Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Latar Belakang Konveksi merupakan perpindahan energi melaui suatu fluida dimana mengangkut energi dari sumber menuju ke bagian tujuan perpindahan energi. Hal ini justru sangat berbeda dengan perindahan energi melalui konduksi dimana hanya energi yang berpindah. Dalam konveksi dikenal adanya perpindahan massa karena yang terjadi adalah energi yang mengalir bersamaan pindahnya massa. Untuk memahami konveksi tersebut ada manfaatnya mempunyai suatu gagasan tentang distribusi temperatur dalam fluida. Jika permukaan tersebut lebih panas dari fluida, maka distribusi temperatur akan seperti di dalam fluida. Konveksi tenaga mereduksi hantaran keluar di dalam fluida dan sebagai konsekuensinya maka gradien temperatur berkurang semakin jauh dari permukaan. Jika fluida mengalir secara cepat melewati benda padat, maka daerah fluida yang dipanasi oleh dinding akan dibatasi pada sebuah lapisan batas yang tipis di dekat permukaan. Bertentangan dengan itu, di dalam pipa lapisan batas akhirnya mengisi pipa dan setelah itu aliran merasakan pemanasan dari dinding. Di dalam konveksi, banyak parameter khusus mempengaruhi perpindahan kalor. Parameter tersebut biasanya skala panjang sistem l, kehantaran termal fluida k, kecepatan aliran fluida v, kerapatan , viskositas , panas spesifik CP, dan kadang kadang faktor faktor lain yang berhubungan dengan cara cara pemanasan (temperatur dinding yang uniform atau temperatur dinding yang berubah ubah). Laju perpindahan kalor biasanya dinyatakan melalui fluks kalor yang dapat berubah sepanjang permukaan padat. Korelasi untuk pipa pipa dan permukaan
1

permukaan penukar kalor yang lain umumnya dinyatakan dalam fluks kalor rata rata, sedangkan untuk aliran aliran lapisan batas luar, seperti aliran melalui sayap atau daur kompresi, biasanya digunakan fluks kalor setempat. Fluks kalor setempat rata rata dinyatakan dalam persamaan q = h T, dimana h merupakan koefisien konveksi dan T merupakan temperatur selisih antara permukaan dan fluida. Aplikasi dari konveksi banyak terjadi dalam kehidupan sehari hari. Salah satu contohnya adalah terdapat pada proses perebusan masakan di dalam panci. Pada saat panci dipanaskan, maka air di dalam panci juga ikut panas hingga mendidih. Makanan di bagian dalamnya dialiri air yang sudah panas karena mengandung pori pori sehingga makanan ikut juga menjadi panas. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui waktu yang diperlukan tempe agar menyamai suh u ruangan.

TINJAUAN PUSTAKA
Arus cairan atau gas yang menyerap kalor pada suatu tempat, lalu bergerak ke tempat lain dan bercampur dengan bagian fluida yang lebih dingin serta memberikan kalornya disebut arus konveksi. Jika gerakan fluida disebabkan perbedaan kerapatan yang menyertai perbedaan temperatur, gejalanya dikenal sebagai konveksi ilmiah. Jika fluidanya dipaksa untuk bergerak oleh pompa atau kipas, gejala tadi disebut konveksi paksa (Zemansky dan Dittman, 1993). Proses mendidihnya fluida dimana energi panas dipindahkan adalah

proses konveksi. Seperti pada proses mengembun, proses fluida mendidih dengan perubahan volume jenis, panas jenis, kekentalan, dan angka hantaran yang menyolok. Karena hal tersebut, maka perpindahan panas pada fluida yang mendidih memerlukan perhitungan yang sangat kompleks. Proses mendidihnya pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu proses mendidih dengan pembentukkan inti (nucleate) uap dan pembentukkan lapisan (film) uap yang terbentuk pada permukaan (Kamil dan Pawito, 1983). Transfer panas yang disebabkan konveksi melibatkan pertukaran energi antara suatu permukaan dengan fluida di dekatnya. Suatu pembedaan harus dibuat antara konveksi paksa (forced convection), di mana fluida dibuat mengalir melalui suatu permukaan padat oleh suatu komponen eksternal (external agent) seperti kipas atau pompa dan konveksi bebas atau konveksi alami, dimana fluida yang lebih panas (atau yang lebih dingin) di dekat batas padatan akan menyebabkan sirkulasi karena adanya perbedaan densitas yang dihasilkan dari variasi temperatur di seluruh daerah dari fluida tersebut (Welty, dkk, 2004).

