Anda di halaman 1dari 14

SLO 1. Mahasiswa mendiskusikan klasifikasi dari lower and upper urinary tract infections and inflammation disorders 2.

Mahasiswa mendiskusikan definisi dari tiap gangguan pada lower and upper urinary tract infections and inflammation disorders 3. Mahasiswa mendiskusikan epidemiologi dari tiap gangguan pada lower and upper urinary tract infections and inflammation disorders 4. Mahasiswa mendiskusikan pathophysiolgy dari tiap gangguan pada lower and upper urinary tract infections and inflammation disorders 5. Mahasiswa mendiskusikan faktor resiko terjadinya tiap gangguan pada lower and upper urinary tract infections and inflammation disorders 6. Mahasiswa mendiskusikan manifestasi klinis dari tiap gangguan pada lower and upper urinary tract infections and inflammation disorders 7. Mahasiswa mendiskusikan pemeriksaan diagnostik dari tiap gangguan pada lower and upper urinary tract infections and inflammation disorders 8. Mahasiswa mendiskusikan penatalaksanaan medis dari tiap gangguan pada lower and upper urinary tract infections and inflammation disorders Belajar mandiri

1. Gagal ginjal Pengertian : Gagal ginjal akut atau dikenal dengan acute renal failure (ARF) adalah sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak(nursalam, 2006) Gagal Ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Sesuatu yang harusnya di buang tetpi tidak dapat di ekskresikan yang dapat menganggu fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit, serta asam basa.(brunner suddarth,2002) Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa gagal ginjal adalah suatu gangguan yang terjadi akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerus, yang di tandai dengan tidak adanya pembuangan / hasil eksresi secara normal yang dapat berlangsung secara mendadak.

Etiologi  Penyebab prerenal ( terjadi hipoperfusi ginjal )akibat kondisi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke ginjal dan menurunnya filtrasi glomerulus. Misalnya; luka bakar, infark miokard, CHF, syok kardiogenik. Hal ini biasanya di tandai dengan penurunan turgor kulit, mkosa membrane kering, penurunan berat badan, hipotensi, oliguria atau anuria. Penyebab intrarenal adalah kerusakan aktual jaringan ginjal akibat trauma jaringan glomerulus atau tubulus ginjal. Misalnya ; iskemia intrarenal, toksin, proses imunologi, sistemik dan vaskuler. Hal ini biasanya di tandai dengan demam, kemerahan pada kulit, dan edema  Penyebab postrenal terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine melalui saluran kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Hal ini bisanayan ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih dan perubahan aliran kemih.(nursalam,2006) Epidemiologi Di Amerika Serikat setiap tahun 500.000 orang meninggal akibat gagal ginjal menetap. Manifestasi Klinis 1. Pasien sangat menderita dan lateragi disertai mual persisten, muntah, diare 2. Kulit dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi, dan napas mungkin berbau urine (foto Uremik) 3. Sakit kepala , kedutan otot dan kejang 4. Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit dapat mengandung darah).9brunner suddarth,2002) 5. Hiperkalemia akibat penurunan laju filtrasi ke glomerulus serta katabolisme protein menghasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh. Hiperkalemia menyebabkan disritmia jantung dan henti jantung. 6. Asidosis metabolik,akibat oliguri akut pasien tidak dapat mengeliminasi muatan metabolik. Hal ini di tunjukkan dengan penurunan kandungan CO2 darah dan Ph darah,sehingga asidosis metabolik menyertai gagal ginjal.

Pemeriksaan Diagnostik 1. Urinalisis-proteinuria, hematuria, dan berwarna buram

2. Peningkatan serum kreatinin dan BUN 3. Pemeriksaan kimia urine untuk membedakan berbagai bentuk gagal ginjal akut 4. USG untuk memperkirakan ukuran ginjal dan memungkinkan perbaikan sumbatan uropati Penatalaksanaan medis 1. Dialisis merupakan tindakan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, kejang. Dialisis dapat memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan , protein dan natrium dapat di konsumsi secara bebas. 2.

PROSTATITIS Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat di sebabkan oleh bakteri maupun non bakteri.(basuki purnomo,2003) National Institute of Health (NIH) mengklasifikasikan prostatitis pada tahun 1999. Empat kategori prostatitis, yaitu : I. Acute bacterial prostatitis II. Chronic bacterial prostatitis III. Chronic bacterial prostatitis and chronic pelvic pain syndrome (CPPS) - Pada kategori ini terdapat keluhan nyeri dan perasaan tidak nyaman di daerah pelvis yang telah berlangsung paling sedikit 3 bulan. Inflammatory Noninflammatory IV. Asymptomatic inflammatory prostatitis Prostatitis merupakan inflamasi kelenjar prostat dan bisa akut maupun kronis .Organisme yang menyebar ke prostat melalui aliran darah atau dari infeksi uretral naik, invasi bakteri rectal melalui limfatik refluks urin kandung kemih yang terinfeksi ke dalam duktus prostat. (wiliiams,wilkins,2008)

Etiologi -Enterobakter -Escherichia coli (80 % infeksi bakteri ) -klebsiella -proteus -psuedomonas -stafilokokus -Streptokokus(wiliams,wilkinns,2008) Epidemiologi Pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan terganggunya aliran urine sehingga menimbulkan gangguan miksi.(Nursalamm,2008) Prostatitis adalah salah satu penyakit yang paling sering di temui di praktek urologi USA, terhitung hampir 2 juta pasien yang didapatkan tiap tahunnya, dengan chronic bacterial prostatitis dan chronic pelvic pain sindrom yang paling sering didiagnosis. Studi autopsy menemukan prevalensi prostatitis secara histologik sekitar 64-86%. Sekitar 8,2% laki-laki mengalami prostatitis dalam kehidupannya. Dari 4 kategori prostatitis, insidensi yang paling sering terjadi ialah chronic prostatitis.chronic pelvic pain syndrome, terhitung 90-95% dari seluruh kasus prostatitis. Sedangkan acute bacterial prostatitis dan chronic bacterial prostatitis sekitar 2-5% kasus. Insidensi prostatitis miobakterial meningkat di beberapa negara berkembang (Taslan, 2010). Patofisiologis

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor,

trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.(priyanto,2000)

Manifestasi klinis -Atralgia -Menggigil -Urin keruh -Disuria -Demam

-Nyeri punggung bawah -Mialgia -Nokturia -Rasa penuh dan tidak nyaman di perineum -Prostat lunak, mengalamai indurasi , bengkak, keras, dan hangat(wiliams,wilkins 2008) Manifestasi klinis Prostatitis kronis -Asimtomatik -Hemospermia -Ejakulasi menyakitkan -Keluaran uretral persisten -Gejala kencing sama seperti pada bentuk akut -Disfungsi seksual Faktor resiko Menurut wiliams,wilkins (2008) faktor yang mendukung terjadinya postatitis  Hubungan seksual jarang atau berlebihan  Prosedur seperti sitoskopi atau kateterisasi Taslan (2010) mengungkapkan beberapa faktor resiko prostatitis, antara lain :  Jenis Kelamin :Laki-laki  Usia :< 35 tahun  Penderita HIV  Granulomatosis Wegener  Infeksi Fungal dengan C albicans dan Coccidioides immits dan infeksi mycobacterial  M.Tuberculosis.  Benign Prostatic Hiperplasia  Kanker prostat

 Infeksi saluran kemih bawah Pemeriksaan Diagnostik

Berikut merupakan pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita prostatitis (Taslan, 2010) :

laboratorium - Complete blood count : dindikasikan pada kasus pasien toksik secara akut atau pasien suspek septicemia. - Urinalisis : terdiri dari jumlah hitung sel darah putih dan bacterial, oval fat bodies, dan lipid-laden makrofag. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan tipe-tipe prostatitis. - Kultur urin - Kimia : terdiri dari cairan elektrolit, termasuk kadar BUN dan kretinin, pada pasien dengan retensi urin atau obstruksi. - Prostate-spesific antigen determination : Inflamasi prostat dapat meningkatkan serum prostate-spesific antigen (PSA). Tetapi PSA lebih sering digunakan untuk menscreening kanker jarang untuk prostatitis. - Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey) Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu : 1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra, 2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli, 3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,

