedanya. Dia memakai helm yang tadi
dilepasnya lalu segera menstarter sepeda. “Ayo! Mumpung belum berubah
pikiran.”
“Eh, iya..iya..”Akhirnya kuputuskan untuk mengikuti kakak itu. Kakak itu? Oiya,
aku belum tau namanya.
“Maaf kak, kalo boleh tau nama kakak sapa ya?”
“Nama? Emm, iya ya tak kenal maka tak sayang ya? Di inget-inget ya , Angga
Perdana.. Panggil aja Angga.”
Duh! Kakak ini beda banget sama Kak Rio. Dia bener-bener bikin aku nyaman.
“Ehm! Nglamun lagi ya? Udah mau sampek nih?’
“Eh, eh, udah kak Angga turun sini aja. Nggak enak dilihat yang lain.” Seketika itu
juga kak Angga menepikan motornya. Tanpa menunggunya mematikan mesin aku
segera turun. “Emh! Makasih banyak ya kak? Nggak tau tadi gimana kalo nggak
ketemu kakak..”
“Pahlawan nih ceritanya? Hehe,, iya sama-sama. Sana gih cepet masuk ntar telat
lho.”
“Iya kak..” Aku mulai melangkahkan kaki menuju sekolah. Pagi ini rasanya indah
banget. Nggak nyangka aku bisa bareng sama orang secakep dan sebaik Kak
Angga. Duh! Jadi nggak nyesel aku bangun pagi-pagi.
Baru aja beberapa langkah dari gerbang, tiba-tiba moodku hilang seketika. Siapa
lagi kalo bukan robot nyebelin itu! Dia berdiri di depan gerbang memeriksa
beberapa junior-junior yang baru dateng. Aku mempercepat langkahku berusaha
agar dia nggak menyadari kedatanganku. Tapi telat! Tiba-tiba aja dia udah
berdiri tepat di depanku.
“Kamu pikir kamu bisa lolos? Ngapain pake jalan cepet-cepet?”
“Enggak kok kak, emang aku jalannya kayak gini.”Jawabku biasa berusaha
menyembunyikan kepanikanku.
“Udah bawa semua perlengkapannya?”
“Udah kak, udah lengkap.”
“Hmm.. Bagus!! Oiya, kamu masih inget utang hukuman itu kan?”
“Ha? Inget kak. Inget banget. Udah ada ta kak hukumannya?”
“Kamu harus tidur sama senior-senior?”
Refleks aku menganga.
“Hah?? Kak? Gila aja! Maaf kak! Maaf banget. Aku bukan cewek kayak gitu.
Walaupun aku sering nglanggar peraturan tapi aku itu cewek baik-baik kak.
Mending kakak suruh aku lompat dari lantai 4 daripada harus kayak gitu. Kakak
yang bener aja dong, mentang-mentang MOS seenaknya aja gencat juinor. Kakak
uga harus tau batesan dong.” Tanpa sadar aku menyeramahinya panjang lebar.
Dia yang sedari tadi diam seribu bahasa, tiba-tiba saja mengulas sedikit senyum.
Sedikit banget. Tapi itu udah ngebuat dia kelihatan manis. Manis banget.
Pertama kali aku lihat dia senyum, tapi tiba-tiba aja aku keinget omongannya
tadi. Seketika kubuang semua pikiran manis-manis itu.
“Udah puas nyeramahin aku?”
“Aku nggak ceramah kok.”
“Dasar burung kakak tua! Kerjaannya ngomel mlulu. Mangkanya orang ngomong itu
di dengerin dulu.”
“Abis kakak ngomongnya gitu, kan Lia emosi kak. Lia ngerasa kakak udah nilai Lia
yang enggak-enggak.”
“Mangkanya dengerin penjelasanku dulu. Kamu sadar nggak sih? Kamu itu satu-
satunya junior yang paling nyita waktuku. Kerjaannya kena hukuman mlulu, crewet
banget lagi. Risih tau aku!”
“Maaf kak.. Lia refleks.”
“Gitu kek. Diem dulu, nyerocos aja kayak petasan.”
Huh! Abis di katain burung kakak tua, crewet, kayak petasan. Maunya apa sih ni
orang?
“Gini, aku cuman ngomong sekali jadi kamu dengerin baek-baek. Besok kan kita
ada campbuat penutupan MOS. Tenda junior sama senior kan dipisah, lhah aku
minta kamu ikut tenda senior CEWEK! PAHAM?”serunya panjang lebar.
