PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN TEKNIK-TEKNIK PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
PENDEKATAN BAWAH-ATAS
PENDEKATAN BAWAH-ATAS pendekatan
(BOTTOM-UP) ATAU ATAS pendekatan MODEL RULE OF THUMB
(BOTTOM-UP) ATAU ATAS obyek, MODEL RULE OF THUMB
BAWAH obyek,sektoral
sektoral
BAWAH atau bidang
(TOP- DOWN) atau bidang
(TOP- DOWN)
MODEL AGREGAT ATAU MODEL
MODEL AGREGAT ATAU MODEL
pendekatan MAKROEKONOMETRIK
MAKROEKONOMETRIK
pendekatan
PENDEKATAN komprehensif
PENDEKATAN komprehensif
PARSIAL
PARSIAL MODEL OPTIMASI
MODEL OPTIMASI
pendekatan
pendekatan pendekatan
pendekatan gabungan atau MODEL MULTISEKTOR ATAU
gabungan atau MODEL MULTISEKTOR ATAU
terpadu
terpadu campuran
campuran MODEL INPUT-OUTPUT
MODEL INPUT-OUTPUT
2
METODE KUANTITATIF DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH
Persamaan Dasar : Y = C + ( I – S ) + (T – G ) + (X – M)
KONSUMSI
KEMISKINAN
SAVING
INVESTASI
TARGET
EXPENDITURE PERTUMBUHAN PENDAPATAN
EKONOMI PERKAPITA
PAJAK
EKSPOR
IMPOR
SEKTORAL KETIMPANGAN
4
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH
PERIODE 1990-2006 DAN PROYEKSI INDIKATOR-INDIKATOR
MAKRO EKONOMI REGIONAL TAHUN 2007-2020 UNTUK PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
1. Investasi Regional
a. Capital Output Ratio : CORit = Iit /PDRBit
b. Perhitungan ICOR : PDRBit = a0 + a1 Iit + e ; dimana (1/a1) adalah ICOR . Jika ICOR dianggap
searah dengan pertumbuhan ekonomi, maka ICOR diperoleh dari persamaan nonlinier :
Ln PDRBit = Ln a0 + a1 Ln Iit + eit ; dimana ICOR = (1/ a1) (I/PDRB)
c. Proyeksi Perubahan Investasi Regional : Iit = ICORit . PDRBit
d. Data yang dibutuhkan : PMDN, PMA, Investasi, Perubahan Kapital Stok, PDRB
2. Kesempatan Kerja
a. Produktifitas Tenaga Kerja : Nit = PDRBit / L
b. Model Kesempatan Kerja KSi = a0 PDRBi a1 , atau Log KSi = Log a0 + a1 Log PDRBi + e
Elastisitas Kesempatan Kerja EKS = a1
c. Proyeksi Pertumbuhan Kesempatan Kerja : Eit = EKS . PDRBit
d. Data yang dibutuhkan : Jumlah Tenaga Kerja dan PDRB per sektor
4. PDRB Menurut Sektoral dan Pengeluaran, serta Laju Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
a. Leading Sector menggunakan LQ. Proyeksi LQ dilakukan setelah diketahui perkiraan PDRB
b. Sumber-Sumber Pertumbuhan menggunakan Shift Share Analysis (SSA). Proyeksi SSA
dilakukan setelah diketahui perkiraan PDRB
c. Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi Menggunakan Pendekatan Elastisitas Kesempatan Kerja
dan ICOR
d. Data yang dibutuhkan : PDRB (Kabupaten dan Provinsi) dan jumlah tenaga kerja per
sektor (Kabupaten dan Provinsi)
5. Potensi PAD
a. Tax Bouyancy (Kesulitan Pemungutan Pajak) dan Elastisitas Pajak :
Ln Rt = Ln a0 + a1 Ln Yt + a2 Ln Rt-1 + e
b. Proyeksi PAD : ∆TAX = Ep . PDRB
c. Data yang dibutuhkan : Pendapatan Asli Daerah dan Komponen-komponennya, PDRB per
sektor.
7. Harga
a. Inflasi : INF = [(IHKt – IHKt-1)/IHKt] x 100%
b. Proyeksi Perubahan Harga : MV = PY , jika V konstan maka P = v (M/Y) dimana Y (PDRB),
M (jumlah uang beredar) dan v (velocity). Sedangkan M/Y rasio jumlah uang beredar terhadap
PDRB.
c. Data yang dibutuhkan : Indeks Harga Konsumen, PDRB, Jumlah uang beredar
7
INDEKS – INDEKS
PEMUSATAN REGIONAL
8
KOMODITI UNGGULAN
NO. KOMODITI PRODUKSI KONSUMSI EKSPOR IMPOR
1. PADI 2500 2000 500 -
2. JAGUNG 750 900 - 150
3. AYAM PEDAGING 1250 1000 250 -
4. SAPI 150 650 - 500
5. IKAN 4000 2500 1500 -
Komoditi apa saja yang tepat dijadikan komoditi unggulan dalam rangka mengejar pertumbuhan ekonomi ?
Y = C + G + I + (X – M) = DD + X – M
dimana DD = C + G + I adalah permintaan domestik
Ini berarti jika DD konstan pertumbuhan Y tergantung pada perubahan X dan M, disini ada 2 keadaan :
1. Jika X > 0 dan M = 0, atau X > M maka Y akan tumbuh, karena ada surplus ekonomi
2. Jika X = 0 dan M > 0, atau X < M maka Y akan turun, karena terjadi leakage atau defisit ekonomi
Suatu komoditi yang memenuhi kondisi pertama dapat dijadikan sebagai komoditi unggulan, sedangkan
untuk kondisi kedua bukan merupakan komoditi unggulan.
