Linux Commands
Di sini adalah kumpulan perintah-perintah di lingkungan Linux dan Unix, serta seluk beluk jaringan berbasis Linux dan Unix. Tujuan dari tutorial pribadi ini adalah agar mempermudah saya pribadi mencari referensi perintah-perintah Linux dalam satu sumber
perintah ini digunakan untuk menginstall paket tambahan di Linux (Debian family), misalnya Ubuntu Linux. Untuk menjalankan instal ini, terlebih dahulu harus login sebagai root administrator atau super user
+--------------------------------------------------------------------------------------------------------+
Berikut ini adalah tutorial pribadiku mengenai subnetting. Mungkin banyak kekurangan sich tutorial ini, ya namanya juga tutorial pribadi sederhana. Semoga bermanfaat untuk ke depannya Subnetting adalah teknik pembagian dan pengalokasian alamat IP, menjadi sub-network untuk menghemat alokasi IP di seluruh dunia. Dalam hal ini, yang aku bahas adalah subnetting IPv4, untuk IPv6, tidak aku bahas di sini, karena terlalu panjang dan terlalu memusingkan. Sebagai perbandingan, IPv4 hanya terdiri 32 binary digit, sementara IPv6 terdiri dari 128 binary digit, 8 oktet, dan tiap oktet terdiri dari 4 hexadecimal Secara garis besar, subnetting menggunakan network mask sebagai pembagi antara network protion dan host portion. Terlebih dahulu kita lihat tabel pembagian IP dan kelas-kelasnya
Kelas IP
Class A Class B Class C Class D Class E
Network ID Portion
A. A.B. A.B.C. Multicast IP Reserved IP
Host ID Portion
B.C.D C.D D Multicast IP Reserved IP
Maks.Network
126 16.384 2.097.152 Multicast IP Reserved IP
Keterangan
Large Unicast Mid Unicast Small Unicast Multicast IP Reserved IP
Selain bagan di atas, terdapat pula bagan IP Privat yang telah dialokasikan oleh IANA dalam RFC 1918, bagan berikut akan menjelaskan secara detail pengalokasian IP Privat
Kelas IP
Class A Class B Class C APIPA
CIDR Alamat
10.0.0.0 / 8 172.16.0.0 / 12 192.168.0.0 / 16 169.254.0.0 / 16
Host Pertama
10.0.0.1 172.16.0.1 192.168.0.1 169.254.0.1
Host Terakhir
10.255.255.254 172.31.255.254 192.168.255.254 169.254.255.254
Keterangan
Huge allocation of A Large allocation of B Large allocation of C Exclusive Private IP *)
*) alamat IP ini dialokasikan untuk beberapa Operating System (Windows menyebutnya APIPA Automatic Private IP Addressing) Nah, untuk mempermudah langkah subnetting, sebenarnya kita harus paham dan kalau bisa hafal dengan tabel subnetting. Berikut ini aku lampirkan tabel subnetting, pahami satu per satu, dan kalau bisa hafal untuk mempermudah menghitung subnet Tidak harus menghafal, tetapi hanya untuk mempermudah saja, karena kalaupun dihafalkan, kemampuan atau daya ingat tiap orang berbeda-beda, nanti bisa-bisa jebol dan aku bisa dituntut nich. Pokoknya dipahami saja terlebih dahulu
Jumlah Subnetwork
1-2 3-4 5-8 9 - 16
Subnet Mask
255.128.0.0 255.192.0.0 255.224.0.0 255.240.0.0
CIDR
/9 /10 /11 /12
17 - 32 33 - 64 65 - 128 129 - 256 257 - 512 513 1.024 1.025 2.048 2.049 4.096 4.097 8.192 8.193 16.384 16.385 32.768 32.769 65.536 65.537 131.072 131.073 262.144 262.145 524.288 524.289 1.048.576 1.048.577 2.097.152 2.097.153 4.194.304
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
255.248.0.0 255.252.0.0 255.254.0.0 255.255.0.0 255.255.128.0 255.255.192.0 255.255.224.0 255.255.240.0 255.255.248.0 255.255.252.0 255.255.254.0 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224 255.255.255.240 255.255.255.248 255.255.255.252
524.286 262.142 131.070 65.534 32.766 16.382 8.190 4.094 2.046 1.022 510 254 126 62 30 14 6 2
