Anda di halaman 1dari 22

http://id.wikipedia.

org/wiki/Hematoma
Hematoma
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hematoma adalah sekelompok sel darah yang telah mengalami ekstravasasi, biasanya telah menggumpal, baik di dalam organ,interstitium, jaringan dan otak.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]

o o

1 Klasifikasi 1.1 Menurut lokasi 1.2 Menurut ukuran

2 Rujukan

[sunting]Klasifikasi [sunting]Menurut

lokasi

Kepala atau otak:

Hematoma subgaleal terletak antara aponeurosis galea dan periosteum Hematoma epidural antara tulang tengkorak dan dura mater Hematoma subdural antara dura mater dan araknoid mater Hematoma subaraknoid antara araknoid mater dan pia mater (bahasa

Inggris: subarachnoid space)


Telinga:

Sefalhematoma antara periosteum dan tulang tengkorak Otematoma antara kulit dan lapisan kartilaga telinga


Usus:

Hematoma Perikondral


Kuku:

Hematoma Perianal

Hematoma Subungual

[sunting]Menurut

ukuran

Petekia, mempunyai diameter berukuran lebih kecil daripada 3 mm

Purpura, mempunyai diameter sekitar 1 cm Ekimosis, mempunyai panjang lebih dari 3 cm Memar

[sunting]Rujukan

1.

^ (Inggris)"Hematoma". Dorland's Medical Dictionary. Diakses pada 23 Juni 2010.

dimensions
InchesCentimetre1/2 inch1 cm. 1 inch2.5 cm. 1 1/2 inch4 cm . 2 inches5 cm . 3 inches8 cm . 4 inches10 cm . 5 inches12 cm 9 inches23 cm 11 inches28 cm 13 inches33 cm

Volume Oven Temperatures Imperial Metric Gas Mark F C 2 fl oz 55 ml 1 275F 140C 3 fl oz 75 ml 2 300F 150C 5 fl oz ( pint) 150 ml 3 325F 170C 10 fl oz ( pint) 275 ml 4 350F 180C 1 pint 570 ml 5 375F 190C 1 pint 725 ml 6 400F 200C 1 pint 1 litre 7 425F 220C 2 pint 1.2 litre 8 450F 230C 2 pint 1.5 litre 9 475F 240C 4 pint 2.25 litres If using a fan oven you will need to reduce the oven temperature in a recipe by 20 degrees. American Cup Conversions Liquid Conversions American Imperial Metric Imperial Metric American 5oz 150g 1 cup flour 1 cup caster/ granulated sugar 8oz 225g 1 cup brown sugar 6oz 175g fl oz 15 ml 1 tbsp 1 cup butter/margarine/lard 8oz 225g 1 fl oz 30 ml 1/8 cup 1 cup sultanas/raisins 7oz 200g 2 fl oz 60 ml cup 1 cup currants 5oz 150g 4 fl oz 120 ml cup 1 cup ground almonds 4oz 110g 8 fl oz 240 ml 1 cup 1 cup golden syrup 12oz 350g 16 fl oz 480 ml 1 pint 1 cup uncooked rice 7oz 200g 1 cup grated cheese 4oz 110g 1 stick butter 4oz 110g Note: A pint isn't always a pint: in British, Australian and often Canadian recipes you'll see an imperial pint listed as 20 fluid ounces. American and some Canadian recipes use the the American pint measurement, which is 16 fluid ounces.

1.

Pendahuluan Program Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa dilaksanakan agar mereka dapat lebih mengenal kegiatan-kegiatan nyata dalam ruang lingkup industri Perhotelan atau Usaha Perjalanan Wisata dan juga kedua usaha tersebut. Program tersebut merupakan suatu kerja sama antara STP Sahid dengan industri perhotelan dan industri pariwisata lainnya, yang dengan sungguhsungguh menanganinya untuk suatu tujuan bersama yaitu menciptakan tenaga profesional muda yang siap ditempatkan di lapangan kerja. Industri merupakan sebuah laboratorium yang berada di luar lingkungan kampus, tempat mahasiswa akan menerima petunjuk dan bimbingan yang sangat berarti dalam bentuk kegiatan pelatihan serta pengenalan terhadap sistem operasional, etika perusahaan, organisasi dan hirarki dalam perusahaan, perilaku dan keinginan tamu dan sebagainya. Program ini juga diharapkan dapat memberikan keuntungan timbal balik bagi kedua belah pihak yaitu kampus dan industri.

2.

Maksud dan Tujuan Melatih dan mengembangkan sumber daya manusia melalui sarana dan fasilitas yang terdapat dalam industri perhotelan dan industri pariwisata lainnya guna memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja profesional di masa yang akan datang. Memberikan kepada para mahasiswa bentuk pengalaman nyata serta permasalahan yang dihadapi dunia kerja dan menumbuhkan rasa tanggung jawab profesi. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menyatukan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dengan wawasan kegiatan suatu bidang usaha agar mereka dapat lebih percaya diri dan selalu mandiri dalam perkembangan karir di masa yang datang. Menambahkan kepada para mahasiswa pengertian akan lingkungan organisasi bidang usaha komplek dengan berbagai kegiatan di dalamnya. Membantu industri dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang berwawasan akademi

RSUD Dok 2 Jayapura, Riwayatmu Dulu


REP | 03 July 2011 | 03:48 77 5 Nihil

Konon, di jaman Belanda pernah menjadi Rumah Sakit Zending berkelas di kawasan Pasifik Selatan. Sayang, kenangan itu nyaris terlupakan dan tidak tercermin lagi saat ini.

RSUD Dok 2 Jayapura yang terletak di Jalan Kesehatan

RSUD Dok 2 Tempo Dolo ee.(photo:Rafaella Mariane Wajoi)

Selama Belanda menguasai wilayah Netherland Nieuw Guinea (kini Papua), telah dibangun sejumlah rumah sakit dan klinik kesehatan di berbagai tempat. Pembangunan rumah sakit dan klinik itu umumnya dilengkapi fasilitas penunjang dan tenaga medis yang profesional. Untuk wilayah Holandia (sekarang Jayapura) misalnya, Belanda telah membangun sebuah klinik kesehatan di Abepura sekitar awal 1940-an. Hadirnya klinik ini guna memberi pelayanan kesehatan bagi orang-orang Papua dan Belanda (Eropa) di sekitar wilayah Holandia. Klinik ini awalnya hanya melayani pengobatan malaria dan pasien bersalin. Tapi, dalam perkembangan kemudian, klinik itu berkembang hingga menjadi Holandia Binnen Hospital (kini menjadi RSUD Abepura yang dikelola Pemerintah Provinsi Papua). Setelah beberapa tahun, badan Zending Protestan dan Misi Khatolik Belanda memandang perlu membangun satu rumah sakit misi tersendiri yang kualitasnya jauh lebih baik. Sebab kebutuhan pengobatan terus meningkat saat itu. Akhirnya dirintislah pembangunan rumah sakit Zending di Holandia (kini RSUD Dok 2 Jayapura) pada 1956, selain rumah sakit misi yang sudah ada di Serui. Waktu itu lokasi tanah yang hendak dipilih untuk pembangunan rumah sakit berada di dua tempat, yakni di Skyland dan Dok 2 Jayapura (lokasi permanen sekarang). Tapi atas pertimbangan temperatur udara dan kondisi lingkungan, maka lokasi Dok 2 dianggap paling cocok. Tanah untuk pembangunan rumah sakit telah dihibahkan masyarakat adat Kayo Pulo. Sebagai gantinya, mereka akan berobat gratis. Proses pembangunan rumah sakit ini dimulai 1956 dan memakan waktu kurang lebih 3 tahun hingga diresmikan pada 1959 oleh Nyonya Gubernul Platell. Saat peresmian rumah sakit Zending, diundang pula sejumlah tamu yang merupakan utusan medis dari kawasan Pasifik Selatan seperti, Papua New Guinea (PNG),Fiji, Vanuatu, Solomon, dan lain-lain. Seorang dokter spesialis tulang Belanda bernama, George Jacobs de Frice lalu ditunjuk mengepalai rumah sakit ini. Belanda juga membangun perumahan bagi