“Ha? Kok hukumannya aneh gitu sih kak? Mendingan aku nyanyi atau joget lagi
deh!!”
“Aku nggak minta kamu buat nawar.”
“Tapi kak, bayangin jadi apa ntar aku tidur sama senior-senior? Bisa-bisa di
tenda di hukum terus aku.”
Lagi-lagi dia terkekeh.
“Kamu itu polos banget sih. Udah ikutin aja. Aku nggak nerima kata ‘tidak’. Udah
aku pergi dulu, capek aku ngurusin kamu!”
Idiiih! Pergi sana! Sapa juga yang minta di urusin. Pengen banget ngomong gitu.
Tapi sayangnya aku udah bosen dapet hukuman-hukuman dari dia.
Hari ini nggak ada bedanya dari kemaren.

000

23.00
Dear Diary,maaf diy, telat nulis. Abis prepare buat camp besok nih.
Hari ini nggak ada bedanya sama kemaren diy. Fiuh ! Isinya salah terus. Hukuman lagi,
hukuman lagi. Aku heran banget tau diy sama Kak Rio itu. Dia itu kayaknya semangat banget
godain aku. Aku salah ngomong dikit di hukum, salah tindak dikit di hukum. Perasaan ke
yang lain juga nggak segitunya deh. Mana aku di katain crewet lagi. Kayak burung kakak
tualah, kayak petasan lah. Duh! Pokok kerjaannya ngisengin aku. Aku sampek heran sendiri
diy, kok kayak e segitu nggak sukanya ya sama aku. Masak cuman gara-gara aku marah-
marah waktu kita tabrakan dulu dia segitu dendamnya ke aku. Mana parahnya ya diy, masak
aku di hukum buat setenda sama senior-senior waktu camp besok. Duh! Nggak tau jadi apa
aku besok. Do’ain aja ya diy. Hmm!! Besok aku juga bakal coba minta maaf deh diy ke Kak
Rio biar dia nggak terus-terusan ngehukum aku. Capek aku diy!
Oiya diy! Hari ini aku seneng banget diy! Aku udah tau nama kakak itu. Namanya
Angga Perdana. Keren kan diy?hihi,, Tau nggak diy, tadi itu aku berangkat sekolah bareng
sama dia. Hehe,, aku bener-bener nggak nyangka diy! Tak kirain cuman mimpi. Aku bingung
diy, aku itu gimana sih ke Kak Angga. Aku suka banget lihat dia, tapi kok rasanya biasa aja
ya diy waktu sama dia? Nggak ada itu rasa dag dig dug kayak kata temen-temen kalo kita lagi
jatuh cinta. Huhu,, aku penasaran rasanya jatuh cinta diy, udah kelas 1 SMA tapi belum ada 1
cowokpun yang bikin aku gugup, salting, dag dig dug kalo lagi deket. Kapan ya diy aku
ngerasain? Mmh !! Udah ah diy, nggak mau mikiri itu dulu. Aku bubuk dulu ya diy, have
nice dream..

000

10.00
Fiuh! Capek.. Tadi jam 7 kita udah sampai di kebun teh Suko Mulyo.
Setelah mendirikan tenda kita berkumpul di halaman buat apel pembukaan. Nih
baru aja selsai. Untung acaranya sekarang istirahat. Jadi bisa bebas sejenak
buat nikmatin pemandangan disini. Indah banget ! Sebuah lapangan yang di
kelilingi kebuh teh, selain itu tidak jauh dari sini ada sebuah hutan kecil yang
tumbuhannya masih alami-alami. Rasanya nyaman banget disini tapi sayangnya
cuman sehari. Besok siang kita udah harus balik ke Magelang.
“Uhuk ! Uhuk !” sebuah suara sukses mengagetkanku. Ternyata di belakangku Kak
Rio berdiri mematung dengan gaya innocentnya.
“Ngapain kamu berdiri disini?”
“Eh, anu, itu kak, mmm, nikmatin pemandangan. Hehe, lagian bosen kak di kamar,
kakak-kakak senior omongannya aneh-aneh. Nggak ngerti aku.” Jawabku polos.
Lagi-lagi dia mengulas senyum, refleks aku salting dapet senyum itu. Aku jadi
bingung harus ngomong apa?