/13 /14 /15 /16 /17 /18 /19 /20 /21 /22 /23 /24 /25 /26 /27 /28 /29 /30
Jumlah Subnetwork
1-2 3-4 5-8 9 - 16 17 - 32 33 - 64 65 - 128 129 - 256 257 - 512 513 1.024 1.025 2.048 2.049 4.096 4.097 8.192 8.193 16.384
Subnet Mask
255.255.128.0 255.255.192.0 255.255.224.0 255.255.240.0 255.255.248.0 255.255.252.0 255.255.254.0 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224 255.255.255.240 255.255.255.248 255.255.255.252
CIDR
/17 /18 /19 /20 /21 /22 /23 /24 /25 /26 /27 /28 /29 /30
Jumlah Subnetwork
1-2 3-4 5-8 9 - 16 17 - 32 33 - 64
Subnet Mask
255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224 255.255.255.240 255.255.255.248 255.255.255.252
CIDR
/25 /26 /27 /28 /29 /30
Menentukan network ID dari sebuah alamat IP dapat dilakukan dengan menggunakan logika perbandingan AND, yang kalau tidak salah dikenal dengan nama Bitwise Logical AND Comparison, teknik ini menggunakan operasi AND dalam menentukan Network ID dari suatu alamat IP. Misalkan dalam studi kasus : 1. Napster memiliki alamat IP privat 192.168.100.36, dengan CIDR /29. Hitung alamat network dari IP tersebut !
Jawaban :
Tentukan alamat biner dari IP tersebut (dalam hal ini pelajaran Teknik Digital Ibu Sri Hartini sangat berguna). 192.168.100.36 11000000.10101000.01100100.00100100 Tentukan netmask biner dari CIDR IP tersebut (kembali lagi dech, konversi desimal ke biner Ibu Sri Hartini sangat berguna). 255.255.255.248 11111111.11111111.11111111.11111000 AND-kan kedua biner tersebut dengan bitwise logical AND Comparison 11000000.10101000.01100100.00100100 11111111.11111111.11111111.11111000 -------------------------------------------------------- AND 11000000.10101000.01100100.00100000 192.168.100.32 (network ID)
Pada bagian ini, akan dijelaskan bagaimana membagi suatu alamat IP menjadi subnetwork-subnetwork tertentu, dan menghitung data-data yang berhubungan dengan pengalokasian alamat IP tersebut
1. Napster memiliki alamat IP 10.0.0.0/8 kelas A, dari IP tersebut akan dialokasikan sebanyak 13.500 sub
network dengan subnetting kelas A. Cari jumlah host per subnetwork, valid IP, alamat network dan alamat broadcast, serta CIDR yang digunakan !
Jawaban :
Tentukan netmask biner awal, 255.0.0.0 11111111.00000000.00000000.00000000 Tentukan 2n 2 >= 13.500 (subnetwork yang diinginkan pada studi kasus) 2n 2 >= 13.500 n = 14 Ubah nilai 0 pada bit netmask sebanyak nilai n, mulai dari bit ke-9 atau oktet ke-2 11111111.00000000.00000000.00000000 11111111.11111111.11111100.00000000 Hasil subnetmask dalam angka desimal adalah : 255.255.252.0 Langkah terakhir adalah mencari range satu network ke network lain (dalam hal ini range network berada di oktet ketiga, karena subnetmask 252 berada di oktet ketiga), dengan cara : 256 252 = 4 4 adalah distance of each subnetwork yang dihasilkan Jumlah host tiap network ditentukan dari 2 pangkat jumlah bit 0 yang masih terdapat pada subnetmask 11111111.11111111.11111100.00000000, yaitu 10 bit, dikurangi 2 (alamat network dan broadcast) 210 - 2 = 1022 The problem has been solved, tinggal kita catat hasilnya a. Subnetwork ke-1 Alamat Subnetwork ke-1 : 10.0.0.0 Range IP : 10.0.0.1 - 10.0.3.254 Alamat Broadcast ke-1 : 10.0.3.255 CIDR : /22 Jumlah valid host per subnetwork : 1.022 b. Subnetwork ke-2 Alamat Subnetwork ke-2 : 10.0.4.0 Range IP : 10.0.4.1 - 10.0.7.254
c.
Alamat Broadcast ke-2 CIDR Jumlah valid host per subnetwork Subnetwork ke-3 Alamat Subnetwork ke-3 Range IP Alamat Broadcast ke-3 CIDR Jumlah valid host per subnetwork
: : : : : : : :
, dst.
Membagi dan Mengalokasikan Alamat IP menjadi Subnetwork dengan Jumlah Host Tertentu
Pada bagian ini, akan dijelaskan bagaimana membagi suatu alamat IP menjadi subnetwork-subnetwork dengan jumlah host tertentu, dan menghitung data-data yang berhubungan dengan pengalokasian alamat IP tersebut
1. Napster memiliki alamat IP 172.16.0.0/16, IP tersebut akan dialokasikan menjadi subnetwork dengan
jumlah host tiap network sebanyak 7.500 host dengan metode subnetting kelas B. Cari valid IP, alamat network dan alamat broadcast, serta CIDR yang digunakan ! Jawaban :
Tentukan netmask biner awal, 255.255.0.0 11111111.11111111.00000000.00000000 Tentukan 2n 2 >= 7.500 (host tiap network yang diinginkan pada studi kasus) 2n 2 >= 7.500 n = 13 Hitung bit 0 dari belakang sebanyak nilai n di atas, biarkan tetap nol, lantas ubah seluruh bit 0 sebelum itu menjadi bit 1, kira-kira seperti ini : 11111111.11111111.00000000.00000000 11111111.11111111.11100000.00000000 Hasil subnetmask dalam angka desimal adalah : 255.255.224.0 Langkah berikutnya adalah menentukan range address yang terbentuk dari subnetting di atas, yaitu dihitung dengan cara sebagai berikut : 256 224 = 32 (32 adalah range address network, diletakkan di oktet ketiga, karena pada kasus di atas, posisi active subnetting mask berada di oktet ketiga The problem has been solved, tinggal kita catat hasilnya a. Subnetwork ke-1 Alamat Subnetwork ke-1 : 172.16.0.0 Range IP : 172.16.0.1 172.16.31.254 Alamat Broadcast ke-1 : 172.16.31.255 CIDR : /19 b. Subnetwork ke-2 Alamat Subnetwork ke-2 : 172.16.32.0 Range IP : 172.16.32.1 172.16.63.254 Alamat Broadcast ke-2 : 172.16.63.255 CIDR : /19 c. Subnetwork ke-3 Alamat Subnetwork ke-3 : 172.16.64.0 Range IP : 172.16.64.1 172.16.95.254 Alamat Broadcast ke-3 : 172.16.95.255 CIDR : /19 , dst.
+--------------------------------------------------------------------------------------------------------+
Berikut ini adalah tutorial pribadiku mengenai VLSM, atau kepanjangan dari Variable Length Subnetting Mask. Mungkin banyak kekurangan sich tutorial ini, ya namanya juga tutorial pribadi sederhana. Semoga bermanfaat untuk ke depannya VLSM adalah teknik pembagian IP dengan membagi suatu alamat IP menjadi beberapa subnetting dengan metode variabel, jadi tidak terbatas atau fixed karena netmask, namun menggunakan teknik Bottom Up, yaitu teknik mengalokasikan suatu alamat IP menjadi blok IP dari yang memiliki host portion terbesar hingga terkecil. Dengan hal ini, maka alamat IP versi 4 bisa dihemat lebih banyak lagi Keuntungan menggunakan metode VLSM, antara lain : Peningkatan drastis penggunaan alamat IP bisa dihemat Solusi alternatif penghematan IP, selain penggunaan IPv6 dengan 128 bit IP, untuk alamat IPv4 (IP version 4) memiliki format misalnya 192.168.100.25, untuk IPv6 (IP version 6) memiliki format ED63.F3A8.49B2.6BC7.2BCA.7812.AD93.E331 Mendukung pengalamatan sebesar 340.283.366.920.938.463.374.607.431.768.211.456 IP Kelemahan menggunakan metode VLSM, antara lain : Tidak semua router di dalam sebuah jaringan, kompatibel dengan teknik VLSM
Langkah kedua adalah menentukan range IP untuk host portion terbesar, yaitu Jakarta (untuk host portion terbesar, network ID sama dengan IP awal, yaitu 192.168.150.0, namun memiliki CIDR sesuai perhitungan, yaitu /26) 2n 2 >= 60 2n = 26 = 64 letakkan di oktet keempat Maka Jakarta memiliki alokasi sebagai berikut Alamat network : 192.168.150.0/26 Range host valid : 192.168.150.1 192.168.150.62 Alamat broadcast : 192.168.150.63 Alamat network VLSM kota berikutnya adalah 192.168.150.64
