Anda di halaman 1dari 26

1

PERKEMBANGAN ILMU PENGOBATAN ISLAM*


SUATU RENUNGAN TENTANG SUMBANGSIH ILMUWAN MUSLIM
TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN-PENGOBATAN

dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD#


Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pendahuluan

Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah utama dalam kehidupan manusia
sepanjang masa. Sejak manusia menempati muka bumi ini sudah ada penyakit dan upaya-upaya
untuk mengobatinya. Keadaan sehat dan sakit merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia. Bagi makhluk hidup termasuk manusia mengobati suatu penyakit atau
mengatasi suatu gangguan merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan eksistensinya.
Di dunia tumbuh-tumbuhan dikenal suatu produk metabolisme selain produk
metabolisme utama yang disebut sebagai metabolit sekunder. Beberapa contoh metabolit
sekunder misalnya : alkaloida, glikosida, terpenoid, flavonoid dan lain sebagainya merupakan
racun bagi makhluk lainnya. Seekor binatang yang sehat tidak akan memakan daun oleander yang
mengandung glikosida yang berbahaya bagi jantung, juga tidak akan ada yang memakan daun
kecubung yang mengandung alkaloida golongan tropan yang bekerja sebagai
antikolinergik/parasimpatolitik yang sangat beracun. Umumnya tumbuhan yang mengandung zat
beracun tersebut tidak akan mendapat gangguan dari binatang, karena secara naluriah akan
dihindarinya1. Seekor hewan yang sakit secara naluriah akan mencari sesuatu dari alam
sekelilingnya demi untuk mempertahankan hidupnya. Seekor anjing atau kucing mencari
rerumputan atau daun-daunan tertentu; yang memiliki efek memabukkan atau membunuh cacing
dan sekaligus mengeluarkan atau memuntahkannya dari saluran pencernaannya. Dengan
demikian ia “mengobati dirinya sendiri” dengan mensuplai tubuhnya dengan bahan atau zat
tertentu yang bersifat ”obat” untuk dirinya. Bagaimana keadaannya dengan manusia?Yang
membedakan manusia dengan hewan adalah “akal”. Akan tetapi, manusia purba dan manusia
yang masih hidup primitif (dimana akal masih kurang berkembang) eksistensinya hidupnya juga
masih banyak dipengaruhi oleh nalurinya. Bagaimana keadaannya dengan manusia primitif yang
sakit atau kekurangan akan suatu zat atau hara dalam sistem faalnya? Contoh berikut dapat

*Disajikan pada Paper & Presentation Workshop ” Mengantar Muslim Muda Menuju Pengukir Karya” Ruang Kuliah
Anatomi 6 Januari 2007
#
Staf Pengajar Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2

memberikan suatu gambaran : suatu suku bangsa primitif mempunyai kebiasaan memakan tanah.
Mulanya hal ini mengherankan, tetapi setelah diadakan penelitian lebih mendalam ternyata ada
dua hal yang berkaitan : pertama, tanah yang dimakan banyak mengandung zat besi (Fe); kedua,
diit sehari-hari suku tersebut kurang akan zat besi. Secara naluriah suku itu mencari zat besi dari
tanah, sehingga mereka tidak akan menderita penyakit anemia karena kekurangan zat besi .
Sepanjang sejarah selalu ada upaya manusia baik sendiri atau berkelompok untuk
mencegah dan mengobati penyakit. Berbagai macam cara digunakan untuk memulihkan
kesehatan, mulai dari pengobatan dengan menggunakan tanaman, binatang dan mineral, hingga
tindakan pembuangan bagian tubuh yang terinfeksi atau terkena penyakit. Upaya-upaya itu
kemudian melahirkan berbagai disiplin ilmu yang kita kenal hingga saat ini sebagai ilmu
kedokteran, farmasi, kedokteran gigi, keperawatan dan lain sebagainya.
Makalah ini akan berusaha untuk menguraikan sekelumit perkembangan (sejarah) ilmu
pengobatan (kedokteran) sebelum masa Islam, masa Rasulullah SAW dan masa setelah
Rasulullah SAW, terutama pada zaman kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, ketika
Kekhalifahan Islam mencapai puncak kejayaan. Semoga tulisan ini menjadi bahan renungan dan
cambuk bagi kita semua.

Perkembangan Ilmu Kedokteran dan Pengobatan

Terapi menurut kamus ilmiah populer adalah pengobatan, ilmu pengobatan, cara
pengobatan. Sementara dalam kamus kedokteran istilah terapi diartikan sebagai pemberian
pertolongan kepada orang yang sakit, usaha untuk mrenyembuhkan orang yang sakit atau bisa
diartikan sebagai cara pengobatan. Dalam bahasa Arab, istilah terapi sepadan dengan kata
istisyfa’, berasal dari akar kata syafa’-yasyfii-syifa, yang artinya menyembuhkan. Istilah ini
menyangkut mencakup unsur preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), terhadap penyakit
dan rehabilitasi (pemulihan) setelah sembuh dari penyakit.
Konsep-konsep terkait dengan ilmu kedokteran dan pengobatan serta ilmu pendukungnya
berkembang pada tiap zaman sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat yang hidup di masa
tersebut. Perkembangan ilmu kedokteran (pengobatan) dimulai sejak zaman pra-sejarah, zaman
Babylonia-Assyria, zaman Mesir kuno, zaman Yunani Kuno, dan zaman pertengahan. Pada
zaman pertengahan inilah ilmu pengobatan (kedokteran) Islam berkembang dengan pesat yang
mendasari perkembangan ilmu kedokteran modern (masa kini).
3

I. Perkembangan Ilmu Pengobatan dan Kedokteran Sebelum Zaman Rasulullah SAW

A. Perkembangan Ilmu Pengobatan (Kedokteran) Zaman Pra Sejarah

Diantara beberapa karakteristik yang unik dari Homo sapiens adalah kemampuannya
untuk mengatasi penyakit, baik fisik maupun mental dengan menggunakan obat-obatan. Dari
bukti arkeologi didapatkan bahwa pencarian terhadap obat-obatan setua pencarian manusia
terhadap peralatan lain. Seperti halnya bebatuan yang digunakan untuk pisau dan kapak, obat-
obatan pun jarang sekali tersedia dalam bentuk siap pakai. Bahan-bahan obat tersebut harus
dikumpulkan, diproses dan disiapkan; kemudian digabungkan menjadi satu untuk digunakan
dalam pengobatan Aktivitas ini, telah dilakukan jauh sebelum sejarah manusia dimulai dan
sampai sekarang tetap menjadi fokus utama praktek kefarmasian.
Manusia purba belajar dari insting atau naluri, dengan melakukan pengamatan terhadap
hewan. Pertama kali mereka menggunakan air dingin, sehelai daun, debu, bahkan lumpur untuk
pengobatan6. Naluri untuk menghilangkan rasa sakit pada luka dengan merendamnya dalam air
dingin atau menempelkan daun segar pada luka tersebut atau menutupinya dengan lumpur, hanya
berdasarkan kepercayaan. Manusia purba belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara
pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain. Dari sinilah permulaan terapi dengan obat
dimulai. Mereka menularkan pengetahuan ini kepada sesamanya. Walupun metode yang mereka
gunakan masih kasar, akan tetapi banyak sekali obat-obatan yang ada saat ini diperoleh dari
sumbernya dengan metode sederhana dan mendasar seperti yang telah mereka lakukan

B. Zaman Babylonia-Assyiria

Bangsa Sumeria yang mendiami bagian selatan kerajaan Babylonia sekitar tahun 3000
SM telah meninggalkan catatan-catatan tentang pengobatan. Disamping itu bangsa Sumeria dan
penerusnya bangsa Babylonia dan Assyiria telah meninggalkan ribuan tablet lempung dalam
puing-puing peninggalan mereka sebagai salah satu peninggalan peradaban manusia yang paling
berharga. Para ahli sejarah baru berhasil mengungkap ”bagian yang hilang” dari catatan kuno ini
setelah berabad-abad kemudian. Bangsa-bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang besar dan telah
melakukan observasi terhadap planet-planet dan bintang-bintang yang mendasari ilmu astronomi.
Mereka menyakini bahwa kedudukan dan gerakan bintang mempengaruhi kejadian di bumi.
Kepercayaan ini mempengaruhi sikap mereka terhadap penyakit.
4

Dari catatan-catatan kuno ini terungkap bahwa ada 3 aspek penting dalam ilmu
pengobatan Babylonia-Assyiria yakni aspek ketuhanan (divination), pengusiran roh jahat/setan
(excorcism) dan penggunaan obat-obatan. Ketiga aspek ini merupakan satu kesatuan yang tak
dapat dipisahkan. Penyakit dianggap sebagai kutukan atau hukuman Tuhan dan pengaruh dari roh
jahat/setan, sedangkan pengobatan adalah pembersihan/pensucian dari kedua hal di atas. Konsep
ini dikenal sebagai konsep katarsis (Catharsis). Konsep ini menjelaskan makna asli kata
”pharmakon” (bhs. Yunani) yangmerupakan asal kata pharmacy(farmasi). Konsep pharmakon
dijelaskan sebagai upaya penyembuhan atau pensucian dengan cara mengeluarkan atau
membersihkan.
Para pendeta di masa itu berperan sebagai rohaniwan (diviner) dan pengusir setan, yang
mendukung peran mereka sebagai penyembuh/dokter. Dalam literatur lain disebutkan bahwa
terdapat pemisahan profesi penyembuh di antara bangsa Babylonia, yakni penyembuh empiris
dan penyembuh yang spiritualis. Penyembuh spiritualis dikenal sebagai asipu, yang menekankan
pada penggunaan mantra/doa-doa bersama dengan batu-batu bertuah/jimat-jimat dalam
pengobatan. Pada salah satu tablet lempung tercatat adanya mantra/doa yang tertulis di awal dan
di akhir suatu formula obat. Mantra/doa tersebut diharapkan memberi kekuatan menyembuhkan
kepada obat-obatan yang telah dibuat. Fenomena ini mungkin masih sering dijumpai di berbagai
pengobatan tradisional atau pengobatan alternatif bangsa kita. Penyembuh empiris dikenal
sebagai asu, yang menggunakan obat/ramuan tertentu dalam bentuk sediaan farmasi yang
sekarang masih digunakan seperti : pil, supositoria, enema, bilasan, dan salep. Kedua penyembuh
tersebut seringkali bekerjasama dalam menangani penyakit yang berat/sulit disembuhkan. Selain
kedua penyembuh tersebut terdapat sekelompok orang yang juga meracik obat dan kosmetik yang
disebut pasisu. Akan tetapi peranan dan kedudukan mereka dalam pengobatan belum diketahui
secara pasti.
R. Campbell Thompson mendapatkan ratusan tablet lempung dari hasil
penggalian perpustakaan raja Assurbanipal dari Assyria. Thompson telah berhasil
mengidentifikasi 250 tanaman obat dan 120 obat-obat mineral, juga minuman beralkohol,
lemak dan minyak, bagian tubuh hewan, madu, lilin, serta berbagai susu yang digunakan
dalam pengobatan. Bahkan juga dikenal penggunaan kotoran (tinja) hewan atau manusia
dalam salah satu metode pengobatan bangsa Babylonia-Assyria. Kotoran tersebut
diharapkan dapat membuat jijik dan mengusir roh jahat yang merasuki tubuh pasien
dengan segera. Tumbuhan obat yang dikenal saat itu misalnya pine turpentine, styrax,
galbanum, hellebore, myrrh, asafoetida, calamus, ricinus, mentha, opium, glycyrrhyza,
5

mandragora, cannabis, crocus serta thymus. Sebagian besar tumbuhan tersebut masih
digunakan untuk pengobatan hingga saat ini. Berbagai bentuk sediaan yang ada meliputi
anggur obat, mikstura, salep, enema, tapel, plester, losio, infusa dan fumigan. Pada
catatan kefarmasian yang tertua (ditulis oleh bangsa Sumeria 4000 tahun yang lalu)
terdapat berbagai macam formula obat, dimana komposisinya ditulis tidak kuantitatif
sebagai berikut “Haluskan biji carpenter, gom resin markasi dan thymi; larutkan dalam
bir untuk diminum”.
Jimat, mantra dan sihir menjadi bagian dari kebudayaan bangsa Mesopotamia. Seperti
yang telah diuraikan, pada salah satu formula obat terdapat tulisan mantra/doa yang memberikan
kekuatan menyembuhkan kepada obat yang dibuat. Dewa Ea dan Gula adalah dewa-dewa bangsa
Babylonia-Assyria yang paling sering disebut dalam mantra-mantra yang terdapat dalam formula-
formula obat. Dewa pengobatan yakni Ninazu, adalah pelindung para penyembuh/pendeta.
Sedangkan putranya yakni Ningischzida adalah nabi mereka. Suatu hal yang cukup menarik
adalah simbol kedua dewa tersebut adalah tongkat dan ular, yang mengingatkan simbol ilmu
kedokteran modern yang diadopsi dari bangsa Yunani ratusan tahun kemudian.
Bahan-bahan tertentu untuk membuat obat tersebut mungkin saja telah memiliki kekuatan
menyembuhkan walaupun tanpa intervensi para pendeta melalui mantra atau doa-doa mereka
yang sekarang kita kenal sebagai bahan yang aktif secara farmakologi. Namun demikian ada dua
hal yang diwariskan kepada kita; yang pertama adalah pengetahuan tentang bahan-bahan tertentu
yang memiliki kekuatan “supernatural” (terutama tumbuhan obat) dan yang kedua adalah konsep
mempengaruhi fungsi tubuh dengan menggunakan bahan-bahan (obat) tersebut, yang sekarang
dikenal sebagai farmakoterapi.

C. Zaman Mesir Kuno

Piramida yang masih berdiri dengan kokoh hingga saat ini merupakan bukti kekuatan dan
kejayaan bangsa Mesir selain pembalseman mayat-mayat (mumi), lukisan dinding dan harta
benda di kompleks-kompleks pemakaman. Bangsa Mesir mencatat kejadian-kejadian pada saat
itu atau ide-ide mereka (misalnya sistem pengairan dan pertanian) dengan menulisnya di papyrus
atau dalam bentuk hyeroglyph mulai tahun 3000 SM, sebelum mereka mengembangkan
peradaban dengan teknologi metalurgi (penempaan logam) yang maju. Mereka berdagang dan
kadang berperang dengan negeri-negeri sekitarnya di sebelah timur Mediterania dan Afrika.
Seperti halnya di Babylonia, pada catatan peninggalan Mesir menunjukkan hubungan
yang dekat antara penyembuhan supranatural dengan penyembuhan empiris. Resep/formula obat
6

biasanya diawali dengan doa atau mantra tertentu. Di dalam formula-formula tersebut disebutkan
obat-obat yang lebih rumit, bentuk sediaan yang lebih banyak dan teknik pembuatan yang
mendetil. Mungkin yang paling terkenal dari catatan yang ada adalah Ebers Papyrus, suatu kertas
bertulisan yang panjangnya 60 kaki dan lebarnya satu kaki dari abad ke-16 SM. Dokumen ini
sekarang berada di University of Leipzig, untuk mengingat seorang ahli tentang Mesir,
berkebangsaan Jerman, bernama Georg Ebers, yang menemukan dokumen tersebut di kuburan
suatu mumi dan menerjemahkannya sebagian, selama setengah dari akhir abad ke-19.
Sebagaian besar isi Papirus Ebers adalah formula-formula obat, yang menguraikan lebih
dari 800 formula. Selain itu disebutkan juga sekitar 700 obat-obatan yang berbeda. Obat-obatan
tersebut terutama berasal dari tumbuhan walupun tercatat juga obat-obatan yang berasal dari
mineral dan hewan. Obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sampai sekarang masih
dipakai, antara lain seperti akasia, biji jarak, adas, disebut bersama-sama dengan yang berasal dari
mineral, seperti besi oksida, natrium bikarbonat, natrium klorida dan sulfur. Kotoran hewan juga
digunakan dalam pengobatan seperti halnya di Babylonia. Dalam literatur lain disebutkan bahwa
psyllium disebutkan dalam Papirus Ebers dan dikenal sebagai laksatif dan antidiare sekitar tahun
1500 SM. Saat ini psyllium lebih dikenal dengan nama dagang Metamucil yang sering dijumpai
di apotek.
Bahan pembawa sediaan (vehiculum) yang dipakai adalah bir, anggur, susu dan madu.
Madu dan lilin juga sering digunakan sebagai bahan pengikat (binders) dalam formula-formula
tersebut. Mortir, penggiling tangan, ayakan dan timbangan biasa digunakan oleh orang Mesir
dalam membuat supositoria, obat kumur, pil, obat hisap, troikisi, lotio, salep mata, plester dan
enema; seperti halnya dalam peracikan obat-obatan (teknologi farmasi) saat ini.
Berbeda dengan formula-formula bangsa Babylonia yang ditulis secara kualitatif
saja, formula-formula Mesir kuno ditulis secara kuantitatif. Dikenal satuan ro (1 ro = ±
15 ml). Selain itu juga ditulis lama pengobatan (terapi) empat hari yang merupakan lama
pengobatan yang umum di Mesir saat itu, yang mungkin lebih menekankan aspek
“sihir”nya dibanding hasil observasi klinis. Di bawah ini adalah salah satu contoh
formula tersebut. Formula untuk membersihkan purulensi :
Hyoscyamus 20 ro
Dates 4 ro
Wine 5 ro
Ass’s milk 20 ro
Di rebus, dipekatkan dan diminum selama empat hari
7

Salinan formula-formula obat disebarluaskan dari satu penyembuh ke penyembuh


lainnya, juga dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kadangkala sebagian obat diambil dari
formula aslinya dan dikombinasikan begitu saja dengan obat-obat lain dari formula yang berbeda.
Kemungkinan besar hal ini merupakan awal munculnya pengobatan yang disebut dengan
“polifarmasi” (poli = banyak, farmasi = obat) yang kelak diketahui sebagai salah satu metode
pengobatan yang tidak rasional.
Seperti halnya di Babylonia, bangsa Mesir juga mengenal dewa-dewa yang berpengaruh
dalam pengobatan seperti Thoth, Osiris, Isis, Horus dan Imhotep. Salah satu simbol yang
menghubungkan praktek kefarmasian saat ini dengan mitologi kuno adalah simbol Rx, yang
dijumpai dalam penulisan resep di seluruh dunia. Sebagian besar pendapat menyatakan bahwa
simbol tersebut berasal dari simbol mata Horus, dewa elang bangsa Mesir. Horus selalu
mengawasi setiap proses pembuatan obat, sebagai simbol bahwa profesi farmasis selalu mendapat
pengawasan dari Tuhan sehingga setiap pelaku profesi ini harus selalu bekerja dengan baik,
cermat dan jujur karena Tuhan selalu melihat dan mengawasi mereka. Horus ditugaskan oleh Isis,
ibunya sebagai penjaga balai pengobatan (house of medicine) para dewa.