para petugas medis di sekitar area rumah sakit. Kini sebagian besar bangunan rumah itu masih terawat. Tapi sebagian lagi sudah dibongkar sana sini atau direnovasi. Nah, semenjak beroperasi di tahun 1959, rumah sakit Zending itu menjadi sentral pengobatan bagi seluruh wilayah Netherland Nieuw Guinea. Pemerintah Belanda lewat Badan Misi Protestan dan Khatolik sebelumnya juga telah membangun sejumlah pos pelayanan kesehatan dan klinik di wilayah utara dan selatan Netherland Nieuw Guinea. Pembangunan itu disesuaikan dengan pembagian wilayah pelayanan (misi). Dengan begitu, keberadaan rumah sakit Zending di Holandia sifatnya menjadi rumah sakit rujukan bila sewaktu-waktu ada pasien dari wilayah lain atau pedalaman yang membutuhkan pengobatan lanjutan. Dengan fasilitas medis yang lengkap dan dukungan para dokter spesialis Belanda yang profesional, rumah sakit Zending memperoleh status sebagai rumah sakit paling terbaik (berkelas) di kawasan Pasifik Selatan. Sebab di rumah sakit ini hanya terdapat 4 dokter umum, selebihnya merupakan dokter spesialis. Adolf Rumkabu (75 thn), seorang mantri Papua didikan Belanda yang pernah bertugas di unit pasteur menjadi saksi sejarah atas masa kejayaan rumah sakit ini. Ia menuturkan, pada setiap unit rumah sakit Zending memiliki sekitar 2 hingga 3 dokter ahli. Mereka dibantu 20-an suster Belanda, dua dari mereka adalah suster Papua dan Ambon. Selain itu, pelayanan di rumah sakit ini pun dibantu para perawat Papua yang menjalani pendidikan di rumah sakit. Karena sejak berdiri, rumah sakit Zending juga difungsikan sebagai tempat pendidikan bagi generasi Papua yang ingin menjadi perawat atau mantri. Semua kebutuhan obat dan peralatan medis didatangkan dari Negeri Belanda (Netherland). Dengan status ganda sebagai rumah sakit rujukan dan pendidikan, disinilah tempat sejumlah siswa-siswi Papua dari berbagai wilayah direkrut untuk menjalani pendidikan medis. Adolof Rumkabu bersama beberapa temannya merupakan angkatan pertama yang mengikuti pendidikan dan praktek di rumah sakit Zending. Semenjak ditangani orang-orang Belanda, rumah sakit ini menerapkan prinsip pelayanan maksimal. Kalau ada pasien karena kecelakaan, suster dan dokter akan berusaha keras selama 24 jam agar pasien itu tidak sampai meninggal, kata Rumkabu. Belum lagi jika ada pasien yang menderita TBC paru, petugas medis akan berupaya maksimal agar pasien yang bersangkutan bisa sembuh total. Semua kebutuhan obat bagi pasien disediakan langsung dari rumah sakit. Bila ada pasien kusta (leprosi), ia akan dirujuk ke rumah sakit lepra yang telah dibangun Belanda di kilometer 12 Sorong atau rumah sakit lepra di Mopah Merauke dan Manggurai. Pasien kusta memang mendapatkan perlakuan dan pengobatan istimewa dibanding pasien lain di jaman Belanda. Yang menarik menurutnya, dalam pelayanan kesehatan diberlakukan pengobatan gratis kepada pasien tidak mampu. Kalau ada pasien rujukan dari wilayah pedalaman, setelah sembuh diobati pasien akan dipulangkan kembali atas tanggungan Pemerintah Belanda melalui rumah sakit. Rumkabu masih ingat persis, saat itu hampir tidak ada pasien yang mengeluh selama masa pengobatan. Itu karena manajemen rumah sakit dikendalikan dengan baik dan tersistem. Pada ruang jaga dari rumah sakit ini terdapat sebuah telpon. Ini difungsikan 24 jam bagi pasien di luar rumah sakit yang membutuhkan penanganan segera dari petugas medis yang

