Dosen Pengampu :
Muallifah, MA
Oleh :
Fina Rahmatika (15410185)
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Di era serba internet ini, setiap orang bisa dengan bebas menunjukkan
sifat-sifat yang ia miliki terhadap setiap orang baik itu yang ia kenal maupun
tidak, begitupun setiap orang bisa dengan mudah mengenali karakter seseorang
melalui jaringan internet. Adanya jaringan internet yang membuat setiap orang
mudah untuk mengakses informasi ini, menjadikan banyak orang dengan mudah
memiliki role model yang mana sejatinya tidak pernah ia temui dan tidak dikenal
secara langsung. Hal ini menjadikan problematika baru dimana semakin banyak
orang yang terlalu bebas mengekspresikan apa yang ia rasakan tanpa
menghiraukan lagi norma-norma sosial masyarakat. Di media sosial instagram
akhir-akhir ini beredar video mengenai siswa Sekolah Dasar yang berdandan
seolah-olah remaja 20 tahun, video mengenai remaja-remaja yang memaki
temannya dengan sangat jelas, video mengenai remaja berciuman, dll. Hal ini
seolah-olah norma sosial itu sudah sangat tidak penting, dan sudah biasa untuk
dilanggar. Bahkan contoh terbaru yang dapat kita lihat adalah, adanya seorang
dokter yang tega membunuh istrinya sendiri karena pertengkaran masalah rumah
tangga. Hal ini menunjukkan bahwa pintar saja tidak cukup untuk menjadi
individu yang bermanfaat, tapi diperlukan juga karakter yang baik yang mulia
yang sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.
Hal inilah mengapa pendidikan karakter dinilai sangat penting. Fakta-fakta
yang ada menunjukkan bahwa banyak remaja indonesia yang krisis karakter,
sehingga mereka sudah biasa melakukan pelanggaran terhadap norma dengan
tanpa merasa bersalah. Oleh karena itu dalam hal ini penulis akan menggali
tentang salah satu pondok pesantren di Kota Malang yang diduga menerapkan
pendidikan karakter dalam kegiatan yang ada di pondok tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengajian wetonan ini berlangsung kurang lebih satu setengah jam, hal ini
tergantung pada materi yang diajarkan oleh Kyai. Umumnya dilaksanakan mulai
pukul 04.30 – 05.30 WIB. Namun terkadang jika ada banyak hal yang ingin
disampaikan oleh Kyai, pengajian akan berlangsung lebih lama, begitupula jika
Kyai merasa sedang capek atau tidak enak badan, pengajian akan berlangsung
lebih cepat.
2.3 Analisa
Franz Magnis-Suseno pada tahun 2010 dalam suatu acara yang membahas
tentang Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
menjelaskan bahwa Indonesia sudah tidak lagi membutuhkan pemuda yang
memiliki karakter yang kuat, tapi pemuda yang bertindak dengan benar,
memberikan dampak positif dan konstruktif. Imam Suyitno (2012) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa pengembangan pendidikan berbasis karakter
dan budaya bangsa dibutuhkan model-model pengembangan karakter dan budaya
bangsa yang mana harus menjadi satu dengan sistem pendidikan nasional.
Pendidikan karakter sebagai wadah penguatan karakter peserta didik disini
disusun guna mereka tidak hanya memiliki intelektual tinggi dan sukses dalam
bidang akademiknya saja. Namun juga menyangkut masalah-masalah sosial yang
sekarang ini sering disepelekan oleh anak muda.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan