Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UTS

KARAKTERISTIK MAD’U BERDASARKAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI

Mini research ini disusun untuk memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester Genap

Mata Kuliah : Psikologi Dakwah

Dosen Pengampu : Ani, M. Pd. I

Disusun Oleh

Nurul Wahidah

3617019

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta
hidayah-Nya, sehingga kita masih diberikan kesehatan untuk dapat melakukan aktifitas kita
masing-masing.

Shalawat dan salam marilah selalu kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi
Muhammad SAW, dengan mengucapkan Allahumma Sholli ‘Ala sayyidinaa Muhammad wa ‘Al
Ali Sayyidina Muhammad, semoga dengan sholawat yang selalu kita haturkan kepada beliau,
kita diakui sebagai umatnya dan mendapatkan syafa’atnya dengan izin Allah kelakdi hari kiamat.

Pada kesempatan ini tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ani M.
Pd. I selaku dosen mata kuliah Psikologi Dakwah yang telah memberikan tugas dan
mempercayai saya untuk membuat penelitian secara mini research, semoga hasil mini research
saya ini dapat memberikan manfaat kepada saya secara khusus dan para pembaca serta
masyarakat secara umumnya.

Saya menyadari dalam penyusunan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga hasil yang diperoleh jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
membangun sangat saya harapkan dari para pembaca.

Pekalongan, 5 Mei 2019

Nurul Wahidah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiap-tiap individu manusia adalah unik, unik disini mengandung arti bahwa manusia
yang satu berbeda dengan manusia yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama persis di
muka bumi ini, walaupun dia dilahirkan kembar sekalipun. Manusia mempunyai ciri-ciri,
sifat, watak, tabiat, kepribadian, motivasi tersendiri yang membedakan dari manusia lainnya.
Perbedaan pengalaman yang mengalami individu pada masa silam dan cita-citanya kelak
dikemudian hari, menentukan perilaku individu dimasa kini yang berbeda-beda pula. Secara
psikologis, manusia sebagai objek dakwah dibedakan oleh berbagai aspek di antaranya
mempunyai sifat kepribadian yang penakut, pemarah, suka bergaul dan sombong.
Mad’u merupakan sasaran yang dituju oleh da’i dalam menyampaikan pesan-pesan
dakwah. Perkotaan merupakan salah satu objek lokasi yang memiliki kompleksitas dalam
berkehidupan. Masyarakat kota dapat disebut juga sebagai masyarakat modern dengan
pemikiran yang lebih maju dan kritis pada umumnya. Sehingga diperlukan adanya dakwah
di perkotaan secara berkala dengan maksud membantu masyarakat untuk dapat
menyelesaikan problematika-problematika hidup yang dihadapi sesuai dengan syariat
agama.
Tidak banyak pula dari kalangan remaja perkotaan yang tidak tertarik dengan kegiatan
dakwah secara langsung atau biasa disebut “pengajian”. Mereka lebih suka berdiskusi
dengan temannya atau bahkan banyak yang malas untuk mendengarkan dakwah. Zaman
teknologi di kalangan millenial sungguh sangat mempengaruhi kehidupan remaja, alih-alih
di perkotaan bahkan di desa pun sedemikian rupa. Sehingga da’i disekitar tempat tinggal
haruslah lebik ekstra, menentukan metode yang akan digunakan sehingga bisa mengambil
hati para remaja sesuai dengan selera mereka.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses dakwah yang dilakukan di kelurahan Sampangan selatan?
Bagaimana metode dakwah yang dilakukan da’i kepada Masyarakat sampangan
selatan?
Bagaimana karakteristik mad’u masyarakat sampangan selatan berdasarkan perspektif
psikologi?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Karakteristik Mad’u (Objek Dakwah) Perspektif Psikologis
Salah satu unsur dakwah adalah Mad’u yakni manusia yang merupakan individu
atau bagian dari komunitas tertentu. Mempelajari unsur ini merupakan suatu keniscayaan
dalam keberhasilan suatu dakwah.
a. Manusia sebagai Individu
Individu berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tidak terbagi”.
Individu merupakan sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan paling terbatas. Individu adalah seorang manusia yang tidak
hanya memiliki peranan khas dalam lingkungan sosialnya melainkan juga memiliki
kepribadian serta pola tingkah laku yang spesifik. Dalam dirinya terkandung tiga
aspek yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya, yaitu aspekorganik jasmaniah,
psikis-rohaniah, dan aspek sosial.
Dalam membentuk kepribadian seorang manusia, faktor intern (bawaan) dan
faktor ekstern (lingkungan) saling mempengaruhi, pribadi terpengaruh lingkungan
dan lingkungan diubah oleh pribadi. Faktor intern yang ada dalam pribadi manusia
terus berkembang, dan hasil perkembangannya dipergunakan untuk mengembangkan
pribadi tersebut lebih lanjut. Dengan demikian, jelaslah bagaimana uniknya pribadi
tersebut, sebab tentu saja tidak ada pribadi yang sama, yang benar-benar identik
dengan pribadi yang lain.
Selain perbedaan fisik, keunikan psikis tiap manusia membawa perbedaan
perbedaan mendasar. Secara psikologis, manusia sebagai objek dakwah dibedakan
oleh berbagai aspek :
1. Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu adanya sifat-sifat manusia yang
penakut, pemarah, suka bergaul, peramah, sombong, dan sebagainya.
2. Intelegensi yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup kewaspadaan,
kemampuan belajar, kecepatan berpikir, kesanggupan untuk mengambil
keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian menangkap dan mengolah kesan-
kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan.
3. Pengetahuan (knowledge).
4. Keterampilan (skill).
5. Nilai-nilai (values).
6. Peranan (roles).
Ketika dakwah dilakukan terhadap seorang individu, perubahan individu
harus diwujudkan dalam satu landasan yang kokoh serta berkaitan erat
dengannya, sehingga perubahan yang terjadi pada dirinya itu menciptakan arus,
gelombang atau paling tidak riak yang menyentuk menyentuh orang lain.
Pembinaan individu harus dilakukan berbarengan dengan pembinaan
masyarakat, pada saat yang sama masing-masing menunjang yang lain, pribadi-
pribadi tersebut menujang terciptanya masyarakat dan masyarakat dan masyarakat
pun mewarnai pribadi-pribadi itu dengan warna yang dimilikinya.

