ISBN 978-979-8878-01-5
DEPARTEMEN PERTAHANAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MENTERI PERTAHANAN,
MEMUTUSKAN :
Pasal 2
Pasal 3
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 28 Desember 2007
MENTERI PERTAHANAN,
JUWONO SUDARSONO
KATA PENGANTAR
Juwono Sudarsono
LATAR BELAKANG......................................................................1
HAKIKAT ANCAMAN................................................................19
Penilaian Ancaman................................................................... 19
Penggolongan Ancaman........................................................... 22
i
Ancaman Militer.................................................................... 22
Ancaman Nirmiliter............................................................... 28
ii
Mengatasi Ancaman Militer....................................................... 93
Menghadapi Ancaman Agresi................................................. 93
Menghadapi Ancaman Militer yang Bukan Agresi..................... 94
Menghadapi Ancaman Nirmiliter melalui Peran Lintas
Lembaga.............................................................................. 95
Mewujudkan Perdamaian Dunia dan Stabilitas Regional.............. 97
Perang Rakyat Semesta............................................................ 99
P E N U T U P..........................................................................115
Perlakuan.............................................................................. 115
Petunjuk Akhir....................................................................... 115
iii
LATAR BELAKANG
1
Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan faktor penentu dalam
menjaga dan mengawal NKRI yang harus selalu dibangun, dipupuk, dan
digelorakan. Semangat pantang menyerah dalam mengusir penjajah telah
menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan akan kekuatan sendiri untuk
menyelenggarakan pertahanan negara dalam membela, menegakkan, dan
mempertahankan keberlangsungan NKRI. Indonesia dengan karakteristik
geografi yang terdiri atas gugusan Kepulauan Nusantara, yang terletak
di posisi silang dengan aneka ragam sumber daya alam dan demografi
yang majemuk wajib dilindungi dan dipertahankan. Kondisi Indonesia
tersebut di satu sisi mengandung kekuatan besar untuk didayagunakan
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, tetapi di sisi lain juga
mengisyaratkan suatu tantangan yang besar bagi pengelolaan dan
2
pengamanannya yang berimplikasi terhadap diperlukannya pembangunan
dan pengelolaan sistem pertahanan negara yang handal.
3
HAKIKAT, KEDUDUKAN, DAN LANDASAN
4
Doktrin Pertahanan Negara memberikan tuntutan dan pedoman dalam
mendayagunakan segenap kekuatan nasional dalam upaya pertahanan
guna menyelamatkan negara dan bangsa dari ancaman yang dihadapi.
Kedudukan Doktrin
Stratifikasi Doktrin
5
dan Doktrin Pertahanan Nirmiliter. Doktrin Pertahanan Militer dijabarkan
oleh TNI menjadi Doktrin Tri Dharma Eka Karma atau disingkat Doktrin
Tridek. Doktrin Pertahanan Militer berlaku bagi TNI dan komponen
penggandanya. Doktrin-doktrin yang bersifat kematraan berinduk pada
Doktrin Pertahanan Militer.
6
Landasan Doktrin Pertahanan Negara
Sebagai prinsip fundamental yang diyakini kebenarannya serta
penuntun dalam penyelenggaraan pertahanan negara, Doktrin Pertahanan
dikembangkan dari nilai-nilai bangsa Indonesia yang bersifat mengikat.
Landasan Idiil
Landasan Konstitusional
7
1945 merefleksikan sikap bangsa Indonesia yang menentang segala
bentuk penjajahan. Bangsa Indonesia akan senantiasa berjuang untuk
mencegah dan mengatasi usaha-usaha pihak tertentu yang mengarah
pada penindasan dan penjajahan. Penjajahan bagi bangsa Indonesia
merupakan tindakan keji yang tidak berperikemanusiaan serta
bertentangan dengan nilai-nilai keadilan.
8
haknya. Keikutsertaan warga
negara dalam upaya pertahanan
negara dapat secara langsung, yakni
menjadi prajurit sukarela Tentara
Nasional Indonesia (TNI), tetapi
dapat juga secara tidak langsung,
yakni dalam profesinya masing-
masing yang memberikan kontribusi terhadap pertahanan negara, atau
menjadi prajurit wajib. Terkait dengan kewajiban warga negara dalam
upaya pertahanan negara, hal mendasar adalah bahwa negara dapat
mewajibkan warga negara untuk ikut dalam upaya pertahanan negara.
Mewajibkan warga negara untuk ikut dalam upaya pertahanan negara
adalah konteks yang konstitusional sebagai konsekuensi menjadi warga
negara dari suatu negara yang berdaulat. Namun, mewajibkan warga
negara dalam upaya pertahanan negara harus didukung oleh perangkat
perundang-undangan sebagai pelaksanaan dari UUD 1945.
Landasan Yuridis
9
pengejawantahannya melalui sistem pertahanan negara.
10
Landasan Sejarah
11
Indonesia menghadapi
Bahwa Negara Indonesia tidak tjukup ujian yang berat, baik dari luar
dipertahankan oleh tentara sadja, maupun dari dalam negeri.
maka perlu sekali mengadakan kerdja
sama jang seerat-eratnja dengan
Dalam usianya yang sangat
golongan serta badan-badan di luar muda, Indonesia menghadapi
tentara. (Panglima Besar S udir man ancaman yang dahsyat berupa
pada Konf er ensi T ent ar a Keamanan
kekuatan militer Belanda
Rakyat di Mar kas T KR Y ogyakar t a, 12
N ovember 1945) yang ingin menjajah kembali
Indonesia serta rongrongan
dari dalam negeri yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin memisahkan
diri dari NKRI. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia
diberi kekuatan dan keyakinan untuk menyatukan usaha dalam semangat
persatuan dan kesatuan yang mampu mengusir penjajah serta mengatasi
ancaman dalam negeri. Proklamasi 17 Agustus 1945 menorehkan
kemenangan sehingga menjadi lambang keberhasilan perjuangan seluruh
rakyat Indonesia yang sepakat untuk mempertahankan kebhinnekaan
dalam wadah NKRI. Hal ini membuktikan bahwa jika bangsa Indonesia
bersatu padu, tujuan bersama akan dapat diraih. Sebaliknya, apabila
bercerai-berai, bangsa Indonesia akan mudah dihancurkan.
12
Kebersamaan TNI dan rakyat selama perjuangan tersebut telah
mengilhami kemanunggalan TNI-rakyat yang dapat diaplikasikan dalam
berbagai konteks bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Kemanunggalan TNI-rakyat yang lahir dari pengalaman sejarah
tersebut merupakan inti kekuatan pertahanan Indonesia yang tetap relevan
dan tidak lekang oleh perubahan. Sistem pertahanan yang modern tidak
akan ada artinya manakala TNI tidak bersama rakyat. Penolakan atau
pengingkaran akan kemanunggalan TNI-rakyat adalah pengkhianatan
akan sejarah bangsa sendiri, yakni sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Atas dasar itulah, menjadi kewajiban setiap anak bangsa untuk selalu
waspada terhadap setiap usaha yang ingin memecah dan memisahkan
TNI dari rakyat, baik usaha pihak luar maupun usaha pembusukan dari
dalam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Hancurnya
kemanunggalan TNI-rakyat dan dipisahkannya TNI dari rakyat pada
akhirnya akan menghancurkan NKRI.
Landasan Visional
13
menjadi bangsa yang berdaya saing tinggi dalam dinamika lingkungan
strategis. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai suatu kesatuan
pertahanan mengandung arti bahwa setiap ancaman terhadap sebagian
wilayah Indonesia pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap
kedaulatan nasional yang harus dihadapi bersama dengan mengerahkan
segenap daya dan kemampuan.
Landasan Konseptual
14
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
15
Hakikat Perjuangan Bangsa
Perjuangan bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan segala
upaya untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan Nasional
Tujuan nasional bangsa Indonesia adalah membentuk peme-
rintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
16
Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional Indonesia adalah tetap tegaknya NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta terjaminnya kelancaran dan
keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan
tujuan pembangunan dan tujuan nasional.
17
nasional. Dalam kerangka itu, keamanan nasional merupakan kepentingan
nasional yang sifatnya dinamis. Keamanan nasional dipengaruhi oleh
dinamika perubahan lingkungan strategis serta faktor-faktor dari dalam
negeri, di antaranya pembangunan ekonomi, pendidikan, kesejahteraan
masyarakat, dinamika politik, serta interaksi antar masyarakat.
18
HAKIKAT ANCAMAN
Penilaian Ancaman
Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, hal yang mendasar
adalah penilaian tentang ancaman yang didasari oleh kemampuan untuk
19
memahami, mengidentifikasi, dan menganalisis ancaman. Penilaian
tentang ada atau tidaknya ancaman dari negara lain ditentukan oleh
sejumlah faktor dominan yang meliputi faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal berkaitan dengan aktor atau pelaku yang
meliputi niat, tujuan, indikasi, serta besarnya kekuatan dan kemampuan,
sedangkan faktor internal merupakan faktor-faktor yang memfasilitasi
atau memberikan ruang terjadinya ancaman, baik yang bersifat statis
maupun dinamis.
20
pulau-pulau kecil terluar yang tidak berpenghuni, kondisi dan komposisi
demografi yang sangat beragam, serta sumber daya alam yang bernilai
strategis. Sebaliknya, faktor internal yang bersifat dinamis mencakup
faktor-faktor yang berkembang menjadi sumber-sumber terjadinya
suatu ancaman atau konflik. Faktor dinamis diantaranya berupa paham-
paham yang mengancam nilai-nilai kebangsaan, persaingan politik yang
mengarah kepada penguatan identitas lokal, primordialisme, benturan nilai
akibat kemajemukan masyarakat, termasuk ancaman yang diakibatkan
oleh peredaran narkoba.
21
rendah daya tangkal suatu negara, akan semakin tinggi kemungkinan
potensi ancaman untuk berkembang menjadi ancaman nyata.
Penggolongan Ancaman
Ancaman dapat digolongkan ke dalam jenis, sumber, dan aktor.
Berdasarkan jenisnya, ancaman pertahanan negara digolongkan dalam
ancaman militer dan ancaman nirmiliter. Jika dilihat dari sumbernya,
ancaman yang dihadapi Indonesia dapat berasal dari luar Indonesia atau
kejahatan lintas negara, baik yang dilakukan oleh aktor negara maupun
aktor yang bukan negara, serta ancaman yang timbul di dalam negeri.
Ancaman tersebut secara sistematis mengancam atau diperkirakan dapat
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan
bangsa.
Ancaman Militer
22
kekuatan penangkal maupun kekuatan pertahanan untuk kebutuhan
responsif.
23
militer atau invasi dari suatu negara bahkan dapat menghancurkan secara
total suatu negara.
Wilayah yang sangat luas dan berada pada posisi silang berpotensi
bagi terjadinya pelanggaran wilayah oleh negara lain. Pelanggaran
wilayah yang secara sengaja dan sistematis dilakukan oleh negara
lain merupakan bentuk ancaman militer yang mengancam kedaulatan
negara Indonesia. Bentuk ancaman tersebut dapat terjadi setiap waktu
secara cepat sehingga memerlukan mekanisme pengambilan putusan
yang khusus pada tingkat nasional untuk mengatur pengerahan dan
penggunaan kekuatan pertahanan yang dilibatkan.
24
Darul Islam (DI) dan Tentara
Islam Indonesia (TII), Kahar
Muzakar, serta G-30-S/PKI.
Sejumlah aksi pemberon-
takan bersenjata tersebut
tidak hanya mengancam
pemerintahan yang sah,
tetapi juga mengancam tegaknya NKRI yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945.
25
didukung oleh teknologi yang mampu mendeteksi dan mencegah secara
dini setiap kemungkinan ancaman.
26
membangun kader-kader baru.
27
Ancaman Nirmiliter
28
nilai-nilai kebebasan (liberalisme) yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai individualisme dan materialisme dari
luar cenderung mengancam nilai-nilai kebangsaan yang sudah berakar
dalam masyarakat. Ancaman berbasis ideologi ini dapat menjadi pemicu
proses disintegrasi di dalam masyarakat Indonesia yang bersifat pluralis
dalam agama, suku, dan adat-istiadat. Selain itu, ancaman berbasis
ideologi dapat pula timbul dari dalam negeri, antara lain yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok metamorfosis sisa-sisa G-30-S/PKI, kelompok
radikal di masa lalu atau yang telah melebur ke dalam elemen-elemen
masyarakat.
29
Dari dalam negeri, pertumbuhan instrumen politik mencerminkan
kadar pertumbuhan demokrasi suatu negara. Iklim politik yang
berkembang secara sehat menggambarkan suksesnya proses demokrasi.
Bagi Indonesia, faktor politik menjadi penentu kelanjutan sistem
pemerintahan. Dalam sejarah Indonesia, pemerintahan negara sering
mengalami pasang-surut yang diakibatkan oleh gejolak politik yang sulit
dikendalikan. Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari
dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa mobilisasi
massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau
dapat pula dalam bentuk menggalang kekuatan politik untuk melemahkan
kekuasaan pemerintah. Ancaman separatisme merupakan bentuk
ancaman politik yang timbul di dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman
politik, separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik (tanpa
senjata) dan perjuangan bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata
sering ditempuh untuk menarik simpati masyarakat internasional
dan karena itu sulit dihadapi dengan menggunakan instrumen militer,
sementara ancaman separatisme dengan bersenjata tidak jarang sulit
dihadapi sebagai akibat dari politisasi penanganan yang dilakukan
pemerintah dengan menggunakan pendekatan operasi militer. Hal ini
membuktikan bahwa ancaman berdimensi politik memiliki tingkat risiko
yang besar yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan
bangsa.
30
pergaulan internasional. Negara dengan kondisi perekonomian yang
lemah sering berada dalam posisi tawar yang rendah dalam berhubungan
dengan negara lain yang posisi ekonominya lebih kuat. Negara yang
ekonominya kuat biasanya diikuti pula dengan politik dan militer yang
kuat.
31
besar yakni kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin menjadi
semakin lebar. Kondisi ini berpengaruh terhadap kondisi ketidakstabilan
keamanan nasional.
32
digunakan pihak luar untuk menekan Indonesia di antaranya pembatasan
kuota, pembatasan atau restriksi, embargo sebagian atau seluruhnya,
dan blokade ekonomi.
33
lokal. Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan dunia menjadi desa
global, tempat interaksi antarmasyarakat terjadi secara langsung. Yang
terjadi tidak hanya transfer informasi, tetapi juga transformasi dan
sublimasi nilai-nilai luar secara serta-merta dan sulit dikontrol. Akibatnya,
terjadi benturan peradaban, sehingga lambat-laun nilai-nilai persatuan
dan kesatuan bangsa semakin terdesak oleh nilai-nilai individualisme.
Diakui bahwa nilai-nilai luar tidak semuanya negatif banyak pula nilai
positif yang memberikan efek kemajuan untuk diterapkan. Nilai-nilai luar
yang positif antara lain kedisiplinan, keuletan bekerja dan belajar, serta
pemanfaatan waktu untuk hal-hal yang produktif sehingga masyarakatnya
menjadi sejahtera. Nilai-nilai positif tersebut patut diadopsi dan
diterapkan dalam membangun masyarakat Indonesia. Dimensi sosial
budaya yang menjadi ancaman yang melemahkan bangsa Indonesia
di antaranya peredaran narkotik dan obat-obatan terlarang yang
mengancam generasi muda Indonesia. Di samping itu, peredaran media
pornografi serta perdagangan wanita, selain mengancam moral, juga
menjadi media penyebaran virus HIV/AIDS. Penetrasi nilai-nilai budaya
dari luar negeri yang sulit dibendung sering kali menyebabkan terjadinya
benturan peradaban yang mengancam nilai-nilai lokal di Indonesia.
34
mentalitas masyarakat untuk lebih
menghargai produk-produk asing daripada
produk anak bangsa sendiri. Hal ini dapat
terlihat dari membanjirnya produk-produk
asing di Indonesia, sementara produk
Iptek hasil dalam negeri kurang diminati.
Dikaitkan dengan era perdagangan bebas
yang akan berlangsung dalam waktu
dekat, sinyalemen ini berpotensi menjadi
ancaman yang cukup serius.
35
umum adalah kecelakaan
transportasi. Kecelakaan
transportasi disebabkan
oleh berbagai faktor,
seperti masalah teknik,
kelalaian manusia dan
faktor alam, serta masih
lemahnya kinerja aparat
dalam penegakkan hu-
kum dan peraturan perundang-undangan.
36
KONSEPSI PERTAHANAN NEGARA
37
negara sesuai dengan perannya masing-masing.
Sistem Pertahanan Negara yang bersifat semesta bercirikan
kerakyatan, kesemestaan, dan kewilayahan. Ciri kerakyatan
mengandung makna bahwa orientasi pertahanan diabdikan oleh dan untuk
kepentingan seluruh rakyat. Ciri kesemestaan mengandung makna bahwa
seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya pertahanan.
Sedangkan ciri kewilayahan mengandung makna bahwa gelar kekuatan
pertahanan dilaksanakan secara menyebar di seluruh wilayah NKRI,
sesuai dengan kondisi geografi sebagai negara kepulauan.
38
instrumen pertahanan negara yang setiap saat siap sedia untuk membela
dan mempertahankannya.
39
penyelenggaraan fungsi pertahanan negara untuk melindungi warga dari
segala bentuk ancaman. Menjamin keselamatan bangsa mencakupi upaya-
upaya pertahanan negara dalam menghadapi setiap ancaman baik dari
luar maupun dalam negeri. Dimensi keselamatan bangsa juga mencakupi
kewajiban untuk melaksanakan penanggulangan dampak bencana alam
dan kerusuhan sosial, mengatasi tindakan terorisme serta menegakkan
keamanan di laut dan udara Indonesia, termasuk dari kejahatan lintas
negara.
40
Dalam kerangka penangkalan, instrumen politik menyelenggarakan
pembangunan sistem politik yang sehat dan kuat serta usaha-usaha
diplomasi sebagai lini terdepan pertahanan negara untuk mencegah dan
meniadakan setiap potensi ancaman yang dapat mengancam kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Instrumen ekonomi
menyelenggarakan pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi
yang jelas untuk mencapai pertumbuhan yang sehat dan cukup tinggi
bagi terwujudnya pencapaian tujuan nasional yakni masyarakat yang
sejahtera, berkeadilan, dan berdaya saing pada lingkup regional dan
global.
41
untuk menghadapi dan mengatasi segala bentuk ancaman, baik dari
luar maupun yang timbul di dalam negeri, yang mengancam kedaulatan,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Fungsi penindakan
dilaksanakan dengan usaha pengerahan dan penggunaan kekuatan
pertahanan dalam sistem pertahanan semesta untuk melakukan tindakan
preemptive, penanggulangan, atau perlawanan yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan jenis ancaman serta tingkat risiko yang ditimbulkan.
42
yang ditimbulkan, serta dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai
hukum yang berlaku dalam negara demokrasi.
43
dengan instansi pemerintah lainnya serta masyarakat melaksanakan fungsi
pemulihan sebagai wujud pertahanan semesta yang utuh. Dalam lingkup
ke luar, fungsi pemulihan diwujudkan melalui pelibatan unsur kekuatan
pertahanan dalam mengambil bagian mewujudkan perdamaian dunia dan
stabilitas regional. Secara militer, hal ini diwujudkan antara lain dalam
bentuk pengiriman pasukan penjaga perdamaian atau pengamat penjaga
perdamaian. Secara nirmiliter hal ini diwujudkan dalam keikutsertaan
dalam berbagai usaha, antara lain melalui keanggotaan PBB dan
organisasi regional, serta dalam memfasilitasi usaha-usaha internasional
untuk mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.
44
usaha diplomasi mengalami jalan buntu serta dilaksanakan dalam
rangka melawan kekuatan negara lain yang secara nyata mengancam
kemerdekaan, kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan bangsa Indonesia.
45
Inti pertahanan nirmiliter adalah pemberdayaan sumber daya
nasional yang meliputi fungsi kekuatan pertahanan nirmiliter dalam
kerangka menghadapi ancaman militer, yakni dalam wujud Komponen
Cadangan dan Komponen Pendukung, serta dalam kerangka pertahanan
sipil untuk menghadapi ancaman nirmiliter sesuai dengan lingkup fungsi
dan kewenangan instansi pemerintah di luar bidang pertahanan.
GAMBAR 1
SPEKTRUM KONFLIK DAN PELIBATAN
UNSUR PERTAHANAN
DAMAI
46
Pemahaman terhadap spektrum konflik menjadi dasar dalam
pencegahan konflik, pengelolaan konflik, pelibatan kekuatan pertahanan,
termasuk keikutsertaan dalam tugas-tugas perdamaian dunia dan
bantuan kemanusiaan, serta bantuan kemampuan pertahanan negara
pada departemen atau otoritas sipil lainnya. Pelibatan fungsi pertahanan
militer dan fungsi pertahanan nirmiliter diselenggarakan sejak kondisi
keamanan nasional dalam keadaan damai hingga perang. Dalam
kondisi damai, pelibatan fungsi pertahanan militer ditekankan pada
efektivitas penangkalan, yakni untuk mencegah setiap ancaman, baik
dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Dalam keadaan damai dan
dalam rentangan kondisi keamanan nasional dengan spektrum konflik
intensitas rendah fungsi pertahanan militer, yakni TNI, dilibatkan untuk
menyelenggarakan OMSP untuk menangani ancaman atau tugas yang
diembankan kepada TNI yang pelaksanaannya berdasarkan keputusan
politik pemerintah. Dalam spektrum konflik ketika kondisi keamanan
suatu berada pada level yang kritis dan pemerintah memberlakukan
keadaan darurat seperti darurat sipil, darurat militer, atau keadaan
perang, pelibatan fungsi pertahanan militer semakin besar.
47
pada pendekatan pembangunan nasional yang berefek kesejahteraan
dan penangkalan. Pada kondisi keamanan nasional dengan spektrum
konflik intensitas rendah, fungsi pertahanan nirmiliter, yakni unsur-unsur
pemerintahan di luar bidang pertahanan, dilibatkan secara maksimal
sampai pada kondisi darurat sipil. Pada darurat militer dan keadaan
perang, pelibatan fungsi pertahanan nirmiliter disesuaikan dengan kondisi
dan tingkat risiko yang dihadapi berdasarkan hak-hak masyarakat sipil
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan Perdamaian
Penyelenggaraan perdamaian bertujuan untuk menciptakan kondisi
yang aman, harmonis, dan tenteram, baik dalam sistem global maupun
nasional. Dalam sistem global, Indonesia berinteraksi dengan negara-
negara lain, baik dengan sesama kawasan maupun di luar kawasan,
sehingga akan saling membutuhkan satu sama lain. Dalam hal ini,
penyelenggaraan perdamaian bertujuan untuk menciptakan hubungan
yang aman dan harmonis dengan memandang negara lain bukan sebagai
ancaman dan sebaliknya negara lain tidak memandang Indonesia sebagai
ancaman. Setiap pertikaian dengan negara lain diselesaikan dengan
mengedepankan usaha-usaha damai. Perwujudan perdamaian ditempuh
melalui peningkatan kerja sama bilateral, regional, dan internasional
dengan mengembangkan prinsip saling percaya, mengedepankan
diplomasi, serta melakukan upaya-upaya penanganan dan penyelesaian
konflik lainnya. Indonesia sebagai negara yang cinta damai akan selalu
tampil dalam setiap usaha bagi terwujudnya perdamaian dunia, baik
secara politik maupun melalui pelibatan kekuatan pertahanan dalam
tugas-tugas perdamaian dunia dan regional.
48
Penyelenggaraan perdamaian juga berefek ke dalam, yakni dalam
rangka stabilitas nasional bagi terwujudnya tata tenteram kerta raharja di
seluruh wilayah Indonesia. Dalam membangun stabilitas nasional, setiap
konflik dalam negeri, baik vertikal maupun horizontal, diselesaikan dengan
cara-cara yang bermartabat dan berperikemanusiaan melalui pendekatan
hukum, kesejahteraan, keadilan, dan dialogis dalam membangun kohesi
nasional serta persatuan dan kesatuan bangsa. Keputusan menggunakan
kekuatan pertahanan dalam mengatasi isu-isu keamanan dalam negeri
didasarkan atas pertimbangan yang saksama terhadap perkembangan
situasi serta ditempuh melalui keputusan politik.
Asas-asas Damai
Asas Tujuan
49
Asas Waspada
Asas Kekenyalan
Asas Kekuatan
Asas Kolektif
Asas Keberlanjutan
50
Asas Transparansi
Asas Prioritas
Penyelenggaraan Peperangan
Perang diselenggarakan untuk membela kemerdekaan dan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah negara, serta
melindungi keselamatan segenap bangsa. Perang bagi bangsa Indonesia
adalah perang semesta yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia
dan segenap kekuatan nasional. Pernyataan perang dengan bangsa
lain dilakukan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Demikian pula dalam mengakhiri perang atau membuat
perdamaian, pernyataan dilakukan oleh Presiden melalui pernyataan
politik secara resmi.
51
dengan strategi pertahanan berlapis dan mendalam dengan
mendayagunakan seluruh kekuatan dan kemampuan nasional ke dalam
konsep Perang Rakyat Semesta. Keberhasilan Perang Rakyat Semesta
ditentukan oleh kemanunggalan TNI-Rakyat. Karena itu, pembangunan
pertahanan dan gelar kekuatan berdimensi kewilayahan (teritorial) dan
diselenggarakan dengan tujuan untuk membangun dan memelihara
kemanunggalan TNI-Rakyat bagi terwujudnya daya tangkal bangsa.
52
pertahanan, yakni medan pertahanan penyanggah, medan pertahanan
utama, dan daerah perlawanan. Medan pertahanan penyanggah
merupakan lapis terdepan, yakni medan pertahanan yang berada di
luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan wilayah udara di atasnya. Medan
pertahanan utama merupakan lapis inti dari medan pertahanan mulai
dari Zona Ekonomi Eksklusif sampai dengan laut teritorial, dasar laut,
daratan serta wilayah udara di atasnya, yang menjadi mandala perang.
Daerah-daerah perlawanan merupakan lapis ketiga yang berada pada
wilayah-wilayah belakang di luar mandala perang, termasuk wilayah
perairan Nusantara dan wilayah udara di atasnya yang dibangun dan
dipersiapkan sebagai daerah pangkal perlawanan untuk memelihara
kesinambungan perlawanan.
53
Pelaksanaan peperangan diseleng-
garakan dengan strategi pertahanan
berlapis dan mendalam yang memancarkan
penangkalan yang kuat serta kemampuan
untuk mengatasi ancaman manakala meng-
hadapi ancaman nyata. Strategi penangkalan
dikembangkan dengan menyinergikan kemampuan nasional dari aspek
politik, ekonomi, psikologi, teknologi, sosial budaya, dan militer yang
berefek penolakan dan pembalasan sekaligus. Pelaksanaan peperangan
ditentukan pula oleh gelar kekuatan pertahanan yang disesuaikan
dengan hakikat ancaman dengan mengutamakan kesiapsiagaan dan
mobilitas yang tinggi. Gelar kekuatan TNI dikembangkan secara fleksibel
bagi terwujudnya Tri Matra Terpadu sekaligus keterpaduan dengan
pertahanan nirmiliter.
54
Asas-asas Perang
55
Asas Tujuan
Asas Mobilitas
Asas Pemusatan
Asas Keamanan
56
Asas Kedalaman
Asas Informasi
Asas Kesemestaan
57
mengandung makna totalitas bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan
perang dan dalam menyelenggarakan pertahanan negara dalam arti luas
untuk mengamankan eksistensi bangsa dan negara serta kepentingan
nasional.
Asas Pendadakan
58
Asas Tidak Kenal Menyerah
59
pertahanan yang handal. Keterpaduan ketiga unsur tersebut menghasilkan
pertahanan negara yang berdaya tangkal tinggi.
GAMBAR 2
Tanggap
(Konseptual) Tanggon
(Moral dan Moril)
* Konsep/Prinsip damai &
Perang * Kepemimpinan
* Doktrin an * Manajemen
* Implementasi Pemikiran * Motivasi
Konseptual
Trengginas
(Fisik)
* Jumlah & kualitas
kekuatan
* Sistem senjata
* Kinerja Kolektif
* Kesiapsiagaan
* Dukungan Sumda
60
Tanggap
Penguasaan Doktrin
61
mempertahankannya. Doktrin digali dari nilai-nilai perjuangan bangsa
serta dari pengalaman dalam menyelenggarakan usaha-usaha pertahanan,
baik keberhasilan maupun kegagalan, untuk dijadikan pelajaran berharga
dalam mengembangkan konsep-konsep pertahanan selanjutnya. Atas
dasar itu, doktrin harus dipahami, dikembangkan, dan dipedomani.
