Anda di halaman 1dari 16

AGAMA II | Pol i gami

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahwa sejarah membuktikan kepedulian lebih Rasullullah SAW kepada anak-
anak yatim dan keluarga syuhada peperangan mendorong Rasulullah SAW untuk
berpoligami, sehingga dapat memberikan perhatian lebih kepada mereka. Mungkin
sebagian orang akan bertanya, "Kenapa solusinya harus menikahi ibu anak-anak yatim
tersebut? Bahwa kondisi saat itu menuntut Rasulullah harus menikahinya, karena
tanpanya tidak akan terealisasi sikap perhatian beliau SAW.

Kondisi pada saat itu, dapat dilihat dengan rumah dan ruangan yang terbatas para
keluarga syuhada'. Ini dapat dijadikan alasan poligami Rasulullah SAW, karena berada
dalam satu ruangan dengan wanita yang bukan mahramnya adalah perbuatan yang tercela,
yang mana tidak sesuai dengan kapasitas sebagai Rasulullah SAW. Insya allah, analisa
pendek ini dapat dijadikan sebagai bentuk pertimbangan analisa sejarah, sebelum kita
terjebak pada sikap yang lebih berani dalam memandang figur suci Rasulullah SAW.

Satu hal lagi yang mendapatkan perhatian lebih akhir-akhir ini dalam kajian
poligami, adalah hadis kontroversial Rasulullah sayang tidak setuju dengan sikap
menantunya yang akan menikahi wanita lain. Pada suatu saat, Nabi SAW marah besar
ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin
Abi Thalib as. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan
naik mimbar, lalu berseru, "Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta
izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib".

Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan.
Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku,
kupersilahkan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku, apa yang
mengganggu perasaannya adalah menggangguku, apa yang menyakiti hatinya adalah
menyakiti hatiku." (Jmi' al-Ushl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).

Pakar sejarah Hasyim Ma'ruf al-Husaini dalam kitabnya Sirotul A'immah Istna
Asyar secara jelas dan tegas menolak hadis tersebut, dengan menyatakan bahwa hadis ini
diriwayatkan dengan riwayat-riwayat yang mursalah, bahwa kevalidan hadis tersebut
diragukan. Terlebih para perawi (yang meriwayatkan hadis) juga menyebutkan bahwa
wanita yang akan dikawini oleh Imam Ali As adalah Juwairiyah binti Abi Jahal Ammar
bin Hisyam al-Makhzumi.

Sangat jelas sekali keganjilan hadis ini. Oleh karena itu, hadis ini tidak dapat
dijadikan sebagai dalil ketidaklegalan poligami dan sikap Nabi saww yang anti poligami.
Poligami tetap sebagai solusi sosial danmendapat legitimasi dari syariat. Tapi tidak berarti
bahwa semua bentuk poligami itu sunnah dan mendapat dukungan penuh dari agama.
Tapi dalam kondisi tertentu, poligami juga dapat dikatakan sebagai sunnahnya. Sunnah
dan tidaknya poligami, tergantung pada bentuk poligami dan motif berpoligami.






AGAMA II | Pol i gami
2

1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang penulis coba angkat dalam penulisan makalah ini ialah :
1. Apa pengertian poligami dalam islam dan bagaimanakah pandangan islam terhadap
poligami ?
2. Apa hukum poligami dalam islam ?
3. Apa syarat-syarat yang memperbolehkan poligami dalam islam ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam mengangkat masalah tentang poligami dalam makalah ini ialah :
Memberikan penjelasan tentang pengertian poligami kepada masyarakat umum.
Menjelaskan hukum dan pandangan islam terhadap permasalahan poligami yang telah
terjadi dalam masyarkat.
Sebagai salah satu tugas akademik yang diberikan dosen pengampu dalam mengambil
mata kuliah Agama II.
Sebagai sarana pembelajaran dan diskusi dalm forum akademik maupun non
akademik.
1.4 Sistematika Pembahasan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 sistematika Pembahasan.
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA














AGAMA II | Pol i gami
3

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Poligami.
Dari sudut pandang terminologi, poligami berasal dari bahasa Yunani, dimana
kata poly berarti banyak dan gamien berarti kawin. Kawin banyak disini berarti seorang
pria kawin dengan beberapa wanita atau sebaliknya seorang wanita kawin dengan lebih
dari satu pria atau sama-sama banyak pasangan pria dan wanita yang mengadakan
transaksi perkawinan
1
. Dalam pengertian yang umum terjadi adalah pengertian poligami
dimana seorang suami memiliki lebih dari seorang istri. Namun dalam praktiknya,
awalnya seorang pria kawin dengan seorang wanita seperti layaknya perkawinan
monogami, kemudian setelah berkeluarga dalam beberapa tahun pria tersebut kawin lagi
dengan istri keduanya tanpa menceraikan istri pertamanya
2
.

2. Poligami dalam pandangan Islam.
Sesungguhnya Poligami lebih baik daripada berselingkuh atau berzinah dengan
pelacur. Poligami itu halal, sementara selingkuh atau pelacuran itu haram:
` ` ``
` ``` ` ` ` `` ` `

Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
(QS An-Nisa: 3)

Ayat di bawah yang sering digunakan dalil untuk menolak poligami juga
sebetulnya membolehkan poligami:
``` ` ` ` `` `
` ` ` ` ```
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun
kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung
(kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika
kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.: [An Nisaa:129]
Di ayat di atas Allah menegaskan bahwa manusia tidak akan dapat adil secara
sempurna kepada istri-istrinya. Meski demikian bukan berarti melarang poligami, tapi
menyuruh manusia agar tidak terlalu condong pada yang dicintai dan membiarkan yang
lain terlantar. Adil yang dimaksud adalah adil dalam hal pemberian materi dan giliran.

1
Bibit Suprapto. Liku-Liku Poligami. Yogyakarta: Al Kautsar, 1990. hal. 11.
2
Ibid. hal. 73.

AGAMA II | Pol i gami
4

Jika kita baca Alkitab, kita akan mengetahui bahwa ternyata banyak Nabi mau pun
orang biasa yang diurapi (diberkahi) Tuhan melakukan poligami. Daud sampai beristri
100 orang, Salomo 1000 orang, Yakub 4, Abraham selain punya 2 istri (Sarah dan Hagar)
juga punya beberapa gundik. Silahkan baca Alkitab: I Raja-Raja 11:1-3, Kejadian 29:28-
30, I Tawarikh 14:3, Tawarikh 3:1-9.
Kelompok Islam Liberal yang mengharamkan poligami tidak melihat ayat di atas
dan kenyataaan bahwa Nabi Muhammad dan juga nabi-nabi sebelumnya berpoligami.
Dari 4 presiden Indonesia, Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, 3 di antaranya diisukan
punya wanita lain di samping istri pertama (kalau Soekarno jelas punya banyak istri).
Presiden AS pun banyak yang punya berhubungan seks selain dengan istri pertamanya,
contohnya: Bill Clinton, John F Kennedy, Roosevelt, Thomas Jeffferson, Grover
Cleveland, Woodrow Wilson, Warren Harding, Eisenhower
(www.who2.com/hailtothesheets.html).
Penyanyi Julio Iglesias mengaku sudah menggoreng 2.000 wanita di tempat
tidur. Sementara majalah Tempo pernah memberitakan bahwa 1 dari 3 pria pasti punya
wanita lain/selingkuh. Itu membuktikan ada pria yang tidak bisa hidup dengan hanya 1
istri, apalagi jika istri tersebut sedang haid, hamil dan melahirkan, atau menopause. Jika
poligami syariah dilarang, maka mereka akan melakukan poligami liar/zina yang tidak
ada tanggung-jawab menyantuni istri dan anak baik lahir mau pun batin.
Sering orang-orang sekuler menolak syariat Islam dengan alasan negara tidak
berhak campur tangan dalam masalah agama. Tapi dalam hal poligami, mereka meminta
negara melarang poligami. Sebaliknya mereka justru menolak jika negara melarang
pelacuran dengan berbagai alasan. Pada RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi mereka
menolak pemerintah melarang warganya berciuman di depan umum atau selingkuh
dengan alasan itu masalah pribadi. Sekarang justru mereka meminta negara melarang
poligami yang juga adalah masalah pribadi. Aneh bukan?
Itulah ciri-ciri orang yang tidak beriman. Mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram. Di Detik.com disebut bahwa orang yang berpoligami
berpotensi menyebarkan penyakit kelamin karena berganti-ganti pasangan. Ini salah
besar. Meski seorang suami beristri 4, tapi istrinya kan itu-itu saja. Jika mereka semua
bersih ya tidak akan ada penyakit kelamin. Sebaliknya bagi yang menempuh monogami
tapi selingkuh dengan berganti-ganti pasangan atau ke tempat pelacuran, justru mereka
lebih besar potensi kena penyakit kelamin.
`` ``
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. (QS Al-Mukminun: 5)
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,
``` ` `` ` '` `` `` `
`` `

AGAMA II | Pol i gami
5

Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat. (QS An-Nur: 30)
Pada poligami, seorang pria harus adil kepada semua istrinya. Adil ini tentu dalam
batas kemampuan manusia, seperti jatah hari, atau pun pemberian materi. Bukan sesuatu
hal yang di luar jangkauan kemampuan manusia. Suami bertanggung-jawab memenuhi
nafkah lahir dan batin serta melindungi semua istrinya, dan juga anak-anaknya.
Pada perselingkuhan mau pun pelacuran, pada dasarnya terjadi hubungan seks
antara satu pria dengan banyak wanita seperti pada poligami. Tapi pada perselingkuhan
dan pelacuran, tidak ada tanggung-jawab bagi pria mau pun wanita. Sang pria tidak harus
memberi nafkah lahir dan batin, kecuali hanya pada saat kesenangan sesaat.
Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Terkadang
sebagian manusia merasa sombong sehingga mengharamkan apa yang Allah halalkan.
... ` ` ``` `
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana,[QS Al Fath 48.4]
Ulama besar, Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, dalam bukunya, Halal dan
Haram dalam Islam menulis: Islam telah menentukan keperluan perorangan dan
masyarakat, dan menentukan ukuran kepentingan dan kemaslahatan manusia seluruhnya.
Di antara manusia ada yang ingin mendapat keturunan tetapi sayang isterinya mandul atau
sakit sehingga tidak mempunyai anak.
Bukankah suatu kehormatan bagi si isteri dan keutamaan bagi si suami kalau dia
kawin lagi dengan seorang wanita tanpa mencerai isteri pertama dengan memenuhi hak-
haknya Sementara ada juga laki-laki yang mempunyai nafsu seks yang luarbiasa, tetapi
isterinya hanya dingin saja atau sakit, atau masa haidhnya (atau kehamilan penulis) itu
terlalu panjang dan sebagainya, sedang si laki-laki tidak dapat menahan nafsunya lebih
banyak seperti orang perempuan. Apakah dalam situasi seperti itu si laki-laki tersebut
tidak boleh kawin dengan perempuan lain yang halal sebagai tempat mencari kawan
tidur Dan ada kalanya jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah laki-laki, lebih-lebih
karena akibat dari peperangan yang hanya diikuti oleh laki-laki dan pemuda-pemuda.
Maka di sini poligami merupakan suatu kemaslahatan buat masyarakat dan perempuan itu
sendiri, sehingga dengan demikian mereka akan merupakan manusia yang bergharizah
yang tidak hidup sepanjang umur berdiam di rumah, tidak kawin dan tidak dapat
melaksanakan hidup berumahtangga yang di dalamnya terdapat suatu ketenteraman,
kecintaan, perlindungan, nikmatnya sebagai ibu dan keibuan sesuai pula dengan
panggilan fitrah.




AGAMA II | Pol i gami
6

Ada tiga kemungkinan yang bakal terjadi sebagai akibat banyaknya laki-laki yang
mampu kawin, yaitu:
1) Mungkin orang-orang perempuan itu akan hidup sepanjang umur dalam kepahitan
hidup.
2) Mungkin mereka akan melepaskan kendalinya dengan menggunakan obat-obat
dan alat-alat kontrasepsi untuk dapat bermain-main dengan laki-laki yang haram.
3) Atau mungkin mereka mau dikawini oleh laki-laki yang sudah beristeri yang
kiranya mampu memberi nafkah dan dapat bergaul dengan baik.
Tidak diragukan lagi, bahwa kemungkinan ketiga adalah satu-satunya jalan yang
paling bijaksana dan obat mujarrab. Dan inilah hukum yang dipakai oleh Islam, sedang
... `` ` ` `` `
Siapakah hukumnya yang lebih baik selain hukum Allah untuk orang-orang yang mau
beriman (al-Maidah: 50)
Di Bali Post disebut jumlah wanita 2% lebih banyak dari pria
(http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/9/27/op1.htm) atau lebih banyak 4,4 juta
dari pria. Jika 2 juta wanita termasuk usia nikah, jika poligami dilarang, akan ada 2 juta
wanita yang tidak menikah.
Dari sisi ekonomi mungkin wanita tersebut bisa memenuhi dengan bekerja. Tapi
bagaimana dari sisi kebutuhan biologis? Jika poligami diharamkan, untuk memenuhi
kebutuhan seksnya mereka akan jadi pelacur, simpanan, atau istri ke 2. Berapa banyak
wanita yang dibunuh karena meminta dinikahi sementara si pria sudah punya istri?
Berapa banyak bayi digugurkan karena anak lahir di luar nikah (contohnya kasus YZ dan
ME saat ini)? Berapa banyak istri ke 2 yang harus dicerai karena monogami yang
dipaksakan (contoh pasangan pengacara dan artis terkenal)? Berapa banyak anak yang
lahir tanpa bapak untuk mengasuh dan menafkahinya?
Jadi jangan hanya memperhatikan hak istri pertama. Tapi juga perhatikan hak
istri kedua dan anak-anaknya. Apalagi banyak pasangan poligami, ternyata istri pertama
rela bahkan ada yang justru mencarikan wanita untuk jadi istri ke-2, ke-3, atau ke-4 bagi
suaminya. Sebagai contoh jika istri Aa Gym, teteh Nini rela dan istri kedua rela, kenapa
yang lain harus ribut?
Boleh jadi istri Aa Gym justru lebih berbahagia dari kebanyakan pasangan
monogami yang gagal dan cerai seperti Reza, Enno, dan sebagainya. Memang ada pelaku
poligami yang tidak mengerti ilmu pernikahan misalnya tidak memberi nafkah lahir dan
batin kepada salah satu istri. Padahal memberi nafkah itu wajib. Allah juga mengancam
bahwa pelaku poligami yang tidak adil di hari kiamat nanti akan berjalan dengan kepala
yang miring.
Dalam Islam, poligami harus dilakukan dengan adil dan baik. Semua istri harus
dinafkahi dengan baik dan adil. Suami selain harus menyediakan rumah yang layak bagi
setiap istrinya juga harus bergilir mendatangi rumah setiap istrinya dengan adil. Allah
tidak mungkin membolehkan poligami jika manusia memang tidak bisa melakukannya.