D. Zaman Yunani Kuno

Pada milenium berikutnya, akar dari profesi kesehatan di dunia Barat muncul dan
berkembang dari peradaban bangsa Yunani di kepulauan dan laut Aegea. Bangsa Yunani
mendapatkan berbagai stimuli dan pengaruh dari luar yakni dari Mesopotamia dan Mesir.
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama kali menguraikan secara sistematis
fenomena di alam dan kedudukan manusia di dalamnya, yang sekarang dikenal sebagai filsafat.
Istilah “philosopher” berasal dari bahasa Yunani philos (teman) dan sophia ( kebijaksanaan) yang
berarti kebijaksanaan telah terdapat di dalam setiap orang yang berusaha mencarinya dan
kebijaksanaan akan menjadi temannya. Sebagian besar para filsuf berusaha menjelaskan secara
rasional tentang alam dan fenomena yang terjadi di dalamnya termasuk kaitannya dengan seni
pengobatan. Masalah yang sering dihadapi oleh para filsuf tersebut adalah : penjelasan rasional
apakah yang bisa didapatkan dari asal-usul dunia dimana manusia hidup di dalamnya dan asal-
usul penyakit yang diderita oleh manusia.
Empedocles (504 SM) mengemukakan ide bahwa ada 4 unsur yang menjadi akar dari
segala sesuatu termasuk tubuh hewan dan manusia yakni : air, udara, api dan tanah. Teori ini
disebut sebagai teori 4 elemen. Menurut Empedocles dan para pengikutnya sehat merupakan
keseimbangan dari keempat elemen tersebut, sedangkan sakit disebabkan karena
ketidakseimbangan keempat elemen tersebut.
8

Hippocrates (460-370 SM) adalah seorang dokter Yunani yang dihargai karena
memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Dia menerangkan obat secara rasional,
dan menyusun sistematika pengetahuan kedokteran serta meletakkan pekerjaan kedokteran pada
suatu etik yang tinggi. Pemikirannya tentang etika dan ilmu kedokteran memenuhi tulisan-tulisan
ilmu kedokteran, baik yang ditulisnya sendiri maupun penerusnya. Konsep dari pandangannya
disusun dalam bentuk sumpah Hippocrates, yang merupakan tata cara dan perilaku untuk profesi
kedokteran. Hasil pekerjaannya termasuk uraian dari ratusan obat-obatan. Sebagai pelopor dalam
ilmu kedokteran dan ajarannya yang memberikan inspirasi serta falsafahnya yang sudah maju dan
merupakan bagian dari ilmu kedokteran modern, Hippocrates diberi penghargaan yang tinggi dan
disebut sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”
Di dalam korpus (corpus) atau kumpulan naskah Hippocrates terdapat konsep
keseimbangan 4 cairan tubuh (humor) yang menggantikan konsep 4 elemen Empedocles sebagai
faktor penyebab keadaan sehat atau sakit. Di dalam konsep ini disebutkan bahwa 4 elemen dalam
alam seperti : tanah, udara, air dan api pararel dengan 4 cairan tubuh yang paling berpengaruh
yakni : empedu hitam (black bile), darah (blood), cairan empedu (yellow bile) dan dahak
(phlegm). Keseimbangan dan distribusi keempat cairan tubuh tersebut sangat penting bagi
makhluk hidup.
Pengobatan yang utama menurut kaum Hippocratean (pengikut Hippocrates) adalah
digunakannya bahan-bahan yang memiliki efek purgatif (pencahar kuat), sudorifik (meningkatkan
pengeluaran keringat), emetik (memuntahkan) dan enema (cairan urus-urus, umumnya
disemprotkan ke dalam anus). Pada intinya bahan-bahan tersebut digunakan untuk mengobati
penyakit yang dipercaya pada saat itu, disebabkan oleh kelebihan cairan tubuh. Proses
penyembuhan tersebut dikenal sebagai pembersihan, pemurnian atau penyucian tubuh (body
catharsis). Konsep ini merubah makna kata pharmakon sebelumnya, yang mengacu kepada jimat
atau guna-guna (baik menyembuhkan atau meracuni) menjadi bahan-bahan pembersih atau
penyuci tubuh (purifying remedy).
Sejarah pengobatan zaman Yunani juga tidak lepas dari pengaruh mitologi. Dalam
mitologi Yunani yang dikenal sebagai dewa pengobatan awalnya adalah Apollo, yang kemudian
digantikan oleh Asklepios (Aesculapius), setelah Apollo dibunuh oleh Zeus, raja para dewa.
Apollo mendapatkan pengetahuan tentang obat-obatan dari Chiron, bangsa Centaur (manusia
dengan dua tangan dan berbadan kuda, lambang bintang Sagitarius). Dalam melakukan tugasnya,
Asklepios dibantu oleh dua orang putrinya yakni Hygea dan Panacea. Pada masa itu didirikan
balai pengobatan atau Sanctuary untuk memuja Asklepios dan kedua putrinya. Mereka yang telah
lama mengalami penderitaan akibat penyakit pergi ke kuil dewa Asklepios, kemudian tidur
9

dengan harapan akan dikunjungi oleh dewa atau putrinya Hygeia yang membawa ular dan
semangkuk obat dalam mimpinya. Ular dan mangkok tersebut kemudian menjadi simbol farmasi,
bahkan telah diadopsi menjadi simbol kesehatan. Tongkat Asklepios diadopsi menjadi simbol
kedokteran di seluruh dunia. Selanjutnya, dikenal tumbuhan Panacea yang dianggap memiliki
berbagai khasiat atau dapat menyembuhkan segala macam penyakit (obat dewa).

E. Zaman Abad Pertengahan

Pada permulaan era agama Kristen terdapat beberapa nama ilmuwan Yunani dan Romawi
yang memberikan berpengaruh terhadap perkembangan ilmu kedokteran. Beberapa ilmuwan telah
memberi warna terhadap perkembangan ilmu kedokteran
Theophrastus (370-285 SM), seorang murid dari Aristoteles telah melakukan penelitian
besar-besaran terhadap tumbuh-tumbuhan, terutama yang berperan dalam pengobatan. Usaha
Theophrastus diteruskan oleh Dioscorides (Th 65 SM), yang merupakan orang pertama yang
menggunakan ilmu tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan. Ia mengarang buku de
Materia Medica Libri Quinque, yang merupakan ensiklopedia obat standar selama ratusan tahun
berikutnya. Ilmuwan lainnya adalah Pliny yang menulis ensiklopedia yang diterjemahkan sebagai
Natural History dan largus yang menulis buku Compositiones.
Galen (131-201 M) seorang dokter Yunani yang berpraktek di Roma pada abad ke-2
Masehi menggunakan sistem pengobatan yang berdasarkan pada cairan tubuh. Galen
menguraikan secar panjang lebar suatu sistem yang mengharuskna mempertahankan
keseimbangan cairan di suatu individu yang sakit dengan menggunakan obat-obatan yang
memiliki sifat berlawanan. Contohnya untuk mengobati radang atau inflamasi (in = di dalam dan
flame=api, panas) digunakan mentimun yang bersifat dingin. Galen telah memberikan pedoman
yang bersifat rasional dan sistematis dalam memilih obat (walaupun pada saat ini dianggap
salah). Menurut Galen, masing-masing keempat cairan tubuh memiliki sifat tertentu, yakni :
darah bersifat lembab dan hangat, dahak (yang dianggap berasal dari otak) bersifat lembab dan
dingin, empedu (yang dianggap berasal dari hati) bersifat hangat dan kering, serta empedu hitam
(yang dianggap berasal dari limpa dan lambung) bersifat dingin dan kering. Selain itu, keempat
cairan tubuh tersebut mempengaruhi sistem metabolisme dan temperamen seseorang, seperti
melankolis atau sanguinis. Galen mengaitkan antara penyakit dengan ketidakseimbangan cairan
tubuh tertentu. Selain itu, Galen telah mengenalkan teknik “perdarahan”, yakni mengurangi
volume darah yang dianggap banyak mengandung penyakit. Galen juga menyarankan
penggunaan polifarmasi dengan argumen tubuh pasien akan mengeluarkan berbagai obat yang
kompleks tersebut untuk menjaga keseimbangkan cairan tubuh. Galen telah menciptakan suatu
10

sistem yang sempurna mengenai fisiologi, patologi dan pengobatan serta merumuskan doktrin
yang diikuti selama 1500 tahun. Dia adalah pengarang yang memiliki karya paling banyak di
jamannya maupun jaman lain dan telah mendapat penghargaan untuk 500 buku tentang
kedokteran serta 250 buku lainnya tentang filsafat, hukum maupun tata bahasa.
Setelah itu sampai awal abad ke VI Masehi dunia kedokteran dan pengobatan tidak
mengalami perkembangan.

II. Perkembangan Ilmu Pengobatan dan Ilmu Kedokteran Zaman Rasulullah SAW

Lahirnya Agama Islam di tanah Arab yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW telah
merubah wajah dunia dari zaman kebatilan dan kebodohan ke zaman yang dilandasi oleh nilai-
nilai keagamaan dan kemasyarakatan yang luhur.
Munculnya Islam juga telah membawa banyak perubahan dalam bidang ilmu
pengetahuan termasuk Ilmu kedokteran dan pengobatan. Hal ini tidaklah mengherankan karena
Rasulullah SAW telah bersabda: ”Aku diutus untuk membawa ungkapan-ungkapan yang singkat
dan padat (jelas)” (HR. Bukhari dan Muslim). Mukjizat Alqur’an dan Hadist secara ilmiah adalah
pemberitaan tentang suatu fakta yang kemudian dibenarkan ilmu empiris dan terbukti bahwa
fakta itu tidak mungkin diketahui melalui peralatan manusia yang ada pada masa Rasulullah
SAW.
Di dalam Al-Quran terdapat banyak fakta ilmiah yang baru terbukti setelah berlalu
beberapa waktu. Allah SWT berfirman ” Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi
semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengtahui (kebenaran) berita Al-Qur’an setelah
beberapa waktu” (QS Shad: 87-88). Di lain ayat Allah SWT juga berfirman ” Untuk tiap-tiap
berita yang dibawa oleh Rasul-Rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan
mengetahuinya” (QS Al-An’am: 67).
Salah satu hadist Nabi yang baru bisa dibuktikan kebenarannya oleh para anatom
beberapa waktu lalu adalah hadist yang berbunyi ”Sesungguhnya dalam jasad manusia itu ada
tiga ratus enam puluh persendian. Barangsiapa yang mampu membebaskan satu persendian dari
api neraka, maka hendaklah ia kerjakan. Ada yang bertanya,”Bagaimana caranya, wahai
Rasulullah ?” Beliau menjawab yaitu seseorang mengucapkan lafal takbir atau mengucapkan
lafal tasbih atau menyingkirkan duri dari jalan atau menyuruh kepada kebaikan, atau mencegah
dari kemungkaran” (HR. Bukhari-Muslim).
Selintas hadis ini merupakan sebuah nasehat agar kita menjauhi api neraka serta
memelihara anggota tubuh dar kobaran api neraka. Namun ternyata didalamnya termuat ilmu
11

yang besar manfaatnya yaitu salah satu ciri utama mukjizat keilmiahan Al-Qur’an dan Suah.
Meskipun ditunjang dengan kemajuan fasilitas diagnosis dan pemotretan laser sampai tahun 1996
ilmu modern masih menetapkan bahwa jumlah persendian manusia adalah 340 ditambah
beberapa persendian yang menyatu menjadi suatu susunan. Beberapa ilmuwan anatomi kembali
melakukan penelitian terhadap persendian yang menyatu menjadi satu susunan tersebut lalu
memisah-misahkannya. Akhirnya mereka menemukan bahwa jumlah seluruh persendian tersebut
adalah 360, bilangan yang tidak kurang dan tidak lebih sesuai dengan yang tercantum dalam
hadis Rasulullah SAW. Subhanallah....Beliau adalah sosok Nabi yang tidak pandai membaca. Hal
ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firmannya di surat Al-Ankabut ayat 48 ” Dan kamu tidak
pernah membaca sebelumnya (Al-Qur’an) sesuatu kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis
suatu kitab dengan tangan kananmu, andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar
ragulah orang yang mengingkari(mu)” Kenyataan ini seyogyanya semakin menambah keimanan
kita tentang kebenaran ajaran Rasulullah SAW. Manalah mungkin seorang yang tidak mengerti
struktur tubuh manusia bisa menyatakan secara tegas tentang hal tersebut, bila tanpa petunjuk
Allah SWT.
Ilmu kedokteran yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu
1. Penyembuhan berbagai penyakit jasmani melalui penggunaan beberapa jenis rerumputan,
tumbuhan, madu dan susu.
2. Pengobatan berbagai penyakit rohani melalui pendekatan kejiwaan
3. Pengobatan dengan cara pencegahan
4. Ilmu-ilmu yang terkait dengan kedokteran terutama Anatomi-embriologi.

Semasa Rasulullah upaya penyembuhan berbagai penyakit jasmani dilakukan dengan


menggunakan beberapa jenis rerumputan. Disamping itu Rasulullah SAW juga menggunakan
madu, berbekam dan penyetrikaan untuk mengobati penyakit. Sabda Rasulullah SAW : ”
Pengobatan itu terdapat pada tiga hal : minum madu, berbekam dan membakar dengan api. Dan
saya melarang umatku melakukan pembakaran dengan api (HR. Bukhari). Dilain hadis
Rasulullah SAW berkata ” Gunakanlah selalu dua macam obat, yaitu madu dan Al-Qur’an. Allah
SWT berfirman ” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya,
didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia (An-Nahl 69).
Untuk mengobati penyakit rohani dan kegelisahan hati Islam mengajarkan beberapa
cara yaitu :
1. Membaca Al-Qur’an
12

Al-Qur’an disebut sebagai terapi pertama, sebab didalamnya memuat resep-resep mujarab
yang dapat menyembuhkan hati manusia. Allah SWT berfirman ” Dan Kami turunkan dari
Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-
Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim” (QS Al-Isro: 82)
2. Berzikir
Dzikir adalah bentuk ekspresi keagamaan yang tidak hanya memiliki dimensi ibadah antara
manusia dengan Allah, tetapi juga mengandung unsur-unsur terapi terhadap penyakit.
Manfaat ini tidak hanya dibenarkan oleh para agawan (ulama) yang selama ini menjadi
penyambung lidah para nabi tetapi juga diyakini kebenarannya oleh para ilmuwan barat dan
pakar kontemporer.
3. Berdoa
Doa adalah bentuk pengharapan (isti’anah) manusia kepada realitas di luar dirinya (Allah),
sebagai ungkapan ketidak berdayaan dalam menghadapi sesuatu. Ini adalah suatu yang
dianjurkan oleh Allah SWT dan Allah akan mengabulkan setiap doa yang datang kepada-Nya
sebagai representasi dari sifatnya yang Maha Mengabulkan (Al-Mujib). Tidak dapat
disangkal lagi pengaruh doa dalam upaya penyembuhan penyakit sangatlah efektif karena di
dalam doa sendiri terkandung unsur terapeutik. Dr. Dale A. Matthew (1996) dari Universitas
Georgetown, Amerika Serikat mengatakan dalam pertemuan tahunan The American
Psychiatric Association bahwa dari 212 studi yang dilakukan oleh para ahli, ternyata 75%
menyatakan bahwa komitmen agama (doa) menunjukkan pengaruh positif pada pasien.
4. Sholat
Sholat yang dimaksud disini bukan sholat melainkan sholat sunnah seprti sholat tahajud, witir
dan hajat. Sholat malam merupakan salah satu obat mujarab yang mampu menyembuhkan
penyakit hati. Firman Allah SWT “ dan pada sebagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (QS. Al-Isro 79).
Menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi merupakan dasar dari tindakan pencegahan
terhadap penyakit. Terjaganya kebersihan dan kesehatan individu akan meningkatkan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Kesehatan dan kebersihan pribadi tidak pernah mendapatkan
perhatian yang lebih kecuali yang diperbuat oleh Rasulullah SAW. Rasulullah bukan hanya
mengajak umatnya untuk selalu menjaga kebersihan tetapi juga telah mempraktekkan secara
langsung. Rasulullah SAW bersabda bahwa ”Kebersihan adalah sebagian dari Iman”
Beberapa contoh ajaran Islam yang berperan dalam upaya menjaga kebersihan pribadi
(higiene) dan kesehatan lingkungan adalah
13

1. Berwudhu
Islam telah menyuruh kepada umatnya untuk berwudhu setidaknya 5 kali dalam sehari
semalam. Nabi bersabda ”Wudhu adalah sebagian dari iman” (HR. Turmudzi). Dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda “Apabila seorang atau mukmin berwudhu,
kemudian ia membasuh wajahnya, niscaya keluar dari wajahnya semua kesalahan yang ia
lihat dengan matanya bersama air atau bersama tetesanair terakhir atau yang semisal. Jika ia
membasuh kedua tangannya niscaya keluar semua dosa yang diperbuat dengan kedua
tangannya bersama air atau bersama tetesan air terakhir sehingga ia selesai berwudhu dalam
keadaan bersih dari dosa (HR. Ahmad). Jika seorang muslim senantiasa berwudhu, maka ia
akan selalu berada dalam keadaan suci yang sempurna dan derajat kebersihan yang paling
tinggi. Dr. Musthafa Syahatah, Dekan Fakultas THT Universitas Alexandria mengatakan
bahwa berwudhu dapat melindungi seseorang dari kuman-kuman penyakit. Terbukti jumlah
kuman pada orang yang berwudhu lebih sedikit daripada orang yang tidak berwudhu.
2. Bersiwak
Sebelum berwudhu disunahkan untuk bersiwak, sebagaimana sabda Rasulullah: Setiap kali
bangun tidur, baik siang atau malam, Rasulullah SAW pasti bersiwak dulu sebelum wudhu”
(HR. Abu Daud). Bersiwak merupakan tindakan penting dalam pencegahan penyakit yang
menyerang mulut dan menjaga kesehatan gigi.
Dr. Faruq Mursyid dosen dan Kepala Bagian Penyakit Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Howard, Amerika Serikat mengingatkan bahwa menyikat gigi adalah satu-satunya cara untuk
mencegah karies gigi.
3. Tindakan menjaga kebersihan tubuh lainnya seperti istinsyaq (memmenghirup air
kedalam hidung), memotong kuku, mencuci ruas jari dan sela-selanya, khitan,
mencukur bulu kemaluan, instinja dan berkumur.
Diriwayatkan dari Siti Aisyah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda “ Ada sepuiluh macam
sunah fitrah: memendekkan kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak, istinsyaq,
memotong kuku, mencuci ruas jari dan sela-selanya mencabut bulu ketiak, mencukur
bulu kemaluan, istinja dan berkumur” ( HR. Turmudzi dan Nasa’i).
Dalam riwayat lainnya : Sunah fitrah ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan,
mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis” (HR Bukhari,
Muslim, Turmudzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, Imam Ahmad, dan Imam Malik).
Nabi SAW bersabda “Apabila kamu buang air kecil, maka jangan memegang
kemaluan dengan tangan kanannya dan jangan beristinja dengan tangan kanan” (HR.
Bukhari).
14

4. Menjaga kebersihan peralatan keseharian


Ilmu kedokteran modern menegaskan pentingnya kebersihan peralatan yang digunakan untuk
makan, minum dan peralatn pribadi. Peralatan yang tercemar akan memberikan kesempatan
yang besar bagi kuman-kuman untuk berkembang biak dan menularkan penyakit dari orang
yang sakit kepada orang yang sehat. Konsep tentang hal ini sudah ada di dalam ajaran Islam
jauh sebelum Ilmu kedokteran modern menegaskan tentang hal ini.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW melarang minum dari semua
bejana kecuali yang tertutup rapat (HR. Imam Ahmad).
Dilain hadis Rasulullah SAW melarang minum langsung dari botol, tetapi harus menuang
minuman ke dalam gelas yang khusus untuk minum. Abu Sa’id Al Khudri berkata “
Rasulullah SAW melarang memecah mulut kendi dan semacamnyauntuk minum
daripadanya” (HR. Bukhari).
5. Menjaga sumber-sumber air
Air adalah asal kehidupan dan menjaga sumber-sumbernya adalah kewajiban karena
air yang tercemar dapat menyebabkan tersebarnya berbagai macam penyakit.
Ibnu Abbas berkata “Aku mendeng Rasulullah SAW bersabda “ Jauhilah tiga hal terkutuk.”
Ada yang bertanya “ Apa saja yang terkutuk itu ya Rasullah SAW ? “ Beliau menjawab “
duduk di tempat berteduhnya orang-orang yang dalam perjalanan, duduk-duduk di jalan, serta
buang air kecil dan besar di air yang tidak mengalir “ (HR. Imam Ahmad).
Di lain hadis Rasulullah SAW bersabda “ Jangan sekali-kali kalian kencing di kolam yang
airnya tidak mengalir, setelah itu kalian mandi dan wudhu di sana” (HR. Nasai’)
6. Menjaga Kebersihan Tempat-tempat Umum dan Tempat Ibadah
Jika tempat-tempat tersebut tidak bersih akan menjadi sumber penyakit yang berbahaya
karena banyak dikunjungi orang secara silih berganti. Di anatara mereka ada beberapa orang
yang membawa mikroba, bakteri atau jamur. Oleh karena itu penting untuk menjaga tempat-
tempat terebut sama pentingnya dengan kebersihan rumah dan badan.
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa seorang badui masuk masjid kemudian kencing disana,
lalu orang-orang menangkapnya. Nabi SAW bersabda ” lepaskan dia dan siram kencingnya
dengan seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk berlaku lemah lembut, bukan diutus
untuk berlaku kasar” (HR. Bukhari).
Nabi Muhammad SAW bersabda ” Barangsiapa menebang pohon sidrah, maka Allah akan
memasukkan kepalanya ke dalam neraka” (HR. Abu Daud dan Baihaqi).
Sidrah adalah sejenis tumbuhan berduri yang tumbuh di padang pasir, tahan terhadap
kekeringan, dan berdahan cukup lebat, sehingga dapat digunakan untuk bernaung. Ketika
15

Imam Abu daud ditanya tentang makna hadis ini, ia berkata dalam sunannya ”Barangsiapa
memotong pohon sidrah di padang pasir yang menjadi tempat bernaung orang-orang dalam
perjalanan dan binatang tanpa sebab yang jelas, maka Allah akan memasukkan kepalanya ke
dalam neraka”
Jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW telah mendahului abad modern dan Green Peace serta
pecinta lingkungan dalam menjaga lingkungan dan melarang memotong pepohonan hijau
agar lingkungan menjadi bersih, sehat, segar dan indah.
7. Pencegahan penyakit menular
Sunah Nabawiyah telah menetapkan kaidah-kaidah untuk menjaga kesehatan dan
memerintahkan agar orang-orang yang sehat tidak mendekati orang yang berpenyakit
menular.
Nabi Muhammad SAW bersabda ” Unta-unta yang sakit jangan di campur dengan yang
sehat” (HR Abu Daud) dan ” Larilah ari penyakit lepra sebagaimana kamu lari dari harimau”
(HR Bukhari Muslim). Dilain Hadis Rasulullah SAW bersabda ” Apabila kamu mendengar
ada wabah disuatu negeri maka kamu jangan pergi kesana dan jika ada wabah menimpa suatu
negeri dan kamu berada didalamnya maka kamu jangan keluar menghindarinya (HR.
Muslim). Dari Hadis ini dapat diambil simpulan sebagi berikut
1. Rasulullah SAW sangat menaruh perhatian agar wabah penyakit tidak menular
2. Rasulullah SAW telah menemukan sistem karantina melaksanakannya dan
memerintahkannya.
8. Melakukan Olahraga
Islam merupakan agama yang konsen terhadap olahraga. Islam menganjurkan agar umatnya
menjadi umat yang kuat dan berolahraga. Rasulullah SAW bersabda ” Bidiklah wahai Bani
Ismail karena sesungguhnya nenek moyang kalian adalah pemanah” (HR Bukhari). Dilain
Hadis Rasulullah SAW bersabda ” Segala sesuatu selain Zikir kepada Allah adalah sia-sia
kecyali empat perkara berjalannya seseorang antara dua tujuan, melatih kudanya, mencumbu
isterinya dan beajar berenang” (HR. Bazzar dan Thabrani)
Disamping upaya pengobatan penyakit jasmani dan penyakit rohani serta pencegahan
penyakit dalam Alqur’an banyak sekali ayat-ayat yang mengandung ilmu pengetahuan yang
merupakan bagian dari ilmu kedokteran terutama anatomi-embriologi yang kandungannya baru
bisa diungkap dengan bukti empiris jauh setelah zaman Rasulullah. Disamping itu banyak pula
hadis yang menyiratkan ilmu-ilmu kedokteran yang tidak bisa dibuktikan secara empiris saat saat
itu karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki. Salah satu contoh tentang ilmu kedokteran yang
terkandung dalam Al-Qur’an seperti apa yang dipahami oleh salah seorang dokter terhadap
16

firman Allah SWT dalam surat An-Nisa 56 : ”Setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit
mereka dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan azab” (An-Nisaa ayat 56).
Dibalik ayat ini terdapat realitas ilmiah yang belum dikenal oleh manusia pada waktgu turunnya
Al-Qur’an sehingga Al-Qur’an tidak boleh tidak harus merupakan Kalam Yang Maha Alim lagi
Maha Mengetahui tentang jaringan-jaringan urat saraf yang rumit, yang ujung-ujungnya teratur di
dalam lapisan-lapisan kulit. Dan urat saraf inilah yang menyerap rasa panas dan dingin, atau rasa
sakit dan nikmat.
Dokter tersebut memahami ayat itu bahwa pembaharuan sakit yang terputus karena
terbakarnya nulit tidak bisa terjadi kec uali dengan mengembalikan kulit itu pada waktu masih
hidup, agar rasa sakitnya itu bisa terjadi berulang kali ketika kulit berganti pada setiap kali setelah
terbakar. Firman ini diturunkan pada beberapa abad silam kepada seorang Nabi yang tidak
mempelajari ilmu kedokteran, sehingga ia menyakini bahwa ini adalah kalam yang mengutus
Muhammad sebagai seorang Nabi. Dokter inipun mengimani dan akhirnya ia masuk Islam.
Rasulullah SAW menitik beratkan filsafat kedokteran dalam beberapa hal
1. Membersihkan kedokteran dari unsur-unsur khurafat dan sihir. Rasulullah SAW telah
memerani unsur-unsur ini dengan sabdanya ” Barangsiapa yang menggantungkan
jimat, maka dia telah menyekutukan Allah. Jampi-jampi (pelet), jimat, dan guna-guna
merupakan unsur-unsur syirik.
2. Rasulullah merumuskan dasar-dasar pengobatan preventif, kebersihan lingkungan dan
berusaha merealisasikannya sampai kepada derajat mewajibkannya.
3. Segera memberikan pengobatan pada saat dibutuhkan. Beliau mendorong umat Islam
agar melakukan pengobatan ketika sakit. Rasulullah SAW sendiri yang menggunakan
besi panas terhadap Sa’ad bin Mu’adz dan beliau menasehatkan kepada Sa’ad bin Abi
Waqash agar segera pergi ke dokter bangsa arab ternama yaitu Haris bin Kaldah.
Rasulullah pernah ditanya seorang Arab Badui, ia berkata : ” Tidakkah kami (boleh)
melakukan pengobatan ? Jawab Rasulullah : Ya, wahai hamba Allah, berobatlah!
Karena Allah tidak menciptakan penyakit kecuali Dia telah menciptakan obatnya.
Kecuali satu macam penyakit. Lalu ia berkata penyakit apa ya Rasulullah ?”
Rasulullah berkata : menjadi tua (HR. At-Tirmidzi).
Islam sebagai agama samawi mengakui otoritas ilmu pengobatan dan kedokteran maka
selain menganjurkan pengobatan dengan menggunakan pendekatan doa , Islam juga
menganjurkan pemeluknya untuk melakukan upaya ikhtiar kepada para ahli terutama kepada
thobib (dokter) dalam pengobatan dan kesehatan pasien, sebagaimana dinyatakan dalam hadis di
atas.
17

Berkata Imam Syafii : ” Setelah Ilmu tentang membedakan sesuatu yang halal dan yang
haram saya tidak mengetahui ilmu yang lebih mulia, ketimbang ilmu pengobatan. Namun
sayangnya mereka telah mengabaikannya dan membiarkan pengetahuan ini jatuh ke tangan kaum
Yahudi dan Nasrani.
Rasul mengajak dan menyuruh kita kepada sesuatu yang menjadikan kebaikan untuk kita dan
membahagiakan kita, serta menjauhkan kita dari derita kesakitan di dunia maupun akhirat. Oleh
karena itu sudah semestinya kita tunduk dan patuh kepadanya, sebagaimana firman Allah ” Apa
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarang maka tinggalkanlah (QS
Al-Hasr : 7).
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang mengajak kita untuk berpikir tentang
penciptaan alam alam ini dan hal-hal yang terjadi karena dibalik itu tersimpan rahasia dan tanda-
tanda bagi orang yang mau berpikir. Disamping itu Rasul juga mengajak kita untuk selalu
menuntut ilmu walaupun hingga ke negeri Cina. Allah memuliakan orang-orang yang berilmu
beberapa derajat lebih tinggi. Allah SWT juga mengajak kita untuk berlomba-lomba dan
bertolong-tolongan dalam kebaikan. Hal-hal inilah yang memompa semangat para Ilmuwan
Muslim yang hidup setelah zaman Rasulullah untuk mau belajar, merenung dan bekerja serta
meneliti rahasia-rahasia yang ada dibalik fenomena alam dan kandungan ilmu pengetahuan baik
yang tersirat maupun tersurat dalam Al-Qur’an maupun Hadis Nabi. Hal inilah yang mendorong
kaum dan ilmuwan muslimin mencapai puncak kejayaan di abad pertengah sepeninggal
Rasulluah yaitu pada masa kekhalifahan Abbasiyah di belahan dunia timur dan kekhalifahan
Umayah dibelahan dunia barat.

III. Perkembangan Ilmu Pengobatan&Kedokteran Setelah Zaman Rasulullah SAW

Sebelum kedatangan ilmu kedokteran dan pengobatan muslim, tidak ada ilmu kedokteran
dan pengobatan yang bernilai yang dipraktikkan di Eropah. Adalah diakui oleh semua ahli sejarah
moden bahwa perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan Barat dipengaruhi oleh ilmu
kedokteran dan pengobatan muslim. Di Eropah pada abad ke-14 hingga ke-17 Masehi ilmu
kedokteran dan pengobatan muslim telah dikaji dengan bersungguh-sungguh oleh penuntut-
penuntut di Eropah dan baru dalam abad ke-19 Masihi Ilmu Kedokteran dan Pengobatan Muslim
dihapuskan dari kurikulum institusi pelajaran di sekolah dunia barat.
Ahli kedokteran Muslim yang pertama adalah salah seorang sahabat Rasulullah s.a.w.
yaitu Harids ibn-Kaladah. Namun meski ada kontak yang demikian awal antara Islam dengan
ilmu kedokteran, umat Arab Muslim pada awalnya tidak menekuni bidang ilmu ini dan hampir
semua tabib awal adalah dari umat Kristiani, Yahudi atau Parsi. Baru setelah penerapan bahasa
18

Arab sebagai bahasa utama ilmu kedokteran serta penetrasi ilmu ini berikut pengetahuannya ke
dalam jaringan kehidupan sehari-hari maka umat Arab Muslim secara berangsur tertarik kepada
subyek ini.
Pada awalnya yang menjadi sasaran utama dari para cendekiawan Muslim adalah ibukota
Baghdad. Pada saat itu yang memerintah adalah Khalifah Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813
– 833 dan ia menciptakan lembaga “Balai Kearifan” (House of Wisdom) yaitu suatu sentra
pendidikan terkenal yang lengkap dengan perpustakaan, biro penterjemah dan sebuah sekolah.
Dalam jangka waktu tujuh puluh lima tahun sejak didirikannya lembaga tersebut, banyak sekali
karya Yunani dan bangsa lainnya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Terjemahan
tersebut mencakup kitab-kitab utama filsafat dari Aristoteles, beberapa karya Plato, hasil telaah
Euclid, Ptolemius, Archimedes serta ahli ketabiban Yunani yang kondang yaitu Hipokrates,
Dioscorides dan Galen, disamping juga banyak karya ilmiah Parsi dan India.
Salah seorang ilmuwan terkemuka dari Balai Kearifan tersebut adalah Hunayn ibn-Ishaq.
Hunayn belajar ilmu kedokteran di Baghdad di bawah bimbingan seorang tabib yang memperoleh
pendidikannya di sekolah kedokteran Parsi termashur di Jundishapur. Ia kemudian memiliki
pengaruh besar pada perkembangan ilmu kedokteran Islamiah. Di kemudian hari Hunayn
ditunjuk oleh Khalifah sebagai rector dari Balai Kearifan dimana ia menangani penyeliaan semua
karya penterjemahan. Disamping itu Hunayn menghasilkan banyak karya ilmu kedokteran, di
antaranya adalah textbook paling awal tentang kedokteran mata (ophtalmology). Hunayn bersama
para koleganya berhasil menyelesaikan kompilasi akbar dan penterjemahan ilmu pengetahuan,
yang kemudian menjadi kerangka kerja dari pengetahuan modern, khususnya di bidang
kedokteran, ketika hasil kinerja mereka ini kemudian diterjemahkan ke bahasa Latin dan masuk
ke dunia Barat melalui Sisilia dan Spanyol.
Salah seorang yang paling kondang dari para tabib Timur ini adalah al-Razi yang hidup
865 – 925 M. Ia adalah dokter terbaik di zamannya dimana ia disejajarkan dengan Hipokrates
dalam orisinalitas deskripsi suatu penyakit. Razi (dalam bahasa Latin – Rhazes) dikatakan telah
menulis lebih dari dua ratus kitab dengan subyek menyangkut dari kedokteran sampai kimia,
theologi dan astronomi. Sekitar separuh dari kitab-kitab itu berkenaan dengan kedokteran,
termasuk di antaranya yang terkenal tentang penanganan penyakit cacar. Dalam telaahnya tentang
penyakit cacar itu, adalah Razi yang menjadi orang pertama yang membedakannya sebagai suatu
penyakit khusus dari antara demikian banyak demam eruptif yang menjangkiti manusia. Dengan
memberikan simptomatis klinikal dari penyakit cacar, ia membekali para tabib dengan
pengetahuan untuk mendiagnosanya secara tepat dan memprediksi perjalanan penyakit. Ia juga
memberikan saran pengobatan atas penyakit tersebut. Ia menekankan pengobatan dengan cara
19