b. Manusia sebagai Anggota Masyarakat (Kelompok)


Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial, sejak lahir ia memerlukan
orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya. Pada tahap awal pertumbuhanya ia
memerlukan orang tuanya atau keluarganya. Menajak dewasa ia mulai terlibat kontak
sosial dengan teman-teman sepermainannya, ia mulai mengerti bahwa dalam
kelompok sepermainnya terdapat peraturan-peraturan tertentu, norma-norma sosial
yang harus dipatuhi dengan sukarela guna dapat melanjutkan hubungan tersebut
dengan lancar.
Masyarakat sebagi objek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur
yang penting dalam sistem dakwahyang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan
unsur-unsur-unsur dakwah yang lain.
Masyarakat dalam arti luas , masyarakat adalah keselurhan hubungan-hubungan
dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa, dan sebagainya.
Dalam arti sempit , masyarakat adalah hhubungan sekelompok manusia yang dibatasi
oleh aspek-aspek tertentu (reritorial, bangsa, golongan, dan lain-lain).
 Masyarakat yang merupakan sasaran dakwah meliputi masyarakat yang
dilihat dari berbagai segi :
1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil serta
masyarakat didaerah marginal dari kota besar.
2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah, dan keluarga.
3. Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiokultural
berupa golongan priyayi, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama
terletak dalam masyarakat jawa.
4. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi
tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
5. Dari segi okupasional (Profesi atau pekerjaan) berupa golongan petani,
pedagang, seniman, buruj, pegawai negeri (administrator).
6. Dilihat dari segi tingkat hidup sosial-ekonomis berupa golongan orang
kaya, menengah, dan miskin.
7. Dilihat dari jenis kelamin (sex) berupa golongan pria, wanita, dan
sebagainya.
8. Dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tunasusila,
tunawisma, tunakarya, narapidana, dan sebagainya.
 Masyarakat dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai hal
diantaranya :
a. Pengaruh Budaya
Kebudayaan suatu masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :
- Faktor Geografis
Letak geografis artinya tempat tinggal suatu masyarakat. Tempat
tinggal suatu masyarakat secara geografis, seperti di pedesaan,
pegunungan, perkotaan, suku terasing (pedalaman) dan sebagainya.
Selain tempat tinggal suatu masyarakat, alam dan iklim pun sangat
berpengaruh tehadap kebudayaan dan peradaban masyarakat tersebut.
- Faktor Keturunan
Keturunan Nabi Adam atau manusia ini tergolong menjadi beberapa
keturunan atau ras yang mempunyai sifat persamaan tertentu dan turun
temurun. Ras-ras di dunia ini semua memiliki ciri khas sendiri dimana
antara satu ras dengan ras yang lainnya selalu berbeda, baik dari
bentuk fisik, psikis, sifat, watak, dan sebagainya. Dampak perbedaan
setiap setiap ras inilah yang menimbulkan segala macam perbedaan
dan kebudayaan manusia.
- Pengaruh dari Dunia Luar
Perubahan suatu kebudayaan bukanlah semata-mata disebabkan
adanya perpindahan bangsa atau penduduk masyarakat (migration),
akan tetapi faktor lain pun banyak yang mempengaruhi, seperti media
massa, pendidikan warga masyarakat, dan sebagainya.

