Anda di halaman 1dari 63

BLADDER ELEMINASI &

CONTINENCE

Ns. Ida Djubaedah, S.Kep


REVIEW ANATOMI BLADDER
FISIOLOGY BERKEMIH
 Fase pengisian kandung kemih , yaitu dikontrol oleh saraf
simpatikus, kandung kemih relaks untuk pengisian. Kapasitas
kandung kemih sekitar 450 cc pada wanita dan 350 cc pada
pria.
 Fase pengeluaran, yaitu dikontrol oleh saraf parasimpatikus
dan saraf somatic pudendus. Mulai terjadi sensasi ingin
berkemih setelah terisi 150- 200 cc, kemudian sensasi penuh
dikirim ke pons kemudian ke otak
 Fase pengeluaran, yaitu otak mengkontrol sfingter eksternal ,
terjadi kontraksi otot dinding kandung kemih dan relaksasi otot
katup leher kandung kemih dan terjadi pengeluaran urin setelah
mencapai volume 300 – 500 cc.
UMUR TERKAIT FACTOR BERKEMIH
 Bayi baru lahir  Reseptor detrusor mengirim pe dari S
2-4 pada saat kandung kemih teregang ke pons.
 Belum menghasilkan system syaraf pusat, bayi
tidakdapat secara sadar untuk mengeluarkan air kencing.
 Anak sampai dengan usia 5 tahun mengalami enurisi
nocturnal
PUBERTAS
 Pada anak laki laki kelenjar prostat mulai tumbuh dan
berfungsi untuk menguatkan otot dasar panggul.
 Pada wanita dipertahankan dengan merangsang reseptor
estrogen meningkatkan resistensi uretra otot dasar
panggul.
ORANG DEWASA
 Pada pria prostat tumbuh  usia 45 tahunterjadi
peningkatan resistensi uretra
 Pada wanita akibat melahirkan akan terjadi distorsi otot
dasar panggul.
 Wanita yang sudah menupose akan terjadi penurunan
estrogen dan menyebabkan atrpi otot dasar panggul.
DEFINISI
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan
masalah gangguan kesehatan dan atau sosial’
Etiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi,
antara lain:
 Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor
bila batuk atau bersin.
 Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah saluran
kencing.
Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi
kandung kemih.
 Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih,
urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.
LANJUTAN
 hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan
suprasakral.
 Lesi LMN dihubungkan dengan kelemahan sfingter
JENIS INKONTINENSIA URINE
A. Inkontinensia stres (Stres Inkontinence)
B. Inkontinensia desakan (Urgency Inkontinence)
C. Inkontinensia luapan (Overflow Incontinence)
D. Incontinence functional
E. Neurogenic incontinence
A. STRESS INKONTINENSIA
Stress inkonttinensia
ditandai dengan tiba-tiba kehilangan sejumlah kecil urin
dengan meningkatkan tekanan intra-abdomenal selama
batuk, bersin, tertawa, mengangkat atau tekukan.
Stres inkontinensia terlihat lebih sering pada wanita
tetapi juga dapat terjadi pada pria setelah prostatektomi.
B. INKONTINENSIA URGE/ DESAKAN
 incontinence Mendesak adalah hilangnya urine secara
paksa , urine keluar dari jumlah sedang sampai besar.
 Penyebab : Lesi pada syaraf pusat
OVERFLOW INCONTINENCE
 Overflow incontinence adalah hilangnya urine disengaja
ketika tekanan intravesical melebihi tekanan uretra
maksimum yang berhubungan dengan distensi kandung
kemih, tetapi tidak ada aktivitas detrusor.
 Karakteristik : Dribling terus menerus dalam jumlah
kecil dan sering buang air kecil sebagai akibat dari
kandung kemih overdistensi, baik karena obstruksi, atau
kontraktilitas kandung kemih terganggu.
 Penyebab paling umum dari inkontinensia overflow
hipertrofi prostat pada pria.
INCONTINENCE FUNCTIONAL
 Inkontinensia Fungsional adalah kebocoran urin
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melatih
toilet karena gangguan fungsi kognitif atau fisik,
psikologis “ keengganan “ atau hambatan lingkungan ke
toilet.
 fungsi normal dari saluran kemih bawah.

 
NEUROGENIC INCONTINENCE
 kandung kemih neurogenik merupakan gabungan
penurunan motor dan penurunan sensorik
 gangguan pada saluran corticoregulatory atau kerusakan
dari pusat supraspinal yang mengatur ber kemih.
KLASIFIKASI DISFUNGSI BLADDER
NEUROGENIC
1. Tanpa hambatan
2. Refleks
3. otonom
4. Motor paralysis
5. sensory paralysis
TANPA HAMBATAN
Tanpa hambatan
 Tingkat neurogenik: kortikal dan subkortikal

 Etiologi
Bayi anak, CVA, MS otak, arterosklerosis, tumor otak, trauma
kepala
 Kontrol volunter berkurang

 Sensasi normal

 bulbocavernosus normal

 Tanda dan gejala :


Frekuensi, urgensi, urge inkontinensia, nokturia, menurunkan
kapasitas kandung kemih.
Jangka waktu berkemih, obat-obatan
laki-laki menggunakan condom, perempuan "padding’
REFLEX NEUROGENIK
Reflex neurogenik
kerusakan Sumsum tulang belakang di atas kornu
medullaris
Etiologi
Trauma, tumor, syringomyelia
kontrol volunter :absen
Sensasi tidak ada
BCR: hiperaktif
Tanda-tanda dan gejala
Unpredic table berkemih:
Bak tidak bisa ( awalnya muncul sebagai areflexic
selama shock tulang belakang.)
Manajemen ; ICP
OTONOMI (AREFLEX) NEUROGENIK
Tingkat cedera : di bawah kornu medularis ( cauda
equina)
Etiologi:
Spina bifida
myelomeningocel, tumor, pasca operasi radikal (HNP)
  kontrol volunter: absen, sensasi: absen
BCR absen
OTONOMI (AREFLEX) NEUROGENIK
 Tanda dan gejala;
 kapasitas kandung kemih meningkat

 Residu lebih dari normal,

 Inkontinensia dribbling,

 Tidak ada kontraksi kandung kemih, over flow (stres),

Manajemen :
ICP, strain (Valsava manuver), metode crede's.
MOTOR PARALYSIS

 Lesi pada anterior horn cells or S2,S3,S4, ventral roods


 Penyebab; Poliomyelitis, herniated inter vertebra disk,
trauma, tumor.
 Pemeriksaan : control volunter ; absent, sensasi normal,
BCR absent
SENSORY PARALYSIS
 Sensory paralysis : S2,S3.S4, dorsal roots or dorsal
horns of spinal cord
 Penyebab :DM

 Awal normal, dan menjadi terganggu karena overdistensi


kronic.
 Bak hanya 2-3 x / hari

 Over flow

 Managemen ; ICP
PENGKAJIAN
Komponen pengkajian ;
Sejarah Riwayat penyakit masalaludan sekarang,
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan diagnostik.
 Durasi awal
frekuensi
waktu (hari, malam, atau keduanya)
keadaan (batuk, bersin, tertawa, olahraga, perubahan
posisi, mencuci tangan, lainnya)
 Terkait urgensi
jumlah kebocoran
jenis kerugian (muncrat atau aliran, atau kontinu
dribbling)
Penggunaan pembalut / celana pelindung (jumlah
pembalut atau perubahan pakaian per hari)
 . Pola ke toilet
Diurnal frekuensi
nokturnal frekuensi
Gejala terkait genetourinary
Kesadaran untuk merasakan kandung kemih penuh
kemampuan untuk menunda berkemih
sensasi pengosongmerasakan kandung kemih penuh
apakah ada menetes setelah buang air kecil
Gejala obstruktif (hesistancy, aliran lambat atau terputus,
mengedan)
 Gejala infeksi saluran kemih (Disuria, hematuria)
 jumlah kebocoran
jenis kerugian (muncrat atau aliran, atau kontinu
dribbling)
Penggunaan pembalut / celana pelindung (jumlah
pembalut atau perubahan pakaian per hari)
 Persalinan
operasi (saluran urinari panggul atau lebih rendah
Infeksi saluran kemih berulang

Riwayat medis yang relevan


penyakit akut
depresi
diabetus militus
neurologis penyakit, (CVD, penyakit Parkinson, demensia)
Penyakit kardiovaskular (hipertensi, penyakit jantung kongestif)
Penyakit ginjal
Usus disoders (contipation, impaksi, fecal incontinence)
Disoders Psikologis (depresi, ilness mental)
kanker
obat obatan
Klien / pengasuh's persepsi inkontinensia
 faktor lingkungan
Akses kamar mandi
jarak ke kamar mandi
penggunaan alat bantu toilet.
PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan fisik untuk inkontinensia urin
Kognitif
Mental status
Suasana hati
Motivasi
 Status mobilitas
Manual ketangkasan (kemampuan untuk membuka
pakaian untuk pergi ke toilet)
kecepatan berjalan, penggunaan alat-alat bantu
 Pemeriksaan neurologis :fokus tanda-tanda
penyakit parkinson
Pemeriksaan abdomen
 Scars

 Buncit kandung kemih

 Supra pubic ; apakah ada masa

Pemeriksaan genital
 kondisi kulit

 Tanda-tanda infeksi

 bulbocavernosus refleks
Perempuan; vaginitis atrofi, relaksasi panggul, atau
kelainan lain
Pemeriksaan dubur
 Otot sphincteric

 Tinja inpaction

 Massa
Pria; ukuran prostat
stress test (dengan kandung kemih penuh)
terlentang dan berdiri
Lainnya
Tanda-tanda gagal jantung kongestif.
PEMERIKSAAN ANAL SENSANI
( ASSESSMENT)
 Untuk mengetahui apakah pasien itu cedera spinal
complit atau incomplite
Caranya ;
Lakukan rectal touche ( klien tidak boleh melihat tangan
pemeriksa )
Tanyakan pada klien apakah klien merasakan jari tangan
pemeriksa.
Jari di pertahankan di dalam rectum,arahkan jari searah
jarum jam ( ke atas ke kanan bawah dan kiri ,tanyakan
arah posisi jari pemeriksa .
 Lakukan pemeriksaan palsu
 Bila pasien dapat menjawab semua ,maka anal sensasi
positif. Dan bila klien tidak merasakan anal sensasi
negative.
ANAL KONTRAKSI
 Lakukan rectal touche ,rasakan apakah anus klien
menjepit jari kita , minta pasien untuk menjepit jari kita
dengan kuat beberapa detik lalu klien melepaskan
jepitannya.
 Bila kontraksi volunter kuat ,maka hasilnya anal
kontraksi positif
 Bila kontraksi anal lemah : anal kontraks + lemah.

 Bila tidak ada anal kontraksi( - )

 Bila anal konraksi dan sensasi positif , maka ACR /BCR


tidak perlu dilakukan.
 Bila negative maka ACR /BCR dilakukan.
ACR ( ANAL CUTANIUS REFLEX)
 Beri stimulus pada tepi spinter ani( dengan goresan
benda tumpul, Mis kapas lidi, Lihat adakah kontraksi
pada spingter ani
 Bila ada hasilnya positive

 Bila tidak ada hasilnya negative.


BCR ( BULBO CAVERNOSUS REFLEX )
 Lakukan rectal tuche
 Pertahankan jari tetap di dalam anus

 Pada pria beri stimulus pada glan penis( dijepit)

 Pada wanita beri stimulus pada clitoris

 Bila pasien terpasang D/C goyangkan cateter

 Rasakan pada jari pemeriksa apakah ada kontraksi


volunter , bila ada ( BCR +) bila tidak ada hasilnya (-)
IBV ( INITIAL BLADDER VOLUME)

Untuk mengetahui volume bladder .


( IBV adalah urine spontan / dribling + Residu )
Tujuan : untuk menentukan tindakan ICP.
Beri minum 125 cc/ jam dan ICP tiap 4 jam.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Urinalisa
 Urine kultur

 BNO/IVP

 USG

 Bladder scant

 Darah urium creatinin.


PENGOBATAN
 Operasi
 Obat obatan
 Pelatihan kandung kemih ( Bladder training)
 Latihan kegle
LATIHAN KEGEL
 Kosongkan kandung kemih
 Kencangkan otot dasar panggul selama 10 detik
 Lakukan 10 x pada pagi hari, 10 x pada siang hari dan
15 kali pada sore hari
 Bisa dilakukan dengan berbaring, atau duduk di kursi.
 Kencangkan otot dasar panggul ketika berjalan ke
kamar mandi, batu atau bersin,
INTERMITEN CATETER
 Definiisi Intermittent Catheter
 Penempatan sementara kateter untuk mengeluarkan urin
dari tubuh. Kateter dimasukan kedalam uretra untuk
mengosongkan kandung kemih (Sherman, 2006)
 Suatu metoda yang aman dan efektif untuk
mengosongkan kandung kemih pada waktu yang
tertentu, harus dilaksanakan setiap 3 sampai 8 jam, atau
sesuai rekomendasi dari dokter dan tidak pernah stop
kecuali ada perintah dari dokter yang merawat
(Health.gld.gov.au, 2006)
INTERMITTENT CATHETERIZATION
 Metode :
 Aseptic catheterization ( membersihkan meatus uretra
dengan desinfectan )
 Gunakan lubrican steril

 Gunakan catheter :

 Wanita : 14-16 F
 Pria : 12- 14 F
INTERMITTENT CATHETERIZATION
 Indikasi
 Diuresis 2000 cc/ 24 jam

 Pasien tidak dalam kondisi akut

 Mampu dilakukan katheterisasi setiap 4-6 jam sepanjang


hari
 Volume bladder maksimal 500 cc

 Kontra indikasi

 Cedera atau striktur urethra

 Tidak dalam kondisi perlu pembedahan


KONTRA INDIKASI
 fraktur pada bagian corpus cavernosum penis
 tumor uretra

 injury pada penis

 pendarahan sekitar meatus

 infeksi.

 (Geng, Emblem, Gratzl, Incesu, & Jensen, 2006)

 klien dalam keadaan cemas atau tidak rileks dan bisa


menimbulkan ketidaknyamanan untuk awal terapi
ini
 ( Nursing Standart, 2002)
TUJUAN PENANGANAN
 Mempertahankan fungsi renal
 Kontinensia

 Mencegah komplikasi sebagai keberhasilan fungsi


berkemih :
 Bladder over distensi
 UTI
 Pembentukan batuCedera uretra
Trimakasih
 Prosedur Tindakan Kateter Intermiten Mandiri Pada Pria
( Sherman , 2006 )
 Persiapkan alat-alat seperti; kateter, pelumas,
bengkok penampung urine.
 Cuci tangan dengan tehnik 7 langkah menggunakan
sabun , bilas di bawah air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan handuk bersih/kertas
tissue.
 Gunakan waslap untuk membersihkan kemaluan,
kemudian bersihkan lubang kencing dan sekitar
kemaluan, bilaslah sampai bersih menggunakan
kapas basah yang sudah tersedia.
4. Bila tangan sudah bersih, hindari memegang,
menyentuh area/benda yang tidak bersih untuk
mencegah tangan terkotori bahkan terkena kuman
yang ada disekitarnya.
5. Beri minyak steril/K.Y Gel pada kateter kemudian
letakan penampung urine/bengkok/plastik diantara
kedua paha.
6. Peganglah batang kemaluan/penis tegak lurus sejajar
perut dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan
memasukan kateter ke dalam lubang kencing sampai
urine keluar sambil posisi kateter dipertahankan.
7. Jika ditemukan tahanan, anjurkan pasien relaksasi
dengan menarik nafas dalam kemudian lanjutkan
pemasukan kateter.
8. Urine mulai keluar, pertahankan kateter sampai
urine berhenti mengalir dan bila urine tidak keluar
lagi tekan-tekan di atas daerah supra pubic dengan
tangan kiri untuk mengeluarkan sisa urine.

Anda mungkin juga menyukai