Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PARASITOLOGI KEDOKTERAN II

SPESIES PATHOGEN PADA SISTEM URINARIUS

Disusun Oleh : Nama NIM : Taufan Herwindo Dewangga : K1A 004076

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 2006

1. Trichomonas vaginalis

Hospes manusia Infeksi terjadi secara langsung waktu bersetubuh melalui bentuk trofozoid albus (keputihan, leucorrhoea), vaginitis, dinding vagina dan portio tapak merah meradang dan perdarahan (petechiae), pruritus vagina atau vulva, dan disuria. Morfologi tidak punya bentuk kista, bentuk trofozoid mempunyai 4 flagel anterior dan satu flagel posterior. Diagnosis berdasarkan keluhan keputihan, rasa panas dan gatal pada vulva atau vagina dan adanya secret encer, berbusa, berbau tidak sedap, dan

Sign and symptom leukositosis, degenerasi dan deskuamasi epitel vagina, fluor

berwarna kekuningan, serta adanya lesi bekas garukan karena gatal dan hyperemia pada vagina. Siklus hidup berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Mati pada suhu 50oC, dan pH kurang dari 4,9. Patogenesis degenerasi dan deskuamasi epitel vagina, disusul dengan serangan leukosit. Di secret vagina terdapat banyak leukosit dan parasit bercampur dengan sel epitel. Secret vagina mengalir keluar dan menimbulkan gejala fluor albus (keputihan, leucorrhoea), setelah stadium akut, gejala berkurang dan dapat reda sendiri. Pengobatan memperbaiki keadaan vagina dengan membersihkan mukosa vagina dan menggunakan obat-obatan per os dan local. Metronidazol merupakan obat yang efektif baik untuk pria maupun wanita. Dosis per os 2 x 250 mg sehari selama 5-7 hari. Prognosis baik bila dilakukan pengobatan secara tepat. 2. Plasmodium falciparum

Hospes terdiri dari nyamuk Anopheles fase seksual eksogen (sporogoni) dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vetebrata. Morfologi bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizon yang berukuran kira-kira 30 mmikron pada hari keempat setelah infeksi. Dalam darah bentuk cincin stadium trofozoit muda sangat kecil dan halus dengan ukuran kira-kira seperenam diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan. Kemudian bentuk cincin menjadi lebih besar, berukuran seperempat dan kadang hamper setengah diameter erotrosit. Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir pigmen. Bila skizon sudah matang adakn mengisi kira-kira duapertiga eritrosit dan membentuk 8 sampai 24 buah merozoit, dengan jumlah rata-rata 16 buahmerozoid. Skizon matang lebih kecil dari pada skizon matang pada parasit malaria lain.eritrosit yang mengandung trofozoid tua dan skizon mempunyai titik-titik kasar yang tampak jelas 9titk Maurer) tersebara pada dua per tiga bagian eritrosit. Gametosit muda mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosit matang. Gemetosit betina atau mekrogametosit biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit jantan atau mikrogametosit dan sitoplasmanya lebih biru pada pulasan Rowmanowsky/Giemsa. Intinya lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir pigmen tersebar di sekitar inti. Mikrogemetosit berbentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah muda, besar dan tidak padat. Sign and symptom demam yang berhubungan dengan sporulasi, splenomegali, anemia. Kelainan lain yang menyertai: hiperparasitemia, malaria serebral, ikterus, gagal ginjal, koma. Diagnosis menemukan parasit stadium trofozoit muda (bentuk cincin) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam sediaan darah tepi. Pada autopsy

dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam kapiler otak dan alat-alat dalam. Siklus hidup hanya terdapat satu generasi aseksual dalam hati sebelum daur dalam darah dimulai; sesudah itu daur dalam hati tidak dilanjutkan lagi. fase aseksual mempunyai 2 daur, yaitu: 1) daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit) dan 2) daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit) atau stadium jaringan dengan a) skizogoni praeritrosit(skizogoni eksoeritrosit primer) setelah sporozoit masuk dalam sel hati dan b) skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati. Patogenesis hemolisis intravascular massif dan hemoglobinuria disertai demam (blasckwater fever). Terjadi pada penderita non-imun yang pernah mendapat serngan malaria dan diobati dengan kina secara tidak teratur dengan dosis tidak adekuat. Hemoglobinuria dengan hemolisis intravascular mungkin disebabkan oleh obat malaria pada penderita defisiensi G-6-PD. Pengobatan obat-obat malaria yang ada, dapat dibagi dalam 9 golongan menurut rumus kimianya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. alkaloid cinchona (kina) 8-aminokuinolin (primakuin) 9-aminoakridin (mepakrin) 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin) biguanida (proguanil, klorproguanil) diaminopirimidin (pirimetamin, trimetroprim) sulfon dan sulfonamide (sulfadoksin) antibiotic (tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, klindamisin) kuinolinmetanol dan fenantrenmetanol (meflokuin)

Prognosis parasit ini merupakan spesies yang paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat.

3. Entamoeba histolytica

Hospes manusia Morfologi bentuk histolitika dan minuta adalah bentuk trofozoid. Sign and symptom dibedakan atas: 1. 2. intestinal: akut dan kronik ekstra intestinal : hati, paru, kulit, vagina dan otak.

Ada ulkus maeba di bagian mukosa. Bentuk histolitika ditemuka di dasar dan dinding ulkus. Tinja bercampur lender dan darah. Predileksi di daerah sekum, rectum, dan sigmoid.

Diagnosis syndrome disentri, demam, leukositosis, reaksi serologi (tes hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi), berat badan menurun, pembesaran hati yang nyeri tekan. Pada pemeriksaan radiology biasanya didapatkan peninggian diafragma. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan E. histolytica bentuk histolitika dalam biopsi. Siklus hidup dalam daur hidupnya mempunyai 3 stadium, yaitu : 1) bentuk histolitika, 2) bentuk minuta, dan 3) bentuk kista. Patogenesis bentuk histolitika memasuki mukosa dan mengeluarkan enzim yang dapat menghancurkan jaringan (lisis). Enzim ini adalah suatu cystein proteinase yang disebut histolisin. Pengobatan emetin hidroklorida, klorokuin, antibiotic (tetrasiklin dan eritromisin, paromomisin)

4. Echinococcus granulosus

Hospes anjing dan karnivora lain. Manusia dapat dihinggapi stadium larvanya.

Morfologi.skoleks bulat, dilengkapi 4 batil isap dan rostelum dengan kait-kait dan mempunyai leher. Cacing hanya mempunyai 1 proglotid imatur, 1 proglotid matur dan 1 proglotid gravid. Proglotid terminal adalah yang paling panjang dan lebar. Diagnosis menemukan skoleks yang dikeluarkan dari cairan kista atau dengan reaksi Casoni; suatu tes intrakutan. Siklus hidup telur dikelaurkan bersama tinja anjing atau karnivora lainnya. Bila tertelan oleh hospes pelantara yang sesuai seperti domba, babi, onta, juga manusia maka telur menetas di rongga duodenum dan embrio yang dikeluarkan menembus dinding usus, masuk ke saluran limfe dan peredaran darah dan dibawa kea lat-alat lain dalam tubuh, terutama hati, paru, otak, ginjal, limfa, otot, tulang dan lain-lain. Dalam alat-alat itu terbentuk kista hidatid Patogenesis 1) desakan kista hidatid, 2) cairan kista yang dapat menimbulkan reaksi alergi, 3) pecahnya kista, sehingga cairan masuk peredaran darah dan dapat menimbulkan rejatan anafilaktik yang dapat menyebabkan kematian. Pengobatan pembedahan, tetapi pembedahan hanya berhasil pada penderita dengan kista unilokuler di tempat yang dapat dioperasi. Prognosis baik pada tipe unilokuler bila kista dapat dioperasi dan diangkat tanpa cairan kista keluar dirongga yang dioperasi.

5. Schistosoma haematobium

Hospes manusia, anjing, kucing, rusa, tikus sawah (rattus), sapi, babi rusa dan lain-lain. Hospes pelantaranya keong air Oncomelania hupensis lindoensis. Sign and symptom Stadium I adalah gatal-gatal, gejala intoksikasi disertai demam, hepatomegali dan eosinofilia tinggi. Stadium II ditemukan sindrom disentri. Stadium III ditemuka sirosis hati dan splenomegali. Morfologi cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan yang betina kirakira 1,9 cm, hidupnya di vena mesentrika superior. Diagnosis menemukan telur dalam tinja atau pada jaringan biopsy. Reaksi serologi (COPT, IHT, CFT, FAT, dan ELISA) Siklus hidup cacing dewasa hidupnya di vena mesentrika superior. Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di alat-alat dalam seperti hati, paru dan otak. Patogenesis kelainan tergantung beratnya infeksi. Pengobatan prazikuantel. Prognosis baik bila dilakukan pengobatan yang benar dan secara masal untuk menghindari penularan penyakit.

6. Ascaris lumbricoides

Hospes manusia Sign and symptom sindrom Loeffler, bronkopneumonia. Cacing ini dapat menetap pada tempat-tempat yang tidak biasa (appendiks, peritoneum, saluran empedu, trakea) menyebabkan infeksi ektopik Morfologi cacing jantan memiliki ekor yang melingkar, dan 2 spikula, cacing betina memiliki ekor yang lurus dan memiliki cincin kopulasi. Mulut terdiri atas tiga buah bibir. Telur yang dibuahi berbentuk oval, berdinding tebaldengan 3 lapisan dan berisi embrio. Telur yang tidak dibuahi berbentuk bulat lonjong atau tidak teratur, dindingnya terdiri dari 2 lapisan dan dalmnya bergranula. Telur decorticated tanpa lapisan albuminoid yang lepas karena proses mekanik. Diagnosis adanya telur dalam tinja, cacing dewasa yang keluar dari mulut, hidung atau tinja. Siklus hidup telur dari tubuh manusia ikut keluar bersama tinja jatuh di tanah dan matang dalam waktu 3 minggu pada suhu optimum 25-300C berkembang menjadi bentuk infektif bila telah dibuahi. Bila tertelan oleh manusia telur dapat menetas di usus halus kemudian menembus dinding usus halus, pembuluh darah atau saluran limfe yang dapat membawanya ke berbagai tempat di dalam tubuh termasuk ke saluran urinaria. Pengobatan piperazin sitrat, pirantel pamoat, mebendazol, dan albendazol.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ekstrofi Bladder
    Ekstrofi Bladder
    Dokumen29 halaman
    Ekstrofi Bladder
    Farry Doank
    Belum ada peringkat
  • Timing Operasi
    Timing Operasi
    Dokumen13 halaman
    Timing Operasi
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Akut Abdomen Digest
    Akut Abdomen Digest
    Dokumen21 halaman
    Akut Abdomen Digest
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Ekstrofi Bladder Taufan
    Ekstrofi Bladder Taufan
    Dokumen21 halaman
    Ekstrofi Bladder Taufan
    Taufan Herwindo Dewangga
    100% (1)
  • HPK
    HPK
    Dokumen95 halaman
    HPK
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Akut Abdomen Taufan
    Akut Abdomen Taufan
    Dokumen29 halaman
    Akut Abdomen Taufan
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Ekstrofi Bladder Taufan
    Ekstrofi Bladder Taufan
    Dokumen21 halaman
    Ekstrofi Bladder Taufan
    Taufan Herwindo Dewangga
    100% (1)
  • Akut Abdomen
    Akut Abdomen
    Dokumen26 halaman
    Akut Abdomen
    joelanswer
    Belum ada peringkat
  • Appendicitis
    Appendicitis
    Dokumen11 halaman
    Appendicitis
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Syndactyly Taufan
    Syndactyly Taufan
    Dokumen4 halaman
    Syndactyly Taufan
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Lap PK Non - Leukim Taufan
    Lap PK Non - Leukim Taufan
    Dokumen18 halaman
    Lap PK Non - Leukim Taufan
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gender Soskes
    Makalah Gender Soskes
    Dokumen14 halaman
    Makalah Gender Soskes
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Appendicitis
    Appendicitis
    Dokumen11 halaman
    Appendicitis
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Itenary Bali Package
    Itenary Bali Package
    Dokumen1 halaman
    Itenary Bali Package
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • I DEOLOGI
    I DEOLOGI
    Dokumen8 halaman
    I DEOLOGI
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat
  • Lap PK Non - Leukim Taufan
    Lap PK Non - Leukim Taufan
    Dokumen18 halaman
    Lap PK Non - Leukim Taufan
    Taufan Herwindo Dewangga
    Belum ada peringkat