Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEBIJAKAN KEAMANAN PANGAN PRODUK HASIL PERIKANAN

DI PANTURA JAWA TENGAH DAN DIY

POLICY ANALYSIS ON FOOD SAFETY FISHERY PRODUCTS


ON THE NORTHERN COASTS OF CENTRAL JAVA AND SPECIAL DISTRICT
OF YOGYAKARTA

Putut Har Riyadi 1), Azis Nur Bambang1), Tri Winarni Agustini 1)

ABSTRAK

Permasalahan mutu dan keamanan pangan produk hasil perikanan terjadi pada
berbagai jenis produk, tahapan kegiatan maupun wilayah dengan berbagai jenis bahan
berbahaya dan sumbernya dengan karakteristik yang berbeda. Timbulnya permasalahan ini
disebabkan oleh berbagai aspek meliputi teknis, ekonomi, sosial budaya, maupun
kelembagaan. Dalam rangka meningkatkan keamanan pangan produk hasil perikanan perlu
dilakukan kajian terhadap perumusan pengembangan kebijakan jaminan mutu dan keamanan
produk hasil perikanan.

Aspek utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah aspek mal-praktek penggunaan bahan
tambahan makanan (food additives) yang merupakan salah satu dari permasalahan mutu dan
keamanan pangan produk perikanan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei. Analisis data akan dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif.

Terdapat bukti penggunaan bahan tambahan makanan (food additive) ilegal (formalin dan
peroksida) pada penanganan dan pengolahan produk ikan segar dan ikan asin di 6 (enam)
lokasi penelitian. Sedangkan untuk kerupuk dan terasi tidak terbukti bahan tambahan
makanan (food additive) ilegal (boraks dan rhodamin B). Pengembangan kebijakan jaminan
keamanan dan mutu produk perikanan dapat dilakukan berbagai langkah diantaranya adalah :
pengembangan bahan tambahan makanan alternatif, pengembangan dan penerapan standar
mutu, perbaikan tata niaga bahan kimia ilegal, kampanye makan ikan, penyadaran
masyarakat, pengembangan kelembagaan, pengembangan SDM, keterpaduan dan
pengembangan sistem pengawasan.

Kata-kata kunci : Analisis kebijakan, keamanan pangan, produk hasil perikanan

1)
Staf Pengajar FPIK UNDIP
30

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


ABSTRACT

Problems encountered on food safety and quality of fisheries products occurs for
various types of products, steps of activity and areas with various types of dangerous toxic
substances as well as their sources together with their different characteristics. The
occurance of this problems are caused by various aspects coverung technical, economical,
social, cultural and institutional aspects. In order to improve the food safety of fisheries
products, it is necessary to study the formulation for the policy developments on quality
assurance of safety and quality of fisheries products.

The main aspects studied in this research was malpractice aspects on the usage of food
additives, which is one of the concern of the food quality and safety for fisheries products. The
method of data collecting applied on this research was the survey method. The data analysis
was carried out qualitatively and quantitatively.

There were evidences on the usage of illegal food additives (formaline and hydrogen
peroxide) on the handling and processing of fresh and salted dried fish products on 6 (six)
research locations. There was, however, no evidence on the usage of illegal food additives
(borax and rhodamine B) on fish/ shrimp crackers and fish paste. The policy development on
the quality assurance of safety and quality of fisheries products can be carried out in various
steps, among others are : develop alternative food additives, developing and implementing
quality standard, fixing illegal chemistry trade systems, fish consumtion campaign, embracing
community alert, developing institution, developing human resources, integrating and
developing control systems.

Key words : Policy analysis, food safety, fisheries products.

31

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


I. PENDAHULUAN kejadian penggunaan bahan tambahan
ilegal telah menyebar di berbagai wilayah
Penanganan produk segar dan
tanah air, terjadi pada beberapa produk
pengolahan tradisional (pengeringan/
olahan maupun segar yang jenis produk ini
penggaraman, pemindangan, terasi, peda,
banyak dikonsumsi masyarakat luas
kecap ikan, dan pengasapan) umumnya
dikhawatirkan dapat membahayakan
dilakukan pedagang dan pengolah dalam
kesehatan, dan penggunaannya oleh
skala kecil/ menengah atau skala rumah
pengolah atau pedagang karena faktor
tangga. Karakteristik dari pengolahan
kesengajaan.
tradisional adalah kemampuan
pengetahuan pengolah rendah dengan Pembatasan permasalahan juga

ketrampilan yang diperoleh secara turun dilakukan berdasarkan jenis produk dan

temurun, tingkat sanitasi dan higienis wilayah. Permasalahan penggunanan

rendah, sesuai dengan keadaan lingkungan bahan tambahan makanan berbahaya

disekitarnya yang umumnya tidak difokuskan pada 4 (empat) jenis produk

memiliki sarana air bersih, permodalannya yakni ikan segar, ikan asin/ kering,

sangat lemah, peralatan yang digunakan kerupuk, dan terasi dengan pembatasan

sangat sederhana, dan pemasaran produk wilayah di Pantura Jawa Tengah (Tegal,

hanya terbatas pada pasaran lokal Pekalongan, Semarang, Pati dan Rembang)

(Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, dan DIY (Bantul).

2001). Permasalahan yang berkaitan

Permasalahan mutu dan keamanan dengan faktor penyebab berlangsung mal-

pangan produk perikanan terjadi pada praktek diantara para pengolah ikan dan

berbagai jenis produk, tahapan kegiatan produk perikanan dibatasi pada aspek

maupun wilayah dengan berbagai jenis teknis, ekonomi, sosial budaya, dan

bahan beracun berbahaya dan sumbernya kelembagaan.

dengan karakteristik berbeda. Mengingat Secara umum, penelitian ini


luas dan kompleksitas permasalahan maka bertujuan untuk menghasilkan suatu
didalam penelitian ini difokuskan pada perumusan dalam pengembangan ke
aspek keamanan pangan penggunaan
bijakan mutu dan keamanan produk
bahan tambahan makanan (food additive)
hasil perikanan di Pantura Jawa Tengah
ilegal atau tidak diperbolehkan. Pemilihan
dan DIY.
ini didasarkan beberapa alasan yaitu

Putut Har Riyadi, Azis Nur Bambang, Tri Winarni Agustini, Analisis Kebijakan Keamanan Pangan … 32

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


II. MATERI DAN METODE metode survei. Analisis data akan
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah

Tabel 1. Aspek kajian, kriteria, sumber data dan alat analisis


Aspek Pengkajian Kriteria Sumber Data Alat Analisis
1. Teknis a. Pengambilan bahan baku Primer 1). Tabulasi
b. Penanganan dan pengolahan 2). Deskriptif
c. Kandungan bahan kimia 3). Laboratorium
(Formalin, Asam borat,
Bahan pewarna)

2. Ekonomi a. Nilai ekonomi Primer dan 1). Tabulasi


b. Pemasaran Sekunder 2). Analisis Usaha
3). Harga
4). Rantai pemasaran

3. Sosial Budaya a. Pendidikan Primer dan 1). Tabulasi


a. Pengolah/ b. Sikap kerja Sekunder 2). Deskriptif
Pedagang c. Hubungan Sosial 3). Chi-Square
d. Sikap Thd Inovasi
e. Aktivitas Diluar Usaha
f. Tingkat Kesejahteraan

b. Konsumen a. Persepsi dan Sikap Primer dan 1). Tabulasi


Konsumen Sekunder 2). Deskriptif
b. Aspirasi Konsumen 3). Chi-Square
c. Daya beli
d. Lokasi
e. Tingkat pendapatan
f. Pengetahuan gizi

4. Kelembagaan a. Lingkup Kelembagaan Sekunder 1). Deskriptif


b. Evaluasi Kelembagaan 2). Analisis
c. Pengembangan Kelembagaan
Kelembagaan
d. Law enforcement
e. Koordinasi antar
institusi

5. Kebijakan a. Perundang-undangan Sekunder 1). Tabulasi


keamanan pangan b. Peraturan 2). Deskriptif
c. Traktat/Treaty
d. Kinerja Kebijakan
(efektivitas, efisiensi,
responsivitas, ketepatan)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Propinsi Jawa Tengah dilihat dari cara
3.1. Gambaran Umum perlakuannya meliputi dipasarkan segar
Berdasarkan data dari Direktorat (31,37 %), pengeringan/ penggaraman
Jenderal Perikanan Tangkap (2003) (46,41 %), pemindangan (15,52 %), terasi

33 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 30-39

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


(0,41 %), peda (0,002 %), pengasapan hasil tangkapan di laut termasuk kegiatan
(2,88 %), pembekuan (0,82 %), tepung pasca panen. Dengan sarana kapal
ikan (0,08 %), dan lainnya (2,48 %). penangkap yang dilengkapi sarana palka,
Berdasarkan data cara perlakuan tersebut tangki dan wadah ikan (peti, drum) yang
produk perikanan Propinsi Jawa Tengah masing-masing sarana tidak diinsulasi dan
didominasi oleh pemasaran dalam bentuk membawa persediaan es, bahan pembantu
pengeringan/ penggaraman (46,41 %). lainnya (garam, bahan pengepak ikan, dsb)
Penanganan ikan segar oleh para (Saraswati,1984).
nelayan biasanya dimulai segera setelah
3.2. Analisis Teknis
ikan diangkat dari air tempat hidupnya,
Sampling yang dilakukan pada awal
dengan perlakuan suhu rendah dan kadang-
Nopember 2005 di 6 (enam) lokasi
kadang kurang memperhatikan faktor
penelitian menunjukkan bahwa bahan
kebersihan dan kesehatan. Hal ini sesuai
kimia tambahan ilegal berupa formalin
dengan yang dikatakan oleh Suwedo H
ditemukan pada ikan segar di Pekalongan,
(1993) bahwa salah satu cara
Pati dan Rembang, sedangkan 3 (tiga)
mempertahankan kesegaran ikan dapat
lokasi yang lainnya menunjukkan negatif.
dilakukan dengan memelihara ikan tetap
Hal ini menunjukkan bahwa ikan segar
hidup atau dengan menurunkan suhu ikan
yang dikhawatirkan mengandung bahan
mati. Bahkan menurut UNDP, FAO..
kimia tambahan ilegal berupa formalin
(1991) bahwa perawatan, kebersihan dan
ternyata ditemukan pada ikan segar dari
pendinginan adalah kunci untuk memanen
Pekalongan, Pati dan Rembang. Seperti
hasil tangkapan yang berkualitas baik.
kita ketahui bahwa pada produk hasil
Hanya sebagian kecil dari perahu-
perikanan udang atau ikan yang
perahu motor yang membawa es ke laut,
menggunakan bahan pengawet formalin
akan tetapi palka ikan yang diperlukan
ditandai dengan warna putih bersih,
untuk itu umumnya masih jauh dari
kenyal, insangnya berwarna merah tua
sempurna. Penanganan di perahu kurang
bukan merah segar, daya awetnya
memperhatikan faktor sanitasi dan higiens
meningkat. Hal ini juga disampaikan oleh
dan penyimpanan kurang sempurna tanpa
Balai Besar POM Semarang. Selain itu
mempergunakan peti-peti ataupun sekat-
bahan kimia tambahan ilegal berupa
sekat yang menyebabkan mutu ikan yang
formalin ditemukan juga pada ikan kering/
didaratkan menjadi kurang baik sesuai
asin yang diolah di Kota Semarang dan
dengan pendapat dari Abdurrahman. S.
Kabupaten Bantul DIY, sedangkan 4
Nasran. (1990). Penanganan pendinginan
Putut Har Riyadi, Azis Nur Bambang, Tri Winarni Agustini, Analisis Kebijakan Keamanan Pangan … 34

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


(empat) lokasi yang lainnya menunjukkan mahal dan kelangkaan solar, makin
negatif. Sedangkan untuk kerupuk dan mahalnya perbekalan yang harus dibawa,
terasi tidak terbukti bahan tambahan maupun es batu, yang biasa digunakan oleh
makanan (food additive) ilegal (boraks dan para nelayan untuk mengawetkan ikan.
rhodamin B). Sedangkan untuk kasus
Sebagaimana telah diuraikan di penggunaan boraks pada kerupuk ikan
atas, bukti-bukti tentang hal tersebut telah tidak ditemukan pada lokasi yang disurvei.
diperoleh dari hasil survai di tempat- Hal ini kemungkinan terjadi karena para
tempat para pengolah yang dikunjungi. pedagang dan pengolah dari aspek teknis
Pada kasus penggunaan bahan formalin tidak berpengaruh nyata terhadap produk
dalam ikan segar maupun ikan asin/ kering, yang dihasilkan. Misalnya kerupuk ikan
misalnya, faktor teknis merupakan faktor yang dihasilkan akan menjadi lebih renyah
yang mendorong sebagian pengolah untuk ataupun lebih disukai konsumen. Begitu
menggunakan bahan pengawet non- pula penggunaan rhodamin B pada terasi.
makanan. Penggunaan zat pengawet
3.3. Analisis Ekonomi
dilakukan oleh pengolah untuk memenuhi
Berkaitan dengan isu penggunaan
permintaan segmen pasar tertentu, yang
formalin baik nelayan maupun pedagang/
menginginkan ikan yang bertekstur kenyal
pengolah di lokasi penelitian sebagian
dan lebih tahan lama. Segi teknis yang
besar berpengaruh sangat nyata terhadap
dipertimbangkan oleh pengolah adalah
permintaan ikan. Masyarakat tidak peduli
efektivitas dan kualitas pengawet yang
dengan ikan yang dikonsumsi, persepsi
lebih baik, hal ini dimiliki oleh pengawet
yang terbentuk adalah semua ikan yang
non makanan Dengan latar belakang
dijual mengandung formalin, sehingga
tersebut banyak di antara pengolah yang
konsumen akan menjadi takut terhadap
kemudian mempergunakan formalin
ikan atau antipati terhadap ikan. Walaupun
sebagai bahan pengawet untuk ikan segar
memang yang terkena dampak tidak senua
maupun ikan asin/ ikan kering.
perusahaan perikanan. Namun, hal ini
Selain itu, penggunaan formalin
sangat mengkhawatirkan karena
dalam makanan tidak bisa terlepas dari
berpengaruh langsung terhadap pendapatan
kebijakan makro, yang diterapkan
masyarakat nelayan maupun pengolah/
Pemerintah. Kenaikan BBM yang terjadi
pedagang. Bahkan, sejumlah pekerja yang
berpengaruh kepada pendapatan nelayan.
sudah dirumahkan mencapai 500 orang
Imbas dari kebijakan tersebut terlihat pada
akibat berhentinya produksinya ikan asin
naiknya harga produksi, seperti makin
35 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 30-39

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


di Rembang. Sehingga perlu adanya perdagangan dan pengolahan hasil
langkah-langkah yang strategis untuk dapat perikanan masih lemah dalam koordinasi
memecahkan masalah tersebut. dan pembagian tugas maupun wewenang,
apalagi kok sampai pada implementasi dan
3.4. Analisa Sosial Budaya
realisasi secara teknis di lapangan. Karena
Lingkungan sosial (sosiosfir)
lemah dalam perencanaan dan koordinasi
merupakan lingkungan yang paling penting
mengakibatkan kurang greget dalam
dalam menentukan kesehatan lingkungan
pelaksanaan dilapangan yang berimplikasi
(Soemirat, 1994). Sosiosfir merupakan
langsung pada penegakan hukum. Apalagi
lingkungan yang tercipta akibat terjadinya
berpikir mengenai pengembangan
hubungan rasional antar manusia untuk
kelembagaan yang berkaitan erat langsung
memenuhi kebutuhan atau mencari solusi
dengan keamanan pangan. Hal ini
terhadap berbagai tantangan atau kesulitan
ditegaskan oleh Menteri Kesehatan Siti
secara bersama (Soemirat, 2000).
Fadilah Supari menilai, merebaknya kasus
Ada beberapa permasalahan sosial
makanan berformalin akibat koordinasi
budaya yang menyebabkan
BPOM sebagai lembaga pemerintah
berlangsungnya mal-praktek penggunaan
nondepartemen di bawah Departemen
bahan kimia tambahan ilegal yaitu:
Kesehatan tidak berjalan baik. Kalau bisa
• Kurangnya perhatian pejabat
dikembalikan lagi menjadi Direktorat
berwenang, penyuluhan, dan pembinaan Jenderal POM. Menurutnya, BPOM telah
mengenai keamanan pangan, melalaikan tugas dan kewenangannya
• Rendahnya tingkat pendidikan baik para dalam pengawasan obat dan makanan,
pengolah maupun masyarakat konsumen sehingga dapat membahayakan kesehatan
sehingga pengetahuan mengenai masyarakat.
keamanan pangan rendah dan kurangnya Dari kenyataan tersebut perlu
berpikir jangka panjang, dilakukan langkah-langkah yang
• Kebiasaan pola makan masyarakat yang komprehensif untuk dapat menyelesaikan
belum memperhatikan aspek keamanan masalah-masalah tersebut secara cepat dan
dari makanan yang dikonsumsinya bagi tepat sasaran. Sehingga tidak hanya
kesehatan masyarakat konsumen yang merasa
terlindungi dari makanan yang berbahaya,
3.5. Analisa Kelembagaan
namun juga nelayan maupun pengolah/
Dari aspek kelembagaan yang
pedagang yang tidak menggunakan bahan
terkait dengan mutu dan keamanan pangan
tambahan kimia ilegal juga merasa senang
Putut Har Riyadi, Azis Nur Bambang, Tri Winarni Agustini, Analisis Kebijakan Keamanan Pangan … 36

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


dan nyaman dalam melaksanakan tugasnya terbatasnya laboratorium yang telah
dalam rangga menyediakan makanan yang terakreditasi sehingga sistem penjaminan
sehat, aman dan disukai konsumen. mutu belurn bisa berjalan dengan baik.
Semoga hal ini dapat segera direalisasikan Laboratorium yang terakreditasi sangat
di negeri tercinta ini. diperlukan dalam melakukan pengawasan
pangan segar khususnya untuk melakukan
3.6. Analisa Kebijakan
uji residu pestisida pada buah dan sayuran
Kebijakan penanganan keamanan
segar.
pangan diarahkan agar dapat menjamin
Penanganan keamanan pangan
masyarakat terhindar dari mengkonsumsi
adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
pangan terutama pangan segar yang
cara-cara budidaya, berproduksi sampai
terkontaminasi oleh cemaran biologis,
dengan pengolahan pangan untuk
kimia maupun cemaran fisik, sehingga
menjamin agar makanan yang dihasilkan
dapat mendukung terjaminnya
dalam rantai pangan bebas dari bahaya-
pengembangan pertumbuhan, kesehatan
bahaya fisik, kimia, dan biologi yang dapat
dan kecerdasan manusia. Disadari bahwa
berakibat buruk atau mengganggu
sampai saat ini masih belum banyak
kesehatan konsumen. Di Indonesia,
masyarakat yang menyadari pentingnya
penanganan keamanan pangan
keamanan pangan terutama pada produk
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
pangan segar, hal ini disebabkan karena
Undang Pangan No. 7 Tahun 1996, dan
masyarakat baik masyarakat produsen
dijabarkan lebih lanjut dalam PP No. 28/
(terutama produsen skala rumah tangga)
2004 bertujuan membantu konsumen untuk
maupun konsumen masih menghadapi
mengevaluasi dan memilih produk,
masalah kemampuan modal dan daya beli
membantu produsen dalam meningkatkan
sehingga masalah keamanan pangan belum
mutu serta dalam melakukan perdagangan
menjadi prioritas dalam menetapkan
yang jujur, serta meningkatkan kesehatan.
preferensi memilih pangan untuk
rakyat dan peningkatan kegiatan ekonomi
dikonsumsi, dan sebagian besar
rakyat.
pertimbangan adalah pada pangan dengan
harga murah. 3.7. Pengembangan Kebijakan
Disamping itu belum efektifnya Keamanan Produk Perikanan
penanganan keamanan pangan juga
Pengembangan kebijakan jaminan
dikarenakan masih belum berkembangnya
keamanan dan mutu produk perikanan
sistem penanganan keamanan pangan serta

37 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 30-39

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


dapat dilakukan berbagai langkah diantara adalah sebagai berikut : pengembangan
adalah sebagai berikut : BTP alternatif, pengembangan dan
• pengembangan BTP alternatif, penerapan standar mutu, perbaikan tata
• pengembangan dan penerapan standar niaga BTP ilegal, kampanye makan ikan,
mutu, penyadaran masyarakat, pengembangan
• perbaikan tata niaga bahan kimia kelembagaan, pengembangan SDM,
tambahan ilegal khususnya formalin, keterpaduan dan pengembangan sistem

• kampanye makan ikan pengawasan

• penyadaran masyarakat, Perlu dilakukan usaha-usaha untuk

• pengembangan kelembagaan, meningkatkan kesempatan bagi masyarakat

• pengembangan SDM, untuk memberikan masukan dan cara


pemecahan masalah kebijakan keamanan
• keterpaduan dan pengembangan sistem
pangan produk perikanan. Kebijakan
pengawasan
pemerintah diharapkan memberikan suatu
jaminan baik kepada produsen maupun
IV. KESIMPULAN
konsumen untuk mendapatkan haknya tapi
juga disertai dengan kewajiban-kewajiban
Terdapat bukti penggunaan bahan
sehingga tersedia pangan yang aman,
tambahan makanan (food additive) ilegal
bergizi, bermutu dan beragam.
(formalin dan peroksida) pada penanganan
dan pengolahan produk ikan segar dan ikan
asin di 6 (enam) lokasi penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan untuk kerupuk dan terasi tidak
Abdurrahman. S. Nasran. 1990. Perbaikan
terbukti bahan tambahan makanan (food
Handling Ikan di Kapal
additive) ilegal (boraks dan rhodamin B). (Improvement of Fresh Fish
Handling on Board). Laporan
Mal-praktek penggunaan bahan tambahan
Penenelitian Teknologi Perikanan
makanan (food additive) ilegal pada Nomor 2 hal 27-35. Balai Penelitian
Perikanan Indonesia. Badan
penanganan dan pengolahan produk ikan
Penelitian dan Pengembangan
segar dan ikan asin dipengaruhi oleh aspek Pertanian Departemen Pertanian.
Jakarta.
teknis, ekonomi, sosial budaya,
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
kelembagaan maupun kebijakan. 2001. Inventarisasi Jenis dan
Pengembangan kebijakan jaminan Jumlah Produk Olahan Hasil
Perikanan Skala Kecil Di
keamanan dan mutu produk perikanan Indonesia. Jakarta: Departemen
dapat dilakukan berbagai langkah diantara Kelautan dan Perikanan.

Putut Har Riyadi, Azis Nur Bambang, Tri Winarni Agustini, Analisis Kebijakan Keamanan Pangan … 38

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


-------------------. 2003. Statistik
Perikanan Tangkap Indonesia,
2001. Jakarta: Departemen Kelautan
dan Perikanan.
Saraswati. 1984. Mengawetkan Ikan.
Penerbit Bhatara Karya Aksara.
Jakarta.
Soemirat Juli. 2000. Epidemiologi
Lingkungan. UGM Perss.
Yogyakarta.
----------------. 1994. Kesehatan
Lingkungan. UGM Perss.
Yogyakarta.
Suwedo Hadiwiyoto. 1993. Tehnologi
Pengolahan Hasil Perikanan.
Liberty. Yogyakarta.
UNDP, FAO. 1991. Penanganan Ikan
Pada Pasca Panen, Pemasaran dan
Distribusi (Fish Handling,
Marketing, and Distribution).
Direktorat Jenderal Perikanan
bekerja sama dengan International
Development Research Centre.
Manila. Philipins

39 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 30-39

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Anda mungkin juga menyukai