Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan hidayah-Nya sehingga

tim penulis dapat menyelesaikan Makalah Peranan Bakteri dalam Bidang Pertanian. Pada kesempatan ini tim penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada para anggota kelompok yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Tanpa bantuannya sulit bagi tim penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tim penulis telah berusaha untuk menyempurnakan tulisan ini, namun sebagai manusia penulis pun menyadari akan keterbatasan maupun kekhilafan dan kesalahan yang tanpa disadari. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini akan sangat dinantikan.

Bandung, September 2011

Kelompok I

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1 DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2 BAB I ........................................................................................................................................ 3 PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3 1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 3 1.2 TUJUAN ......................................................................................................................... 3 1.3 MANFAAT ..................................................................................................................... 3 BAB II....................................................................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 4 2.1 BAKTERI ....................................................................................................................... 4 2.2 PERANAN BAKTERI DALAM BIDANG PERTANIAN ............................................ 6 2.2.1 Bakteri Biofertilizer. ................................................................................................ 6 2.2.2 Phytostimulator ...................................................................................................... 12 2.2.3 Bakteri sebagai agen biokontrol ............................................................................. 13 BAB III ................................................................................................................................... 16 METODE ................................................................................................................................ 16 BAB IV ................................................................................................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................... 17 KESIMPULAN ....................................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain.

Bakteri adalah organisme uniselluler maupun multiselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis). Dalam dunia pertanian, ada bakteri yang memiliki peranan yang menguntungkan dan merugikan, 1.2 TUJUAN Mengetahui peranan bakteri dalam dunia pertanian. 1.3 MANFAAT Mahasiswa mampu memahami peranan bakteri dalam bidang pertanian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BAKTERI Bakteri merupakan organisme prokariotik multiseluler atau tidak memiliki membran inti. Dilihat dari sifatnya, ada bakteri yang menguntungkan dan ada bakteri yang merugikan. Diantaranya yang menguntungkan terdapat Mikoriza, Azetobacter, Basillus thuringiensis, dan lain sebagainya. Contoh bakteri yang merugikan adalah bakteri penyebab penyakit pada tanaman. Bakteri memiliki ciri ciri : Organisme uniselluler atau multiselluler Prokariot (tidak memiliki membran inti sel) Umumnya tidak berklorofil Rata rata berukuran 0.5 1.0 X 2.0 5.0 m Mikroplasma Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam Hidup bebas atau parasit Dindingnya tidak memiliki peptidoglikan pada bakteri yang hidup di lingkungan ekstrim Dindingnya mengandung peptidoglikan bagi yang hidup kosmopolit

Bentuk bentuk bakteri: Batang o Pagar o Roset o Rantai Kokus o Diplokokus o Streptokokus o Tetrakokus o Stafilokokus o Sarsina Spiral

Fisiologi bakteri Berdasarkan sumber makanan untuk menghasilkan energy bakteri di bagi dua kelompok : Autrotoph : menghasilkan makanannya sendiri dari bahan bahan organik Heterotroph : mendapatkan makanan dari bahan organic yang telah ada ( sebagian besar nakteri tanah ).

2.2 PERANAN BAKTERI DALAM BIDANG PERTANIAN Peranan bakteri dalam dunia pertanian sebagai: a) Biofertilitzer, dapat mengikat nitrogen dan menghasilkan hara bagi tanaman yang kemudian dapat digunakan oleh tanaman sehingga mampu

meningkatkan pertumbuhannya. b) Phytostimulator, secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon-hormon. c) Agen biokontrol, mampu melindungi tanaman dari infeksi pathogen dan hama. 2.2.1 Bakteri Biofertilizer. Bakteri antagogonis banyak ditemukan di sekitar sistem perakaran akar tanaman atau dikenal dengan istilah bakteri rhizosfir (Tenuta et al., 2003 dalam Ceppy Nasahi, 2010). Bakteri rhizosfir dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak pada daerah permukaan perakaran, dimana nutrisi disediakan oleh eksudat dan lysates tanaman (Lynch 1991, Rovira 1974 dalam Van Loon 1998 dalam Ceppy Nasahi, 2010). Strain bakteri pengikat nitrogen berasal dari genera Rhizobium,

Sinorhizobium, Mesorhizobium, Bradyrhizobium, Azorhizobium and Allorhizobium. Bakteri bakteri tersebut membentuk simbiosis inang spesifik dengan tanaman-

tanaman leguminosa. Simbiosis tersebut dicirikan dengan terbentuknya nodul pada akar atau batang tanaman dalam responnya terhadap keberadaan bakterium dimana signal molekul Lipooligosacharide sangat berperan didalam proses tersebut (Ceppy Nasahi, 2010). a. Bakteri Penambat N 1. Jenis bakteri yang dapat menambat N secara non simbiosik: a) Aerobik Azomonas, Azotobacter, Beijerinckia, Derxia,

b) Anaerob fakultatif BMaectihllyulos, Eonntearso, Klebsiella, Azospirillum

c) Anaerob Clostridium, Desulfotomaculum. Desulfovibrio.

Bakteri Azospirillium dan Azotobacter

Ada bebrapa jenis bakteri penambat nitrogen yang berasosiasi dengan perakaran tanaman. Bakteri yang mempu meningkatkan hasil tanaman tertentu apabila diinokulasikan pada tanah pertanian dapat dikelompokkan atas dua jenis yaitu Azospirillum dan Azotobacter . Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan, termasuk beberapa jenis serealia, jagung, cantel, dan gandum. Sampai saat ini ada tiga species yang telah ditemukan dan mempunyai kemampuan sama dalam menambat nitrogen, yaitu Azospirillum brasilense, A. lipoferum, dan A. amazonese . Azospirillum merupakan salah satu jenis mikroba di daerah perakaran (Hendri Widitono, 2010).

Bakteri ini tidak menyebabkan perubahan morfologi perakaran. Keuntungan dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah. Dalam hal ini pemanfaatan bakteri ini tidak berkelanjutaan, tetapi apabila Azospirillum yang berasosiasi dengan perakaran tanaman mampu menambat nitrogen, maka keberadaan nitrogen di dalam tanah dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih panjang. Di samping itu, Azospirillum meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen dan menurunkan kehilangan akibatan pencucian, denitrifikasi atau bentuk kehilangan nitrogen lain. (Hendri Widitono, 2010).

Azotobacter spp. juga merupakan bakteri non-simbiosis yang hidup di daerah perakaran. Dijumpai hampir pada semua jenis tanah, tetapi populasinya relatif rendah. Selain kemampuannya dalam menambat nitrogen, bakteri ini juga menghasilkan
8

sejenis hormon yang kurang lebih sama dengan hormon pertumbuhan tanaman dan menghambat pertumbuhan jenis jamur tertentu. Seperti halnya Azospirillum, Azotobacter dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pasokan nitrogen udara, pasokan pengatur tumbuh, mengurangi kompetisi dengan mikroba lain dalam menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah lebih menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman(Hendri Widitono, 2010).

Ada dua pengaruh positif Azotobacter terhadap pertumbuhan tanaman yaitu mempengaruhi perkecambahan benih dan memperbaiki pertumbuhan tanaman. Peranan bakteri ini terhadap perkecambahan tidak banyak diminati, meskipun demikian cukup banyak penelitian yang mengarah pada peranan Azotobacter dalam meningkatkan daya kecambah benih tanaman tertentu. Kenaikan hasil tanaman setelah diinokulasi Azotobacter sudah banyak diteliti, Di India inokulasi Azotobacter pada tanaman jagung, gandum, cantel, padi, bawang putih, tomat, terong, dan kubis ternyata mampu meningkatkan hasil tanaman tersebut. Apabila Azotobacter dan Azospirillum diinokulasikan secara bersama-sama, maka Azospirillum lebih efektif dalam meningkatkan hasil tanaman. Azospirillum menyebabkan kenaikan cukup besar pada tanaman jagung, gandum dan cantel (Sutanto, 2002 dalam Hendri Widitono, 2010). 2. Jenis bakteri yang dapat menambat N secara non simbiosik: Rhizobium, Sinorhizobium,

Mesorhizobium, Bradyrhizobium, Azorhizobium Allorhizobium.

Bakteri Rhizobium

Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Suatu pigmen merah yang disebut leghemeglobin dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin di dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi (Rao, 1994 dalam Hendri Widitono 2010). Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu menfiksasi 100 300 kg N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya. Permasahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan Rhizobium untuk jenis tanaman tertentu. Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10% - 25%. Tanggapan tanaman

10

sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan efektivitas populasi asli (Sutanto, 2002 dalam Hendri Widitono 2010). b. Bakteri Pelarut P Kelompok bakteri pelarut fosfat Pseudomonas, Bacillus, Escherichia, Brevibacterium Seralia. Mikroba pelarut fosfat bersifat menguntungkan karena mengeluarkan berbagai macam asam organik seperti asam formiat, asetat, propional, laktat, glikolat, fumarat, dan suksinat. Asam-asam organik ini dapat membentuk khelat organik (kompleks stabil) dengan kation Al, Fe atau Ca yang mengikat P sehingga ion H2PO42-, menjadi bebas dari ikatannya dan tersedia bagi tanaman untuk diserap (Ceppy Nasahi, 2010). Bakteri pengoksidasi sulfur (Thiobacillus) dan pengoksidasi ammonium (Nitrosomonas) dapat pula mengeluarkan asam anorganik (asam sulfat dan asam nitrit) yang dapat mengkhelat kation Ca dari Ca3(P04)2- menjadi HPO42- yang dapat diserap tanaman (Ceppy Nasahi, 2010) Kebanyakan tanah di wilayah topika yang beraksi asam ditandai kahat fosfat. Sebagian besar bentuk fosfat tersemat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi

11

tanaman. Pada kebanyakan tanah tropika diperkirakan hanya 25% fosfat yang diberikan dalam bentuk superfosfat yang diserap tanaman dan sebagian besar atau 75% diikat tanah dan tidak dapat diserap oleh tanaman (Sutanto,2002 dalam Hendri Widitono, 2010). Beberapa mikroba tanah mempunyai kemampuan melarutkan fosfat yang tidak larut dalam air dan menjadikannya tersedia bagi akar tanaman. Mikroba ini merubah bentuk P di alam untuk mencegah terjadinya proses fiksasi P. dalam proses pelarutan P oleh mikroba berhubungan dengan diproduksinya asam yang sangat erat berhubungan dengan proses metabolisme (Prihatini,dkk, 1996 dalam Hendri Widitono, 2010). Ada beberapa jenis fungi dan bakteri seperti Bacullus polymyxa, Pseudomonas striata, Aspergillus awamori, dan Penicillium digitatum yang diidentifikasikan mampu melarutkan bentuk P tak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Jumlah bakteri pelarut P dalam tanah sekitar 104 106 tiap gram tanah. 2.2.2 Phytostimulator Photostimulators meningkatkan pertumbuhan tanaman secara langsung. Mekanisme yang terjadi pada penstimulasian perkembangan akar dan hasil tanaman yang disebabkan oleh Azospirillum spp., Selain dapat mengikat nitrogen Azospirillum spp. dapat menghasilkan phytohormones seperti auxins, cytokinins and gibberellins yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Ceppy Nasahi, 2010).

12

2.2.3 Bakteri sebagai agen biokontrol Pseudomonas fluorescens merupakan salah satu grup dari bakteri saprofit non patogenik yang berkoloni dalam tanah, air dan lingkungan permukaan tanaman. Sejumlah strain dari P. fluorescens dapat menekan penyakit pada tanaman dengan melindungi benih dan akar dari infeksi jamur dengan cara menghasilkan sejumlah produk hasil metabolit sekunder seperti antibiotik, siderophore dan hidrogen sianida (JGI microbes, 2004 dalam Ceppy Nasahi, 2010). Bakteri tersebut dapat bersifat antagonis terhadap patogen-patogen tular tanah melalui beberapa mekanisme. Penghasil siderophore dapat menghambat pertumbuhan patogen dengan cara membatasi ketersediaan unsur besi dalam tanah, antibiotik dapat menekan jumlah mikroorganisme yang berkompetisi, glucanase dan chitinase dapat mendegradasi sel-sel mikrobia (Ceppy Nasahi, 2010). Bakteri merupakan entomopatogen yang mulai banyak dipergunakan oleh petani dalam mengendalikan hama-hama tertentu. Insektisida yang dijual dipasaran juga banyak yang mengandung bahan aktif bakteri salah satunya yang paling banyak dipergunakan adalah insektisida yang berbahan aktif bakteri Bacillus thuringiensis Var. aizawai. B. thuringiensis digolongkan dalam famili Bacillaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes (Sandoz, 1974 dalam Prabowo, 1990, dalam Ceppy Nasahi, 2010).

13

Sifat-sifat B. thuringiensis adalah gram positif, aerob, tetapi dapat bersifat anaerob fakultatif (Steinhouse, 1976 dalam Prabowo, 1990, dalam Ceppy Nasahi, 2010). B. thuringiensis membentuk spora yang berbentuk oval, terletak didekat ujung sel, berwarna hijau kebiruan dan berukuran 1-1,3 mikron. Pembentukan spora terjadi dengan cepat pada suhu 35-37oC. Spora ini mengandung asam dipikolinin, yaitu suatu komplek senyawa Ca dan peptidoglikan. Spora ini relative tahan terhadap pengaruh fisik dan kimia (Pelczar, 1978 dalam Prabowo, 1990, dalam Ceppy Nasahi, 2010). Pada beberapa larva Lepidoptera yang mempunyai pH saluran makanan di atas 9, spora yang berkecambah tak dapat hidup dan sel vegetatifnya cepat hancur. Namun jika pH saluran turun, bekteri yang bertahan pad spesies tersebut dapat tumbuh dan menginfeksi inang (Burgenjon & Martouret, 1971 dalam Prabowo, 1990, dalam Ceppy Nasahi, 2010). Pada Lepidoptera yang mempunyai pH tetap di bawah 9, dan tidak terdapat penghambat pada saluran pencernaanya, spora berkecambah dan memperbanyak diri dengan kecepatan yang berbeda tergantung spesies inang (Heimpel & Harshbarger dalam Prabowo, 1990, dalam Ceppy Nasahi, 2010). Faktor yang ada pada bakteri yang mempengaruhi toksisitas adalah jenis kristal proteinnya, sedangkan pada serangga adalah perbedaan keadaan dalam saluran pencernaan larva, seperti pH dalam saluran pencernaan bagian tengah yang dapat mempengaruhi kelarutan Kristal protein. Faktor lainnya adalah kemampuan enzim protease yang ada pada saluran makanan serangga untuk mencerna kristal protein menjadi molekul toksik dan adanya receptor khusus dalam saluran pencernaan
14

serangga yang mengikat toksin (Burgenjon & Morturet, 1991 dalam Sastrosiswojo, 1997, dalam Ceppy Nasahi, 2010). Gejala serangan B. thuringiensis pada larva Lepidoptera ditandai dengan kehilangan selera makan dan berkurangnya mobilitas larva dengan cepat beberapa jam setelah aplikasi. Larva kurang tanggap terhadap sentuhan. Setelah larva mati, larva makin kelihatan mengkerut dan perubahan warnapun menjadi jelas terlihat. Tubuh serangga yang mati menjadi lunak dan mengandung cairan kemudian akhirnya membusuk (Sandoz, 1974 dalam Prabowo, 1990 dalam Ceppy Nasahi, 2010). Keadaan sakit pada larva Lepidoptera karena infeksi B. thuringiensis disebabkan oleh infeksi endospora dan infeksi racun -endotoksin. Pupa dan imago mungkin terbentuk meskipun terinfeksi B. thuringiensis, tetapi umumnya pupa atau imago itu berukuran kecil, cacat atau mandul (Sandoz, 1974 dalam Prabowo, 1990 dalam Ceppy Nasahi, 2010).

15

BAB III

METODE

Metode pembuatan makalah ini dilakukan dengan cara mempelajari data yang diperoleh dari pustaka berupa jurnal ilmiah. Kemudian dilakukan diskusi meninjau pustaka sebagai kerangka dasar pemikiran pembuatan makalah. Selanjutnya dilakukan pembuatan kerangka makalah dan penyususunannya.

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri memeiliki peran dalam dunia pertanian sebagai: a) Biofertilitzer, dapat mengikat nitrogen dan menghasilkan hara bagi tanaman yang kemudian dapat digunakan oleh tanaman sehingga mampu

meningkatkan pertumbuhannya. Bakteri penambat N Contoh: Azotobacter dan Rhizobium Bakteri pelarut P Contoh: Pseudomonas, Bacillus, Escherichia, Brevibacterium, Seralia. b) Phytostimulator, secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon-hormon. Contoh: Azospirillum spp.

Menghasilkan fitohormon seperti auksin, sitokinin dan giberelin. c) Agen biokontrol, mampu melindungi tanaman dari infeksi pathogen dan hama. Contoh: Bacillus thuringiensis mengeluarkan racun -endotoksin yang mengakibatkan menghilangnya selera makan dan mobilitas larva,

Pseudomonas fluorescens melindungi benih dan akar dari infeksi jamur dengan cara mengahasilkan antibiotik siderophore dan hidrogen sianida.

17

KESIMPULAN Bakteri memiliki peranan dalam dunia pertanian sebagai Biofertilitzer yang berasosiasi menghasilkan hara bagi tanaman yang kemudian dapat digunakan oleh tanaman sehingga mampu meningkatkan pertumbuhannya, Phytostimulator yang secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon-hormon, dan sebagai agen biokontrol yang mampu melindungi tanaman dari infeksi pathogen dan hama.

18

DAFTAR PUSTAKA

Nasahi, Ceppy. 2010. Peran Mikroba dalam Pertanian Organik. Jurnal Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.

Widitono, Hendri. 2010. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Bondowoso, Jawa Timur.

19

Anda mungkin juga menyukai