AGAMA II | Pol i gami
7

Inilah sistem poligami yang banyak ditentang oleh orang-orang Kristen Barat yang
dijadikan alat untuk menyerang kaum Muslimin, di mana mereka sendiri membenarkan
laki-lakinya untuk bermain dengan perempuan-perempuan cabul, tanpa suatu ikatan dan
perhitungan, betapapun tidak dibenarkan oleh undang-undang dan moral. Poligami liar
dan tidak bermoral ini akan menimbulkan perempuan dan keluarga yang liar dan tidak
bermoral juga. Kalau begitu manakah dua golongan tersebut yang lebih kukuh dan lebih
baik?
3. Hukum Poligami.
Syaikh bin Baz mengatakan [Majalah Al-Balagh, edisi 1028 Fatwa Ibnu Baz] :
Berpoligami itu hukumnya sunnah bagi yang mampu, karena firmanNya :
` ` ``
` ``` ` ` ` `` ` `

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim
(bilama kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ;
dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya [An-Nisa : 3]
Dan praktek Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu sendiri, dimana beliau
mengawini sembilan wanita dan dengan mereka Allah memberikan manfaat besar bagi
ummat ini. Yang demikian itu (sembilan istri) adalah khusus bagi beliau, sedang selain
beliau dibolehkan berpoligami tidak lebih dari empat istri. Berpoligami itu mengandung
banyak maslahat yang sangat besar bagi kaum laki-laki, kaum wanita dan Ummat Islam
secara keseluruhan. Sebab, dengan berpoligami dapat dicapai oleh semua pihak,
tunduknya pandangan (ghaddul bashar), terpeliharanya kehormatan, keturunan yang
banyak, lelaki dapat berbuat banyak untuk kemaslahatan dan kebaikan para istri dan
melindungi mereka dari berbagai faktor penyebab keburukan dan penyimpangan.
Tetapi orang yang tidak mampu berpoligami dan takut kalau tidak dapat berlaku
adil, maka hendaknya cukup kawin dengan satu istri saja, karena Allah berfirman :
` `` ...
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja. [An-Nisa : 3]
Tafsir Ayat Poligami.
` `` ...

AGAMA II | Pol i gami
8

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja [An-Nisa : 3]
Dan dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Taala berfirman :
``` ` ` ` `` ...
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu)
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian [An-Nisa : 129]
Dalam ayat yang pertama disyaratkan adil tetapi dalam ayat yang kedua
ditegaskan bahwa untuk bersikap adil itu tidak mungkin. Apakah ayat yang pertama
dinasakh (dihapus hukumnya) oleh ayat yang kedua yang berarti tidak boleh menikah
kecuali hanya satu saja, sebab sikap adil tidak mungkin diwujudkan ?
Mengenai hal ini, Syaikh bin Baz mengatakan [Fatawa Mar'ah. 2/62] : Dalam dua
ayat tersebut tidak ada pertentangan dan ayat yang pertama tidak dinasakh oleh ayat yang
kedua, akan tetapi yang dituntut dari sikap adil adalah adil di dalam membagi giliran dan
nafkah. Adapun sikap adil dalam kasih sayang dan kecenderungan hati kepada para istri
itu di luar kemampuan manusia, inilah yang dimaksud dengan firman Allah Subhanahu
wa Taala :
``` ` ` ` `` ...
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu) walaupun
kamu sangat ingin berbuat demikian [An-Nisa : 129]
Oleh sebab itu ada sebuah hadits dari Aisyah Radhiallahu anha bahwasanya
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah membagi giliran di antara para istrinya
secara adil, lalu mengadu kepada Allah Subhanahu wa Taala dalam doa: Ya Allah
inilah pembagian giliran yang mampu aku penuhi dan janganlah Engkau mencela apa
yang tidak mampu aku lakukan [Hadits Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu
Majah dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim]
Keridhaan istri tidak menjadi syarat di dalam pernikahan kedua
Syaikh bin Baz mengatakan [Fatwa Ibnu Baz : Majalah Al-Arabiyah, edisi 168] :
Jika realitasnya kita sanggup untuk menikah lagi, maka boleh kita menikah lagi untuk
yang kedua, ketiga dan keempat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anda untuk
menjaga kesucian kehormatan dan pandangan mata anda, jikalau anda memang mampu
untuk berlaku adil, sebagai pengamalan atas firman Allah Subhanahu wa Taala :
` ` ``
` ``` ` ` ` `` ` `


AGAMA II | Pol i gami
9

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim
(bilama kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ;
dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja [An-Nisa : 3]
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Wahai sekalian pemuda,
barangsiapa di antara kamu yang mempunyai kesanggupan, maka menikahlah, karena
menikah itu lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kesucian farji ;
dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa dapat
menjadi benteng baginya [Muttafaq Alaih]
Menikah lebih dari satu juga dapat menyebabkan banyak keturunan, sedangkan
Syariat Islam menganjurkan memperbanyak anak keturunan, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam Kawinilah wanita-wanita yang penuh kasih
sayang lagi subur (banyak anak), karena sesungguhnya aku akan menyaingi umat-umat
yang lain dengan bilangan kalian pada hari kiamat kelak [Riwayat Ahmad dan Ibnu
Hibban]
Yang dibenarkan agama bagi seorang istri adalah tidak menghalang-halangi
suaminya menikah lagi dan bahkan mengizinkannya. Selanjutnya hendak kita berlaku adil
semaksimal mungkin dan melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya terhadap istri-
istri kita. Semua hal diatas adalah merupakan bentuk saling tolong menolong di dalam
kebaikan dan ketaqwaan. Allah Subhanahu wa Taala telah berfirman :
`` ` . ..
Dan saling tolong menolong kamu di dalam kebajikan dan taqwa [Al-Maidah : 2]
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Dan Allah akan menolong
seorang hamba selagi ia suka menolong saudaranya [Riwayat Imam Muslim] . Anda
adalah saudara seiman bagi istri anda, dan istri anda adalah saudara seiman anda. Maka
yang benar bagi anda berdua adalah saling tolong menolong di dalam kebaikan. Dalam
sebuah hadits yang muttafaq alaih bersumber dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma
bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda : Barangsiapa yang
menunaikan keperluan saudaranya, niscaya Allah menunaikan keperluannya
Akan tetapi keridhaan istri itu bukan syarat di dalam boleh atau tidaknya poligami
(menikah lagi), namun keridhaannya itu diperlukan agar hubungan di antara kamu berdua
tetap baik.
Berpoligami bagi orang yang mempunyai tanggungan anak-anak yatim.
Ada sebagian orang yang berkata, sesungguhnya menikah lebih dari satu itu tidak
dibenarkan kecuali bagi laki-laki yang mempunyai tanggungan anak-anak yatim dan ia
takut tidak dapat berlaku adil, maka ia menikah dengan ibunya atau dengan salah satu
putrinya (perempuan yatim). Mereka berdalil dengan firman Allah :
` ` ` ``

AGAMA II | Pol i gami
10

...
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim
(bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat [An-Nisa : 3]
Syaikh bin Baz mengatakan [Fatwa Ibnu Baz, di dalam Majalah Al-Arabiyah,
edisi 83] : Ini adalah pendapat yang bathil. Arti ayat suci di atas adalah bahwasanya jika
seorang anak perempuan yatim berada di bawah asuhan seseorang dan ia merasa takut
kalau tidak bisa memberikan mahar sepadan kepadanya, maka hendaklah mencari
perempuan lain, sebab perempuan itu banyak dan Allah tidak mempersulit hal itu
terhadapnya.
Ayat diatas memberikan arahan tentang boleh (disyariatkan)nya menikahi dua,
tiga atau empat istri, karena yang demikian itu lebih sempurna dalam menjaga
kehormatan, memalingkan pandangan mata dan memelihara kesucian diri, dan karena
merupakan pemeliharaan terhadap kehormatan kebanyak kaum wanita, perbuatan ikhsan
kepada mereka dan pemberian nafkah kepada mereka.
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya perempuan yang mempunyai separoh
laki-laki (suami), sepertiganya atau seperempatnya itu lebih baik daripada tidak punya
suami sama sekali. Namun dengan syarat adil dan mampu untuk itu. Maka barangsiapa
yang takut tidak dapat berlaku adil hendaknya cukup menikahi satu istri saja dengan boleh
mempergauli budak-budak perempuan yang dimilikinya. Hal ini ditegaskan oleh praktek
yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dimana saat beliau wafat
meninggalkan sembilan orang istri. Dan Allah telah berfirman :
` ` ` ` . ..
Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada Rasulullah suri teladan yang baik [Al-Ahzab
: 21]
Hanya saja Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada
ummat Islam (dalam hal ini adalah kaum laki-laki, pent) bahwa tidak seorangpun boleh
menikah lebih dari empat istri. Jadi, meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
dalam menikah adalah menikah dengan empat istri atau kurang, sedangkan selebihnya itu
merupakan hukum khusus bagi beliau.
4. Syarat-syarat berpoligami.
Bahwa beberapa ulama, setelah meninjau ayat-ayat tentang poligami, mereka telah
menetapkan bahwa menurut asalnya, Islam sebenamya ialah monogami. Terdapat ayat
yang mengandungi ugutan serta peringatan agar tidak disalah gunakan poligami itu di
tempat-tempat yang tidak wajar. Ini semua bertujuan supaya tidak terjadinya kezaliman.
Tetapi, poligami diperbolehkan dengan syarat ia dilakukan pada masa-masa terdesak
untuk mengatasi perkara yang tidak dapat diatasi dengan jalan lain. Atau dengan kata lain
bahwa poligami itu diperbolehkan oleh Islam dan tidak dilarang kecuali jikalau
dikhawatirkan bahawa kebaikannya akan dikalahkan oleh keburukannya.

AGAMA II | Pol i gami
11

Jadi, sebagaimana talaq, begitu jugalah halnya dengan poligami yang
diperbolehkan karena hendak mencari jalan keluar dari kesulitan. Islam memperbolehkan
umatnya berpoligami berdasarkan nas-nas syariat serta realiti keadaan masyarakat. Ini
bererti ia tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenangnya demi untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat Islam, demi untuk menjaga ketinggian budi pekerti dan nilai
kaum Muslimin.
Oleh yang demikian, apabila seorang lelaki akan berpoligami, hendaklah dia memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut;
1. Membatasi jumlah isteri yang akan dikawininya.
Syarat ini telah disebutkan oleh Allah (SWT) dengan firman-Nya;
` ` ` ``
...
"Maka berkawinlah dengan sesiapa yang kamu ber-kenan dari perempuan-perempuan
(lain): dua, tiga atau empat." (Al-Qur'an, Surah an-Nisa ayat 3)
Ayat di atas menerangkan dengan jelas bahwa Allah telah menetapkan seseorang
itu berkawin tidak boleh lebih dari empat orang istri. Jadi, Islam membatasi kalau tidak
beristri satu, boleh dua, tiga atau empat saja.
Pembatasan ini juga bertujuan membatasi kaum lelaki yang suka dengan
perempuan agar tidak berbuat sesuka hatinya. Di samping itu, dengan pembatasan empat
orang isteri, diharapkan jangan sampai ada lelaki yang tidak menemukan istri atau ada
pula wanita yang tidak menemukan suami. Mungkin, kalau Islam membolehkan dua
orang istri saja, maka akan banyak wanita yang tidak menikah. Kalau pula dibolehkan
lebih dari empat, mungkin terjadi banyak lelaki tidak memperolehi isteri.
2. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali
persaudaraan menjadi isterinya.
Misalnya, berkawin dengan kakak dan adik, ibu dan anaknya, anak saudara
dengan ibu saudara baik sebelah ayah maupun ibu. Tujuan pengharaman ini ialah untuk
menjaga silaturrahim antara anggota-anggota keluarga. Rasulullah (s.a.w.) bersabda,
maksudnya;
"Sesungguhnya kalau kamu berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu akan memutuskan
silaturrahim di antara sesama kamu." (Hadis riwayat Bukhari & Muslim)
Kemudian dalam hadis berikut, Rasulullah (s.a.w.) juga memperkuatkan larangan
ini, maksudnya;
Bahwa Urnmu Habibah (isteri Rasulullah) mengusulkan agar baginda menikahi adiknya.
Maka beliau menjawab; "Sesungguhnya dia tidak halal untukku." (Hadis riwayat
Bukhari dan Nasa'i)

AGAMA II | Pol i gami
12

Seorang sahabat bernama Fairuz Ad-Dailamy setelah memeluk agama Islam,
beliau memberitahu kepada Rasulullah bahwa beliau mempunyai isteri yang kakak
beradik. Maka Rasulullah menyuruhnya memilih salah seorang di antara mereka dan
menceraikan yang satunya lagi. Jadi telah disepakati tentang haramnya mengumpulkan
kakak beradik ini di dalam Islam.
3. Disyaratkan pula berlaku adil.
sebagaimana yang difirmankan Allah (SWT);
` ` ``
` ``` ` ` ` `` ` `

"Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu),
maka (kahwinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah) hamba-hamba perempuan
yang kaumiliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu
tidak melakukan kezaliman." (Al-Qur'an, Surah an-Nisa ayat 3)
Dengan tegas diterangkan serta dituntut agar para suami bersikap adil jika akan
berpoligami. Andaikan takut tidak dapat berlaku adil kalau sampai empat orang isteri,
cukuplah tiga orang saja. Tetapi kalau itupun masih juga tidak dapat adil, cukuplah dua
saja. Dan kalau dua itu pun masih kawatir tidak boleh berlaku adil, maka hendaklah
menikah dengan seorang saja.
Para mufassirin berpendapat bahawa berlaku adil itu wajib. Adil di sini bukanlah
bererti hanya adil terhadap para isteri saja, tetapi mengandungi arti berlaku adil secara
mutlak. Oleh karena itu seorang suami hendaklah berlaku adil sebagai berikut:
a) Berlaku adil terhadap dirinya sendiri.
Seorang suami yang selalu sakit-sakitan dan mengalami kesukaran untuk bekerja
mencari rezeki, sudah tentu tidak akan dapat memelihara beberapa orang isteri.
Apabila dia tetap berpoligami, ini berarti dia telah menganiayai dirinya sendiri. Sikap
yang demikian adalah tidak adil.
b) Adil di antara para isteri.
Setiap isteri berhak mendapatkan hak masing-masing dari suaminya, berupa
kemesraan hubungan jiwa, nafkah berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-
lain perkara yang diwajibkan Allah kepada setiap suami.
Adil di antara isteri-isteri ini hukumnya wajib, berdasarkan firman Allah dalam Surah an-
Nisak ayat 3 dan juga sunnah Rasul. Rasulullah (s.a.w.) bersabda, maksudnya;
"Barangsiapa yang mempunyai dua isteri, lalu dia cenderung kepada salah seorang di
antaranya dan tidak berlaku adil antara mereka berdua, maka kelak di hari kiamat dia