“Aneh aneh aja kamu nih.” Katanya tanpa menghilangkan senyum itu. Orang ini
bener-bener aneh! Di satu waktu dia kelihatan cuek dan dingin banget, tapi di
satu waktu dia kelihatan manis dan baekbanget. Kayak sekarang. Dan sekarang
dia sukses bikin aku salting berat.
“Eh, aneh? Mm, maaf kak..”
“Tu kan! Minta maaf lagi, kamu udah berapa kali minta maaf ke aku? Aku yang
harusnya minta maaf, udah nempatin kamu bareng senior-senior, kamu jadi nggak
bisa nikmatin camp ini deh. Maaf ya,,”
“Aduh! Eh, nggak apa kali kak. Ini kan hukuman buat aku. Emang aku yang salah
jadi berhak di hukum. Lagian nggak buruk-buruk banget kok harus setenda sama
senior-senior.”
“Nggak buruk-buruk banget? Iyalah, kan bisa deket terus sama aku.”
Bener-bener nggak nyangka aku, kakak yang selama ini kelihatan kayak satpam
DPR yang nggak pernah senyum ngomong kayak gini.
“Mmmh! Itu kak, Lia mau minta maaf yang dulu Lia marah-marah gara-gara kakak
tabrak.Lia refleks kak.”
“Aku nabrak kamu? Nggak salah..??”
“Eh, hiihihii... Maksudnya Lia yang nabrak kakak.”
“Tuh sadar! Nggak dari dulu aja minta maaf.”
“hehe,, dulu nggak berani ngomong sama kakak, abis kakak kelihatannya killer
banget sih.Ops!! keceplosan.” Duh ! Lia, Lia, ngrusak suasana aja. Aduh, alamat
kena semprot nih. Tapi dia malah senyum, aku bener-bener nggak nyangka.
“Killer? Iya ta?”
“Eh, enggak kok kak.. Tadi salah ngomong.”jawabku gelagapan berusaha agar Kak
Rio nggak tersinggung.
“Kamu takut? Tenang aja kali dek, MOSnya lagi break kok, jadi kamu nggak bakal
tak hukum.”
“Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.. Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.. Ayo adek-adek kumpul!!”
“Sana gih cepet kumpul.” Tanpa sempat berkata-kata, dia udah pergi ninggalin
aku. Aku segera melangkahkan kaki menuju lapangan. Berusaha secepat mungkin
agar nggak telat biar senior-senior nggak punya alasan buat ngehukum aku lagi.

000

Selsai dari lapangan aku bergegas menuju tenda. Ternyata tadi kita di
kumpulkan untuk di beri pengarahan mengenai acara-acara kita selama disini.
Hari ini acara kita penjelajahan, malemnya kita ada pensi kecil-kecilan besoknya
kita cuman bakti sosial, baru setelah itu acara terakhir penutupan MOS. Resmi
deh jadi anak SMA.
Selsai nyiapin perlengkapan buat penjelajahan aku segera keluar tenda.
Tak jauh dari tenda kulihat Kak Angga sedang berdiri mematung. Seneng banget
aku bisa ngelihat kakak itu. Entah sedang mimpi atau tidak kulihat Kak Angga
menghampiriku.
“Heii..” sapanya tanpa meninggalkan senyumnya.
“Iya kak..”
“Gimana enak nggak disini?”
“Lumayan kak. Tempatnya bagus,” jawabku sambil tersenyum.
“Gitu dong! Kenapa nggak senyum dari tadi? Aku suka tau lihat Lia senyum.”
Degg ! Aku nggak nyangka Kak Angga ngomong gitu. Apa aku salah denger?
Pantesan kok kemaren kakaknya baek banget sama aku..
“Eh, jangan salah paham dulu. Gini, kamu itu mirip banget sama pacarku yang lagi
sekolah di Perancis. Kecil, manis, rada crewet, jadi kalo lihat kamu itu rasa e
kayak lihat cewek aku. Hehe,, maaf ya aku nyama-nyamain.”
Toeeeenggg !!! Abis di ajak terbang ke angkasa di banting lagi ke bumi. Kakaknya
udah punya cewek. Huhuhu,, ternyata baek ke aku cuman karena mirip pacarnya.
Lia ! Lia ! Mangkanya jadi anak tuh jangan kege’eran.