setiap harinya bersiaga. Tidak ada diskriminasi antara pasien orang Papua dan orang Belanda. Demikian pula pelayanan kesehatan diberlakukan setara. Tidak membedakan masyarakat biasa, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, pemimpin gereja, biarawan khatolik, pastor hingga anggota militer. Dengan begitu status sosial dan kedudukan tidak menentukan prioritas perlakuan bagi seorang pasien. Dalam menangani pasien yang datang berobat saja, petugas medis akan mendahulukan pasien yang membutuhkan penanganan segera. Bukan hanya itu, rumah sakit juga memberlakukan disiplin kerja yang tinggi dan pengawasan kepada setiap perawat dan dokter yang bekerja. Saya masih ingat, waktu itu hampir tidak ada pasien yang terbengkalai pengobatannya, kata mantri yang pernah berkerja di beberapa bagian rumah sakit ini. Tidak hanya itu, keindahan dan kebersihan lingkungan rumah sakit juga ditata sedemikian rupa. Urusan lingkungan seperti pemeliharaan taman dan pepohonan, dikoordinir langsung seorang insinyur Belanda yang memiliki keahlian itu. Inilah salah satu aspek penting dari pembangunan rumah sakit ini.Pemandangan sekitar rumah sakit juga terlihat sangat menyejukan, asri dan alami. Sebab saat itu area sekitar wilayah Dok II masih tertutup hutan lebat yang dipenuhi pepohonan rimbun. Alias tidak seperti sekarang, dimana hutan telah dibabat dan kini yang terlihat adalah pemukiman padat dan sumpek. Selama rumah sakit Zending berdiri, ada beberapa perawat Papua yang dikirim untuk menperdalam ilmu medis di Fiji dan beberapa wilayah Pasifik Selatan. Setelah selesai, mereka ditempatkan di sejumlah unit rumah sakit atau menjadi asisten dokter ahli yang semuanya orang Belanda. Yang sangat berkesan, para perawat Papua yang dididik pada jaman itu lebih ditekankan memiliki jiwa melayani pasien dan disiplin kerja tinggi. Waktu itu pelayanan yang lebih diutamakan, kalau soal hak berupa gaji atau insentif untuk perawat atau dokter itu urusan belakangan, kata Adolf Rumkabu. Memang para perawat dan dokter saat itu lebih dituntut untuk mampu melayani pasien sebaik mungkin. Lantara urusan kesehatan dianggap begitu penting. Semenjak beroperasi, rumah sakit Zending juga turut mengobati para serdadu Belanda dan Indonesia yang menjadi korban perang dalam sengketa perebutan wilayah Papua. Misalnya para korban akibat pertempuaran di laut Aru. Ketika itu armada kapal perang Belanda dan Indonesia bernama KRI Macam Tutul terlibat bentrok sengit sehinggamenewaskan Komodor Yos Sudarso pada 15 Januari 1962 silam. Para serdadu yang terluka berat sebagian besar dirawat di rumah sakit ini. Selepas perseteruan antara Belanda dan Indonesia soal status wilayah Papua, rumah sakit Zending diambil alih PBB pada 1963. Pengambil alihan itu seiring penyerahan status pemerintahan sementara oleh Belanda kepada PBB, yakni UNTEA (United Nations Temporary Executive Autority) sebelum nantinya diserahkan kepada Indonesia pada 1 Mei 1963. Setelah Indonesia menduduki Tanah Papua, dr. Gunawan ditunjuk mengepalai rumah sakit peninggalan Belanda ini yang hanya beroperasi selama 4 tahun. Ia menjadi pengganti dr. George Jacobs de Frice, dokter Belanda yang pertama dan terakhir mengepalai rumah sakit peninggalan yang hanya sempat beroperasi selama 4 tahun di jaman Belanda ini.

Berkenaan dengan itu, status rumah sakit dialihkan menjadi rumah sakit daerah Irian Barat yang di kelola Pemerintah Indonesia. Setelah dr. Gunawan mengepalai rumah sakit ini selama beberapa tahun, dr. Sambiono ditunjuk mengantikannya untuk beberapa tahun kemudian hingga digantikan dr. Tamrin. Karena sudah lama, Bapa Adolf Rumkabu tidak ingat tahun berapa proses penggantian para direktur rumah sakit itu terjadi. Tapi ia ingat persis, sejak dr. Tamrin menjabat direktur rumah sakit sekitar 1970-an, pada masa itulah kualitas pelayanan di rumah sakit tersebut menjadi semakin menurun. Lebih-lebih sejak masa awal peralihan penguasaan wilayah Papua dari Belanda ke Indonesia, Banyak fasilitasrumah sakit berupa alat-alat medis peninggalan Belanda yang rusak atau dibawa ke tanah Jawa. Bukan hanya itu, beberapa tahun kemudian banyak bangunan lama rumah sakit seperti, ruang bedah dan ruang bersalin dibongkar sana sini untuk keperluan renovasi. Padahal, menurut Adolf Rumkabu, ruang itu dari sisi letak dan konstruksi bangunannya sudah sangat bagus. Sebagai salah satu mantri Belanda yang pertama kali bertugas di rumah sakit Zending, ia pernah mengusulkan ke Pemerintah Indonesia agar rumah sakit itu dijadikan rumah sakit sejarah. Saya punya alasan karena waktu itu banyak pejuang Indonesia yang diobati di sini, kata dia. Sayang, usulan itu tak pernah direspon Pemerintah hingga saat ini. (Julian Howay)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan disetiap kampus menitikberatkan pada pengembangan kreatifitas mahasiswa, pembekalan dasar keahlian dan pengembangan akademi. Termasuk di dalamnya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ). Praktek kerja penting untuk mempersiapkan mahasiswa yang berkompeten dibidangnya setelah menyelesaikan studinya. PKL merupakan salah satu syarat wajib bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk mengambil mata kuliah selanjutnya yaitu Seminar dan Skripsi. Salah satu bidang dari Ilmu Komunikasi adalah Jurnalistik. Oleh karena itu, praktek kerja lapangan ini dapat dijadikan landasan bagi penilaian dosen maupun penilaian dalam hal praktek lapangan kerja jurnalistik yang sesungguhnya dikemudian hari. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta sebagai salah satu instansi perguruan tinggi swasta di Indonesia mewajibkan setiap mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk melakukan PKL. Penulis merasakan, dengan adanya PKL mahasiswa nantinya dapat mengimplementasikan ilmu yang selama ini didapatkan di kampus ke dalam lingkungan kerja yang sesuai dengan bidangnya. Dalam pelaksanaan kerja lapangan, mahasiswa jurnalistik tidak bisa terlepas dari media massa. Media massa yang terdapat di masyarakat baik cetak maupun elektronik merupakan media yang memiliki fungsi memberi informasi, alat kontrol sosial, mendidik, dan menghibur. Namun dalam pelaksanaan kerja jurnalistik, kedua jenis media ini memiliki fungsi yang dominan dalam membentuk opini masyarakat. Pandangan masyarakat terhadap isu atau masalah yang berkembang sangat bergantung dari pemberitaan oleh pelaku jurnalistik. Citra positif maupun negatif dari suatu instansi juga sangat bergantung dari bagaimana publikasi yang dilakukan kepada masyarakat. Penginformasian, penyebaran suatu kabar berita, dan gambaran citra terhadap suatu masalah tidak hanya di lakukan oleh

media massa umumnya. Hal tersebut juga dapat dilakukan oleh media intern suatu instansi. Dimana media ini tidak hanya menyebarkan suatu informasi dan berita kepada para anggotanya tetapi juga kepada publik untuk menunjukkan citra positif yang mereka miliki. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk mengambil praktek kerja lapangan di Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia ( TVRI ). Penulis ingin lebih mengetahui lebih banyak mengenai praktek jurnalistik yang sesungguhnya di lembaga milik pemerintah ini. Penulis berharap, pembaca dapat mengetahui dan membandingkan kegiatan jurnalistik yang terdapat di lembaga penyiaran publik ini dengan lembaga penyiaran swasta lainnya. 1.2.Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan Praktek kerja lapangan yang dilakukan penulis dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan yang nantinya akan memberikan kegunaan yang baik bagi penulis sendiri maupun pihak lain. Adapun tujuan dilaksanakannya PKL ini antara lain sebagai berikut 1.Memperoleh kesempatan untuk lebih mengenal serta mengetahui lebih jauh suasana lingkungan kerja yang sesungguhnya. 2.Mengaplikasikan atau menerapkan serta menganalisis dan membandingkan teoriteori yang diperoleh dari perkuliahan. 3.Membimbing mahasiswa secara langsung maupun tidak untuk memahami situasi yang akan dihadapi didunia kerja jurnalistik yang sesungguhnya. 4.Memberikan pelajaran dan pengalaman bagi mahasiswa yang tidak bisa diperoleh ketika belajar di dalam kelas. 5.Dengan PKL ini, maka akan tercipta lulusan-lulusan berkualitas yang siap pakai dalam bekerja khususnya calon-calon jurnalis professional. 1.2.2. Manfaat Manfaat dari praktek kerja lapangan adalah 1.Menambah wawasan pengetahuan maupun kemampuan dalam mencari dan memperoleh, mengumpulkan, dan mengelola informasi yang didapat di lapangan untuk kemudian ditulis menjadi naskah berita. 2.Mengetahui sistematika dan cara kerja media cetak dan elektronik yang sesungguhnya. 3.Memotivasi diri untuk lebih meningkatkan kompetensi dalam pengembangan inovasi dan kreatifitas, serta menerapkan kemampuan kerjasama dan disiplin yang tinggi dalam menghadapi dunia kerja. 4.Penulis berharap dapat memberikan konstribusi, menjalin hubungan baik, dan membuka kerjasama yang baik antara mahasiswa FISIP UPN Veteran Jakarta, Kampus UPN Veteran Jakarta, dan pihak TVRI. 5.Melaksanakan salah satu fungsi Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat. 1.3.Perumusan Masalah Penulis merumuskan masalah dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ini sebagai berikut, Bagaimana Penulisan Berita Warta Siang di TVRI ? 1.4.Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL

Penulis memilih untuk melaksanakan PKL di TVRI dengan alasan agar penulis dapat mengetahui kesamaan dan perbedaan antara kegiatan jurnalistik di lembaga penyiaran milik pemerintah dengan kegiatan jurnalistik pada lembaga penyiaran lainnya. Selama kegiatan PKL di TVRI Jakarta, penulis ditempatkan di Redaksi Pemberitaan LPP TVRI. Penulis melaksanakan PKL selama 1 bulan terhitung dari tanggal 10 Agustus 4 September 2009 yang dilakukan setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat. Jam kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai selesai.

Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau kerusakan hati. Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini dilakukan secara berkala. Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit hati, atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus). Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari pembuluh balik (vena) umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan, tidak diperlukan persiapan khusus, kecuali tes dilakukan bersamaan dengan tes lain yang mungkin memerlukan persiapan khusus. Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam tubuh manusia. Berlokasi di abdomen (perut) bagian atas kanan dan di balik rusuk-rusuk bagian bawah. Hati memetabolisme dan mendetoksifikasi obat-obatan dan unsur-unsur yang berbahaya bagi tubuh. Ia juga menghasilkan faktor-faktor, protein dan enzim pembekuan darah, membantu keseimbangan hormon, serta menyimpan vitamin dan mineral. Empedu, suatu cairan yang dibentuk oleh hati, dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu mencerna lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan dan digunakan untuk keperluan kemudian.

Pelbagai penyakit & infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada hati, menyebabkan peradangan, luka, sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan darah, dan disfungsi hati. Alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun juga bisa memberikan ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan menimbulkan gejala-gejala jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang, pruritus, mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah secara tiba-tiba. Deteksi dini penting untuk diagnosis lebih awal guna minimalisasi kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati. Tes fungsi hati, seperti yang disampaikan sebelumnya, mengukur enzim, protein dan unsur yang dihasilkan atau dilepaskan oleh hati dan dipengaruhi oleh kerusakan hati. Beberapa dihasilkan oleh sel-sel hati yang rusak dan beberapa mencerminkan kemampuan hati yang menurun dalam melakukan satu atau beberapa fungsinya. Ketika dilakukan bersamaan, tes ini memberikan dokter gambaran kondisi kesehatan hati, suatu indikasi keparahan akan kerusakan hati, perubahan status hati dalam selang waktu tertentu, dan merupakan batu loncatan untuk tes diagnosis selanjutnya. Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh darah yang diambil. Ini bisa meliputi: Alanine Aminotransferase (ALT) suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati, paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel rusak, maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah. Alkaline Phosphatase (ALP) suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu; seringkali meningkat jika terjadi sumbatan. Aspartate Aminotransferase (AST) enzim ditemukan di hati dan di beberapa tempat lain di tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim hati, umumnya meningkat pada infeksi akut. Bilirubin biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada jaundice): Bilirubin total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk untuk mengukur bentuk yang terkonjugasi.

Albumin mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati membuat protein ini dalam jumlah cukup atau tidak. Protein total mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah, termasuk antibodi guna memerangi infeksi.

Tergantung pada pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan mungkin diperlukan untuk melengkapi seperti GGT (gamma-glutamyl transferase), LDH (lactic acid dehydrogenase) dan PT (prothrombine time). Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati bisa disarankan untuk dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki riwayat diketahui atau berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka yang merupakan peminum berat; individu dengan riwayat keluarga menderita penyakit hati; mereka yang mengonsumsi obat yang kadang dapat merusak hati. Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda & gejala penyakit hati, beberapa di antaranya adalah: kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera makan, mual, muntah, pembengkakan atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja berwarna terang, pruritus (gatal-gatal). Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang digunakan untuk menegakkan diagnosis. Terkadang beberapa kali tes berselang diperlukan untuk menentukan jika suatu pola ada dan membantu menentukan penyebab kerusakan hati. Pun ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan terapi atau perjalanan penyakit. Lalu apa makna hasil tes fungsi hati? Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik untuk kondisi spesifik; mereka mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang tidak memperlihatkan gejala atau tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi hati yang abnormal bisa mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu yang terjadi di lokasi lain di dalam tubuh seperti pada otot, pankreas atau jantung. Namun juga bisa menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan tes lebih lanjut dan/atau pemantauan secara berkala.

Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara bersama-sama. Jadi beberapa set tes dalam periode tertentu dilihat apakah memiliki pola tertentu. Setiap orang akan memiliki sebuah set tes fungsi hati yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Seorang dokter mengamati kombinasi hasil-hasil tes ini guna mendapatkan petunjuk tentang kondisi yang mendasarinya. Seringkali, tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa sebenarnya yang menyebabkan penyakit dan/atau kerusakan hati tersebut. Tabel berikut menunjukkan beberapa kombinasi hasil yang mungkin ditemukan pada beberapa tipe kondisi/penyakit hati tertentu.
Jenis Kondisi Bilirubin Kerusakan hati Normal atau akut (infeksi, meningkat racun, obat) biasanya setelah peningkatan ALT & AST Penyakit hati kronis Hepatitis alkoholik Sirosis Normal atau meningkat Normal atau meningkat Bisa jadi meningkat tapi hanya pada kondisi yang sudah berlanjut ALT & AST Biasanya sangat meningkat; ALT umumnya lebih tinggi daripada AST Sedikit meningkat AST biasanya dua kali kadar ALT ALP Normal atau hanya meningkat sedikit Albumin Normal PT Biasanya normal

Normal atau sedikit meningkat Normal atau lumayan meningkat

Normal

Normal

Normal

Normal

AST biasanya Normal atau lebih tinggi dari meningkat ALT, namun kadarnya biasanya lebih rendah daripada penyakit alkoholik Meningkat, sering lebih tinggi 4 kali dari nilai normal Biasanya sangat meningkat

Biasanya menurun

Biasanya memanjang

Obstruksi Normal atau Normal hingga duktus biliaris, meningkat; lumayan kolestasis meningkat meningkat pada obstruksi penuh Kanker yang sudah menyebar ke hati (metastases) Kanker yang asli berasal dari hati (hepatoselular karsinoma) Biasanya normal Normal atau sedikit meningkat

Biasanya Biasanya normal, namun normal jika berlangsung kronis, kadar dapat menurun Normal Normal

Mungkin meningkat, umumnya jika penyakit progresif

AST lebih Normal atau tinggi dari ALT, meningkat namun kadar lebih rendah daripada

Biasanya menurun

Biasanya memanjang

penyakit alkoholik Autoimmune Normal atau meningkat Lumayan meningkat Normal atau sedikit meningkat Normal atau menurun Normal

Jika seseorang mengonsumsi obat yang bisa memengaruhi hatinya, maka hasil tes abnormal bisa jadi mengindikasikan bahwa perlu mengevaluasi lagi dosis dan pilihan medikasi. Ketika seseorang dengan penyakit hati sedang dalam pemantauan, maka dokter akan mengevaluasi apakah hasil tes menunjukkan perburukan atau perbaikan. Dokter akan menanyakan semua obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien, termasuk suplemen makanan & produk herbal karena beberapa mungkin memiliki efek potensial pada hati. Penggunaan acetaminophenberlebih dan alkohol misalnya, dapat merusak hati sebagaimana terpapar racun misal dari jamur yang beracun. Gejala awal penyakit hati kadang tidak terlalu kentara, karena hanya berupa kelelahan dan mual. Namun gejala lain akan muncul jika perburukan kerusakan hati terjadi. Tentu saja nilai tes abnormal bisa terjadi walau Anda tidak memiliki penyakit hati. Beberapa kondisi sementara bisa menyebabkannya, misalnya syok, luka bakar, infeksi berat, trauma otot, dehidrasi, pankreatitis, hemolisis, dan kehamilan. Untuk informasi yang lebih lengkap, silakan melihat sumber yang sayagunakan untuk menulis, antara lain LabTest Online, MedLinePlus,Wikipedia, Mayo Clinic. Anda bisa berbagi seputar pemeriksaan fungsi hati di sini, namun saya harap Anda tidak menggunakan kolom tanggapan/komentar untuk mengonsultasikan nilai hasil pemeriksaan laboratorium untuk tes fungsi hati anda ataupun orang lainnya.

LAPORAN PRAKTIKUM II Pengambilan Dara Vena danPemeriksaan laju endap darah(LED) Nama :Pascalis Woge Nim/kelompok :09 3145 453 041/I Tanggal mulai :23 April 2010 Tanggal selesai :23 April 2010 Nama Penetapan : Pemeriksaan Laju Endapan Darah metode Westergreen. Tujuan Penetapan :Untuk menetapkan nilai koagulan dan untuk mengetahui kecepatan laju endap darah. Dasar Prinsip : Kecepatan endap darah atau laju endap darah adalah mengukur kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam.

Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Landasan teori : Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi : 1. Fase pengendapan lambat I Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit mengendap ( 1-30 menit 0 2. Fase pengendapan cepat Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil , masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit ) 3. Fase pengendapan lambat II Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit ) Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for Standardization in Hematology ) adalah cara westergren. Alat dan Bahan Pemeriksaan LED : Alat : Rak LED Tabung Westergreen Pipet Westergreen Bahan : NaCl 0.85 % 4 : 1 Natrium sitrat 3,2 % EDTA Darah 2 ml Cara Kerja : 1. Cara kerja : Metode Westergreen v Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,8 % ) atau

darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa. v Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0. v Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung. v Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit. Nilai Rujukan : 1. Metode Westergreen : Pria : 0 15 mm/jam Wanita : 0 20 mm/jam Catatan Sumber kesalahan : Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyiapan bahan pemeriksaan ( lihat bahan pemeriksaan hematology ) 1. Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama, apabila darah EDTA disimpan pada suhu 4 C pemeriksaan dapat ditunda selama 6 jam. 2. Perhatikan agar pengenceran dan pencampurandarah dengan larutan antikoagulan dikerjakan dengan baik, 3. Mencuci pipa westergren dapat dilakukan dengan cara membersihkannya dengan air, kemudian alcohol dan terakhir acetone. Cara lain adalah dengan membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam dalam posisi vertical. Tidak dianjurkan memakai larutan bichromat atau deterjen. 4. Nilai normal pada umumnya berlaku untuk 18 25 C. 5. Pada pemeriksaan pipet harus diletakan benar benar posisi vertical. Pengambilan darah Vena Sampling Darah Vena Prinsip : Pembendungan pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh darah tampak jelas dan dengan mudah dapat ditusuk sehingga didapatkan sempel darah. Alat alat : 1. Spuit disposable. 2. Kapas alcohol 70 %. 3. Kapas kering. 4. Tabung sempel. 5. Tourniquet. 6. Mikropore.

Cara kerja : 1. Pasang tourniquet pada lengan atas 7 10 cm diatas bagian yang akan dilakukan tusukkan dan pasien diminta untuk mengepalkan tangannya. 2. Pilih vena yang besar, tidak mudah bergerak dan bersihkan dengan alkohol 70 %, biarkan kering dengan sendirinya. 3. Tusuk kulit dengan jarum pada kemiringan 30 , sampai jarum masuk ke dalam lumen vena. 4. Kendurkan ikatan tourniquet perlahan lahan, tarik pengisap Spuit sehingga darah masuk kedalam spuit sebanyak yang diperlukan. 5. Letakkan kapas kering diatas jarum, kemudian cabut jarum spuit perlahan lahan dari vena. 6. Tekan kapas kering tersebut beberapa menit dan tutup dengan mikropore. 7. Pisahkan darah kedalam tabung sesuai kebutuhan pemeriksaan dengan cara melepaskan jarum dari spuit dan alirkan darah pada dinding tabung. Kesimpulan : : Dari hasil uji Laju Endap Darah yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki Laju Endap Darah normal. Sampling darah vena secara baik dan benar sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan tidak menimbulkan keluhan pada pasien.
O

Laju Endap Darah


Posted November 15, 2008 by guegue in DARAH. Ditandai:DARAH. 43 Komentar

11 Votes sumber : www.kalbe.co.id Mungkin pada suatu hari anda pernah sekedar mengalami demam menderita penyakit typhus atau demam berdarah yang mengharuskan anda memeriksakan darah ke laboratorium, lalu pada hasilnya anda mendapati kriteria Laju Endap Darah (LED) di situ. Apakah yang dimaksud Laju Endap Darah (LED) itu? Mari kita cermati pembahasan berikut. Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah

(LED)-nya. Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah (LED) yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah (LED) normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju Endap Darah (LED) di atas normal. Sehinggai mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju Endap Darah (LED)-nya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah (LED) pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah (LED) makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik. Pada kasus dengan keluhan gampang lelah dan pandangan berkunang-berkunang, kemungkinan besar diagnosisnya anemia. Biasanya didukung dengan nilai Hemoglobin (Hb) yang rendah. Untuk penanganannya, anemia harus diidentifikasikan dahulu apakah Hb yang turun akibat dari Zat Besi (Fe) yang turun, atau komponen Hb yang lain yang turun? (Misalnya globinnya/protennya). Bila memang Fe-nya yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi tablet besi (Sulfusferrosus). Sekarang bentuknya tablet berbagai ragam. Ada yang disatukan dengan Effervescent, atau dengan Vitamin B, dan sebagainya. Sedangkan bila kadar proteinnya yang turun, tentunya harus konsumsi makanan atau minuman tinggi protein. Ini pun bentuknya sudah beragam, ada yang berbentuk susu, berbentuk minuman bertenaga dan yang paling banyak mungkin berbentuk makanan lauk-pauk sehari-hari. _____________________________ PEMBAHASAN TEKNIS Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 20 mm/jam dan untuk pria 0 10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 15 mm/jam dan untuk pria 0 10 mm/jam. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED) yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/l darah meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal. Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga Laju Endap Darah (LED) cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan Laju Endap Darah (LED) lambat. Laju Endap Darah (LED) terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit. Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua. Dan akhirnya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). Selama pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak

lurus; miring dapat menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum selama pemeriksaan adalah 20C, suhu yang tinggi akan mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan laju endap darah menjadi lebih lambat

Anda mungkin juga menyukai