yang halus, diet makanan yang baik, perawatan yang teliti yang sepertinya sama seperti yang
diterapkan di masa kini yaitu istirahat, lingkungan bersih dan menjaga pasien tetap nyaman.
Meski Razi tidak tahu apa-apa tentang bakteria (yang baru ditemukan di awal abad ke 17), ia
memiliki naluri intuitif mengenai prinsip-prinsip higiene, jauh melampaui standar abad
pertengahan . Suatu ketika ia pernah ditanya tentang pemilihan lokasi dari suatu rumah sakit baru
di Baghdad. Untuk menelitinya ia lalu menggantungkan irisan-irisan daging di beberapa tempat
di kota tersebut. Ia menyarankan pendirian rumah sakit di lokasi yang gantungan dagingnya
paling lambat membusuk.
Abad 10 dan 11 merupakan periode dari ahli-ahli medikal dengan peringkat tertinggi. Al-
Majusi mendominasi bidang medical internal di Timur, sementara di belahan barat di
kekhalifahan Umayyah di Andalusia muncul salah seorang sosok medical akbar yaitu Al-
Fahrawi. Ia adalah salah seorang ahli bedah Muslim terbesar dan buku karangannya Kitabul Tarif
yang merupakan ensiklopedia kedokteran merupakan pedoman definitive bagi para ahli bedah
selama berabad-abad. Periode in i juga merupakan masa berkembangnya karya-karya akbar di
bidang ophtalmologi (mata). Ali ibn Isa adalah orang pertama yang mengusulkan penggunaan
bius (anastesia) dalam pembedahan.
Sosok yang paling mencolok dan merupakan dokter Muslim yang paling terkenal adalah
Ibnu Sina yang memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hussein Ibn Abdallah, lahir di Afshana dekat
Bukhara (Asia Tengah) pada tahun 981. Pada usia sepuluh tahun, dia telah menguasai dengan
baik studi tentang Al Quran dan ilmu-ilmu clasar. Ilmu logika, dipelajarinya dari Abu Abdallah
Natili, seorang filsuf besar pada masa itu. Filsafatnya meliputi buku-buku Islam dan Yunani yang
sangat beragam. Kemampuannya dalam bidang pengobatan sudah begitu mumpuni di usianya
yang masih belia. Bahkan ketika usianya baru tujuhbelas tahun, dia sudah berhasil
menyembuhkan penguasa Bukhara, Nun Ibn Manshur. Padahal sebelumnya para pakar kesehatan
kerajaan sudah menyerah, tak satu pun yang mampu mengatasi penyakit sang raja. Atas jasanya
itu, Manshur bermaksud memberinya hadiah. Namun Ibnu Sina justru lebih memilih izin dari
sang raja untuk diperkenankan meggunakan perpustakaan kerajaan yang dikenal memiliki koleksi
buku-buku yang unik. Setelah ayahnya meninggal, Ibnu Sina merantau ke Jurjan, dan bertemu
dengan Abu Raihan al-Biruni, yang kala itu sangat termashur. Setelah itu dia pindah ke Rayy, dan
melanjutkan perjalanan ke Hamadan, tempat yang memberinya inspirasi untuk bukunya yang
terkenal, Al Qanun 11 al-Tibb.

Sampai kini ilmunya yang ditulis dalam buku "Al Qanun Fi al-Tib" tetap menjadi dasar
bagi perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan dunia. Karena itu Ibnu Sina menjadi bagian
20

tak terpisahkan dari perkembangan ilmu kedokteran dunia. Bukunya "Al Qanun" "diterjemahkan"
menjadi "The Cannon" oleh pihak Barat, yang kemudian menjadi rujukan banyak ilmuwan abad
pertengahan. Buku itu diantaranya berisi eksiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang
pengobatan dan obat-obatan. Bahkan diperkenalkan penyembuhan secara sistematis dan dijadikan
rujukan selama tujuh abad kemudian (sampai abad ke-17). Kitab ini menjadi karya paling
berpengaruh dalam sejarah kedokteran dunia, bahkan termasuk karya Hipokrates dan Galen .
Ensiklopedia itu terdiri atas lima buku yang berisi:
• prinsip-prinsip dasar pengobatan.
• obat-obat sederhana.
• kekacauan organ internal dan eksternal tubuh.
• penyakit yang mempengaruhi tubuh secara umum.
• komposisi obat-obatan.

Dari abad 12 sampai ke 17, kitab Kanun tersebut menjadi pegangan utama di fakultas
kedokteran dari berbagai universitas Eropah. Ibnu Sina diakui sebagai yang pertama mengenali
sifat menular dari penyakit paru-paru (tuberkulosa) serta mendeskripsikan beberapa penyakit
kulit dan gangguan kejiwaan. Para ahli sejarah Barat menganggap Ibnu Sina sebagai pemikir
akbar yang telah membawa warisan Yunani ke Barat.
Ibnu Sina meninggal pada tahun 1073, saat kembali di kota yang disukainya, Hamadan.
Walau ia sudah meninggal, namun berbagai ilmunya sangat berguna dan digunakan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit yang kini diderita umat manusia. Potret Ibnu Sina, hingga kini
menjadi salah satu pajangan dinding besar gedung Fakultas Kedokteran Universitas Paris.
Setelah masa Ibnu Sina, kedokteran Islam secara gradual berkembang secara regional
walau masih mempertahankan kesatuan dasar. Di Irak, Syria dan negeri-negeri berdekatan, kota-
kota besar seperti Kairo dan Damaskus menjadi sentra daya tarik berbagai dokter dengan
dibangunnya rumah-rumah sakit baru di abad 12. Ibnu Nafis, seorang filosof, theolog dan dokter,
disebut sebagai Ibnu Sina kedua, dimana ia bekerja di Kairo dan Damaskus. Ibnu Naf i s telah
menjelaskan dengan tepat sirkulasi peredaran darah dalam tubuh. Hal ini merupakan temuan
terpenting dalam sejarah kedokteran yang menjadikan nama Ibnu Nafis sebagai penggagas awal
sebelum William Harvey (bukan Columbo atau Servitus) sebagai penemu sirkulasi darah minor.
Di negeri Maghribi, antara abad 11 dan 12 terdapat sosok Ibnu Zuhr (di Barat –
Avenzoar) yang menyusun Kitab Tentang Telaah Terapi dan Diet (Taysir fi al-mudawat
wa al-tadbir), yang kemudian menjadi salah satu karya akbar dari kedokteran Islam di
Andalusia. Ibn Zuhr dilahirkan di Sevilla, Spanyol, pada 1091 dari keluarga para dokter.
21

Pengetahuan tentang pengobatan selain dari kalangan keluarganya ia peroleh dari


Cordoba Medical University. Setelah menyelesaikan studinya di universitas tersebut ia
menetap untuk beberapa lama di Baghdad, Irak dan Kairo, Mesir. Menurut sejumlah
sejarawan sains, Ibn Zuhr merupakan saintis yang berbeda dibandingkan saintis Muslim
pada umumnya. Sebab biasanya saintis Muslim menguasai sejumlah bidang pengatahuan
namun ia hanya memfokuskan diri pada bidang pengobatan. Tak heran jika pada
masanya ia banyak membuat berbagai penemuan dan terobosan di bidang pengobatan.
Misalnya, ia adalah orang pertama yang mengujikan obat-obatan pada binatang sebelum
obat tersebut digunakan secara umum oleh manusia. Dia pula yang menjadi pelopor
dalam melakukan pembahasan secara detail mengenai penyakit gatal-gatal oleh
karenanya di kemudian hari ia disebut sebagai Bapak Parasitologi. Prestasinya terus
melaju. Ia kemudian dinobatkan sebagai orang yang pertama kali memberikan pemaparan
secara lengkap tentang operasi tracheotomy dan mempraktikkan direct feeding atau
pemberian makan secara langsung melalui gullet di mana seorang pasien tak mampu
menyalurkan makanan yang ia konsumsi melalui tenggorokannya. Sejumlah penemuan
dan terobosannya ini memang dihasilkan dari keuletannya melakukan eksperimen.
Seperti yang dilakukan ilmuwan lainnya, ia pun menuliskan semua pemikirannya ke
dalam sebuah buku. Sayangnya, dari banyak buku yang ia tulis hanya tiga buku saja yang
masih ada. Buku-bukunya itu yang pada masa selanjutnya diterjemahkan ke dalam
Bahasa Latin menjadi rujukan dokter-dokter di Timur maupun Barat hingga akhir abad
kedelapanbelas.Salah satu bukunya, berjudul al-Taisir fi al-Mudawat wa al-Tadbir. Buku
yang membahas tentang therapeutik dan diet ini ditulis atas permintaan Ibn Rush. Buku
ini merupakan salah satu karya yang penting dalam dunia pengobatan dan memberikan
pengaruh besar bagi perkembangan dunia pengobatan di kemudian hari, tak hanya di
Timur tetapi juga di Barat. Terbukti salinan karya ini selalu terdapat di setiap
perpustakaan dokter-dokter Nasrani sebagai rujukan. Ada beberapa salinan manuskrip
dari buku ini, salah satunya ditemukan di Bibliotheque Nationale de Paris. Salinan ini
diselesaikan di Barcelona pada 1165. Sedangkan salinan lainnya ditemukan di Bodleian
Library of Oxford, namun tak diketahui angka tahun kapan salinan tersebut diselesaikan.
Sedangkan salinan manuskrip berada di Biblioteca Medicea-Laurenziana, Florens, Italia.
Dan salinan terakhir yang sebelumnya berada di al-Maktabe al-Abdaliya di Tunisia,
22

hilang dan hingga kini belum diketahui jejaknya. Buku keduanya berjudul al-Iqtisad fi
Islah al-Anfus wa al-Ajsad. Dalam karyanya itu ia membahas tentang hubungan jiwa dan
tubuh. Ini merupakan sebuah pembahasan awal yang melibatkan psikologi di dalam ilmu
kedokteran. Di dalamnya juga membahas mengenai beragam penyakit, therapeutik dan
higienitas. Buku tersebut ditulis dengan format yang mudah dicerna karena Ibn Zuhr
lebih memperuntukkan buku tersebut bagi masyarakat awam. Dan buku terakhir yang
masih tersisa berjudul al-Aghziya yang berisi bahasan tentang obat-obatan dan
pentingnya makanan yang sehat dan nutrisi bagi tubuh.Setelah Ibn Zuhr kembali dari
perantauan ke tanah kelahirannya, ia menghabiskan waktunya hanya di tanah
kelahirannya. Ia menjalani profesinya sebagai dokter, melakukan eksperimen dan juga
menuliskan buku-buku kedokteran hingga ia menjadi dokter terkenal di seantero dunia. Ia
meninggal dunia di Sevilla pada 1161.
Karya Abu Marwan Abdul al-Malik Ibn Zuhr
1.Kitab al-Taysir fil-Mudawa wal-Tadbir.
2.Kitab al-Iqtisad fi Islah al-Anfus wal-Ajsad.
3.Kitab al-Aghdiya wal-Adwiya
4.Kitab al-Sina
5.Kitab al-Jamic fil-Ashriba wal-Maajin.
6.Kitab Mukhtasar Hilat al-bur' li-Jalinus.
7.Risala fi Tafdil al-Asal alal-Sukkar.
8.Kitab al-Tadhkira fil-Dawa' al-Mushil
9.Kitab Maqala fi Ilal al-Kula and Risala fil-Baras.
Seorang dokter Spanyol bernama Ibnu Rushd (Latin – Averroes) menulis tentang
kedokteran, filsafat, hukum dan astronomi. Talentanya beraneka sehingga ia tidak saja diangkat
sebagai tabib utama tetapi juga hakim di Sevila dan Kordoba. Selain itu Ibnu Rushd adalah juga
penterjemah terkemuka dari karyakarya Aristoteles. Dokter Spanyol keturunan Yahudi yang juga
mempengaruhi cara berfikir Barat adalah Ibnu Maymum yang menjabat sebagai tabib istana dari
Sultan Mesir dan Syria di abad 12. Karyanya di bidang kedokteran mencakup antara lain
penafsiran karya-karya Galen dan Hipokrates, disamping karyanya sendiri tentang diet dan
kebersihan personal.
23

Setelah jatuhnya Cordoba dan berakhirnya kekhaifahan Bani Umayah di Barat dan
berakhirnya kekhalifahan Bani Abbasiyah di Timur dunia pengobatan dan kedokteran Islam
mengalami kemunduran.

PENUTUP
Telah diuraikan tentang sejarah Ilmu Pengobatan dan Kedokteran Islam yang merupakan
mata rantai yang sangat penting dalam sejarah ilmu pengobatan dan kedokteran modern. Ilmuwan
Muslim sejak zaman Rasulullah hingga akhir abad pertengahan, abad ke 13 telah mencapai
kejayaannya dan sangat berperan dalam dunia ilmu pengetahuan khususnys ilmu kedokteran dan
pengobatan. Bahkan hingga akhir abad ke 19, ilmu kedokteran dan pengobatan yang berasal dari
buku-buku yang dikarang oleh ilmuwan Muslim masih menjadi bagian dari kurikulum
pendidikan dokter di Eropa. Semoga tulisan ini dapat membangkitkan kembali semangat kita
untuk mengembalikan masa keemasan dan kejayaan ilmuwan Muslim, sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an : “Kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf , mencegah kemungkaran dan kamu sekalian percaya
kepada Allah “ (QS. Ali Imran: 110).
24

Curriculum Vitae
1. Nama : dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD
2. Tempat/tgl lahir : Jakarta, 4 Desember 1965
3. Alamat : Mediteranian Regency A188
Jl. Dr. Ratna, Cikunir, Bekasi
HP 08161370998
4. Pendidikan
1. 1972-1977 SD Negeri 0109/Harapan Mulia I
2. 1978-1981 SMP Negeri 77 Jakarta
3. 1981-1984 SMA Negeri 27 Jakarta
4. 1984-1990 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
5. 1995-2001 International Center for Medical Research (ICMR)
Kobe University Graduate School of Medicine,
Kobe, Jepang
6. 2000 Ahli Histologi Kedokteran

5. Riwayat Pendidikan / Pelatihan / Kursus tambahan


1. 1980-1982 Kursus Bahasa Inggris Intensive English Course Jakarta
2. 1991 Kursus Fotomikrografi, FKUI Jakarta
3. 1992 Kursus Fotomikroskopi, Histotehnik & Elektron Mikroskopi
4. 1992 Penataran Program P2. ISPA, P2. TB. Paru dan P2. Diare
5. 1992 Pelatihan alat kontrasepsi MKET untuk dokter Puskesmas DKI Jaya
6. 1992 Pendidikan dan Pelatihan Kontrasepsi Mantap
7. 1993 Pelatihan Pra-Jabatan Tingkat III
8. 2001 . Short Course Kepemimpinan Eksekutif
9. 2001 Penataran Ancangan Aplikasi (AA)
10. 2004 Pacing change in Medical education : Instructional Science and curriculum
leadership SGH Postgraduate Medical Institute, Singapore
11. 2004 Experiential workshop on problem-base learning SGH Postgraduate
Medical Institute, Singapore

6. Riwayat Pekerjaan
1. 1990 – kini Staf Pengajar bagian Histologi FKUI
2. 1992 – 1995 Kepala Puskesmas Kelurahan Serdang Kemayoran Jakarta
3. 1992 – 1995 Dokter Umum RS Mitra Keluarga Jatinegara Jakarta
4. 2002 – kini Dokter Umum RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta

7. Riwayat Jabatan Struktural


1. 2001- kini Koordinator Penelitian Bagian Histlogi FKUI
2. 2003- kini Sekretaris Senat Akademik FKUI
3. 2004-kini Sekretaris Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional
(P4KN) Dikti
4. 2004-kini Koordinator Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Bagian Histologi FKUI

8. Keanggotan dalam Organisasi


1. Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
2. Anggota Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (PAAI)
25

9. Jurnal/Publikasi Ilmiah

1. Ahmad Aulia Jusuf. Transgenic and gene disruption techniques from a concept to
a tool in studying the basic pathogenesis of various human diseases
Medical Journal of Indonesia, Vol 7, No 2, April – June 1998
2. Ahmad Aulia Jusuf. Location and distribution pattern of nitric oxide synthesizing
neuronal cells in the digestive tract and urinary bladder of mice.
Journal article , Med J Indonesia 2000, Vol. 9, No.4: 240-247
3. Ahmad Aulia Jusuf, Satoko Kojima, Masafumi Matsuo, Takeshi Tokuhisa and
Masahiko Hatano. Location and distribution pattern of nitric oxide synthesizing
neuronal cells in the digestive tract and urinary bladder of mice.
Journal article, The Journal of Urology 2001, Vol. 165: 993-998.
4. Ahmad Aulia Jusuf, Rina Susilowati, Hiroyuki Sakagami, Toshio Terashima. Expression
of Ca2+/Calmodulin-dependent protein kinase (CaMK) Ib2 in developing rat CNS
Neuroscience, 2002 Feb 14 Vol. 109 (3): 407-420
5. Rina Susilowati, Ahmad Aulia Jusuf, Hiroyuki Sakagami, Satoshi Kikkawa,
Hisatake Kondo, Yasuhiro Minami, Toshio Terashima. Distribution of Ca2+/calmodulin
dependent protein kinase I beta 2 in the central nervous system of the rat.
Brain Res 2001, 911(1): 1-11
6. Ahmad Aulia Jusuf. Keputihan: Suatu keluhan pasien dalam praktek dokter
sehari-hari Buku Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan PKB Uji Diri, Cetakan
ke 2, Yayasan Penerbitan
IDI, Jakarta, 2001
26

Anda mungkin juga menyukai