“ooo..”cuman kata itu yang sanggup keluar. Menyadari perubahan moodku, Kak
Angga langsung pamit pergi. Setelah itu kami di kumpulkan di lapangan. Kami di
gabung dalam kelompok dengan anggota 3 orang. Setelah itu kami di
berangkatkan dengan berbekal denah dan bendera. Aku sekelompok dengan Alfin
dan Keyla. Denger – denger sih mereka sepasang kekasih. Tapi emang kayaknya
gitu deh. Buktinya dari tadi berdua-an. Aku di cuekin. Fiuuh !! Udah badmood. Di
cuekin lagi. Pengen banget rasanya aku teriak kalo aku juga pengen di anggep.
Sudah sekitar 1 jam perjalanan perlakuan mereka nggak berubah. Kita sudah
berada di tengah-tengah hutan. Selang beberapa menit, aku merasa ada yang
kurang. Kuamati sekitarku, nggak ada satu orang pun. Dimana sepasang kekasih
tadi? Kepalaku refleks celingak celinguk mencari sosok mereka. NIHIL !! Aku
merasa makin ketakutan. Kurasakan bulukudukku berdiri semua. Kulihat
sekitarku. Sepi!! Bener-bener sepi. Yang kulihat hanya tumbuhan-tumbuhan yang
menjulang tinggi. Aku bingung harus berbuat apa. Sekarang ini perasaan yang tak
rasain cuman 1 , takut! Sangat takut! Tanpa sadar pipiku udah basah. Nggak tau
kenapa kok tiba-tiba mataku ngeluarin air. Aku nggak bisa berbuat apa-apa.
Akhirnya aku mutusin untuk duduk dan menenangkan diri. Bukannya tambah
tenang, aku makin ketakutan. Tangisku makin menajdi. Aku takut nggak ada yang
nemuin aku. Aku nggak mau tidur disini. Aku mau pulang. Tiba-tiba kudengar
suara kaki menginjak semak-semak di belakangku. Ingin rasanya aku teriak,
namun semua suara rasanya udah nggak mampu buat keluar. Tangisku makin
menjadi. Aku nggak sanggup lagi. Aku bener-bener takut. Hari udah gelap. Kulihat
jam tangan udah nunjukkin angka 18.20. Jam segini seharusnya aku udah di tenda
makan malam sama nyiapin pensi. Tapi aku malah kejebak disini. Suara itu
semakin mendekat. Tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang menyentuh pundakku.
Dengan segenap kekuatan yang masih ada, aku memberanikan diri untuk menoleh
ke belakang. Kak Rio!! Ku amati sekali lagi!! Aku nggak salah lihat. Tanpa pikir
panjang aku langsung memeluknya. Tangisku makin pecah di dadanya yang bidang.
Tiba-tiba aku tersadar kalo Kak Rio ini salah satu senior yang killer. Aku langsung
melepas pelukanku.
“Maaf kak!! Maaf banget! Lia nggak ada niat apa-apa. Lia tadi cuman ketakutan.
Maaf kak! Kakak boleh hukum Lia kok.”jawabku sambil berusaha meredakan air
mataku. Tak ada respon darinya. Tiba-tiba ia memasukkan tangannya kedalam
kantongnya. Lalu dia mengeluarkan sebuah sapu tangan. Tiba-tiba dia
mengarahkan sapu tangan itu ke arahku. Yah, aku butuh itu! Tanpa pikir panjang
ku ambil sapu tangan itu.
“Srooooooooooottt... Srooooooooooott...”kugunakan sapu tangan itu untuk
mengelap semua mukaku termasuk hidungku yang penuh dengan ingus. Dia
menatapku ngeri. Tapi lama-lama terlihat raut mukanya yang menahan senyum.
“Kamu ngapain disini??”
“Nggak tau kak.”
“Terus kok bisa nyampek sini?”
“Nggak tau kak.”
“Terus tujuan kamu kesini apa?”
“Nggak tau juga kak.”
“Kamu itu gimana sih, di tanya ini itu nggak tau. Terus yang kamu tau apa? Mana
temen sekelompok kamu? Kenapa kamu ninggalin mereka?”
“Aku nggak ninggalin mereka kak. Mereka yang ninggalin aku, daritadi sibuk
pacaran. Kakak ngapain kesini?”
“Kamu nggak sadar suara tangisan kamu itu udah ganggu orang?”