b. Organisasi Sosial
Organisasi-organisasi sosial memiliki pengaruh yang besar dalam
kehidupan manusia, sebagai contoh sebuah organisasi keagamaan yang
merupakan sumber nilai, kebiasaan dan kepercayaan. Dalam lingkup yang
lebih besar, negara dapat dikatakan sebagai organisasi sosial, dimana ia
merupakan sumber dari norma-norma dan nilai bagaimana warganya
bersikap dan berperilaku.
Dalam konteks yang lebih umum, ketika melakukan aktivitas
dakwah seorang Da’i dituntut memerhatikan budaya masyarakat serta
organisasi-organisasi sosial yang melingkupi sehingga tidak terjadi
benturan antara dakwah dan kultur masyarakat atau aturan-aturan dalam
organisasi sosial termasuk aturan-aturan negara/pemerintah.1

1
Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 70-73.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam pendekatan ini saya menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif dimaksud
untuk mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga berarti untuk menjelaskan
fenomena atau karakteristik indiviual, situasi, atau kelompok sosial secara akurat.
B. Penentuan Populasi Sampel
Objek dalam penelitian saya adalah mad’u atau masyarakat Sampangan selatan. Dari
sini nanti akan saya komparasikan diantara masyarakat yang mengikuti kegiatan rutinan
(pengajian) dan remaja yang tidak banyak mengikuti kegiatan rutinan (pengajian). Sehingga
menhghasilkan sentetis yang lebih akurat dalam mengkaji karakteristik mad’u berdasarkan
perspektif psikologi.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Yaitu data yang
didapat langsung dari lapangan. Dalam penelitian ini data primer didapat dengan cara
observasi dan langsung ikut dalam pelaksanaan kegiatan rutinan (pengajian). Kemudian data
saya dapatkan dari hasil wawancara tokoh setempat. Yang mana tokoh tersebut merupakan
salah satu da’i yang memberikan pesan dan materi dakwah (pengajian).
Sehingga dari kedua belah pihak dapat memberikan penilaian terhadap karakteristik
mad’u atau masyarakat setempat. Dan dari penilaian tersebut dapat disinambungkan ke
dalam karakteristik mad’u berdasarkan perspektif psikologi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Pengajian merupakan salah satu metode dakwah yang dilakukan da’i dengan terjun
langsung ke lapangan dan bertatap muka dengan mad’u. Metode ini disebut juga metode bil
lisan. Kehidupan sehari-hari da’i juga dapat dijadikan suri tuladan bagi mad’u, mad’u dapat
mengikuti sifat, sikap, perilaku da’i atau biasa juga disebut dakwah bil hal. Hal ini juga
dapat dijadikan landasan bagi mad’u untuk dapat memberikan penghormatan keseganan
kepada tokoh setempat yang memiliki profesi sebagai da’i.
Segala hal yang berkaitan dengan ingat mengingatkan merupakan tugas wajib bagi
setiap manusia. Akan tetapi banyak pula yang menyalahartikan da’i tersebut. Mereka
berpendapat bahwa da’i hanyalah orang-orang yang menyampaikan dakwah di panggung
tabligh, pengajian, mimbar dan lain sebagainya. Acapkali masyarakat tidak sadar bahwa
dirinya juga menjadi seorang da’i disisi mereka menjadi mad’u. Dalam berkehidupan sosial
pastilah antara satu dengan lainnya menjadi saling bergantung, membutuhkan. Dari segi diri
sendiri ataupun dari lingkungan yang mempengaruhi masyarakat untuk dapat
mengembangkan karakter masing-masing. Setiap manusia memiliki problematika dalam
berkehidupan, dan karakter inilah yang dapat menyelesaikan problematika yang ada. Entah
problematika yang dialami dapat terselesaikan dengan baik atau bukan.
Suasana dalam sebuah majlis dan tabligh tidak jauh berbeda dengan perkumpulan
orang-orang. Namun disini mereka memiliki satu tujuan, yakni mendapatkan ilmu baik ilmu
pengulangan ataupun ilmu baru. Dan dengan maksud memperbaiki penghidupannya baik
secar vertikal kepada tuhannya ataupun secara horizontal kepada manusia, makhluk hidup.