Langkah ketiga adalah menentukan range IP untuk host portion terbesar kedua, yaitu Surabaya (alamat network untuk Surabaya adalah alamat network kedua dari perhitungan Jakarta, dengan CIDR sesuai perhitungan pada langkah pertama) 2n 2 >= 60 2n = 26 = 64 letakkan di oktet keempat Maka Surabaya memiliki alokasi sebagai berikut Alamat network : 192.168.150.64/26 Range host valid : 192.168.150.65 192.168.150.126 Alamat broadcast : 192.168.150.127 Alamat network VLSM kota berikutnya adalah 192.168.150.128 Langkah keempat adalah menentukan range IP untuk host portion berikutnya, yaitu Malang (alamat network untuk Malang adalah alamat network kedua dari perhitungan Surabaya, dengan CIDR sesuai perhitungan pada langkah pertama) 2n 2 >= 25 2n = 25 = 32 letakkan di oktet keempat Maka Malang memiliki alokasi sebagai berikut Alamat network : 192.168.150.128/27 Range host valid : 192.168.150.129 192.168.150.158 Alamat broadcast : 192.168.150.159 Alamat network VLSM kota berikutnya adalah 192.168.150.160 Langkah kelima adalah menentukan range IP untuk host portion berikutnya, yaitu Banyuwangi (alamat network untuk Banyuwangi adalah alamat network kedua dari perhitungan Malang, dengan CIDR sesuai perhitungan pada langkah pertama) 2n 2 >= 13 2n = 24 = 16 letakkan di oktet keempat Maka Banyuwangi memiliki alokasi sebagai berikut Alamat network : 192.168.150.160/28 Range host valid : 192.168.150.161 192.168.150.174 Alamat broadcast : 192.168.150.175 Alamat network VLSM kota berikutnya adalah 192.168.150.176 Langkah keenam adalah menentukan range IP untuk host portion berikutnya, yaitu Tulungagung (alamat network untuk Tulungagung adalah alamat network kedua dari perhitungan Banyuwangi, dengan CIDR sesuai perhitungan pada langkah pertama) 2n 2 >= 7 2n = 24 = 16 letakkan di oktet keempat Maka Tulungagung memiliki alokasi sebagai berikut Alamat network : 192.168.150.176/28 Range host valid : 192.168.150.177 192.168.150.190 Alamat broadcast : 192.168.150.191 Alamat network VLSM kota berikutnya adalah 192.168.150.192 Untuk Point to Point Jakarta-Surabaya,metodenya sama dengan yang di atas, networknya adalah network setelah alokasi untuk kota Tulungagung, sebagai kota dengan alokasi host terkecil, perhitungannya sama persis dengan yang di atas 2n 2 >= 2 2n = 22 = 4 letakkan di oktet keempat Maka point to point Jakarta Surabaya memiliki alokasi sebagai berikut Alamat network : 192.168.150.192/30 Range host valid : 192.168.150.193 192.168.150.194 Alamat broadcast : 192.168.150.195 Alamat network VLSM kota berikutnya adalah 192.168.150.196 Untuk Point to Point tiap kota, silakan hitung sendiri, capek nulisnya, :D, yang jelas kira-kira bagan hasil akhirnya adalah sebagai berikut, kalau sama ya berarti kamu benar
Kota
Jakarta Surabaya Malang Banyuwangi Tulungagung PP Jkt-Sby PP Sby-Mlg PP Mlg-Bwi PP Bwi-Tag
Alamat Network
192.168.150.0 192.168.150.64 192.168.150.128 192.168.150.160 192.168.150.176 192.168.150.192 192.168.150.196 192.168.150.200 192.168.150.204
Alamat Broadcast
192.168.150.63 192.168.150.127 192.168.150.159 192.168.150.175 192.168.150.191 192.168.150.195 192.168.150.199 192.168.150.203 192.168.150.207
CIDR
/26 /26 /27 /28 /28 /30 /30 /30 /30
+--------------------------------------------------------------------------------------------------------+
Berikut ini adalah tutorial pribadiku mengenai CIDR, atau kepanjangan dari Classless Inter Domain Routing. Mungkin banyak kekurangan sich tutorial ini, ya namanya juga tutorial pribadi sederhana. Semoga bermanfaat untuk ke depannya Istilah CIDR lebih mengarah ke masking subnet IP, sedangkan supernetting lebih mengarah lawan daripada subnetting, istilah lainnya adalah Network Summarization. Kalau subnetting, lebih mengarah ke pemecahan suatu alamat IP menjadi blok IP dengan subnetmask yang lebih kecil. Tetapi kalau CIDR atau supernetting, lebih mengarah ke penggabungan beberapa blok IP Supernetting biasanya digunakan pada router, untuk memperkecil tabel routing sehingga lebih sederhana, entry routing, access-list pada router atau firewall, entry proxy, dalam hal ini kita bisa mengambil slogan SCTV, SATU UNTUK SEMUA (ONE FOR ALL), maksudnya hanya dengan satu supernetting, kita bisa sekaligus mensetting network yang berada di bawah supernet tersebut, jadi kita ga terlalu ribet menulis ACL ataupun permission ke beberapa blok IP pada sebuah router atau firewall, cukup dengan metode supernetting, maka beberapa blok IP bisa diset hanya dengan satu baris, cukup simple dan mudah khan??? Sebagai contoh yang amat sederhana adalah sebagai berikut : 172.16.1.0 / 24 172.16.2.0 / 24 172.16.3.0 / 24 172.16.4.0 / 24 172.16.5.0 / 24
172.16.0.0 / 21
Sederhana sekali, bukan??? Cuma contoh tapi, kalau bertemu langsung dengan router atau firewall, feel-nya pasti berbeda donk, :D Biasanya supernetting digabung dengan Transparency Bridge, untuk kebutuhan security pada router tersebut, sebagian orang rancu dengan kedua istilah tersebut, namun perlu aku tekankan, Network
Summarization is different with Transparency Bridge
Berikut aku lampirkan tabel CIDR mulai dari /8 kelas A hingga /30 kelas C, mungkin aku menjelaskan CIDR agak membingungkan bersama Supernetting. Intinya, CIDR lebih mengarah ke IP Masking, sementara Supernetting lebih mengarah ke penggabungan blok IP, lawan dari Subnetting
CIDR
/8 /9 /10 /11 /12 /13 /14 /15 /16 /17 /18 /19 255.0.0.0 255.128.0.0 255.192.0.0 255.224.0.0 255.240.0.0 255.248.0.0 255.252.0.0 255.254.0.0 255.255.0.0 255.255.128.0 255.255.192.0 255.255.224.0
Network Mask
/20 /21 /22 /23 /24 /25 /26 /27 /28 /29 /30
255.255.240.0 255.255.248.0 255.255.252.0 255.255.254.0 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224 255.255.255.240 255.255.255.248 255.255.255.252
Nah, sekarang kita bahas sedikit perbedaan antara VLSM dan CIDR yang paling mencolok
1. VLSM (Variable Length Subnetting Mask) VLSM tidak dikenali melalui internet CIDR (Classless Inter Domain Routing) CIDR dikenali melalui internet
2.
+--------------------------------------------------------------------------------------------------------+
SYS adalah super user di sistematika Oracle, apabila password SYS terlupakan, maka administrator tidak bisa mengakses halaman utama sistem database Oracle. Oleh karena itu, perlu cara untuk pemecahan masalah di saat sang administrator lupa akan password tersebut Langsung saja pada trouble shooting method-nya, sebagai berikut : Di lingkungan Windows (untuk personal computer)
1. Klik tombol Start >> All Programs >> Oracle Database 10g Express Edition >> Start Database 2. Setelah itu, akan muncul command prompt Start Database
3. Ketikkan sintaks di bawah ini :
SET ORACLE_SID=XE SET ORACLE_HOME=<ORACLE_PATH> ORACLE_PATH defaultnya C:\oraclexe\app\oracle\product\10.2.0\server\ sqlplus / as sysdba
4.
Apabila input data benar, anda akan melihat tampilan sebagai berikut :
SQL*Plus: Release 10.2.0.1.0 - Production on Rab Okt 14 12:58:12 2009 Copyright (c) 1982, 2005, Oracle. All rights reserved. Connected to: Oracle Database 10g Express Edition Release 10.2.0.1.0 - Production SQL>
5.
o o
Sintaks di atas untuk mereset password SYS Sintaks di atas untuk mereset password SYSTEM
6. Apabila tampil pesan SQL> User altered, berarti proses reset password telah selesai