Anda di halaman 1dari 7

Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Kepala Desa Berdasarkan PP 72 tahun 2005 Pasal 14 (1) Kepala Desa mempunyai

tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa mempunyai wewenang : a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD; b. mengajukan rancangan peraturan desa; c. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; e. membina kehidupan masyarakat desa; f. membina perekonomian desa; g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15 (1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal (14), Kepala Desa mempunyai kewajiban: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. melaksanakan kehidupan demokrasi; e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa; g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan; h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa; j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa; k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa; l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; (2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. (3) Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun.

(4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD. (5) Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya. (6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Bupati/Walikota sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. (7) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat dan kepada BPD.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN


BAB III KEDUDUKAN DAN TUGAS Pasal 3 (1) Kelurahan merupakan peran gkat daerah Kabupaten/Kota yang berkedudukan di wilayah kecamatan. (2) Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di bawah dan bertangg ungjawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat. (3) Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari Pegawai Negeri Sipil. (4) Syarat-syarat lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. Pangkat/golongan minimal Penata (III/c). b. Masa kerja minimal 10 tahun. c. Kemampuan teknis dibidan g administrasi pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat. Pasal 4 (1) Lurah sebagaimana dimaksud d alam Pasal 3 ayat (2) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. (2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Lurah melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpah kan oleh Bupati/Walikota. (3) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas. (4) Pelimpahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan sarana, prasarana, pembiayaan dan personil. (5) Pelimpahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Bu pati/Walikota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.

Pasal 5 (1) Dalam melaksanakan tugas seba gaimana dimaksud dalam Pasal 4, Lurah mempunyai fungsi: a. pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan; b. pemberdayaan masyarakat; c. pelayanan masyarakat; d. penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; e. pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan f. pembinaan lembaga kemasyarakatan.

Sistem Pemerintahan Daerah dan Azas-azas Penyelenggaraan Pemerintahan


Sistem Pemerintahan Daerah

Pasal 18 Undang-Undang dasar 1945 Pasal 18 Pembagian Daerah Indonesia atas Daerah besar dan Kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapka dengan UU dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak -hak asal usul dalam daerah yang bersifat istimewa.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Dari isi dan jiwa pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas maka jelaslah bahwa pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan. Sebagai konsekuensi dari prinsip tersebut di atas maka undang-undang ini dengan tegas dinyatakan adanya daerah otonom dan wilayah administratif. Daerah yg dibentuk berdasarkan asas desentralisasi disebut daerah otonom yg selanjutnya disebut daerah yg dalam UU ini dikenal adanya daerah tingkat I dan daerah tingkat II . Sedangkan wilayah yg dibentuk berdasarkan asas dekonsentrasi disebut wilayah administratif yg dalam undang-undang ini disebut wilayah. Wilayah-wilayah disusun secara vertikal yg merupakan lingkungan kerja perangkat pemerintah menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di daerah. Pembentukan wilayah-wilayah dalam susunan vertikal adalah untuk meningkatkan pengendalian dalam rangka menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.

ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 1. Umum bahwa sebagai konsekuensi dari pasal 18 UUD 45 yg kemudian dierjelas dalam GBHN, pemerintah diwajibkan melaksanakan asas desentralisasi dan dekonsentrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Tetapi di samping asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi Undang-Undang ini juga memberikan dasardasar bagi penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan di daerah menurut asas tugas pembantuan 2. Desentralisasi Asas Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada satuan organisasi pemerintahan untuk menyelenggarakan segenap kepentingan oleh pemerintah setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami wilayah tersebut. 3. Dekonsentrasi Asas Dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat atau perangkat pusat yang ada di daerah. Urusan-urusan yg dilimpahkan pemerintah kepada pejabat-pejabatnya di daerah menurut asas dekonsentrasi ini tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembinaannya. Unsur pelaksanaanya adalah terutama instansi-instansi vertikal yg dikoordinasikan oleh Kepala Daerah dalam kedudukanya selaku perangkat pemerintah pusat, tetapi kebijaksanaan urusan dekonsentrasi tersebut sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah pusat. 4. tugas pembantuan Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan sarana dan prasarana serta sumber daya dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya.tidak semua urusan pemerintah dapat diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya, jadi beberapa urusan pemerintahan masih tetap merupakan urusan pemerintah pusat. Akan tetapi adalah berat sekali bagi pemerintahan pusat untuk menyelenggarakan seluruh urusan pemerintah di daerah yg masih menjadi wewenang dan tanggung jawabnya itu atas dasar dekonsentrasi, mengingat terbatasnya kemampuan perangkat pemerintah pusat di daerah dan juga ditinjau dari segi dayaguna dan hasilguna adalah kurang dapat dipertanggungjawabkan apabila semua urusan pemerintah pusat di daerah harus dilaksanakan sendiri oleh perangkatnya di daerah karena hal itu akan memerlukan tenaga dan biaya yg sangat besar jumlahnya. Lagipula mengingat sifatnya sebagai urusan sulit untuk dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ikut sertanya pemerintah daerah yg bersangkuta

Anda mungkin juga menyukai