4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat. Radiografi - Ultrasonography pada trans-abdominal atau scan kandung kemih untuk mengetahui berapa volume urin yang ada. - Ultarasonography transrektal - Doppler Ultrasonography - Computed Tomography berguna untuk mengevaluasi abses prostatitis atau suspek neoplasma - Sistoskopi - Intravena uropgraphy atau voiding cystourethrography Pengobatan / terapi Medis -Terapi antibiotic sitemik (aminoglikosida, yang di kombinasikan dengan penisilin atau sefalosporin bertindak paling efektif dalam kasus parah) di lakukan untuk membuang organism penyebab -Jika prostatitis di sebabkan oleh penyakit menular seksual, pasien bisa menggunakan ceftriaxone dan doksisiklin atau floxacin -terapi suportif meliputi istirahat di ranjang, hidrasi yang cukup , dan analgesic, antipiretik, dan pelunak tinja bila perlu -Dalam prostatitis kronis simtomatik, pijat prostat secara teratur merupakan penanganan paling efektif -Ejakulasi secara teratur bisa membantu melancarkan drainase prostat -Antikolinergis dan analgesic bisa membantu melancarkan drainase sekresi prostat - Antispasmodik bisa diberikan untuk spasma kandung kemih -Jika terapi obat tidak berhasil, penanganan bisa meliputi reseksi transurethral prostat, yang membutuhkan pembuangan semua jaringan yang terinfeksi. Tetapi prosedur ini biasanya tidak di lakukan pada orang dewasa muda karena bisa menyebabkan ejakulasi retorgad dan sterilitas. (wiliams,wilkin 2008)

SISTITIS Definisi Sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri. Sistitis meupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam,2008) Sisititis adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering di sebabkan oleh infeksi oleh bacteria. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E.coli, Enterococci, proteus, dan stafilokokus aureus yang masuk ke buli-buliterutama melalui uretra. (basuki purnomo ,2003)

Epidemiologi Wanita lebih sering mengalami seranga sistitis daripada pria Karen auretra wanita lebih pendek dari pada pria. Di samping itu getah cairan prostat pria mempunyai sifat bakterisidial sehingga relative taha terhadap infeksi saluran kemih. Di perkirakan bahwa paling sedikit 10-20 % wanita pernah mengalami serangan sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5% dalam 1 tahun pernah mengalami serangan ini(basuki (purnomo,2003) Patofisiologis Merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra ke vagina sangat pendek (anatomi), kelainan periuretral, rectum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta infeksi vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina, dan genital eksternal memungkinkan organism masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat flora( E,coli) pada tubuh pasien.(nursalam,2008) Manifestasi Klinis  Kemerahan pada kandung kemih  Edema pada kandung kemih

 Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine  Inkontinesia  Sering berkemih  Nyeri di daerah suprapubik  Eritema mukosa kandung kemih  Hematuria  Jarng disertai demam  Mual  Muntah lemah  Kondisi umum menurun  Bakteriuria (10.000/ml infeksi) Faktor resiko  Melalui hubungan intim  Pemakaian kontrasepsi spremisid diafrgma karena dapat menyebabkan sumbatan parsial uretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap serta perubahan pH dan flora normal vagina

Pemeriksaan diagnostic Urea dipstick : darah (+), sel darah putih ; nitrat : infeksi Mikroskopik : sel darah putih tanpa epitel (piuria) Kultur urine : untuk uji sensitivitas berbagai jenis antimikroba dan mengetahui respons obat terhadap obat yang disekresi di urine (konsentrasi meningkat) Terapi medis 1. Uncomplicated sistitis : wanita di terapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari) sesuai hasil kultur. Obat pilihan yang sensitive terhadap e.coli : nitrofurantonin, ttrimetropimsulfametosaksol, atau ampisilin. Laki-laki dapat di terapi selama 7-10 hari dengan antibiotic.

Lakukan kultur untuk meningkatkan efektifitas terapi. Awasi efek samping mual,diare, kemerahan, dan kandidiasisi vagina. 2. Antikolinergik 9propantheline bromide )untuk mencegah hiperiritabilitas kandung kemih dan fenazopirirdin hidrokoloid sebagai antiseptic pada saluran kemih. Uretritis Uretritis adalah implamasi uretra. Uretritis biasanaya merupakan infeksi asending pada laki-laki. Pada wanita, uretritis di hubungkan dengan sistitis dan vaginitis(nursalam,2008) Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan sindrom ang sering terjadi pada pria (Wilson & Hillegas, 2006) Uretritis adalah suatu inflamasi uretra, biasanya adalah infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai gonoreal atau non-gonoreal(brunner,suddarth,2002). Uretritis di klasifikasikan menjadi 2 yaitu uretritis gonoreal & non gonoreal 1. Uretritis gonoreal : di sebabkan oleh nesseria gonorrhoaeae dan di tularkan melalui kontak seksual. Pada pria sering ditemukan dan gejalanya seperti rasa terbakar pada saat urinasi. Pada wanita sering tidak terdiagnosis atau dilaporkan. 2. Uretritis Non-gonoreal : uretritis tidak berhubungan dengan neseria gonorrhoaeae biasanya di sebabakan oleh klamidia trakomatik atau ureaplasma uretylkum. Jika pada pasien pria sering mengeluh disuria tingkat sedanag sampai parah.(brunner,suddarth 2002)

Epidemiologi Telah diungkapkan Daili (2004), bahwa diantara PMS yang lain uretritis gonore paling sering dijumpai, walaupun di beberapa negara kedudukan ini telah digeser oleh uretritis non gonore. Penyakit ini dapat menginfeksi pria maupun wanita, biasanya menyerang daerah kelamin tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh yang lain. Menurut De jong et al. (2004) menyatakan uretritis terbagi atas 2 fase : Uretritis Akut dan Uretritis Kronik. Uretritis Akut paling banyak ditemukan pada pria dengan gonorea. Uretritis Kronik ditemukan pada perempuan dan merupakan penyakit sistitis kambuhan. Uretritis paling sering

ditemukan oleh infeksi walaupun dapat ditimbulkan oleh reaksi alergi terhadap berbagai zat misalnya lateks atau losion. Patofisiologis 1. Uretritis non-gonokokal : uretritis yang bukan disebabkan oleh gonokokus, penyebab umum infeksi penyakit menular seksual (klamidia trachomatis dan ureoplasma urealitikum menyebabkan uretritis non-gonokokal/non-gonoreal, masa inkubasi 1-5 minggu 2. Uretritis gonokokus/gonoreal : uretritis yang di sebabkan Nesseria gonorhoeae dan penyakit menular seksual, biasannya lebih virulen dan destruktif. Masa inkubasi 2-5 hari 3. Uretritis gonokokus dan non gonokokus dapat terjadi bersamaan

Manifestasi Klinis  Terkadang asimptomatis  Rasa gatal dan terbakar di sekitar uretra  Cairan dari uretra : pada prepusium, dapat berwarna bening, kental , pekat , atau purulent  Disuria atau sering berkemih  Gangguan rasa nyaman pad penis (nursalam,2008) Faktor Resiko Pemeriksaan Diagnostik

Abses Ginjal

Pengertian Abses Ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini di bedakan dalam 2 macam yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler (basuki purnomo,2003). 1. Abses korteks ginjal /karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman stafilokokus aureus yang menjalar secara hematogen dari focus infeksi di luar system saluran kemih (antara lain dari kulit). 2. Abses kortiko medular merupakan penjalaran infeksi secara asending oleh bakteri E.coli, Proteus , atau Klebsiella spp. Epidemiologi Faktor Resiko Manifestasi Klinis Nyeri Pinggang/ malaise Demam Menggigil Teraba massa di pinggang Kelemahan anorexia Piuria Hematuria(nursalam,2008) Pemeriksaan Diagnostik  Pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya piuria dan hemturia, kultur urine menunjukkan kuman penyebab infeksi ; sedangkan pada pemeriksaan darah terdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkat

 Pemeriksaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah pinggang, bayaran psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak.  Pemeriksaan Ultrasonografi menunjukkan adanya cairan abses, tetapi pemeriksaan ini sangat tergantung pada kemampuan pemeriksa. Pemeriksaan CT-Sacan dpat menunjukkan adanya cairan nanah dla, intrarenal Terapi Medis

Anda mungkin juga menyukai