AGAMA II | Pol i gami
13

akan datang dengan keadaan pinggangnya miring hampir jatuh sebelah." (Hadis riwayat
Ahmad bin Hanbal)
c) Adil memberikan nafkah.
Dalam soal adil memberikan nafkah ini, hendaklah si suami tidak mengurangi
nafkah dari salah seorang isterinya dengan alasan bahwa si isteri itu kaya atau ada
sumber keuangannya, kecuali kalau si isteri itu rela. Suami memang boleh
menganjurkan isterinya untuk membantu dalam soal nafkah tetapi tanpa paksaan.
Memberi nafkah yang lebih kepada seorang isteri dari yang lain-lainnya
diperbolehkan dengan sebab-sebab tertentu. Misalnya, si isteri tersebut sakit dan
memerlukan biaya perawatan sebagai tambahan.
Prinsip adil ini tidak ada perbedaannya antara gadis dan janda, isteri lama atau
isteri baru, isteri yang masih muda atau yang sudah tua, yang cantik atau yang tidak
cantik, yang berpendidikan tinggi atau yang buta huruf, kaya atau miskin, yang sakit
atau yang sehat, yang mandul atau yang dapat melahirkan. Kesemuanya mempunyai
hak yang sama sebagai isteri.
d) Adil dalam menyediakan tempat tinggal.
Selanjutnya, para ulama telah sepakat mengatakan bahwa suami
bertanggungjawab menyediakan tempat tinggal yang tersendiri untuk tiap-tiap isteri
berserta anak-anaknya sesuai dengan kemampuan suami. Ini dilakukan semata-mata
untuk menjaga kesejahteraan isteri-isteri, jangan sampai timbul rasa cemburu atau
pertengkaran yang tidak diingini.
e) Adil dalam giliran.
Demikian juga, isteri berhak mendapat giliran suaminya menginap di rumahnya
sama lamanya dengan waktu menginap di rumah isteri-isteri yang lain. Sekurang-
kurangnya si suami mesti menginap di rumah seorang isteri satu malam suntuk tidak
boleh kurang. Begitu juga pada isteri-isteri yang lain. Walaupun ada di antara mereka
yang dalam keadaan haidh, nifas atau sakit, suami wajib adil dalam soal ini. Sebab, tujuan
perkahwinan dalam Islam bukanlah semata-mata untuk mengadakan 'hubungan seks'
dengan isteri pada malam giliran itu, tetapi bermaksud untuk menyempumakan
kemesraan, kasih sayang dan kerukunan antara suami isteri itu sendiri. Hal ini diterangkan
Allah dengan firman-Nya;
`` ` ` `` ` ` ` `
` ` `
"Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya, dan rahmat-Nya, bahawa
la menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri,
supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya di antara
kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang
demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi
orang-orang yang berfikir." (Al-Qur'an, Surah ar-Ruum ayat 21)

AGAMA II | Pol i gami
14


Andaikan suami tidak bersikap adil kepada isteri-isterinya, dia berdosa dan akan
menerima seksaan dari Allah (SWT) pada hari kiamat dengan tanda-tanda berjalan dalam
keadaan pinggangnya miring. Hal ini akan disaksikan oleh seluruh umat manusia sejak
Nabi Adam sampai ke anak cucunya.
Firman Allah (SWT) dalam Surah az-Zalzalah ayat 7 hingga 8;
` ` ` ` ` ' ` `
"Maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarrah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat
amalnya)! Dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarrah, nescaya akan dilihatnya
(dalam surat amalnya)."
f) Anak-anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, pemeliharaan
serta kasih sayang yang adil dari seorang ayah.
Oleh itu, disyaratkan agar setiap suami yang berpoligami tidak membeda-bedakan
antara anak si anu dengan anak si anu. Berlaku adil dalam soal nafkah anak-anak
mestilah diperhatikan bahwa nafkah anak yang masih kecil berbeda dengan anak yang
sudah besar. Anak-anak perempuan berbeda pula dengan anak-anak lelaki. Tidak kira
dari ibu yang mana, kesemuanya mereka berhak memiliki kasih sayang serta perhatian
yang seksama dari bapa mereka. Jangan sampai mereka diterlantarkan karena
kecenderungan si bapak pada salah seorang isteri serta anak-anaknya saja.
Keadilan juga sangat dituntut oleh Islam agar dengan demikian si suami
terpelihara dari sikap curang yang dapat merusakkan rumah tangganya. Seterusnya,
diharapkan pula dapat memelihara dari terjadinya cerai-berai di antara anak-anak serta
menghindarkan rasa dendam di antara sesama isteri.
Sesungguhnya kalau diperhatikan tuntutan syara dalam hal menegakkan keadilan
antara para isteri, nyatalah bahwa sulit sekali didapati orang yang sanggup menegakkan
keadilan itu dengan sewajarnya.
Bersikap adil dalam hal-hal menzahirkan cinta dan kasih sayang terhadap isteri-
isteri, adalah satu tanggungjawab yang sangat berat. Walau bagaimanapun, ia termasuk
perkara yang berada dalam kemampuan manusia. Lain halnya dengan berlaku adil dalam
soal kasih sayang, kecenderungan hati dan perkara-perkara yang manusia tidak
berkesanggupan melakukannya, mengikut tabiat semulajadi manusia.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah dalam Surah an-Nisak ayat 129
yang berbunyi;
` ` ` ...
"Dan kamu tidak sekali-kali akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri kamu
sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu

AGAMA II | Pol i gami
15

cenderung dengan melampau-lampau (berat sebelah kepada isteri yang kamu sayangi)
sehingga kamu biarkan isteri yang lain seperti benda yang tergantung (di awang-
awang)."
Selanjutnya Siti 'Aisyah (r.a.) menerangkan, maksudnya;
Bahawa Rasulullah (s.a.w.) selalu berlaku adil dalam mengadakan pembahagian antara
isteri-isterinya. Dan beliau berkata dalam doanya: "Ya Allah, inilah kemampuanku
membahagi apa yang ada dalam milikku. Ya Allah, janganlah aku dimarahi dalam
membahagi apa yang menjadi milikku dan apa yang bukan milikku."
Menurut Prof. Dr. Syeikh Mahmoud Syaltout; "Keadilan yang dijadikan syarat
diperbolehkan poligami berdasarkan ayat 3 Surah an-Nisa. Kemudian pada ayat 129
Surah an-Nisa pula menyatakan bahawa keadilan itu tidak mungkin dapat dipenuhi atau
dilakukan. Sebenamya yang dimaksudkan oleh kedua ayat di atas ialah keadilan yang
dikehendaki itu bukanlah keadilan yang menyempitkan dada kamu sehingga kamu
merasakan keberatan yang sangat terhadap poligami yang dihalalkan oleh Allah. Hanya
saja yang dikehendaki ialah jangan sampai kamu cenderung sepenuh-penuhnya kepada
salah seorang saja di antara para isteri kamu itu, lalu kamu tinggalkan yang lain seperti
tergantung-gantung."
Kemudian Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shidieqy pula menerangkan; "Orang yang
boleh beristeri dua ialah yang percaya benar akan dirinya dapat berlaku adil, yang sedikit
pun tidak akan ada keraguannya. Jika dia ragu, cukuplah seorang saja."
"Adil yang dimaksudkan di sini ialah 'kecondongan hati'. Dan ini tentu amat sulit
untuk dilakukan, sehingga poligami adalah suatu hal yang sukar untuk dicapai. Jelasnya,
poligami itu diperbolehkan secara darurat bagi orang yang benar-benar percaya dapat
berlaku adil."
Selanjutnya beliau menegaskan, jangan sampai si suami membiarkan salah
seorang isterinya terkatung-katung, digantung tak bertali. Hendaklah disingkirkan sikap
condong kepada salah seorang isteri yang menyebabkan seorang lagi kecewa. Adapun
condong yang dimaafkan hanyalah condong yang tidak dapat dilepaskan oleh setiap
individu darinya, iaitu condong hati kepada salah seorangnya yang tidak membawa
kepada mengurangkan hak yang seorang lagi.
Afif Ab. Fattah Tabbarah dalam bukunya Ruhuddinil Islami mengatakan; "Makna
adil di dalam ayat tersebut ialah persamaan; yang dikehendaki ialah persamaan dalam hal
pergaulan yang bersifat lahir seperti memberi nafkah, tempat tinggal, tempat tidur, dan
layanan yang baik, juga dalam hal menunaikan tanggungjawab sebagai suami isteri."
g) Tidak menimbulkan huru-hara di kalangan isteri mahupun anak-anak.
Jadi, suami mesti yakin bahwa perkawinannya yang baru ini tidak akan
menjejaskan serta merusakkan kehidupan isteri serta anak-anaknya. Karena,
diperbolehkan poligami dalam Islam adalah untuk menjaga kepentingan semua pihak.
Jika kepentingan ini tidak dapat dijaga dengan baik, maka seseorang yang berpoligami
pada saat itu adalah berdosa.


AGAMA II | Pol i gami
16

h) Berkuasa menanggung nafkah.
Yang dimaksudkan dengan nafkah di sini ialah nafkah zahir, sebagaimana
Rasulullah (s.a.w.) bersabda yang bermaksud;
"Wahai sekalian pemuda, sesiapa di antara kamu yang berkuasa mengeluarkan nafkah,
maka hendaklah kamu berkawin. Dan sesiapa yang tidak berkuasa, hendaklah berpuasa."
Hadis di atas menunjukkan bahawa Rasulullah (s.a.w.) menyuruh setiap kaum
lelaki supaya berkawin tetapi dengan syarat sanggup mengeluarkan nafkah kepada
isterinya. Andaikan mereka tidak berkemampuan, maka tidak dianjurkan berkawin
walaupun dia seorang yang sihat zahir serta batinnya. Oleh itu, untuk menahan nafsu
seksnya, dianjurkan agar berpuasa. Jadi, kalau seorang isteri saja sudah kepayahan untuk
memberi nafkah, sudah tentulah Islam melarang orang yang demikian itu berpoligami.
Memberi nafkah kepada isteri adalah wajib sebaik saja berlakunya suatu perkawinan,
ketika suami telah memiliki isteri secara mutlak. Begitu juga si isteri wajib mematuhi
serta memberikan perkhidmatan yang diperlukan dalam pergaulan sehari-hari.
5. Praktik poligami oleh Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad, nabi utama agama Islam melakukan praktik poligami pada
delapan tahun sisa hidupnya, sebelumnya ia beristri hanya satu orang selama 28 tahun.
Setelah istrinya saat itu meninggal (Khadijah) barulah ia menikah dengan beberapa
wanita. Kebanyakan dari mereka yang diperistri Muhammad adalah janda mati, kecuali
Aisyah (putri sahabatnya Abu Bakar).
Dalam kitab Ibn al-Atsir, sikap beristeri lebih dari satu wanita yang dilakukannya
adalah upaya transformasi sosial
[6]
. Mekanisme beristeri lebih dari satu wanita yang
diterapkan Nabi adalah strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi
feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda
sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka.
Sebaliknya, Nabi membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-
wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam beristeri lebih dari satu wanita.
Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh
perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang
dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin
al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami
yang awalnya tanpa batas sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai