Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan langsung seperti rumah sakit
bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan
medis dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan
memantapkan manajemen pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Sejalan dengan perubahan social budaya masyarakat dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan informasi yang demikian cepat dan diikuti oleh
tuntutn masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik mengharuskan
sarana pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus-menerus
seiring dengan perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut.
Pengembangan yang dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimanapun dapat mengikuti perubahan
yang ada. Salah satu peningkatan penampilan dari masing-masing sarana
pelayanan seperti rumah sakit dan puskesmas adalah dengan meningkatkan mutu
pelayanan disemua unit pelayanan, baik pada unit pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, ataupun pada unit pelayanan administrasi dan manajemen
melalui program jaminan mutu.
Didalam mencapai mutu tersebut harus disusun kegiatan yang
konfrehensif dan integrative yang menyangkut struktur, proses dan
output/outcome secara objektif, sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai
mutu serta kewajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk
meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan masalah yang terungkapkan
sehingga pelayanan yang diberikan berdaya guna dan berhasil guna.
B. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian quality assurance in health care
2. Pengorganisasian quality assurance
3. Peran dan tanggung jawab manajer kesehatan terhadap inspeksi, audit dan
surveilans mutu.
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN QUALITY ASSURANCE IN HEALTH CARE


Jika ditinjau dari sejarah perkembangannya, program menjaga mutu atau
jaminan mutu dalam profesi kesehatan, sebenarnya bukanlah merupakan hal baru.
Secara umum disebutkan bahwa program tersebut telah dilaksanakan sejak
lahirnya profesi kesehatan itu sendiri. Praktek menjaga mutu telah dikenal sejak
zaman Hammurabi dari babilonia sekitar abad 20 sebelum masehi. Lalu
kemudian dimantapkan oleh Hippocrates.
Di amerika serikat upaya untuk lebih menigkatkan mutu pelayanan
kesehatan dimulai degan pembenahan pendidikan dokter. Program jaminan mutu
pelayanan kesehatan sebelum tahun 1950 belum begitu menonjol.
Program lebih banyak bersifat menyusun standar tenaga, pelayanan, dan
sarana. Lalu pada tahun 1950 program jaminan mutu layanan kesehatan mulai
tampak lebih aktif diselenggarakan. Setelah tahun 1970 jaminan mutu pelayanan
kesehatan berkembang dengan pesat. Antara lain karena adanya pengaruh dari
program yang sama yang diterapkan pada sector industri dimotori oleh Negara
jepang.
Pendapat tentang definisi mutu bermacam- macam, tiga orang pakar
terkenal dalam bidang bisnis mengemukakan pendapatnya tentang mutu salah
satunya adalah mutu menurut Crosby adalah: derajat terpenuhinya persyaratan
yang ditentukan. Mutu adalah kesesuaian terhadap kebutuhan, bila mutu rendah
merupakan hasil dari ketidaksesuaian.
Pelayanan kesehatan adalah: setiap upaya yang diselenggarakan secara
mandiri atau secara bersama- sama dalam suato oraganisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan baik, perorangan, kelompok ataupun masyarakat.
Sedangkan mutu pelayanan kesehatan adalah: tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak menimbulkan kepuasan
pelanggan, sesuai dengan standard an etika profesi yang telah ditetapkan
( hermawan,2010)
Pengertian quality assurance adalah: pengawasan yang sistematis dan
evaluasi dari berbagai aspek layanan, proyek atau fasilitas untuk memaksimalkan
probabilitas bahawa standar minimum kualitas, sedang dicapai oleh proses
produksi (American society for quality,2010)
Menurut Livingstone quality assurance is a effective execution of all the
activities concerned with attaining quality provides objective that gives client and
society confidence that the quality of care an institution satisfies requirements.
This is the level of guarantee.
Jaminan mutu adalah suatu proses yang objektif dan sistematis dalam
memonitor dan mengevaluasi mutu dan kesiapan dalam pelayanan terhadap
pasien dalam menigkatkan pelayanan, memecahkan masalah yang telah
diidentifikasi (WHO 2003). Sedangkan menurut Coyne and Killien(2003) quality
assurances adalah Suatu proses mengevaluasi perawatan pada suasana khusus,
dengan mengembangkan standar pelayanan dan menerapkan mekanisme untuk
menjamin bahwa standar dapat terpenuhi.
Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen,
dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Khusus Pelayanan
Kesehatan Penjaminan mutu pelayanan kesehatan adalah proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan pelayanan kesehatan secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh kepuasan (Suryadi, 2007).
Sedangkan menurut Imbalo.S pohan (2007) jaminan mutu layanan
kesehatan atau quality assurance in health care adalah keseluruhan upaya yang
bertujuan untuk memebrikan suatu layanan kesehatan yang terbaik mutunya yaitu
layanan yang sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati.
Menurut (Azwar.2006) Program jaminan mutu adalah: suatu upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektiv, dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
berdasarkan stander yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil
yang dicapai dan menyusun sara- tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
Pentingnya jaminan mutu layanan kesehatan adalah:
 Layanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan harapan dan
kebutuhan pasien serta mampu dibayar pasien.
 Organisasi menjadi efisien
 Organisasi menjadi kompeten dan terhormat.
 Setiap pelaksanan pelayanan benar-benar bermanfaat bagi pasien.
 Menumbuhkan kepuasan kerja, komitmen, dan peningkatan moral
profesi yang pada akhirnya menimbulkam kepuasan pasien

B. PENGORGANISASIAN QUALITY ASSURANCE


Mengenai pengorganisasian serta mekanisme kerja organisasi penjaminan
mutu di suatu fasilitas kesehatan, tidak terdapat pola baku yang harus diikuti oleh
semua fasilitas kesehatan. Pengorganisasian penjaminan mutu pelayanan
kesehatan sangat tergantung pada ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi,
sejarah, dan kepemimpinan dari/di pelayanan kesehatan tersebut.
Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa suatu fasilitas kesehatan dapat
mengadakan unit penjaminan mutu di dalam struktur organisasinya yang dipimpin
oleh seorang direktur,wakil direktur, atau suatu unit yang independen terlepas dari
struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer. Contoh model
pengorganisasian lainnya adalah kegiatan penjaminan mutu inheren atau built-in
di dalam proses manajemen pendidikan tinggi di fasilitas pelayanan kesehatan
yang bersangkutan.
Dengan demikian tidak dibutuhkan unit organisasi khusus yang dipimpin
oleh pejabat yang menangani penjaminan mutu fasilitas kesehatan. Kebebasan
menentukan model pengorganisasian penjaminan mutu di fasilitas kesehatan.
masing-masing, adalah sesuai dengan karakter kemandirian fasilitas kesehatan. di
Indonesia di masa mendatang. Faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian
dalam pengorganisasian penjaminan mutu pendidikan tinggi, adalah bahwa
pengorganisasian tersebut mampu menumbuhkan kesepahaman tentang
penjaminan mutu di fasilitas kesehatan. tersebut, yang pada gilirannya akan
menumbuhkan sikap suportif dari seluruh komponen di fasilitas kesehatan. itu
terhadap upaya penjaminan mutu fasilitas kesehatan.
Pelaksanaan Penjaminan Mutu: Pelaksanaan penjaminan mutu didasarkan
atas dokumen, yaitu dokumen pelayanan kesehatan dan dokumen mutu. Dokumen
pelayanan kesehatan sebagai rencana atau standar. Dokumen mutu sebagai
instrument untuk mencapai dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Kegiatan pengorganisasian penjaminan mutu layanan kesehatan:
1. persiapan/ perencanaan
 menumbuhkan dan meningkatkan komitmen pimpinan dan
penyelnggara layanan kesehatan.
 Membentuk tim yang bertanggung jawab
 Menetapkan batas, wewenang, tanggung jawab, mekanisme
kerja tim
 Mensosialisasikan standard dan indicator yang digunakan
2. Pelaksanaan
 Menetapkan masalah mutu layanan kesehatan
adapun yang dimakud adalah kesenjangan antara penampilan
pelayanan kesehatan dengan standar yang telah ditetapkan.
Adapun langkah yang harus dilakukan adalah: menyusun daftar
masalah, lalu melakukan konfirmasi daftar masalah,
menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan, dan
menetapkan sumber masalah.
 Menetapkan penyebab masalah mutu layanan kesehatan
hal pertama yang harus dilakukan adalah menyusun dafatr
penyebab masalah, menyederhanakan daftar penyebab masalah
tersebut untuk memilah apakah masalah itu memang ada di
pelayanan itu lalu dikonfirmasi dan ditetapkan urutan prioritas
masalahnya.
 Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu layanan
kesehatan
yang diharus dilakukan adalah meyusun daftar cara
penyesuaian masalah, yang dinilai paling sederhana, dan
mudah dilaksanakan,
 Melaksanakan cara penyelesaian masalah
langkah pelaksanaan yang lazim digunakan adalah metode
PDCA ( plan, do, check, action) yang terdiri dari :
a. Perencanaan
menyusun rencana cara penyelesaian masalah yang
telah ditetapkan ke dalam unsure- unsure rencana
yang lengkap dan terpadu sehingga dapat dipakai
sebagai pedoman. Hasil akhir dari perencanaan ialah
tersusunya rencana cara penyelesaian masalah mutu
layanan kesehatan yang akan diselenggarakan.
b. Pelaksanaan
melaksanakan kegiatan pemecahan masalah mutu
layanan kesehatan.
c. Pemeriksaan
secara berkala memeriksa berbagai kemajuan dan
hasil yang dicapai dari pelaksanaan rencana yang
telah ditetapkan.
d. Perbaikan
penyempurnaan kerja sesuai dengan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan.
3. Penilaian
 Menilai apakah hasil (out put) bermutu, diukur dengan standar
hasil ( yang diharapakan) dari pelayanan kesehatan yang
dilakukan.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut ada beberapa yang harus
diperhatikan, karakterisitk yang dimaksud adalah:
1. Berkesinambungan
Artinya pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali,
tetapi harus terus menerus
2. Sistematis
artinya pelaksanaan program menajga mutu harus mengikuti alue
kegiatan serta sasaran yang baku. Alur kegiatan yang dimaksud
dimulai dari menetapkan masalah, penyebab masalahnya, cara
penyelesaiannya, melaksanakan pemecahan masalahnya serta
melakukan penilaina tindak lanjut.
3. Objektif
artinya pelaksanaan program jaminan mut terutama pada waktu
pemantauan dan penilaian, tidak terpengaruh oleh berbagai
pertimbangan lain kecuali atas dasar data yang ditemukan. Oleh karena
itu digunakannya standard dan indicator.
4. Terpadu
artinya pelaksanaan program jaminan mutu harus terpadu dengan
pelaksanaa pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Program
jaminan mutu yang pelaksanaanya terpisah dari pelayanan kesehatan
bukanlah program jaminan mutu yang baik.
Apabila program jaminan mutu dapat dilaksanakan dengan baik
banyka manfaat yang akan diperoleh secara umum yang dimaksud
adalah:
1. dapat lebih menigkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
2. dapat lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan.
3. dapat lebih menigkatkan penetimaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan.
4. dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan
munculnya gugatan. ( Azwar, 2006).
C. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAGER KESEHATAN DALAM
INSPEKSI, AUDIT, DAN SURVEILANS MUTU
1. Inspeksi mutu layanan kesehatan
Inspeksi adalah: Proses yang sistematik, independen dan
terdokumentasi untuk memperoleh bukti inspeksi dan mengevaluasinya
secara obyektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria inspeksi
dipenuhi. Inspeksi mencakup pada proses budidaya, pemanenan,
perontokan, pengeringan, penyimpanan gabah, penggilingan dan
pengemasan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia inspeksi adalah: 1.
pemeriksaan dng saksama; peme-riksaan secara langsung tt pelaksanaan
peraturan, tugas, dsb: beberapa waktu yg lalu ketua pengadilan negeri itu
meng-adakan -- ke daerah

Menurut Badan Standardisasi Nasional Indonesia inspeksi mutu


adalah suatu pemeriksaan desain produk, jasa, proses, atau pabrik dan
penentuan kesesuaiannya terhadap persyaratan tertentu atau persyaratan
umum berdasarkan pembuktian secara professional.
Bagian – bagian yang perlu dilaksanakan inspeksi adalah: Bagian
produksi, pengawasan mutu, pemastian mutu, penelitian dan pengembangan
serta teknik. Jumlah anggota tergantung dari masing-masing perusahaan.
Kualifikasi sistim hendaklah terdiri dari personel yang kompeten dalam
menginspeksi .Inspeksi ini hendaklah mencakup semua bagian produksi,
pengawasan mutu, teknik, disinilah peran manager sangat diperlukan.
Laporan inspeksi mencakup: hasil inspeksi, evaluasi serta
kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan. Tindak lanjut selanjutnya dari
perusahaan atau fasilitas kesehatan dan lebih khususnya manager yaitu:
manjemen perusahaan mengevaluasi laporan inspeksi tersebut dan tindakan
perbaikannya, serta membuat program tindak lanjut yang efektif.
Tujuh Langkah prosedur Inspeksi mutu
1. Sisihkan selalu waktu tertentu untuk menjalankan inspeksi harian.
Jangan meninjau hal yang sama pada saat yang sama setiap hari.
Buatlah tindakan kejutan yang mendadak sifatnya.
2. Pelajarilah terlebih dahuku hal-hal yang akan Anda inspeksi.
Pelajari dengan cermat dan kuasai lebih dulu segisegi tertentu
yang akan Anda inspeksi.
3. Tinjaulahsecara lebih mendalam segi-segi yang telah Anda pilih.
Periksalah secara lebih seksama aspek, bidang atau segi-segi
permasalahan yang telah Anda pilih untukditinjau.
4. Laksanakanlah penekanan pada hal-hal khusus selama inspeksi.
Anda harus senantiasa berada dalam kondisi yang
memungkinkan Anda untuk tetap menguasai situasi agar Anda
dapat selalu tampak sebagai seorang ahli.Caranya,bertahanlah
pada aspek-aspek tertentu yang sejak awal telah anda tentukan
untuk diperiksa
5. Langkahilah mata rantai kekuasaan dalam melakukan inspeksi.
Tidak akan ada peninjauan yang memuaskan apabila Anda
melakukannya secara berjenjang sesuai dengan tingkatan
kekuasaan dalam perusahaan. Langsung sajalah turun ke
lapangan agar Anda dapat melihat sendiri apa yang terjadidi
tingkat operasional.
6. Ajukan berbagai pertanyaan sebanyak mungkin . Berilah
kesempatan kepada karyawan Anda untuk menjelaskan tentang
segala sesuatu yang telah mereka kerjakan
7. Pastikan kembali setiap kesalahan yang telah Anda temukan.
Kegiatan inspeksi atau peninjauan tidak akan ada gunanya sama
sekali kalau Anda tidak mengambil langkah-langkah seperlunya
untuk memperbaiki kesalahan yang Anda temukan itu. Oleh
karena itu, buatlah tindak lanjut.
2. Audit mutu layanan kesehatan
Auditing berasal dari bahasa latin, yaitu ”audire” yang berarti
mendengar atau memperhatikan. Mendengar dalam hal ini adalah
memperhatikan dan mengamati pertanggungjawaban keuangan yang
disampaikan penanggung jawab keuangan, dalam hal ini manajemen
perusahaan. Pada perkembangan terakhir sesuai dengan perkembangan
dunia usaha, pendengar tersebut dikenal dengan auditor atau pemeriksa.
Sedangkan tugas yang diemban oleh auditor tersebut disebut
dengan”auditing”( Mulyadi dalam Bambang,2009).
Audit adalah suatu kegiatan penjagaan mutu( menilai kesesuaian
antara fakta dibandingkan dengan kriterianya ) dan konsultasi oleh tim yang
independent dan obyektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah
dan memajukan kegiatan organusasi dalam mencapai tujuannya. (BSN,
2002)
Audit mutu didefinisikan sebagai proses sistematik, independen dan
terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara
objektif untuk menentukan sampai sejauhmana kriteria audit dipenuhi dan
biasanya dilakukan untuk menentukan tingkat kesesuaian aktivitas
organisasi terhadap standar Sistem Manajemen Mutu ”( Mulyadi dalam
Bambang,2009).
Tujuan audit mutu adalah untuk mendapatkan data dan informasi
faktual dan signifikan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian
manajemen, perbaikan dan/atau perubahan. (BSN, 2002)
Hasil temuan auditor tersebut akan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan dan/atau
perubahan. Secara rinci tujuan umum dari audit mutu yaitu (Willy
Susilo,2000) :

1. Untuk memperoleh prioritas permasalahan yang tengah dihadapi


organisasi
2. Untuk merencanakan pengembangan usaha Untuk memenuhi
persyaratan suatu sistem manajemen yang digunakan sebagai
acuan

3. Untuk memenuhi persyaratan regulasi ataupun persyaratan


kontrakdengan(misalnya)pelanggan

4. Untuk mengevaluasi terhadap pemasok

5. Untuk menemukan adanya potensi resiko kegiatan organisasi

Sedangkan tujuan audit mutu secara khusus adalah untuk


memberikan umpan balik tentang kinerja organisasi yang diuraikan sebagai
berikut (Iskandar Indranata,2006):

1. Mengarahkan pencapaian sasaran memberikan sense of urgency

2. Menemukan peluang perbaikan

3. Memastikanapakahsistemditerapkansecaraefektif

4. Mendeteksi penyimpangan- penyimpangan terhadap kebijakan


mutu sedini mungkin

Dalam berperan membantu manajemen, maka tugas atau langkah-


langkah yang dilakukan auditor adalah:

a. Memonitor aktivitas yang manajemen sendiri tak dapat


memonitornya, dimana Tim audit setiap tahun mengajukan
jadwal audit ke manajemen eksekutif ( contoh Audit Asuhan
Keperawatan, audit infeksi nosokomial )
b.  Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko
c. Memvalidasi laporan untuk manajemen senior. Auditor melakukan
review terhadap laporan yang disiapkan untuk senior
manajemen, untuk meyakinkan akurasi, ketepatan waktu dan
maknanya, sehingga keputusan manajemen yang didasarkan pada
laporan lebih valid.
d. Mereview kegiatan yang sudah berlalu dan sedang berjalan.
Contoh audit program, maka kegiatan audit menilai kebijakan
atau program pada saat kebijakan dan program masih dalam
rancangan, pada saat diimplementasikan, dan hasil actual yang
dicapai oleh kebijakan atau program tersebut Membantu
manajer, karena manajer yang tidak seksama mengendalikan
aktivitasnya dapat menimbulkan masalah.
Auditor pada umumnya dapat menemukan masalah tersebut dan
memberikan rekomendasi perbaikannya dengan memperhatikan:
 Memiliki kejujuran atas hasil produknya dan tidak
melakukan kompromi atas kualitas audit.
 Menjaga agar tidak terjadi penugasan audit kepada auditor
yang secara nyata atau potensial memiliki konflik kepentingan
dengan penugasan auditnya.
 Tidak dibebani tanggung jawab operasional
 Harus obyektif dalam melaksanakan audit, dan ini
merupakan sikap mental independent yang harus dijaga dlm
menjalankan audit.
Oleh karena itu manajer harus membentuk suatu pembagian yang khusus
untuk mengawasi dan mengendalikan kinerja manajemen yang dinamakan audit
agar efektifitas kinerja manajemen perusahaan dapat tercapai. Dalam hal ini
audit akan menilai kepatuhan manajemen apakah telah dilakukan secara benar
atau belum, bila benar apakah system atau metode yang telah ada
memungkinkan untuk terjadinya kesalahan dan atau kecurangan yang dilakukan
pegawai. Dengan adanya audit, yang dilakukan oleh auditor diharapkan
perusahaan dapat mencapai target yang telah ditetapkan,(Kusumawati,2009).
Sebagai contoh kegiatan audit yang dilakukan oleh Tim mutu layanan
keperawatan yang bertugas menentukan masalah keperawatan yang perlu
diperbaiki.
1. Menentukan criteria untuk memperbaiki masalah serta menilai
pelaksanaan perbaikan yang telah ditetapkan .
2. Merupakan bagian integral dari Tim Mutu Rumah Sakit dan bisa
merupakan salah satu seksi dari Komite Keperawatan.
3. menyampaikan hasil laporan secara periodic pada Komite
Keperawatan, untuk seterusnya disampaikan pada pimpinan Rumah
Sakit untuk diambil kebijakan lebih lanjut.
4. Dalam hal mengidentifikasi masalah, menentukan criteria dan
merencanakan perbaikan maka perlu bekerja sama dengan panitia
yang ada di rumah sakit seperti panitia farmasi, infeksi nosokomial,
rekam medik, pelayanan medik, bagian pemasaran dll ( Nursalam,
2005).

3. Surveilans mutu layanan kesehatan

Dalam melakukan setiap kegiatan atau program pasti ada tujuan


yang ingin dicapai. Tetapi seringkali karena sibuk dengan mmebuat dan
menjalankan program tersebut, tujuan awal yang ingin dicapai akan
terlupakan dan menjadi tidak penting lagi. Kegiatan yang dilakukan itu
pun akan menjadi rutinitas yang tidak bermaknan, jangankan untuk lebih
baik, untuk menjaga kualitas saja susah. Terjadi kemunduran kualitas dan
ketertingglan dengan keadaan dunia yang semakin maju.

Contohnya dalam dunia kesehatan, yang semakin maju banyak


sekali program atau kegiatan yang tidak dapat menjaga kualitas pelayanan.
Salah satu penyebabnya adalah mungkin karena tidak sempurna dalam
pencatatan dan pengolahan hasil catatan tersebut untuk mengevaluasi.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan system
surveilans. ,(Lazuardi,2010)

Menurut CDC( Center for Disease Control and Prevention)


surveilans adalah suatu rangkaian dari pengumpulan yang sistematis,
analitis, interpretasi,dan diseminasi data dari suatu kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan yang akan digunakan untuk kegiatan
kesehatan masyarakata guna mengurangi morbiditas dan mortalitas dan
memperbaiki kesehatan,(Lazuardi,2010)

Menurut Depkes (2009), Surveilans adalah kegiatan analisis secara


sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah
kesehatan dan kondisi yg mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Sedangkan definisi Surveilans menurut Thacker & Berkelman


adalah pengumpulan, analisis, dan penafsiran data outcome-specific secara
terus menerus dan sistematis untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi upaya kesmas. Definisi menurut Thacker & Berkelman lebih
tepat. Definisi tersebut tidak hanya terfokus pada analisis, melainkan pada
serangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan, analisis, sampai penafsiran
data.

Pelaksanaan sistem surveilans secara aktif dilakukan oleh unit-unit


yang bergerak dalam kesehatan dengan mencari kasus di lapangan,
sedangkan secara pasif dilakukan oleh tempat pelayanan kesehatan dan
dari kasus yang dirujuk ke unit-unit kesehatan lain. (Anggita,2009)

Data surveilans melalui beberapa tahapan yaitu dimulai dengan


pengumpulan data (collection), kemudian dilakukan pemeriksaan
(collation), analisis dan interpretasi, yang kemudian melalui tahap akhir
yaitu dissemination atau penyebaran hasil dan utilisation atau penggunaan
hasil,(Anggita,2009)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

• Program jaminan mutu adalah: suatu upaya


yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektiv, dan terpadu
dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
berdasarkan stander yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil
yang dicapai dan menyusun saran- tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
• Laporan inspeksi mencakup: hasil inspeksi,
evaluasi serta kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan.
• Dengan adanya audit, yang dilakukan oleh
auditor diharapkan perusahaan dapat mencapai target yang telah ditetapkan
• Data surveilans melalui beberapa tahapan
yaitu dimulai dengan pengumpulan data (collection), kemudian dilakukan
pemeriksaan (collation), analisis dan interpretasi, yang kemudian melalui tahap
akhir yaitu dissemination atau penyebaran hasil dan utilisation atau penggunaan
hasil

B. SARAN

- Bagi pembaca agar dapat memahami dan


mengaplikasikan nantinya quality assurance sesuai dengan bidangnya masing-
masing

- Bagi mahasiswa PSIKM Unand agar


dapat mengembangkan, materi quality assurance dan menggunakan refernsi
yang lebih banyak dan lebih baik lagi di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Azrul. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai