Anda di halaman 1dari 2

Masihkah Sasi Seni Nggama di Sub-Sub Suku di Kabupaten Kaimana Lestari?

Ditulis Oleh: Zeth Parinding, S.Hut MP Kepedulian tua-tua adat di Kaimana untuk menjaga kelestarian Sumberdaya alam yang dimiliki adalah suatu teladan turun temurun yang patut dilestarikan dan adanya kepedulian dari generasi penerusnya untuk taat kepada aturan adat. Aturan adat bagi kelestarian sumber daya alam yang diterapkan atau diamanahkan tersebut, dalam bahasa yang kita kenal yaitu Konservasi. Berdasarkan hal tersebut, maka kita tahu sekarang bahwa masyarakat adat sudah lebih dahulu tahu tentang konservasi dalam memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya dan menjaga bagi kelangsungan hidupnya dan generasinya. Sehingga aturan adat yang ada dapat kita gali dan dokumentasikan agar aturan adat yang dalam perkembangannya tetap ada dan diyakini dapat membawa berkah bagi generasi yang taat dan peduli bagi kehidupan sekarang dan akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu mendokumentasikan prosesi adat dalam pemanfaatan sumberdaya alam laut (seperti: teripang, lola, dan lain-lain) yang ada bagi Kabupaten kaimana telah diselenggarakan prosesi adat buka sasi. Proses membuka sasi yang dilakukan di kampung Namatota Distrik Kaimana Kabupten Kaimana didokumentasikan dan dijadikan sebagai ajang tahunan bagi Kabupaten Kaimana. Proses tersebut tanggal 13 Oktober 2010 sekaligus launching si Bolang di Kabupaten Kaimana yang didokumentasi oleh salah satu saluran TV swasta Indonesia yaitu Trans 7. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat lebih digalakan sebagai ajang wisata dalam menarik wisatawan baik wisatawan asing maupun wisatawan nusantara (di dalam dan di luar Kota Kabupaten Kaimana). Perlu dibangun kembali kepedulian akan apa yang dimiliki sehingga dapat mewujudkan ekotourisme di Kabupaten Kaimana. Dengan ekotorisem dapat memungkinkan peningkatan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) yang di peroleh dari bidang perhotelan, perhubungan darat, laut, dan udara, dan paket wisata lainnya. Wisata yang dapat dikembangkan selain diving, snorkeling, berdayung berjemur di pasir, melihat peneluran dan penetasan telur penyu secara alami dapat dilakukan dan dikembangkan antara lain wisata kuliner. Hadir dalam pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain Bapak Bupati Kabupaten Kaimana, Bapak-bapak DPRD Kaimana, Perwakilan TNI dan Polri, Kepala dan Perwakilan SKPD Kabupaten kaimana dan instansi terkait, tokoh-tokoh agama dan adat setempat.

Kegiatan buka sasi dilakukan mulai dari rumah adat menuju ke tempat sasi yang akan dibuka diiringi oleh bunyi tifa panjang dan gong juga perlu adanya seruling/ suling yang dibawa oleh tua adat. Setelah sampai ke tempat buka sasi, tua adat menaikan doa-doa dalam bahasa daerah setempat kemudian mencabut janur sebagai awal di darat dengan memberikan sesajian berupa kapur, sirih, pinang, rokok dan telur dalam wadah berupa piring. Setelah itu sesajian dibawa dan dibuang ke laut dimana akan dimulainya proses penyelaman untuk mengambil hasil laut tersebut. Buka sasi berdasarkan tujuan sasi yang selama ini ditutup sementara oleh masyarakat adat. Adapun tujuan sasi biasanya diletakkan pada janur yang telah dianyam dan ditanam tersebut selama beberapa bulan lamanya guna mendapatkan hasil yang banyak dan besar. Kegiatan buka sasi dengan melakukan kegiatan penyelaman diperoleh hasil laut berupa teripang susu, lola dan jenis-jenis moluska lainnya seperti pada Gambar tersebut diatas. Adapun keindahan panorama alam gunung-gunung karst dan pantai pasir putihnya yang cukup luas untuk santai dan menikmati matahari terbit (sunrise) dan matahari terbenam (sunset) yang menawan. Masih adakah kepedulian kita bersama dengan menjaga dan melestarikan sasi seni nggama di Kabupaten Kaimana?

Anda mungkin juga menyukai