B. Keadaan Lapangan
Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan, masyarakat perkotaan di sekitar
Sampangan selatan menunjukkan bahwa dalam lingkungan tempat tinggal terdapat kegiatan
rutinan (peng ajian) setiap minggunya, dan tidak banyak dari kalangan muda yang mengikuti
kegiatan rutinan (pengajian) yang dilakukan oleh beberapa tokoh masyarakat di tempat
masing-masing setiap gangnya. Kalangan muda yang seringkali mengikuti kegiatan
hanyalah beberapa pendatang sebagai seorang santri di lingkungan ini. Untuk kaum muda
lokal sendiri tidak banyak bahkan hampir tidak ada. Kegiatan ini banyak dihadiri oleh orang-
orang tua, lebih spesifiknya adalah ibu-ibu. Kegiatan dakwah secara “pengajian” ini
dilakukan setiap gang di Sampangan wilayah selatan. Untuk hari ahad dilakukan di gang 5
(jalsah An-Nur), hari selasa dilakukan di gang 6, hari jum’at dilakukan di gang 7, begitu
juga gang 8, 9, 10 yang melakukan kegiatan dakwah (pengajian) sesuai jatah hari yang
sudah ditentukan.
Kegiatan ini menyebabkan kekerabatan di lingkup Sampangan lebih erat dibandingkan
dengan kelurahan lain dalam kota. Dalam bermasyarakat, masyarakat Sampangan bisa
dikatakan sangat baik. Hasil yang ditunjukkan oleh masyarakat adalah kehidupan pribadinya
yang baik dalam ibadah dan berkeluarga, serta kehidupan yang baik dalam menyikapi
lingkungannya. Namun dalam urusan pribadi masing-masing masyarakat ini masih
tergolong sebagai masyarakat kota pada umumnya, tidak terlalu ikut campur dalam urusan
pribadi masing-masing
Lingkungan dengan nuansa ramah dapat membentuk karakter masyarakat sebagai
sebaik-baiknya manusia bagi orang lain. Ibu-ibu yang mengikuti kegiatan rutinan
(pengajian) didasarkan oleh diri dan juga lingkungan yang baik. Mereka mengikuti kegiatan
ini tergantung minat masing-masing, ada beberapa Ibu yang mengikuti 2 atau 3 kegiatan
pengajian, ada pula yang hanya mengikuti 1 kegiatan saja pada gang tempat tinggalnya.
Sebagian anak muda yang memiliki jiwa-jiwa organisasi ikut dalam kepegurusana
organisasi dan ikut serta membatu memberikan kontribusi kepada kelurahan Sampangan
selatan. Selain itu, anak muda yang lebih berkontribusi dengan sosial media, sehingga
mereka sebagian lebih ke dakwah-dakwah yang disampaikan di media sosial. Dan sebagian
lagi kemungkinan hanya menikmati kehidupan sesuai arus air yang mengalir.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam berkehidupan sendiri ataupun sosial, pastilah setiap manusia memiliki
karakteristik masing-masing. Karakteristik yang terbentuk atau dibentuk dalam diri sendiri,
lingkungan keluarga, dan juga lingkungan masyarakat. Pembentukan kepribadian seorang
manusia, faktor intern (bawaan) dan faktor ekstern (lingkungan) saling mempengaruhi,
pribadi terpengaruh lingkungan dan lingkungan diubah oleh pribadi. Masyarakat dalam
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, yakni kebudayaan, geografis,
organisasi, dan lain-lain yang menyebabkan perbedaan karakteristik itu sendiri.
Hampir seluruh mad’u memiliki problematika yang tidak jauh berbeda antara satu
dengan lainnya. Kelurahan Sampangan selatan termasuk dalam berkehidupan pribadi yang
baik dalam ibadah dan berkeluarga, serta kehidupan yang baik dalam menyikapi
lingkungannya. Namun dalam urusan pribadi masing-masing masyarakat ini masih
tergolong sebagai masyarakat kota pada umumnya, tidak terlalu ikut campur dalam urusan
pribadi masing-masing
B. Saran
Seorang da’i harus pandai dalam memberikan pesan atau materi dakwah kepada
masyarakat sesuai dengan problematika yang dialami masyarakat saat itu. Sebagai tokoh
setempat, masyarakat berharap dapat meniru karakteristik baik yang ditonjolkan oleh da’i,
da’i haruslah bisa menjadi tonggak persaudaraan umat muslim di dunia. Melihat betapa
pesatnya perkembangan teknologi saat ini juga haruslah seorang da’i bisa mengimbanginya,
sehingga untuk kalangan muda menjadi tertarik dan dapat menerima pesan yang
disampaikan dengan metode yang sama namun mungkin dengan cara yang berbeda.
Banyaknya media dakwah seharusnya lebih memudahkan dalam berdakwah, dengan
begitu seluruh lapisan masyarakat dapat mengetahui pesan-pesan dakwah yang disampaikan
dan semua yang dilakukan tidak berada diluarjalur syariat islam. Dengan pendekatan-
pendekatan yang bisa menggapai tangan mad’u.
DAFTAR PUSTAKA

Faizah, Lalu Muchsin Effendi. 2006. Psikologi Dakwah. (Jakarta: Kencana)

Mufida, Ismi dkk. 2019. Karakteristik Mad’u Perspekti Psikologi. (Makalah: Pekalongan)

Anda mungkin juga menyukai