“Maaf kak, Lia ketakutan.”
“Terus kenapa nggak balik ke lapangan?”
“Kalo Lia tau jalan daritadi juga Lia udah balik kak.”
“Ya udah ayo ikutin aku. Jangan jauh-jauh ntar ilang lagi aku nggak mau nyari
lho.” Katanya sebelum akhirnya berlalu mencoba untuk mencari jalan untuk
kembali ke lapangan. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 20.05.
Sudah sekitar 100 menit kita berputar-putar, tapi nggak menemukan sedikitpun
jalan untuk kembali ke lapangan. Hari udah mulai gelap, jalan udah nggak gitu
kelihatan.
“Kak, capek !!”rengekku sambil menghentikan langkah.
“Manja!! Ini belum seberapa!!”
“Belum seberapa? Kak, kita udah hampir 2 jam muter-muter. Kaki Lia udah pegel-
pegel! Perasaan tadi berangkat nggak sejauh ini deh.”
“Hhh!! Maaf!! Aku lupa jalannya. Kamu capek ? Ya udah kita istirahat dulu.”
“Hah ? Jadi dari tadi kita muter-muter nggak ada tujuannya? Kenapa nggak
bilang dari tadi kak?”
“Maaf, seingetku tadi ini jalannya, tapi kok nggak sampai-sampai ya ??”
“Aduuh kak! Terus kita harus gimana?? Udah gelap banget.”
“Ya udah tidur dulu aja, baru di terusin besok pagi.”
“Tidur ? Di tempat gelap sama sepi ini ? Emang kakak bisa jamin kakak nggak
ngapa-ngapain aku? Kakak bisa jamin juga kalo kita nggak akan di makan binatang
buas?”
“Tuh kan, burung kakak tua! Tenang aja, aku nggak akan ngapa-ngapain kamu kok.
Aku juga nggak tidur jadi kamu tenang aja nggak akan ada binatang buas yang
berani ke kita.”
“Kakak nggak tidur? Tambah kacau aja, ya udah aku nggak tidur juga.”
“Ya udah, terserah kamu. Kalo gitu kita duduk situ aja yuk.!!”katanya sambil
menunjuk tanah kosong tanpa tumbuh-tumbuhan di bawah sebuah pohon yang
besar.”
“Gila!! Horor banget kak.”
“Protes terus. Terserah kamu!”jawabnya cuek sambil melangkah menuju pohon
itu.”
Karena nggak ada pilihan lain kuputuskan untuk menuju pohon itu. Aku duduk
sekitar 2 meter dari Kak Rio. Tapi, aku makin merinding.
“Kak, takuut..!”
“Hahaha, sapa suruh duduk jauh-jauh. Sini !!”
“Nggak mau kak, situ tambah gelap.”
“Duuh! Mimpi apa aku ketemu makhluk kayak gini.”
Kulihat Kak Rio berdiri lalu berjalan ke arahku. Dia melepas jaketnya lalu
menyampirkan ke pundakku. Lalu dia duduk di sebelahku.
“Udah, nggak usah takut. Aku nggak tidur kok dan aku nggak akan ngapa-ngapain
kamu.”katanya mencoba meyakinkanku.
“Enggak!! Kata bunda Lia nggak boleh gampang percaya sama cowok. Pokok Lia
nggak tidur.”
“Ya udah, terserah kamu aja. Dasar cewek bawel.”
‘Bruuuuk’
“Dasar cewek ! Tadi aja bilangnya nggak tidur. Eh, malah pules banget. Nimbrung-
nimbrung di pundak orang lagi. Hhh !!”
Kuamati gadis di sebelahku. Mukanya terlihat polos banget. Dia masih
mengenakan baju olahraga lengkap berbalut jaket putihku. Dia terlihat lebih
kecil dengan jaket itu. Rambutnya yang di kepang dua sedari tadi terurai oleh
hembusan angin. Mukanya terlihat amat lelah. Hmm.. Perasaan aneh muncul tyap
aku deket sama dia. Nggak tau kenapa, aku yang dari dulu nggak tertarik sama
cewek tiba-tiba tersihir sama seorang gadis crewet yang kerjaannya nyusahin.
Ada sesuatu yang bikin aku tertarik. Dia beda! Dia nggak pernah menilai orang
dari luarnya aja. Aku yakin, jika dia punya cinta pasti cinta itu sederhana dan apa
adanya. Aku ingin belajar mencintai kamu. Batin Kak Rio.

000

Tiba-tiba aku terbangun dari mimpiku yang sedang berlari-lari mengejar


kucing kesayanganku. Aku kaget banget, ternyata sedari tadi aku tidur di pundak
Kak Rio. Refleks aku menggeser tubuhku. Aku masih mengucek-ngucek mata
berusaha mengembalikan seluruh nyawaku.
“E, maaf kak .. Lia tidur ya ?”
Dia hanya membalas dengan senyum.
“Kok Kak Rio nggak bangunin? Kan Lia udah bilang kalo Lia nggak bakal tidur kak.”
“Aku suka kok liat kamu tidur.”
Aku merasa pipiku mulai memanas. Aku ngerasa ada yang aneh. Perasaan bahagia
ketika melihat senyumnya. Dag dig dug ketika berbicara dengannya. Apa ini yang
dinamakan sayang? Terus kalo yang ke Kak Angga itu? Cuman sekedar suka?
Haduh. Baru beberapa hari aku di SMA aku udah di bingungin dengan berbagai
perasaan aneh. Ayah benar. Ini waktuku buat jadi dewasa.
“Kok diem? Aku salah ngomong?” tegurnya.
“Enggak kok kak, makasih ya kak udah jagain Lia.
Kakak kok baek banget sama Lia?”
“Nggak boleh?”
“aa, enggak.. Aneh aja. Dulu kakak kayaknya jutek banget.”
“Ooh, maaf. Dulu aku bingung harus gimana ke kamu jadi sering marah-marah
deh.”
“Bingung?”
“Rio sayang Lia.”
3 kata yang sukses bikin jantungku berhenti. Aku nggak tau pipiku sekarang
berwarna apa, mungkin saking merahnya udah jadi ungu. Aku memutuskan untuk
diam menoleh kebawah. Berusaha meredakan perasaan aneh ini.
“Rio ngerasa ada yang beda dari diri Lia. Lia nggak sama kayak cewek lain. Lia
cuek ke Rio waktu semua cewek ngejar-ngejar Rio. Lia apa adanya. Rio suka
semua itu. Rio pengen selalu ada buat Lia. Ngelindungin Lia, ngeliatin Lia bubuk,
bikin Lia seneng. Rio nggak mau ada orang yang nyakitin Lia. Maaf kalo ini terlalu
cepet. Rio nggak mau ada orang lain yang keburu di sukain Lia. Rio pengen jadi
satu-satunya orang yang ada di hati Lia. Lia mau nggak belajar sayang ke Rio?”
Jantung yang udah mulai tenang tiba-tiba berdegup lebih kencang. Kurasakan
seluruh aliran darahku berhenti seketika. Ini baru beberapa hari, apa mungkin
dia beneran sayang sama aku?
“Dek ?” Dia mengarahkan pandangannya ke arahku. Aku makin salting.
“Lia masih takut kak.” Jawabku tanpa berani menoleh ke arahnya.
“Takut? Kenapa? Masih belum percaya sama aku?”
“Bukan gitu kak, Kak Rio belum tau Lia. Belum tau asli Lia, Lia nggak mau suatu
saat kakak nyesel sama ucapan kakak.”
“Aku nggak akan nyesel!! Aku yakin nggak ada yang salah sama perasaanku. Kamu
cewek pertama yang bikin aku ngerasain perasaan ini. Dan aku yakin perasaan ini
bener. Kamu keberatan sama perasaanku?”
“Lia takut nggak bisa bikin Kak Rio seneng?”
“Kamu udah bikin aku seneng kok. Aku nggak butuh apa-apa dari kamu. Aku cuman
butuh kamu jaga perasaan ini.”
Kami saling terdiam sekitar 10 menit. Akhirnya kuputuskan untuk menjawabnya.
“Lia bakal coba.” Jawabku sambil mengulas senyum.
“Coba??” tanyanya sambil memasang wajah tak yakin.
“He’em.. Lia bakal coba buat belajar sayang ke Kak Rio. Lia bakal berusaha jaga
perasaan ini.”
“Makasih.. Rio bakal berusaha buat Lia nggak nyesel.”
Senyum itu mengambang di bibir kami.
Ternyata memang dia.
000

Anda mungkin juga menyukai