Laju perpindahan kalor biasanya dinyatakan melalui fluks kalor yang dapat berubah sepanjang permuakaan padat. Korelasi untuk pipa pipa dan permukaan permukaan penukar kalor yang lain umumnya dinyatakan dalam fluks kalor rata rata, sedangkan untuk aliran aliran lapisan batas luar seperti melalui sayap atau daun (blade) kompresor, biasanya digunakan fluks kalor setempat (loka). Fluks kalor (setempat atau rata rata) selajuntnya dihubungan kepada perbedaan temperatur yang ditentukan melalui koefisien perpindahan kalor konveksi (konduktivitas dan konvektif) h yang didefinisikan persamaan q = h T (Reynolds dan Perkins, 1994). Pindah panas konveksi di alam selalu didapat bersamaan dengan transfer massa, dimana transport tersebut pada zat tertentu berlaku sebagai komponen di dalam campuran fluida. Sirkulasi dari udara atmosfer dalam banyak kasus terjadi akibat perbedaan pemanasan. Hal yang sama juga terjadi, dimana pada lautan tertentu terjadi proses pemanasan berbeda pada pembentukkan garam di air laut atau proses salinisasi (Bejan, 1984). Untuk mengekpresikan efek konveksi kita menggunakan hukum Newton pada pendinginan yaitu ( ) oleh

Di sini transfer panas berhubungan pada temperatur keseluruhan pada perbedaannya di dinding dan fluida dan luas permukaan A. Nilai h disebut koefisien transfer panas konveksi. Perhitungan analisis pada nilai h mungkin dibuat / dicari untuk beberapa sistem (Holman, 1976). Konveksi itu proses perpindahan kalor akibat adanya perpindahan molekul molekul suatu benda. Biasanya kalor berpindah di tempat yang bersuhu

tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Jika suhu molekul ini meningkat , maka akan berpindah ke tempat suhu rendah. Jika suhu molekul meningkat, maka akan berpindah ke suhu yang lebih rendah. Zat cair atau gas bisa memindahkan kalor dengan cepat menggunakan cara konveksi (Ratna, 2009). Konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkatan kalor ini hanya terdapat dalam bentuk gas dan cair. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran karena massa yang akan dipanaskan tidak sekaligus dibawa ke suhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh massa jenis yang lebih kecil daripada bagian massa yang lebih dingin sebagai akibatnya terjadi sirkulasi sehingga kalor akhirnya tersebar pada seluruh zat (Trihapsari, 2010).

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Percobaan ini dilakukan pada hari Jumat 8 April 2011 pukul 08.00 WIB di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumater a Utara. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tempe sebagai sampel untuk membuktikan terjadinya konveksi dan air sebagai bahan untuk media konveksi dalam pemanasan tempe. Adapun alat yang dipergunakan dalam percobaan ini antara lain heater sebagai sumber panas (kalor), termometer untuk mengukur panas (suhu) dari tempe yang direbus, stopwatch untuk mengukur waktu pemanasan tempe dan pendinginan tempe, pisau untuk memotong tempe menjadi ukuran yang diinginkan, penggaris untuk mengukur panjang, lebar, dan tebal tempe, serta alat tulis seperti pena dan kertas untuk menuliskan hasil pengukuran. Prosedur Praktikum - Disiapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam percobaan - Diukur ketebalan masing masing ukuran tempe - Dijumlahakan ketebalan masing masing ukuran tempe dan dicari rata ratanya - Diisikan air ke dalam heater dan dipanaskan air hingga mendidih dengan dihubungkannya heater ke sumber listrik

- Dimasukkan tempe dengan ukuran masing masing ke dalam heater dan dibiarkan selama 15 menit - Diukur suhu ruangan percobaan dan dicatat hasilnya - Dikeluarkan setelah 15 menit dari dalam heater lalu diukur suhu tempe dan dicatat hasilnya - Dibiarkan tempe selama 15 menit di udara terbuka - Diukur suhu tempe tiap lima menit hingga menit ke 15 dan dicatat hasil tiap pengukuran - Dibuat perlakuan yang sama untuk tempe II dan III dengan masing masing ukuran dan dicatat hasilnya - Dihitung lama waktu yang diperlukan untuk membuat suhu tempe sesuai dengan suhu ruangan dengan metode aproksimasi dimana perhitungan dengan kalkulator fx 3600 dengan prosedur sebagai berikut: Mode 2 Inv AC 0 [ suhu rata rata menit 0 5 [ suhu rata rata menit 5 Run Run

10 [ suhu rata rata menit 10 Run 15 [ suhu rata rata menit 15 Run Suhu rata rata menit 15 Inv

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Tempe cm Perlakuan I II III Rata-rata Tempe cm Perlakuan I II III Rata-rata Perhitungan 1. Tempe ukuran cm Ketebalan mm mm mm ata rata( ) ( ( ( ) ) ) mm mm mm mm mm m ft ft cm cm Suhu (F) 5 mnt 10 mnt 93,2 91,4 111,2 95,0 95,0 87,8 99,8 91,4