62
suatu Komando. Unsur-unsur penting dalam informasi suatu komando
adalah akurasi, kecepatan, ketepatan, sumber, dan proses.
Tanggon
63
merupakan faktor yang berhubungan dengan aspek moral sebagai
penentu karakter kesatuan. Tanggon ditentukan oleh moral dan moril
yang terkait langsung dengan semangat tempur, motivasi, kepemimpinan,
dan manajemen.
64
yang terancang dan tertata. Kepemimpinan diawali dari disiplin pribadi
sang pemimpin dan merupakan proses yang berkelanjutan dalam
kehidupan sehari-hari. Pemimpin mempromosikan kepada bawahannya
keputusan yang akurat dan tindakan yang menentukan, memberikan
contoh dan nasehat, mendorong dan membangkitkan semangat,
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berkembang, serta
mampu mengukur kemampuan dan batas kemampuan bawahan.
Trengginas
65
Jumlah dan kualitas kekuatan berkaitan dengan SDM; inti
kekuatan pertahanan negara adalah sumber daya manusia pertahanan,
yang secara kuantitas mencukupi kebutuhan pertahanan dan secara
kualitas berkemampuan dan berdaya tahan. SDM pertahanan adalah
unsur yang hidup dinamis, dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan.
SDM berhubungan dengan faktor kesejahteraan dan keadilan sebagai
kebutuhan yang mendasar. SDM sensitif terhadap perubahan ekonomi,
sosial, dan politik sehingga memerlukan penanganan secara komprehensif.
Selain dengan kekuatan, manusia perlu ditopang dengan penguasaan
sistem senjata.
66
Sosok SDM pertahanan
yang tanggap, tanggon, dan
trengginas menghasilkan
kinerja pertahanan secara
utuh, sebagai kunci menuju
sukses dalam berperang dan
memenangi perang. Untuk
mencapainya, diperlukan
suatu usaha yang dirancang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan lingkungan
strategis dan teknologi.
Sistem senjata juga berupa sistem dan tata nilai yang diwujudkan
dalam semangat patriotisme, nasionalisme, kepemimpinan nasional,
manajemen nasional, diplomasi, psikologi, informasi, sosial budaya, serta
kekuatan ekonomi. Sistem dan tata nilai tersebut merupakan kekuatan
67
bangsa melalui peran serta
negara dalam memerankan
fungsi bela negara. Esensi untuk
memperlengkapi diri dengan
sistem senjata dengan sistem
dan tata nilai diletakkan pada
komitmen Bhinneka Tunggal
Ika yang mengejawantah dalam
semangat bela negara.
68
Efektivitas penyelenggaraan manajemen sumber daya pertahanan
ditentukan oleh organisasi dan kepemimpinan yang kenyal dan profesional.
Organisasi pertahanan memiliki karakteristik yang kenyal, yakni mampu
beradaptasi dengan dan mewadahi setiap perubahan, tanpa melakukan
perubahan yang radikal. Sifat profesional ditunjukkan oleh pengawakan
organisasi oleh tenaga manusia dengan tingkat kecakapan yang tinggi
yang didukung oleh sistem rekrutmen yang sangat selektif serta suasana
lingkungan kerja yang dinamis. Dalam kerangka itu, organisasi markas-
markas besar termasuk Departemen Pertahanan harus ramping dan padat
teknologi, bukan padat manusia. Tingkat markas besar tidak menganut
sistem kerucut, tetapi lebih mengutamakan pendekatan fungsi yang
berbasis kinerja. Organisasi pada tingkat operasional sampai dengan
kesatuan tingkat lapangan yang terdepan dari pertahanan militer disusun
dengan sistem kerucut, terutama untuk matra darat dan berdasarkan
69
fungsi Alutsista untuk matra laut dan udara.
70
PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA
71
Pada masa perang atau pada kondisi negara menghadapi
ancaman nyata, pemerintah mendayagunakan Sistem Pertahanan Negara
sesuai dengan hakikat ancaman atau tantangan yang dihadapi. Sistem
Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman militer memadukan
pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter dalam susunan Komponen
Utama Pertahanan, yaitu TNI, serta Komponen Cadangan dan Komponen
Pendukung yang terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber
daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional. Komponen Cadangan
dibentuk dari sumber daya nasional yang dipersiapkan untuk dikerahkan
melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan
kemampuan TNI. Mobilisasi merupakan tindakan politik dari pemerintah
melalui pernyataan Presiden untuk mengerahkan dan menggunakan
secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana
nasional sebagai kekuatan pertahanan. Komponen Pendukung adalah
sumber daya nasional selain Komponen Utama dan Komponen Cadangan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan
Komponen Utama dan Komponen Cadangan. Komponen Pendukung
dikelompokkan dalam lima suku komponen pendukung, yakni Garda
Bangsa, tenaga ahli sesuai dengan profesi dan bidang keahliannya,
warga negara lainnya, industri nasional, sarana dan prasarana, serta
sumber daya buatan dan sumber daya alam yang dapat digunakan untuk
kepentingan pertahanan.
72
Negara, Satuan Polisi Pamong Praja yang dimiliki Pemerintah Daerah
(Pemda), unsur Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang dikoordinir oleh
Pemda, Resimen Mahasiswa yang pembinaannya di bawah perguruan
tinggi, Alumni Resimen Mahasiswa, serta organisasi kepemudaan. Posisi
Polisi Negara ditempatkan dalam Komponen Pendukung didasarkan
pada statusnya sebagai alat negara yang lingkup fungsi dan pendekatan
dalam pelaksanaan fungsinya berbeda dengan tentara. Polisi Negara
adalah warga negara yang memiliki kualifikasi dan keterampilan tinggi
seperti tentara, namun status dan perlakuannya sebagai masyarakat sipil
sehingga tidak dapat secara serta-merta ditransfer sebagai Komponen
Utama. Untuk menjadi Komponen Utama, Polisi Negara terlebih dahulu
menanggalkan status kepolisiannya, dan selanjutnya mengikuti tahapan
rekrutmen sesuai dengan mekanisme untuk menjadi calon prajurit TNI.
Dalam Sistem Pertahanan Semesta, posisi yang paling tepat bagi Polisi
adalah berada dalam Komponen Pendukung dan, karena keterampilannya,
ditempatkan dalam suku Garda Bangsa. Visualisasi komponen pertahanan
negara tampak dalam gambar berikut ini.
73
GAMBAR 3
KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA
TNI
KOMPONEN
UTAMA
- Warga Negara
- SDA
KOMPONEN - SDB
CADANGAN - Sar/Pras
Nas
KOMPONEN PENDUKUNG
5 4
Pertahanan Militer
74
Terpadu). Dalam menyelenggarakan OMP, TNI menggunakan segenap
komponen pertahanan negara yang terdiri atas Komponen Cadangan
dan Komponen Pendukung. Dalam kerangka pertahanan militer, TNI
menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, membina
profesionalisme organisasi dan kekuatan TNI, serta memelihara
kesiapsiagaan operasional.
75
TNI pada masa damai ditujukan untuk mewujudkan daya tangkal
pertahanan, diproyeksikan ke dalam gelar secara Tri Matra Terpadu.
Pertahanan negara adalah fungsi pemerintahan yang tidak diotonomikan.
Maka, wilayah gelar kekuatan TNI adalah seluruh wilayah Indonesia.
Pertahanan Nirmiliter
76
sipil dalam menghadapi ancaman
Bahwa Negara Indonesia tidak
nirmiliter. Fungsi pertahanan
cukup dipertahankan oleh tentara
nirmiliter yang diwujudkan saja, maka perlu sekali mengadakan
dalam Komponen Cadangan dan kerjasama yang seerat-eratnya
dengan golongan serta badan-badan
Komponen Pendukung merupakan
di luar tentara. (A manat Pangsar
pelaksanaan dari Undang-Undang diucapkan dihadapan Konf er ensi
Nomor 3 Tahun 2002 tentang T ent ar a Keamanan Rakyat pada
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat t anggal 12 N opember 1945 dan
ber t empat di MT - T KR Yogyakar t a)
(2) dalam menghadapi ancaman
militer.
77
Pengorganisasian pertahanan sipil dalam kerangka pertahanan nirmiliter
berbeda dengan struktur sistem pertahanan negara dalam menghadapi
ancaman militer. Pertahanan sipil sebagai bentuk pertahanan nirmiliter
bersifat fungsional dan berada dalam lingkup kewenangan instansi
pemerintah di luar bidang pertahanan (Gambar 4).
GAMBAR 4
Gambar 4
P E R T AHANAN S E ME S T A
78
maupun tidak langsung, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
yang berkeadilan, sehingga merupakan daya tangkal bangsa. Dalam
penyelenggaraan fungsi pemerintahan, pertahanan nirmiliter berada
dalam lingkup fungsi departemen/lembaga pemerintah non departemen
(LPND) melalui penyelenggaraan pembangunan nasional yang dirancang
dengan mengintegrasikan kepentingan kesejahteraan dan kepentingan
pertahanan. Unsur utama dalam pertahanan nirmiliter adalah
unsur pemerintah dan nonpemerintah dalam fungsi dan kapasitasnya
memberdayakan sumber daya nasional.
79
dan diselenggarakan dalam unit-unit perlawanan dalam satuan kecil
dan terbesar untuk menguras kekuatan lawan sampai akhirnya dapat
melancarkan serangan yang menentukan untuk menghancurkan dan
mengusir lawan dari bumi Indonesia. Perlawanan tidak bersenjata adalah
bentuk perlawanan yang dilaksanakan dengan mendayagunakan faktor-
faktor diplomasi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama, teknologi, dan
informasi.
80
persenjataan, profesionalisme prajurit, dan manajemen yang modern.
Perang di masa mendatang yang berbasis kekuatan militer akan lebih
banyak mempertontonkan kecanggihan persenjataan dengan akurasi
tinggi dan penguasaan ruang untuk melumpuhkan kekuatan strategis suatu
negara serta mobilisasi logistik yang sangat tinggi. Perang antarnegara
dengan pola “satu-lawan-satu” akan semakin ditinggalkan dan beralih
kepada pola kekuatan multinasional atau kekuatan sekutu melawan suatu
negara yang kekuatannya lebih kecil. Karena itu, penyusunan strategi
pertahanan harus secara cermat dan cerdas mengikuti perkembangan
lingkungan strategis dan revolusi di bidang militer sehingga secara tepat
dapat mempersiapkan alokasi sumber daya nasional yang didayagunakan
menjadi kekuatan pertahanan. Strategi pertahanan negara berada pada
tataran politis, berbeda dengan strategi militer yang berada pada tataran
operasional militer. Strategi pertahanan negara berhubungan erat dengan
politik pertahanan negara yang bertujuan untuk mempertahankan
kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI serta menjamin
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman, baik dari luar
maupun yang timbul di dalam negeri.
81
keutuhan wilayah, serta keselamatan segenap bangsa serta kepentingan
nasional tidak terancam. Pertahanan dengan sifat defensif aktif menjadi
dasar untuk tidak terikat atau ikut serta dalam suatu pakta pertahanan
dengan negara lain.
82
kekuatan melalui dukungan rakyat dengan memadukan komponen
pertahanan militer dan nirmiliter baik dalam penangkalan maupun dalam
mengatasi ancaman. Konsep pertahanan negara disusun secara fleksibel
dan aktif sehingga apabila terdapat usaha atau niat negara lain yang ingin
menyerang Indonesia, sistem pertahanan negara mampu mengambil
inisiatif untuk melakukan langkah-langkah atau tindakan sebelum lawan
menyerang Indonesia.
Penangkalan
Penangkalan adalah substansi yang paling fundamental dari
strategi pertahanan. Strategi pertahanan modern tidak sekadar
bagaimana upaya pertahanan negara menghancurkan musuh, tetapi
bagaimana menciptakan kondisi yang mempengaruhi calon lawan
mengurungkan niatnya untuk menyerang. Upaya penangkalan diarahkan
untuk semaksimal mungkin membangun kesan bagi calon lawan bahwa
menyerang Indonesia akan berujung pada kegagalan dan kehancuran
memalukan.
83
Sebagai bangsa yang tidak berada dalam suatu sekutu pertahanan
dengan negara lain, kemampuan penangkalan Indonesia menjadi
tumpuan dalam mempertahankan diri di tengah dinamika lingkungan
strategis. Penangkalan Indonesia dibangun dalam strategi pertahanan
berlapis yang memadukan lapis pertahanan militer dan lapis pertahanan
nirmiliter sebagai satu kesatuan pertahanan. Lapis pertahanan militer
mengandalkan kekuatan senjata yakni Alutsista yang andal dengan
prajurit yang terampil dan profesional untuk melaksanakan OMP dan
OMSP. Sedangkan lapis pertahanan nirmiliter mengandalkan kemampuan
dan usaha pertahanan tidak bersenjata dengan mendayagunakan faktor-
faktor ideologi, diplomasi dan politik, ekonomi, psikologi, sosial budaya,
dan teknologi.
84
dukungan pertahanan nirmiliter yang membuat pihak-pihak yang berniat
mengancam Indonesia, baik aktor negara maupun aktor bukan negara,
merasa gentar dan membatalkan niatnya. Penangkalan secara penolakan
diwujudkan ke dalam postur pertahanan militer yang dibangun sampai
pada tingkat kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan yang mampu
mengawal dan mengamankan wilayah NKRI dari ancaman militer lawan
yang bersifat konvensional. Untuk mewujudkan penangkalan secara
penolakan, postur pertahanan militer berbasis kemampuan Alutsista
yang modern dengan ukuran kekuatan jauh di atas kemampuan kolektif
yang dimiliki oleh negara-negara di sekeliling.
85
pembalasan dikembangkan untuk mampu menyelenggarakan perang
berlarut dengan keunggulan pada perlawanan gerilya yang efektif untuk
menguras kekuatan lawan yang unggul teknologi persenjataan sehingga
membuatnya frustrasi dan pada akhirnya tidak mampu lagi melanjutkan
tindakannya. Indonesia di masa perjuangan merebut kemerdekaan
berhasil menggunakan strategi penangkalan dengan pola pembalasan
dengan memadukan perlawanan secara bersenjata dan perlawanan
tanpa senjata dengan taktik perang gerilya dan pada saat menentukan
melakukan aksi balas yang dahsyat memaksa penjajah menelan
kekalahan.
Instrumen Politik
86
diplomasi untuk memperjuangkan kepentingan nasional, termasuk untuk
membangun kepercayaan dalam kerangka mencegah konflik antarnegara.
Kemampuan diplomasi bersandar pada kualitas dan integritas pengemban
fungsi diplomasi. Di samping itu, kemampuan diplomasi ditentukan oleh
reputasi dan kredibilitas pemerintah dalam mengelola pemerintahan
negara. Upaya diplomasi akan efektif apabila didukung oleh instrumen
ekonomi dan militer yang memadai dan berkemampuan tinggi sehingga
menghasilkan posisi tawar yang tinggi. Pertahanan militer merupakan
kekuatan yang efektif untuk memperkuat upaya diplomasi yang dilakukan
oleh fungsi pertahanan nirmiliter. Pertahanan militer pada akhirnya menjadi
kekuatan negara yang disiapkan untuk dikerahkan guna melakukan
tahapan lanjutan dari upaya pertahanan apabila diplomasi mengalami
jalan buntu.
87
Asia Tenggara (ASEAN), yakni Masyarakat Ekonomi ASEAN, Masyarakat
Budaya ASEAN, serta Masyarakat Keamanan ASEAN, untuk membangun
kohesi sesama anggota kawasan yang mampu mereduksi potensi konflik
serta bersama-sama mencegah potensi ancaman dari luar kawasan.
Di tingkat supraregional, dilakukan pemberdayaan ASEAN plus Enam,
Forum Regional ASEAN (ARF), Organisasi Negara-negara Non-Blok,
serta PBB untuk mempromosikan konsep-konsep penyelesaian damai
sebagai modalitas untuk mencegah konflik serta mewujudkan dunia yang
damai.
Instrumen Ekonomi
88
sehingga dapat digunakan dalam menerapkan strategi defensif aktif.
Indonesia harus dapat bertahan dalam menghadapi tekanan ekonomi
negara lain. Dalam kondisi Indonesia dikenai restriksi, embargo, atau
sanksi ekonomi dalam skala besar berupa blokade ekonomi, Indonesia
harus dapat mengatasinya dengan kemampuan ekonomi sendiri. Oleh
karena itu aspek ekonomi harus dibangun pada tingkat yang cukup tinggi
untuk menghindari risiko ekonomi yang berimplikasi pada pertahanan.
Dalam konteks defensif aktif, ekonomi harus menjadi instrumen penekan
terhadap negara lain yang mengancam Indonesia. Sumber daya alam
yang menjadi andalan dan menjadi ketergantungan negara-negara
industri perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk mempertinggi posisi tawar
Indonesia, baik dalam hubungan bilateral maupun hubungan yang lebih
luas. Dalam era globalisasi, ekonomi dan perdagangan menjadi faktor
utama. Dalam hal ini, Indonesia perlu menempatkan diri sebagai pemain,
tidak sekedar hanya menjadi pasar dari produk-produk negara lain.
Instrumen Psikologi
89
buku-buku pelajaran. Film-film perjuangan dapat menjadi media untuk
mengomunikasikan kepada generasi muda tentang pahit-getirnya usaha
untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal
ini, pemerintah dapat memfasilitasi pembuatan film-film dokumenter dan
mengikutsertakan pengusaha-pengusaha dalam negeri untuk ikut terlibat
dalam pembuatannya dan mempromosikannya kepada masyarakat.
Instrumen Teknologi
90
kebutuhan sektor pertahanan secara berkesinambungan. Untuk
mewujudkan kemandirian pertahanan di bidang teknologi, khususnya
industri pertahanan, kemampuan SDM Indonesia akan didorong dan
diberi ruang sebesar-besarnya untuk mengembangkan karya-karyanya.
Instrumen Militer
91
Dalam pola defensif aktif, kekuatan militer harus dibangun untuk
mempunyai kemampuan yang berdaya tangkal memadai sehingga
disegani oleh negara lain. Pembangunan kemampuan militer tersebut
dilakukan selain atas dasar pertimbangan kemampuan ekonomi negara,
juga analisis risiko kemungkinan ancaman terhadap NKRI.
92
udara, penangkapan ikan secara ilegal, dan konflik komunal.
93
Dalam menghadapi ancaman militer yang berbentuk agresi, strategi
pertahanan yang dipersiapkan adalah strategi pertahanan berlapis dalam
kerangka perang total dengan menempatkan pertahanan militer sebagai
inti kekuatan. Hal itu dilaksanakan dengan OMP melalui pengerahan
dan pendayagunaan segenap kekuatan nasional yang mengintegrasikan
kekuatan bersenjata dan perlawanan rakyat secara terpadu dan saling
menyokong.
94
untuk menghadapinya diselenggarakan melalui OMSP dan penerapan
pertahanan berlapis yang disesuaikan dengan skala ancaman.
95
Pertahanan nirmiliter dalam menghadapi ancaman nirmiliter
diwujudkan dalam peran dan lingkup fungsi departemen/LPND di luar
bidang pertahanan melalui penyelenggaraan pembangunan nasional
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Secara konseptual, penanganan
isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan
menjadi fokus dari strategi pertahanan nirmiliter. Langkah-langkah
strategis ditempuh melalui pendidikan, kesehatan, penegakan hukum,
dan keteladanan kepemimpinan yang pelaksanaannya diselaraskan
dengan pembangunan di bidang ekonomi dan sektor pembangunan
lainnya seperti politik, ideologi, dan militer. Pendidikan tidak sekadar
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi harus dapat
menanamkan hal fundamental, yakni wawasan kebangsaan, rasa cinta
tanah air, nasionalisme, dan patriotisme, maka pendidikan harus dikelola
secara profesional dengan orientasi membangun manusia Indonesia
yang berkualitas dan berdaya saing untuk menghadapi tantangan di
era globalisasi. Sektor kesehatan menjalankan fungsi layanan publik
untuk mengatasi permasalahan di bidang kesehatan bagi pembentukan
masyarakat Indonesia yang berkualitas dengan memberikan porsi yang
cukup besar bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah. Penegakan
hukum adalah hal yang vital dalam mengatasi ancaman nirmiliter,
melalui pembenahan kinerja aparat penegak hukum serta distribusi
keadilan tanpa diskriminasi. Penegakan hukum juga ditekankan pada
penanganan penyebaran narkoba dan penyebaran virus HIV/AIDS serta
penanganan kasus-kasus kejahatan dengan seadil-adilnya tanpa pandang
bulu. Di atas semuanya, kepemimpinan yang diteladankan menjadi kunci
bagi terlaksananya strategi mengatasi isu-isu yang berdimensi sosial.
Kepemimpinan yang diteladankan harus dapat ditegakkan ditingkat
nasional (eksekutif, legislatif, dan kekuasaan peradilan), di tingkat
96
partai politik serta organisasi kemasyarakatan, ilmuwan, dan agama.
Selanjutnya, kepemimpinan yang diteladankan mendinamisasi penguatan
karakter dan identitas bangsa Indonesia dengan mengelola keberagaman
masyarakat Indonesia dalam suku bangsa, bahasa, dan budaya sehingga
menjadi kekuatan pemersatu bangsa dalam menggerakkan roda
pembangunan nasional, sekaligus kekuatan yang mencegah nilai-nilai
luar yang merugikan.
97
kepentingan nasional yang harus diperjuangkan dan ditegakkan. Dalam
konteks tersebut, kerja sama pertahanan akan dikembangkan sebagai
salah satu instrumen dalam mewujudkan rasa saling percaya di antara
bangsa-bangsa di dunia melalui bidang pertahanan. Sejalan dengan itu,
diplomasi pertahanan akan lebih diefektifkan melalui langkah-langkah
yang lebih konkret dan bermartabat.
98
Alutsista, transfer teknologi, dan peningkatan SDM, baik prajurit TNI
maupun unsur nirmiliter.
99
mencakupi perlawanan bersenjata yang berintikan TNI, didukung oleh
perlawanan tidak bersenjata yang berintikan unsur pertahanan nirmiliter
dalam kesatuan kesemestaan, untuk menghadapi setiap kekuatan
asing yang menyerang dan menduduki sebagian atau seluruh wilayah
Indonesia. Sarana perjuangan bangsa bertumpu pada kekuatan rakyat
yang dipersenjatai secara fisik dengan kemampuan bela negara yang
tinggi serta secara psikis dengan ideologi Pancasila.
100
menjamin keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan
perjuangan sampai perjuangan membuahkan kemenangan. Dalam
mewujudkan sistem politik tersebut, revitalisasi nilai-nilai Pancasila harus
menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan secara berlanjut. Sistem
ekonomi Indonesia harus mampu menopang kesinambungan perjuangan
dengan membangun struktur ekonomi yang kuat, mandiri, dan berdaya
saing serta didukung oleh sistem distribusi yang menjangkau seluruh
wilayah Nusantara.
101
PEMBINAAN KEMAMPUAN PERTAHANAN NEGARA
102
yang strategis disiapkan oleh pemerintah. Dalam mendukung kepentingan
penyelenggaraan pertahanan negara, penataan ruang yang dilakukan
untuk tujuan kesejahteraan diintegrasikan dengan tujuan pertahanan.
Oleh karena itu, penataan ruang kawasan pertahanan berada dalam
sistem penataan ruang nasional dan dijamin kepastian hukumnya.
103
berarti bahwa postur pertahanan dibangun atas dasar alokasi anggaran.
Penyusunan Postur Pertahanan Negara bersifat jangka panjang dan
didasarkan atas visi negara di tengah-tengah persaingan global. Dalam
konteks ini Postur Pertahanan Negara disusun untuk memenuhi kebutuhan
pertahanan negara dalam 20 tahun ke depan yakni sampai tahun 2029.
Oleh karena itu, dalam kerangka penyusunan anggaran pertahanan harus
mengacu pada perencanaan pembangunan pertahanan jangka panjang,
sehingga kesinambungan pembangunan kekuatan dapat terjaga dan
terpelihara. Dalam kondisi dimana anggaran pertahanan negara tidak
mampu mendukung kebutuhan pembangunan pertahanan sebagaimana
tertuang dalam perencanaan jangka panjang tentang postur pertahanan,
perlu disusun skenario yang tepat agar kepentingan pertahanan tidak
dikorbankan.
104
yang disegani. Pembangunan postur TNI harus diakselerasi untuk sampai
pada pencapaian standar penangkalan dimaksud. Implikasi dari TNI
sebagai komponen utama pertahanan negara, pembangunan postur TNI
menjadi prioritas dalam pembangunan pertahanan negara.
105
diarahkan untuk mewujudkan TNI yang profesional, berdaya tangkal,
dan disegani.
106
Dalam kerangka mewujudkan pertahanan yang mandiri,
pembangunan industri pertahanan strategis merupakan kunci menuju
sukses. Terwujudnya industri pertahanan strategis akan memiliki efek
penangkalan yang tinggi, serta menjamin keberlanjutan pemenuhan
kebutuhan Alutsista dan kebutuhan pertahanan dalam arti luas.
Pembangunan industri pertahanan strategis berada dalam lingkup fungsi
pertahanan nirmiliter, oleh karena itu menjadi tanggung jawab para
Menteri/Kepala LPND serta sektor swasta untuk menggerakkannya. Dalam
mewujudkan pembangunan industri pertahanan strategis, Departemen
Pertahanan dan TNI bekerjasama dengan para pimpinan Departemen
dan instansi pemerintah serta pihak swasta, termasuk dalam menyusun
dan melaksanakan perencanaan strategis pengelolaan sumber daya
nasional untuk kepentingan pertahanan.
107
nirmiliter untuk mengemban fungsi pertahanan sipil mencakupi
pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas secara utuh dan
menyeluruh untuk memiliki daya saing di era globalisasi, serta membina
segenap sumber daya nasional berupa sumber daya alam, sumber
daya buatan, sarana dan prasarana, serta teknologi untuk mewujudkan
Indonesia yang aman, bersatu, dan berkesejahteraan.
108
Logistik Pertahanan
Wewenang Pembinaan
Presiden
109
mana pun yang menurut undang-undang berfungsi untuk membantu
Presiden di bidang pertahanan negara.
110
Menteri Pertahanan
111
menetapkan kebijakan di bidang penyelenggaraan pertahanan negara
berdasarkan kebijakan umum pertahanan negara yang ditetapkan
Presiden. Dalam rangka menciptakan saling percaya dengan negara-
negara lain serta meniadakan potensi konflik, kebijakan pertahanan yang
ditetapkan Menteri Pertahanan perlu disebarluaskan kepada masyarakat
umum, baik domestik maupun internasional dalam bentuk Buku Putih
Pertahanan.
112
pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan,
Menteri Pertahanan bekerja sama dengan pemimpin departemen dan
instansi pemerintah lainnya sesuai dengan lingkup kewenangannya.
Menteri/Kepala LPND
113
Panglima TNI
114
PENUTUP
Perlakuan
Doktrin Pertahanan Negara Republik Indonesia merupakan
landasan doktriner penyelenggaraan pertahanan negara yang harus
dipahami dan dipedomani oleh semua pihak yang terlibat sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing. Doktrin Pertahanan Negara
merupakan dasar dalam mengembangkan Strategi Pertahanan Negara,
pembangunan Postur Pertahanan Negara, dan penyusunan Kebijakan
Pertahanan Negara.
Petunjuk Akhir
Penghayatan dan pengamalan akan isi Doktrin Pertahanan
Negara harus tampak dalam pola pikir, pola sikap, dan pola tindak para
penyelenggara pertahanan negara, serta segenap pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan pertahanan negara, dalam menjamin tegaknya
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
115
Doktrin ini juga berisi pesan bahwa pertahanan Indonesia
dipersiapkan dan diselenggarakan dengan sungguh-sungguh untuk
membela kehormatan bangsa dan kepentingan nasional Indonesia.
Jakarta, 28 Desember 2007
Menteri Pertahanan
Juwono Sudarsono
116