Padi, ayam dan ikan merupakan komoditi unggulan YANG MANA MERUPAKAN
Sapi dan jagung bukan komoditi unggulan SEKTOR BASIS ?
9
DASAR TEORI BASIS
Inti teori : Arah dan pertumbuhan suatu wilayah sangat ditentukan oleh
perkembangan ekspor wilayah. Ekspor tersebut bukan hanya berupa
barang, jasa, dan tenaga kerja saja, tetapi juga termasuk pengeluaran
oleh orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang dan
jasa domestik, seperti wisatawan nusantara dan mancanegara.
Suatu sektor ekonomi atau industri yang memiliki ciri semacam ini di
sebut SEKTOR BASIS
Tenaga kerja dan pendapatan pada sektor basis merupakan fungsi permintaan dari
luar (eksogen), yaitu permintaan dari luar yang menyebabkan terjadinya ekspor
dari wilayah tersebut.
CARA MENENTUKAN
12
METODE LOCATION QUOTIENT
vi li
vt lt
LQ i atau LQ i
Vi Li
Vt Lt
dimana vi ( li ) adalah jumlah PDRB (tenaga kerja) sektor i pada wilayah j, v t ( lt ) adalah total
PDRB (tenaga kerja) pada wilayah j, Vi ( Li ) adalah jumlah PDRB (tenaga kerja) sektor i pada
tingkat nasional (wilayah yang lebih atas), V t ( Lt ) adalah total PDRB (tenaga kerja) pada
tingkat nasional (wilayah yang lebih atas)
Perhitungan LQ menggunakan tenaga kerja kurang berfluktuatif dan tidak peka terhadap
kemajuan ekonomi karena tenaga kerja biasanya berubah dalam waktu yang cukup lama
(diskontinu). Berbeda bila menggunakan pendapatan (PDRB), lebih dinamis dan
menggambarakan kondisi perekonomian yang riil. Selain itu kita dapat mengukur LQ yang
menyertakan tingkat inflasi (harga berlaku) atau tidak (harga Konstan)
13
TEKNIK PENGUKURAN LOCATION QUOTIENT
CONTOH PDRB DAN PDB (DATA FIKTIF)
Jawa Barat Indonesia
Sektor Pertanian
1998 2003 1998 2003
Tanaman Bahan Makanan 10,176.54 32,498.78 8,356,178.94 11,569,565.68
Tanaman Perkebunan 846.53 6,897.69 132,058.06 752,013.26
Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,238.75 17,905.12 125,369.78 535,368.80
Kehutanan 12,813.09 61,357.23 1,627,262.05 2,608,296.52
Perikanan 2,558.55 4,592.70 483,961.32 810,224.80
Sektor Lainnya 353,631.91 1,737,846.43 57,377,841.23 155,430,729.52
Total 382,265.36 1,861,097.95 68,102,671.36 171,706,198.58
Si = Yi / Yt dimana Si adalah share sektor i, Yi adalah PDB atau PDRB sektor i , dan Yt adalah PDB atau PDRB
total suatu wilayah
Mudahnya, LQi itu sama dengan share sektor i di Jawa Barat (suatu wilayah) dibagi dengan share sektor i di
Indonesia (wilayah di atasnya)
14
INDEKS SPESIALISASI
KONSEP DASAR
Analisis Indeks Spesialisasi (IS) ini merupakan salah satu cara untuk
mengukur perilaku kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Misalnya bagaimana
tenaga kerja atau pendapatan regional (PDRB) di suatu wilayah tersebut
tersebar.
1. Hitung persentase jumlah tenaga kerja atau PDRB dari suatu sektor terhadap
totalnya untuk suatu wilayah.
2. Hitung juga persentase jumlah tenaga kerja atau PDRB dari suatu sektor
terhadap totalnya untuk wilayah yang lebih atas atau wilayah refersensi.
3. Hitung selisih antara persentase yang diperoleh pada tahap ke-1 dengan ke-
2, kemudian jumlahkan nilai-nilai selisih yang bertanda positip saja, yang
selanjutnya total nilai tersebut dan dibagi dengan 100 untuk mendapatkan
nilai IS.
15
TEKNIK PENGUKURAN INDEKS SPESIALISASI
IS
selisih ( )
34
0.34
100 100
17
SHIFT SHARE ANALYSIS
KONSEP DASAR
Yi = PRij + PPij + PPWij .......................................................................... [3] Pada prinsipnya SSA itu
atau secara rinci dapat dinyatakan: berusaha untuk memecah
Y’ij – Yij = Yij = Yij (Ra – 1) + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri) ...................... [4] atau mendekomposisi besaran
deviasi (selisih) antara nilai
dimana:
tambah (menggunakan
Yij = perubahan dalam pendapatan subsektor pertanian ke-i pada wilayah ke-j pendekatan nilai tambah)
Yij = PDRB subsektor pertanian ke-i pada propinsi ke-j pada tahun dasar pada tahun ke-t dengan nilai
tambah pada tahun dasar,
analisis
dan biasanya dinotasikan Yi.
Y’ij = PDRB subsektor pertanian ke-i pada propinsi ke-j pada tahun akhir
Terdapat tiga variabel
analisis dekomposisi yang menjadi
Yi. = PDRB subsektor pertanian ke-i di seluruh wilayah penelitian pada tahun komponen dari deviasi Yi,
dasar analisis yaitu komponen pertumbuhan
Y’i. = PDRB subsektor pertanian ke-i di seluruh wilayah penelitian pada tahun
regional (PR), komponen
pertumbuhan proporsional
akhir analisis.
(PP), dan komponen
Y.. = PDRB seluruh subsektor pertanian pada tahun dasar analisis pertumbuhan pangsa wilayah
Y’.. = PDRB seluruh subsektor pertanian pada tahun akhir analisis (PPW).
Ra = Y’.. / Y..
Ri = Y’i. / Yi.
ri = Y’ij / Yij 18
SHIFT SHARE ANALYSIS
KONSEP DASAR
2. Pertumbuhan Proporsional (PP) yang bernilai positif memberi suatu indikasi bahwa
sektor ke-i (regional) merupakan sektor yang maju, sektor tersebut tumbuh lebih cepat
daripada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. PP bernilai negatif mengindikasikan
bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang lamban.
3. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) menunjukkan daya saing yang dimiliki suatu sektor
ke-i di suatu wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama pada wilayah pembanding
(wilayah satu atau dua tingkat di atas, bisa juga menggunakan cakupan nasional).
19
HASIL PERHITUNGAN SHIFT SHARE ANALYSIS
Komponen Pertumbuhan Regional (PR) : berdasarkan komponen PR ternyata sektor yang memiliki pertumbuhan paling
cepat di Kabupaten Z bila dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata nasional adalah sektor industri pengolahan yang
memiliki angka komponen PR paling tinggi dari seluruh sektor yakni sebesar 394.545.00, menyusul kemudian sektor
perdagangan sebesar 360.150.09, sektor pengangkutan sebesar 165.157.17, dan sektor perbankan sebesar 167.395.29.
Sementara sektor yang pertumbuhan regionalnya paling lambat namun masih lebih cepat dibandingkan pertumbuhan rata-
rata nasional adalah sektor perkebunan yang memiliki angka PR hanya sebesar 10.01.
Pertumbuhan Proporsional (PP) : meskipun ada kesan sementara ini sektor tanaman bahan makanan merupakan sektor
yang tumbuh dengan cepat, namun berdasarkan hasil SSA mengindikasikan bahwa sektor tersebut di Kabupaten Z selama ini
bukan merupakan sektor yang maju. Keadaan ini tercermin dari nilai komponen PP yang bertanda negatif sebesar -2.744.52,
dan sepertinya untuk seluruh sektor pertanian di Kabupaten Z masih merupakan sektor-sektor yang belum maju, karena
semuanya memiliki nilai PP yang negatif.
Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) : hampir semua sektor ekonomi di Kabupaten Z memiliki daya saing yang tinggi
dalam wilayahnya sendiri. Situasi ini tercermin dari nilai komponen PPW untuk sebagian sektor yang bertanda positip, kecuali
untuk sektor perikanan dan perbankan saja yang tidak memiliki daya saing, oleh karena mempunyai nilai komponen PPW
yang negatif yaitu sebesar -15.15 untuk sektor perikanan dan -355.654.31 untuk sektor perbankan. Kedua sektor ini dianggap
kalah bersaing dengan produk-produk yang dihasilkan dari luar yang masuk ke Kabupaten Z. Tidak sepenuhnya pangsa pasar
wilayah dapat dikuasai oleh kedua sektor domestik tersebut. Untuk sektor-sektor ekonomi yang memiliki daya saing, kelihatan
jelas bahwa yang paling tinggi daya saingnya dalam pangsa pasar wilayah adalah sektor industri dan perdagangan, masing-
masing dengan nilai komponen PPW sebesar 223.450.64 dan 231.615.70. Sementara dalam kelompok sektor pertanian yang
memiliki daya saing tinggi adalah sektor tanaman bahan makanan yang memiliki nilai komponen PPW sebesar 4.324.20,
menyusul kemudian sektor peternakan sebesar 1.035.71, dan terakhir sektor perkebunan sebesar 6.71.
21
COR DAN ICOR : KONSEP DASAR
1. ICOR merupakan konsep paling penting dan sangat berguna bagi perencanaan pembangunan
ekonomi di suatu wilayah. Terutama dirasakan pada waktu memeriksa konsistensi antara sasaran
pertumbuhan pendapatan regional dengan modal tambahan yang mungkin akan terkumpul dari
tabungan domestik yang sedang berjalan.
2. Besar kecilnya perkiraan investasi di masa mendatang sangat ditentukan oleh nilai ICOR, karena itu
ketepatan dalam mengukur ICOR menjadi salah satu syarat utama yang harus dipenuhi sewaktu
perencana pembangunan ingin memperkirakan kebutuhan investasi.
3. Kesalahan dalam menghitung ICOR akan menyebabkan perencanaan investasi menjadi tidak benar,
yang akhirnya mengurangi ketepatan dalam memprediksi pertumbuhan ekonomi wilayah.
4. Untuk itu diperlukan suatu analisis ICOR yang lebih mendalam dan dapat memenuhi kriteria-kriteria
CAP (comprehensive, accurate dan predictbale) yang mengandung makna : (1) komprehensif atau
terinci secara sektoral, wilayah dan bidang pembangunan, (2) akurat dan teliti sesuai dengan
masing-masing karakteristik waktu pengembalian investasi, dan (3) predictable yang bisa
meramalkan investasi dan pertumbuhan ekonomi wilayah dengan tingkat akurasi tinggi.
22
WACANA ICOR
Subtansi ICOR adalah nisbah inefisiensi pembangunan. Domar sendiri tidak menggunakan istilah Capital
Output Ratio (COR), melainkan Capital Coefficient dalam kode huruf k. Baru ketika Harrord dan Domar
bergabung menjadi satu model teori Harrord–Domar, istilah Capital Coefficient berubah menjadi Capital
Output Ratio (COR). Dengan demikian, COR merujuk parameter efisiensi, sedangkan Incremental
(penaikan) COR parameter inefisiensi.
Angka ICOR awal 1997 versi Prof. Sumitro Djojohadikusumo sebesar 3.0, terutama akibat distorsi ekonomi
berupa: inefisiensi struktur oligopoli pasar, rent seeking, dan korupsi
Dari propernas ICOR memproyeksikan 4,4 inefisiensi pembangunan tahun 2000. Artinya, perencana
memproyeksikan distorsi ekonomis atau loses 44 persen dari jumlah modal investasi pembangunan tahun
2000. Dibandingkan sebelum krismon (1997) lebih besar 1.4, tapi pemerintah yakin angka itu akan turun
hingga 2.0 pada akhir tahun 2004. Sebaliknya, karena angka ICOR tadi menurun hingga 2.0, maka
tingkat produktivitas ekonomi nasional (TFP – total factor productivity) otomatis menaik 1,6 persen per
tahun.
Jika kita mampu meperjuangkan ICOR masuk menjadi parameter kinerja eksekutif yang sah secara legal
formal, akan ditemukan instrumen kontrol terukur untuk menajamkan fokus kinerja parlemen yang
diamanatkan konstitusi dalam mengawasi kinerja penguasa. Sederet pertanyaan muncul, pertama: apa
mungkin? Pertanyaan kedua, kongkritnya apa? Pertanyaan ketiga: instrumen apa ?
23
COR DAN ICOR : TEKNIK PERHITUNGAN
I it 1 I it 3
x100 x100
I Y I Y
kt it 1 it 1 k t it 3 it 1
Yit g it Yit g it
t n
I it n
kt t 0
RATA-RATA ICOR
Yit
24
MENGHITUNG ICOR
INVESTASI PDRB
ICOR ICOR ICOR
Sektor COR g
2000 2001 2002 2000 2001 2002 (t) (t-1) (t-2)
Tanaman Bahan Makanan 350 850 1250 2308.44 3239.41 3803.33 0.329 17.41 2.217
Tanaman Perkebunan 670 750 1030 1003 1054.43 1617 0.637 53.35 1.33
Peternakan dan Hasil-hasilnya 850 1200 2130 1034.93 1452.3 2373.09 0.898 63.4 2.313
Kehutanan 1200 1320 1400 1038.34 1457.09 1856.07 0.754 27.38 3.509
Perikanan 350 460 750 146187.53 149889 181157.54 0.004 20.86 0.024
Pertambangan dan Penggalian 8080 9750 10850 48692.58 394545 400612.3 0.027 1.54 1.33
Industri Pengolahan 22000 50000 46000 94854 68329.71 88010.95 0.523 28.8 2.54
Listrik, Gas dan Air Bersih 4560 5000 6250 133107.48 184466.05 256647.31 0.024 39.13 0.07
Bangunan 1230 2100 3050 603351.81 360150.09 586864.67 0.005 62.95 0.013
Perdagangan Besar dan Eceran 5550 7120 8420 117693 88900.83 95348.99 0.088 7.25 1.306
Hotel dan Restoran 1020 1300 2000 119287.91 165157.17 296826.71 0.007 79.72 0.01
Pengangkutan dan Komunikasi 3500 4560 7400 101681.23 167395.29 197224.6 0.038 17.82 0.15
Jasa-Jasa Lainnya 230 400 640 3566 4572 6204 0.103 35.7 0.392
Total 49690 85110 91720 2461560.46 1733296.42 2354333.18 0.039 35.83 0.148 0.14 0.08
It
Y x100 (1250 ) x100%
ICOR(t) tanpa tenggang waktu : ICOR TBM = t 1
3239.41 2.217
gt 17.41
I t 1 x100
Y (750 ) x100%
ICOR(t-1) tenggang waktu 1 tahun : ICOR KBN = t 1
1054.43 1.330
gt 53.35
I t 2 x100
Y (8080 ) x100%
ICOR(t-1) tenggang waktu 2 tahun : ICOR TAM = t 1
394545 1.33
gt 1.54
25
MEMPERKIRAKAN INVESTASI
Sektor I2002 ICOR g^2007 I^2007 I^2007
Y Y
. . . .. ...........
. .. . . . .
. .. . . .
..
..... .......................... .
. . ..... . .. ... ... ... .
. . . . ... .. .
. . .. .. .
X X X
0 0 0
X X
27
0 0
Perencanaan Kesempatan Kerja
Ein = b . PDRBin
28
Pengukuran ICOR dan Proyeksi Investasi
Perkiraan ICOR rata-rata sebagaimana yang disajikan pada persamaan sebelumnya dikategorikan
sebagai perkiraan ICOR discrete yang menganggap bahwa perubahan hasil yang diperoleh diukur
dengan unit perubahan yang cukup besar. Akibatnya ICOR yang diperoleh banyak melompat-
lompat setiap waktu tertentu. Guna mengatasi kondisi ini telah disediakan perhitungan ICOR
yang bersifat continous yang bisa mengukur perubahan secara berkesinambungan dan stabil.
Dalam pengertian continous ini ICOR biasa disebut dengan istilah MCOR ( marginal capital output
ratio) yang dibangun melalui persamaan
Salah satu teori konsumsi yang paling dikenal dalam ilmu ekonomi makro adalah fungsi
konsumsi Keynes, dalam persamaan regresi linier menjadi
C = C 0 + c Yd
dimana C adalah konsumsi, C0 adalah konsumsi autonomus, c adalah marginal propensity
to consume (MPC) atau hasrat untuk mengkonsumsi, Yd adalah disposable income yaitu
pendapatan (Y) di kurangi pajak (Tx)
C0
Garis kemiskinan menggunakan metode BEP atau Titik Padan TP
1 c
30
Proyeksi Pertumbuhan
Yt = Y0 (1 + r)t eut
Ln Yt = Ln Y0 + t Ln (1 + r) + ut
Ln Yt = 0 + 1t + ut
r = ( e1 – 1 ) 31
Analisis Jalur Dampak RESPEK Terhadap
Pengentasan Kemiskinan
RESPEK
C KONSUMSI KEMISKINAN
PENDAPATAN
P = a0 + a 1 R + a 2 C + a3 Y + e
32
Analisis Jalur Dampak RESPEK Terhadap
Pengentasan Kemiskinan
RESPEK
C P
KONSUMSI KEMISKINAN
PENDAPATAN
Y
P = a 0 + a1 R + a 2 C + a 3 Y + e1
Y = b 0 + b 1 R + e2
C = c0 + c1 R + c2 Y + e3
33
Analisis Jalur Dampak RESPEK Terhadap
Pengentasan Kemiskinan
34
LINEAR PROGRAMMING
35
MODEL
INPUT-OUTPUT
36
PROSES PRODUKSI
37
CONTOH : INDUSTRI TAHU TEMPE
Pemakai akhir :
Input primer : Rumahtangga
tenaga kerja
38
KETERKAITAN DALAM TABEL INPUT-OUTPUT
INPUT OUTPUT
INDUSTRI TAHU
TEMPE
39
KETERKAITAN INPUT-OUTPUT ANTARA CONTOH SEDERHANA
40
KETERKAITAN KE BELAKANG DAN KE DEPAN ANTARSEKTOR
Keterkaitan Tidak
Langsung Kedepan
Keterkaitan Tidak
Langsung Kebelakang 41
TABEL INPUT-OUTPUT SEDERHANA
Dalam prakteknya :
1. Notasi sub-skrip menggunakan angka 1, 2, 3,…,n
2. Output yang dihasilkan dari kegiatan produksi didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan input antara dan permintaan
akhir yang terdiri atas konsumsi rumahtangga (C), pengeluaran pemerintah (G), investasi (I), perubahan stok modal
(K), dan export atau rest of world (R). Pemberlakukan impor akan menghasilkan bentuk-bentuk tabel I-O.
3. Input yang digunakan dalam proses produksi terdiri atas input antara dan input primer dimana dalam bentuk nilai terdiri
atas upah dan gaji (W), surplus usaha (S), penyusutan (D), pajak tidak langsung (T)
Total input
IA1 IA2 IA3
antara
W W1 W2 W3 PERMINTAAN AKHIR
S S1 S2 S3
NILAI TAMBAH
D D1 D2 D3
T T1 T2 T3
Total input
Y’1 Y’2 Y’3
primer
42
Total Input X’1 X’2 X’3
STRUKTUR LENGKAP TABEL INPUT-OUTPUT TUNGGAL
303
SEKTOR EKONOMI 1 ….. 15 16 17 ….. 20 21 22 23 ….. 25 ….. 30 180 301 302 304 305 309 310 409 509 600 700
303G 303S Juml
1 ………………………….
: ………………………….
15 Listrik, Air dan Gas
16 Bangunan Perumahan
17 Bangunan Hasil PU
: ………………………….
20 Angk Jalan Raya
21 Angk Laut
22 Angk Sungai dan Danau
23 Angk Udara
: ………………………….
25 Komunikasi
: ………………………….
30 Sektor-sektor lainnya
190 Jumlah Input Antara
200 Impor
201 Upah dan Gaji
202 Surplus Usaha
203 Penyusutan
204 Pajak Tak Langsung
209 NTB/Input Primer
210 Total Input
180 Jumlah Permintaan Antara 305 Ekspor Barang Dagangan dan Jasa
301 Konsumsi Rumahtangga 309 Jumlah Permintaan Akhir
302 Konsumsi Pemerintah 310 Jumlah Permintaan
303 Pembentukan Modal Tetap 409 Jumlah Impor
303G : Pemerintah 509 Jumlah Margin Perdagangan dan Biaya Angkutan
303S : Swasta 600 Jumlah Output
304 Perubahan Stok 700 Jumlah Penyediaan
43
INPUT-OUTPUT 3 SEKTOR INTERREGION
A B Permintaan Total
1 2 3 1 2 3 akhir output
1 z11AA z12AA z13AA z11AB z12AB z13AB F1AA F1AB X1A
A 2 z AA
21 z AA
22
z AA
23 z AB
21 z AB
22
z AB
23 F2AA F2AB X A2
AA AA AA AB AB AB
3 z31 z32 z33 z31 z32 z33 F3AA F3AB X3A
1 z11BA z12BA z13BA z11BB z12BB z13BB F1BB F1BA X1B
B 2 z BA
21 z BA
22
z BA
23 z BB
21 z BB
22
z BB
23 F2BB F2BA X B2
BA BA BA BB BB BB
3 z31 z32 z33 z31 z32 z33 F3BB F3BA X B3
input
V1A V2A V3A V1B V2B V3B
primer
Total
X1A X A2 X3A X1B X B2 X B3
input
44
ANATOMI INPUT-OUTPUT INTERCOUNTRY
INDONESIA - JEPANG
INDONESIA JAPANESE FNL DMD FNL DMD R.O.W TOT
PRODUCT PRODUCT INDONESIA JAPAN PRODUCT OUTPUT
46
TABEL INPUT – OUTPUT DAN LINGKUNGAN HIDUP
INPUT 1 2 3 F X P
X2
z31 z32 z33 C3 G3 I3 K3 R3 X3
Karena Y = C + G + I + K + R, dan O = X maka dalam
transaksi output persamaan matriks menjadi :
X1 = z11 + z12 + z13 + Y1
MATRIKS NILAI TAMBAH
W1 W2 W3
X1 X2 X3 48
MATRIKS TEKNOLOGI ATAU KOEFISIEN INPUT
Jika ada n sektor, maka akan ada nxn banyaknya koefisien input-output aij.
X 1 a11 X 1 a12 X 2 a1 n X n Y1
(1 a11 ) X 1 a12 X 2 a1n X n Y1
X 2 a21 X 1 a22 X 2 a2 n X n Y2
a21 X 1 (1 a22 ) X 2 a2n X n Y2
X a X a X a X Y
n n1 1 n2 2 nn n n a X a X (1 a ) X Y .
n1 1 n 2 2 nn n n
(I - A)X = Y 50
PENENTUAN MULTIPLIER DAN OUTPUT
(I – A) X = Y sehingga X = (I – A)-1 Y
dimana I adalah matriks identitas, A adalah matriks koefisien input, X adalah matriks vektor
output, dan Y adalah matriks vektor Final Demand
Jika m = (I – A)-1 maka X = m Y , dimana m adalah matriks invers Leontief yang juga
merupakan multiplier. Dalam bentuk matriks :
1 Y
1 0 ... 0 a 11 a 12 ... a 1n
1
0 1 ... 0 a 21 a 22 ... a 2 n Y2
X
1 a nn Y
n
0
0 ... a n1 an2 ...
-1
X = (I - A) Y sama dengan aggregate expenditure
atau permintaan akhir
1
(1 – A)
m11 m12 ... m1n
m
(I A) 1 M 21 22 2n
m ... m
m
n1 m n2 ... m nn
Y 1
(C 0 I 0 G0 )
E
Pendapatan
(1 c )
Nasional Aggregate expenditure untuk perekonomian tertutup
52
MANFAAT DAN KEGUNAAN INPUT-OUTPUT
Sebagai suatu model yang bersifat kuantitatif, I-O bisa juga memberikan gambaran menyeluruh
mengenai:
1. Struktur perekonomian nasional atau regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah
masing-masing sektor. Khususnya sektor pertanian.
2. Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang
berskala impor.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor-sektor produksi maupun
permintaan akhir untuk konsumsi investasi dan ekspor.
Ini berarti pemakaian model I-O mendatangkan keuntungan bagi perencanaan pembangunan pertanian :
1. Dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional ataupun perekonomian
regional dengan mengkuantifikasikan ketergantungan antar sektor dan asal (sumber) dari ekspor dan
impor.
2. Untuk suatu perangkat permintaan akhir dapat ditentukan besaran output dari setiap sektor pertanian
dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumberdaya.
3. Dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta ataupun
pemerintah dapat ditelusuri dan diramalkan secara terperinci.
4. Perubahan‑perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui
perubahan koefisien teknik.
53
INPUT-OUTPUT DALAM MODEL-MODEL PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
pendekatan obyek,
MODEL sektoral atau bidang
pendekatan
gabungan atau
MULTISEKTOR campuran
pendekatan terpadu
ATAU MODEL I-O
PENDEKATAN
pendekatan PENGKERUTAN
komprehensif (REDUCED)
MODEL ANALISIS BIAYA DAN
MANFAAT
54
KOMODITI UNGGULAN DAN APLIKASI MODEL INPUT-OUTPUT
3. PROGRESIF. Komoditi unggulan harus dapat tumbuh DEKOMPOSISI STRUKTURAL, I-O DYNAMIC,
secara berkelanjutan dengan laju yang cukup pesat. RAS, MULTIPLIER PRODUCT MATRIX
4. TANGGUH. Komoditi unggulan harus memiliki daya INTERNATIONAL MARKET SHARE (IMS),
saing dan ketahanan menghadapai gejolak ekonomi, REVEALED COMPARATIVE ADVANTAGE
politik, globalisasi maupun alam. (RCA), NET EXPORT EFFECT INDICATORS
(NEEI), EFFECTIVE RATE OF PROTECTION
(ERP), INDEX OF INTERNATIONAL
COMPETITIVENESS (IIC), DEPEDENCY RATIO
5. PROMOTIF. Komoditi unggulan harus mampu INPUT-OUTPUT ANTARWILAYAH
menciptakan tatanan lingkungan yang baik bagi
55
kegiatan perekonomian daerah maupun nasional.
ARTI MULTIPLIER DAN PENERAPANNYA
Persamaan X = m Y bila dinyatakan dalam perubahan :
X
X = m Y maka m
Y
dengan demikian nilai m mempunyai makna jika terjadi perubahan permintaan akhir (final demand)
sebesar satu-satuan moneter maka nilai output akan berubah sebesar nilai multiplier
Analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen,
yaitu output sektoral, apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir,
di perekonomian
Angka pengganda
(multiplier)
Sektor 1 Sektor 2
• Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu (katakan
sektor i), berapa besar tambahan pendapatan rumah tangga di sektor tersebut?
• Pendapatan rumah tangga berasal dari penerimaan gaji/upah tenaga kerja yang
pada gilirannya merupakan proporsi tertentu dari output yang diproduksi
Tambahan
Rp 1 tambahan final demand
Tambahan output pendapatan
di sektor i --- konsumsi, investasi,
di sektor i rumah tangga
pengeluaran pemerintah ---
di sektor i
Angka pengganda
Angka pengganda output pendapatan rumah tangga
(output multiplier) (household income
multiplier)
58
EMPLOYMENT MULTIPLIER
• Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu (katakan
sektor i), berapa besar tambahan penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut?
• Terdapat hubungan yang proporsional antara output yang diproduksi dengan
jumlah tenaga kerja yang digunakan. Jika kita ketahui besar tambahan output
yang akan diproduksi, maka dapat dihitung pula jumlah tenaga kerja yang
diperlukan
Angka pengganda
Angka pengganda output
tenaga kerja
(output multiplier)
(employment multiplier)
59
BEBERAPA INDIKATOR KETERKAITAN
n xij n
x a
KETERKAITAN DENGAN METODE CHENERY-WATANABE :
BL
c
j ij BLCJ menunjukkan keterkaitan kebelakang dari sektor j, a ij adalah koefisien input dari
i 1 j i 1
sektor j ke sektor i.
n x ij n
x b
FLCI merupakan keterkaitan kedepan dari sektor i, sedangkan bij menunjukkan koefisien
FL
c
i ij output dari sektor i ke sektor j.
j 1 j j 1
n KETERKAITAN DENGAN METODE RASMUSSEN :
BL m ij
R
j
BLRj dan FLRi masing-masing menunjukkan ukuran keterkaitan kebelakang dan keterkaitan
i 1 kedepan untuk metode Rasmussen, sedangkan g ij adalah elemen pada matriks invers
Leontif, G = (I – A)-1. Oleh karena model Rasmussen menggunakan matriks invers Leontif,
n
m
maka ukuran keterkaitan antarsektor yang diperoleh bisa dikatakan merupakan ukuran
FL
R
i ij keterkaitan total, yang menghitung dampak langsung dan tidak langsung dari suatu sektor
j1 dalam perekonomian.
m
derajad keterkaitan antarsektor, yang nantinya bisa
m
1 1
n ij ditentukan sektor-sektor mana saja yang dapat dijadikan
n ij sebagai sektor unggulan, sektor kunci atau sektor
i j i j pemimpin dalam perencanaan pembangunan ekonomi
P m i ij P m i ij
Yj adalah angka pengganda pendapatan tipe I pada sektor j,
adalah angka pengganda pendapatan tipe II, Pi adalah
Yj i 1 Yj i 1 koefisien input upah/gaji rumah tangga pada sektor i, gi
Pi Pi adalah unsur matriks invers Leontif untuk model I-O terbuka,
dan terakhir adalah unsur matriks invers Leontif untuk model
60
I-O tertutup
Analisis Efek Multiplier Menurut Tipenya
TIPE
OUTPUT PENDAPATAN ANALISIS
MULTIPLIER
Dampak awal 1 pij Dampak initial mengacu kepada asumsi bila permintaan akhir naik, tanpa
melihat komponen mana yang meningkat, tetapi pada umumnya
mengarah kepada kenaikan pengeluaran pemerintah daerah atau
penerimaan ekspor. Ini merupakan perangsang atau penyebab terjadinya
dampak
Pengaruh langsung aij aij pj Informasi yang disampaikan melalui koefisien keterkaitan langsung,
sekadar menunjukkan seberapa jauh output dari suatu sektor mencukupi
kebutuhan input produksinya atau memenuhi permintaan domestik dari
sektor produksi lain
Pengaruh tidak bij – 1 - aij bij pj – pj - aij pj Dampak tidak langsung yang bisa dikatakan juga pengaruh dukungan
industri beranjak dari pengaruh putaran kedua dan seterusnya sebagai
langsung gelombang beruntun peningkatan output dalam perekonomian wilayah
untuk penyediaan dukungan produksi sebagai suatu respon meningkatnya
permintaan akhir di suatu sektor
Dampak imbasan (b*ij – bij) (b*ij pj – bij pj) besarnya dampak imbasan konsumsi yang didefinisikan sebagai imbasan
karena meningkatnya pendapatan rumahtangga akibat naiknya
konsumsi permintaan akhir output suatu sektor industri
Dampak total b*ij b*ij pj Dampak total merupakan penjumlahan dari semua dampak yaitu, dampak
awal, pengaruh langsung (pembelian putaran pertama), pengaruh tidak
langsung (pengaruh dukungan industri) dan dampak imbasan konsumsi
Dampak luberan b*ij - 1 b*ij pj - pj Dampak ini dianggap lebih mencerminkan ukuran pengaruh karena bisa
mengukur dampak bersih (net impact) yang dihitung sebagai selisih
antara dampak total dengan dampak awal. Dalam hal ini dampak awal
dikatakan sebagai faktor penyebab, sedangkan dampak-dampak lainnya
mencerminkan faktor-faktor akibat
dimana pj adalah koefisien pendapatan rumah tangga (upah/gaji), a ij adalah koefisien input langsung; b ij adalah
koefisien input matrik kebalikan terbuka; dan b* ij adalah koefisien input matrik kebalikan tertutup.
61
METODE ANALISIS DIGUNAKAN UNTUK
Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Mengukur elastisitas
Elastisitas Kesempatan Kerja : kesempatan kerja
n
E xyj Li / xi bij / L j / x j y j / x
i 1
Perluasan Kesempatan Kerja Menghitung perluasan
Li = E [ (b12 Y1 + b12 Y2 + b13 Y3 + …. + b12 Y1 )] kesempatan kerja
X Y X
XY karena m
Y X Y
Y
maka XY m
X
dimana m adalah multiplier input-output, sedangkan (Y/X) menunjukkan
share atau kontribusi dari permintaan akhir dalam menciptakan output.
Dalam hal ini elastisitas untuk masing-masing komponen permintaan
akhir dapat ditentukan.
63
MENAKSIR KOEFISIEN INPUT
Akibat keterbatasan dana dan waktu pada suatu wilayah, menyebabkan penyusunan
Tabel IO dengan metode survey menjadi sulit dilakukan. Untuk mengatasi ini telah ada
metode penyusunan IO yang bersifat tidak langsung (nonsurvey)
Pertanyaannya
bagaimana menaksir
koefisien input aij pada
Dalam bentuk matriks suatu wilayah dengan
cara yang lebih mudah
dibandingkan metode
survey ?
64
METODE LOCATION QUOTIENT
1. Metode SIMPLE LOCATION QUOTIENT
vi Jika LQ 1 maka diasumsikan bahwa sektor produksi i di wilayah dapat
vt memenuhi permintaan wilayah, sehingga koefisien input wilayah sama
LQ i dengan koefisien input nasional aijWW = aij
Vi
Jika LQ < 1 maka diasumsikan bahwa sektor produksi i wilayah tidak dapat
Vt memenuhi permintaan wilayah. Dalam keadaan ini koefisien input wilayah
dapat diduga dengan menggandakan LQ dengan a ij atau aijww = LQi aij
A(t) = R . A(0) . S
i j i j i j a ij
s.t. q
i
ij xj vj untuk semua j s.t qi
ij xij vi untuk semua j s.t q ij x ij vi untuk semua j
i
2. Weighted Absolute Differences 5. Weighted Squared Differences 8. Sign Preserving Absolute Difference
Formulation
min Z aij aij qij min z a ij aij q ij
2
min z a ij y ij a ij a ij 1 y ij
i j i j
y
i
s.t a ij x ij v i untuk semua j
q ij x j ui untuk semua i q j
ij xij u i untuk semua i
i
ij
y
j
q ij 0 untuk semua i, j ij a ij x ij u i untuk semua i
qij 0 untuk semua i, j j
y ij 0 untuk semua i, j
3. Normalized Absolute Differences 6. Normalized Squared Differences
aij qij a qij
2
min Z min z
ij
i j aij i j a ij
s.t. q
i
ij xj vj untuk semua j s.t q i
ij xij vi untuk semua j
q
j
ij x j ui untuk semua i q j
ij xij u i untuk semua i
Aij
min Aij ln min Aij ln Aij Aij ln Aij
i j Aij i j i j
subject to
ij j i
A
j
Y *
Y *
A
j
ji 1
68
BAGAIMANA CARA MEMBACA MATRIKS
MATRIKS TRANSAKSI TOTAL ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (8x8)
1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL FD OUTPUT
1 15436 5. 40 0. 00 1593 . 94 0. 00 0. 00 0. 00 13 063. 96 17 91. 70 170815. 01 211606 3. 20 2286878. 20
2 63 13 . 19 1649 4. 69 570. 65 0. 00 0. 00 0. 00 16 008. 00 12 44. 61 40631. 14 283 447. 41 32407 8. 55
3 63 578. 58 129 . 07 19318. 77 0. 00 0. 00 0. 00 23 855. 26 78 28. 99 114710. 67 202 982. 42 31769 3. 09
4 0. 00 255 . 02 1210 . 72 128316. 87 0. 00 15 6. 25 281065 . 28 852. 15 411856. 28 115435 7. 87 1566214. 15
5 0. 00 0. 00 0. 00 0. 00 391 935. 00 0. 00 136418 . 56 67 49. 46 535103. 02 713 443. 24 1248546. 26
6 0. 00 0. 00 0. 00 0. 00 0. 00 306 9491. 51 1266. 28 113616 4. 34 420692 2. 13 784694 6. 05 120538 68. 19
7 42 025. 02 1 543. 37 5557 . 88 1300 . 68 67 72. 59 72 5. 05 219446 . 39 19041 . 88 296412. 85 136813 9. 09 1664551. 95
8 26058 0. 49 2737 3. 82 119677 . 21 329544. 62 59924. 12 106035 . 20 113988 . 92 308689. 43 132581 3. 81 503065 3. 93 6356467. 74
TOTAL 52686 2. 68 4579 5. 96 147929 . 17 459162. 17 458 631. 71 317 6408. 00 805112 . 67 148236 2. 56
VA 17 60015. 52 27 8282. 60 169763 . 92 11 07051. 98 789 914. 55 887 7460. 18 859439 . 28 487410 5. 17
TOTAL 22 86878. 20 32 4078. 55 317693 . 09 15 66214. 15 1248546. 26 1 20538 68. 19 166 4551. 95 635646 7. 74
70
POLA PEMBANGUNAN INDUSTRI KECIL BERDASARKAN KETERKAITAN
TIDAK LANGSUNG ANTARSEKTOR PRODUKSI TIPE I
1.6000
IPKK
1.5000
1.4000
1.3000
1.2000
1.1000
IPUK ITBK
IKPK
1.0000
IMAK
IMMK
0.9000
0.8000
0.7000
0.6000
0.5000 0.7000 0.9000 1.1000 1.3000 1.5000 1.7000 1.9000 2.1000 2.3000 2.5000
71