0 mnt 165,2 183,2 122,0 156,8 cm

15 mnt 89,6 93,2 86,0 89,6

0 mnt 192,2 183,2 123,8 166,4

Suhu (F) 5 mnt 10 mnt 109,4 109,4 107,6 107,6 95,0 87,8 104,0 101,6

15 mnt 107,6 102,2 86,0 98,6

Temperatur tempe 0 menit T T T T

5 menit T T T T

10 menit T T T T

15 menit T T

10

Suhu ruangan Tr

Waktu yang dibutuhkan untuk menyamai suhu ruangan ode nv ( ( ( ( nv) menit am am 2. Tempe ukuran cm Ketebalan mm mm mm ata rata( ) ( ( ( ) ) ) mm mm mm mm mm cm

11

m ft ft Temperatur tempe 0 menit T T T T

5 menit T T T T

10 menit T

12

15 menit

Suhu ruangan Waktu yang dibutuhkan untuk menyamai suhu ruangan ode nv ( ( ( ( nv) menit am am

13

Pembahasan Dari hasil percobaan diperoleh waktu yang diperlukan tempe untuk suhu sama dengan suhu ruangan adalah 0,2178 jam untuk tempe berukukran 5 x 5 cm dan 0,2531 jam untuk tempe berukuran 8 x 8 cm. Angka ini diperoleh dengan menggunakan aproximasi karena tidak dapat dipastikan waktu yang diperlukan tempe untuk sesuai dengan suhu lingkungan. Pada tempe III untuk ukuran 5 x 5 cm dan 8 x 8 cm memiliki perbedaan derajat suhu yang sangat jauh dengan tempe I dan tempe II. Hal ini disebabkan pada saat percobaan, angin bertiup kencang dari jendela laboratorium sehingga pada saat pengukuran suhu yang diperoleh cukup jauh bedanya dengan tempe I dan tempe II. Suhu rata rata tempe ukuran 5 x 5 cm pada menit 0,5, 10, dan 15 berturut turut adalah 150,8oF, 99,8oF, 91,4oF, dan 89,6oF. Suhu rata rata tempe untuk ukuran 8 x 8 cm pada menit 0, 5, 10, dan 15 berturut turut adalah 166,4oF, 104oF, 101,6oF, dan 98,6oF. Konveksi merupakan perpindahan kalor akibat adanya perbedaan suhu dan perpindahan kalor ini disertai dengan adanya perpindahan massa atau molekul molekul. Hal ini sesuai dengan literatur Ratna (2009) yang menyatakan bahwa konveksi adalah proses perpindahan kalor akibat adanya perpindahan molekul molekul suatu benda menuju bagian yang bersuhu lebih rendah. Dalam kehidupan sehari hari, aplikasi dari peristiwa konveksi adalah pada saat merebus makanan di dalam panci. Prosesnya terjadi pertama kali api memanaskan panci dan panci kemudian memanaskan air secara konduksi. Air karena panas akan bergejolak (mendidih). Mendidihnya air menyebabkan panas

14

pindah ke dalam makanan secara konduksi. Tetapi karena makanan mengandung pori pori maka air rebusan mengalir melalui pori pori dan ikut memanaskan bagian dalam dari makanan sehingga makanan menjadi masak. Pada saat pemasakan tempe dalam percobaan ini, fluida (air dalam kasus ini) mendidih. Tempe dimasukkan ke dalamnya dan tempe menjadi sangat lembek dan panas (masak). Hal ini disebabkan tempe mengalami pertukaran energi dengan air yang mendidih. Hal ini sesuai dengan literatur Welty, dkk., (2004) yang menyatakan bahwa proses konveksi transfer panas di dalamnya melibatkan pertukaran energi antara permukaan dengan fluida di dekatnya. Pada proses konveksi dikenal dengan adanya transfer masssa. Hal ini terjadi karena konveski terjadi pada zat yang dapat bergerak (fluida). Ini dapat dilihat dari adanya sirkulasi udara atmosfer yang terjadi dalam alam ini. Hal ini sesuai dengan literatur Bejan (1984) yang dikatakan bahwa pindah panas konveksi di alam selalu didapat bersamaan dengan adanya transfer massa dimana pada transport zat tertentu berlaku campuran dalam fluida dan ini dapat dilihat adanya sirkulasi udara atmosfer akibat adanya pemanasan berbeda. Pada konveksi, terjadi akibat adanya kalor yang ikut di dalam zat yang bergerak dan pemanasan zat yang bergerak ini tidak sekaligus dipanaskan merata akibat zat ini mengalir. Hal ini sesuai dengan literatur Trihapsari (2010) yang menyatakan bahwa konveksi hanya terjadi melalui zat yang mengalir dan proses pemanasan ini terjadi aliran sehingga massa dipanaskan tidak sekligus dibawa menjadi suhu tinggi. Prinsip kerja dari konveksi adalah terjadinya perpindahan kalor dari suhu tinggi ke suhu rendah melalui perpindahan massa penghantar. Hal ini dapat dilihat

15

dari terjadinya angin darat dan angin laut dimana angin malam terjadi pada malam hari karena suhu udara di laut lebih tinggi daripada di darat sehingga udara di atas laut naik diganti udara di darat sehingga terjadi aliran udara ke laut. Angin laut terjadi pada siang hari dimana suhu di darat lebih tinggi sehingga udara dari darat naik ke atas diganti dengan udara dari laut maka terjadilah hembusan dari laut ke darat. Aplikasi dari konveksi di bidang teknologi pertanian adalah proses pengeringan, pemasakan hasil pertanian dengan manipulasi tekanan hingga pemodelan suhu udara dalam bangunan pertanian seperti rumah kaca dan penyimpanan hasil pertanian. Massa jenis air panas adalah 0,89 sedangkan massa air dingin adalah 1. Karena adanya perbedaan massa jenis maka akan terjadi sirkulasi di dalamnya. Hal ini dapat dilihat pada pemasakkan air dimana bagian dari yang dipanaskan (dekat sumber panas) akan berpindah ke atas akibat kecilnya massa jenis dan air dingin akan berpindah ke bawah. Hal ini terjadi terus menerus hingga seluruh air dalam keadaan panas. Faktor faktor yang berpengaurh dalam konveksi adalah bentuk dinding pada bahan (datar atau lengkung), panjang dinding (horizontal atau vertikal), jenis fluida, penguapan fluida atau gas, kerapatan viskositas, kalor spesifik, dan konduktivitas termal.

KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan diperoleh waktu yang diperlukan untuk sesuai suhu ruangan adalah 0,2178 jam utnuk ukuran 5 x 5 cm dan 8 x 8 cm diperlukan 0,2531 jam. 2. Tempe III memiliki suhu yang berbeda jauh dengan tempe I dan tempe II karena angin bertiup kencang pada saat percobaan. 3. Suhu rata rata untuk tempe pada ukuran 5 x 5 cm pada menit 0, 5, 10, dan 15 adalah 150,8oF, 92,8oF, 91,4oF, dan 89,6oF. Dan untuk 8 x8 cm adalah 166,4oF, 104oF, 101,6oF, dan 98,6oF. 4. Konveksi merupakan perpindahan kalor akibat adanya perbedaan suhu dan perpindahan massa dan molekul molekul. 5. Aplikasi dari konveksi dalam kehidupan sehari hair adalah pemasakkan air di dalam panci. 6. Air panas memiliki massa jenis 1 dan air panas 0,89 dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya sirkulasi dalam pemasakkan air. 7. Di alam proses konveksi terjadi pada sirkulasi atmsofer dan pada proses ini tidak seluruh bagian atmosfer terjadi pemanasan sekaligus. 8. Prinsip kerja dari konveksi terjadi perpindahan kalor dari suhu tinggi menuju suhu rendah melalui perpindahan massa penghantar dan ini biasanya di alam terjadi pada angin darat dan angin laut. 9. Aplikasi pindah panas konveksi di bidang teknologi pertanian adalah proses pengeringan, pemasakkan hasil pertanian dengan memanipulasi tekanan hingga pemodelan suhu udara pada bangunan pertanian.

16

DAFTAR PUSTAKA
Bejan, A., 1984. Convection Heat Transfer. John Willey & Sons, New York. Holman, J. P., 1976. Heat Transfer. McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo. Kamil, S., dan Pawito, 1983. Termodinamika dan Pindah Panas. Dirje n Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Ratna, P.W., 2004. Konveksi. http://aktiffisika.wordpress.com/2009/02/1:/ Konveksi. [Diakses 11 April 2011]. Reynolds, W.C., dan H. C. Perkins, 1994. Termodinamika. Penerjemah Filino Harahap. Penerbit Erlangga, Jakarta. Trihapsari, N., 2010. Penghantar Panas Konveksi. http://basicphysics.blogspot. 01/2010/01/penghantarpanaskonveksi. [Diakses 11 April 2011]. Welty, J.R., dkk., 2004. Dasar Dasar Fenomena Transport. Erlangga , Jakarta. Zemansky, M.W., dan R.H Dittman, 1993. Kalor dan Termodinamika. Penerbit ITB, Bandung.

17

DAFTAR ISI
Hal. PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................................ 1 Tujuan Praktikum .................................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat .................................................................................................. 6 Bahan dan Alat ........................................................................................................ 6 Prosedur Praktikum ................................................................................................. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ........................................................................................................................ 8 Perhitungan ............................................................................................................. 8 Pembahasan ........................................................................................................... 13 KESIMPULAN ..................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17 LAMPIRAN

18 i

Anda mungkin juga menyukai