Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kata matamatika sudah tidak asing lagi, matematika merupakan ratu dari ilmu pengetahuan dimana materi matematika diperlukan di semua jurusan yang di pelajari oleh semua orang. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan

mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Dalam matematika, teori himpunan bersifat sangatlah mendasar, dimana itu berarti teori himpunan hampir mendasari semua cabang matematika. Teori himpunan, yang baru diciptakan pada akhir abad ke-19, sekarang merupakan bagian yang tersebar dalam pendidikan matematika yang mulai diperkenalkan bahkan sejak tingkat sekolah dasar. Teori ini merupakan bahasa untuk menjelaskan matematika modern. Teori himpunan dapat dianggap sebagai dasar yang membangun hampir semua aspek dari matematika dan merupakan sumber dari mana semua matematika diturunkan. Himpunan adalah segala koleksi benda-benda tertentu yang dianggap sebagai satu kesatuan. Walaupun hal ini merupakan ide yang sederhana, tidak salah jika himpunan merupakan salah satu konsep penting dan mendasar dalam matematika modern, dan karenanya, studi mengenai struktur kemungkinan himpunan dan teori himpunan, sangatlah berguna. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai pengertian himpunan dan notasinya, cara penyajian himpunan, pengelompokkan himpunan berdasarkan keanggotaannya, hubungan/relasi antar himpunan dan operasi beserta aplikasi dalam himpunan.

1.2

Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yakni sebagai berikut: 1. Apa pengertian Himpunan? 2. Bagaimana cara penyajian himpunan? 3. Apa saja pengelompokkan himpunan berdasarkan keanggotaannya? 4. Bagaimana hubungan/relasi antar himpunan? 5. Apa saja operasi pada himpunan?

1.3

Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian himpunan 2. Untuk mengetahui cara penyajian himpunan 3. Untuk mengetahui pengelompokkan himpunan berdasarkan keanggotaannya 4. Untuk mengetahui hubungan/relasi antar himpunan 5. Untuk mengetahui operasi pada himpunan

1.4

Manfaat Penulisan Siswa diharapkan agar lebih memahami pengetian himpunan dan notasinya,

pengelompokkan himpunan berdasarkan keanggotaannya, hubungan antar himpunan, dan operasi beserta aplikasi pada himpunan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Notasi Himpunan

Himpunan adalah konsep dasar dari semua cabang matematika. Georg Cantor dianggap sebagai bapak teori himpunan. Pada dasarnya himpunan tidak didefinisikan seperti itu, namun untuk kepentingan sekolah himpunan didefinisikan sebagai kumpulan benda atau objek yang didefinisikan dengan jelas, sehingga dapat ditentukan secara tegas objek yang termasuk dalam himpunan dan yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut. Objek yang dimaksud dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan, negara dan sebagainya. Objek ini selanjutnya

dinamakan anggota atau elemen dari himpunan itu. Syarat tertentu dan jelas dalam menentukan anggota suatu himpunan ini sangat penting karena untuk membedakan mana yang menjadi anggota himpunan dan mana yang bukan merupakan anggota himpunan. Himpunan biasanya dinyatakan dengan huruf besar A, B, C, H, K dan sebagainya. Untuk menyatakan suatu himpunan digunakan simbol {.}. Sementara itu untuk melambangkan anggota himpunan biasanya menggunakan huruf kecil a, b, c, x, y dan sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa penulisan anggota dalam suatu himpunan hanya sekali saja. Jadi tidak boleh menuliskan himpunan sebagai {1,a,b,8,b}. Demikian pula tidak boleh menyatakan himpunan sebagai {bunga, kambing, sapi, kerbau, sapi, tumbuhan}. Setiap unsur yang terdapat dalam suatu himpunan disebut elemen/anggota himpunan itu. Untuk menyatakan anggota suatu himpunan digunakan lambang (baca: anggota) sedangkan untuk menyatakan bukan anggota suatu himpunan digunakan lambang lain: p A (berarti bahwa p adalah anggota dari himpunan A) Jika setiap anggota dari himpunan A juga merupakan anggota dari himpunan lain B, dengan kata lain p A juga p B, maka A disebut himpunan bagian (subset) dari B. A B berarti bahwa A merupakan himpunan bagian dari B. (baca: bukan anggota). Penulisan matematis (Notasi) antara

Dua buah himpunan dikatakan sama atau sederajat apabila semua anggota dari himpunan yang satu juga merupakan anggota anggota bagi himpunan yang lain, dengan kata lain jumlah dan jenis anggota anggota kedua himpunan tersebut sama.

Notasi : A = B berarti bahwa himpunan A sama dengan himpunan B, yakni jika dan hanya jika A B serta B A B, dan A = B. Masing masing Pernyataan ingkaran atau bantahan terhadap p A , A dituliskan dengan notasi p A , A p A , berarti bahwa p bukan anggota dari himpunan A A B, berarti bahwa A bukan himpunan bagian dari B

B, dan A = B. dengan demikian:

A = B, berarti himpunan A tidak sama dengan B

2.2

Penyajian Himpunan

Ada beberapa cara atau metode yang biasa digunakan untuk menyatakan suatu himpunan, yaitu :

1) Metode Roster Metode Roster yaitu suatu cara penulisan himpunan dengan menuliskan semua anggotaanggota himpunan di dalam tanda kurung korawal {...} Contoh : o Himpunan bilangan genap N = {2,4,6,8,10,12,...} o A = {1,2,3,4,5} Berarti himpunan A beranggotakan bilangan-bilangan bulat positif 1, 2, 3, 4, dan 5

2) Metode Roole Metode Roole yaitu suatu cara penulisan himpunan dengan menyebutkan syarat keanggotaannya atau dengan menyatakan sifat-sifat yang dipenuhi anggota-anggota himpunan tersebut. Contoh : N = Himpunan mahasiswi semester V kelas B yang memakai kacamata. Q = Himpunan semua huruf vokal

3) Metode Notasi Pembentuk Himpunan Metode notasi pembentuk himpunan yaitu suatu cara penulisan himpunan dengan menuliskan ciri-ciri umum atau sifat-sifat umum dari anggota. Contoh : A = {x | x 5 bilangan asli pertama)

Berarti himpunan A beranggotakan obyek x, dimana x anggota 5 bilangan asli pertama. B = { x | 0 < x < 6} Berarti himpunan B beranggotakan obyek x, dimana x adalah bilangan bilangan bulat positif yang lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari enam. C={x | 1 x 5}

Berarti himpunan C beranggotakan obyek x yang harganya paling sedikit sama dengan satu dan paling banyak sama dengan lima.

4) Metode Diagram Venn John Venn, seorang ahli matematika Inggris menemukan cara menyatakan suatu himpunan dengan menggunakan gambar. Selanjutnya gambar tersebut dinamakan diagram Venn. Metode diagram Venn yaitu suatu cara penulisan himpunan dengan menyajikan himpunan secara grafis dengan tiap-tiap himpunan digambarkan sebagai lingkaran dan memiliki himpunan semesta (U) yang digambarkan dengan segi empat. Aturan pembuatan diagram venn adalah : a) Himpunan semesta dinyatakan dengan persegi panjang. b) Himpunan dinyatakan dengan kurva sederhana tertutup. c) Anggota-anggota himpunan dinyatakan dengan titik-titik. Contoh : Diketahui U = {1, 2, , 7, 8} adalah himpunan semesta , jika A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}. Gambarlah diagram Venn!

U 1 3

A 2 5

B 8 6 4

Dari diagram Venn di atas tampak bahwa 2 dan 5 merupakan anggota dari A dan B.

2.3

Pengelompokkan Himpunan berdasarkan keanggotaan Adapun beberapa istilah yang biasa digunakan dalam mendefinisikan himpunan adalah

sebagai berikut: 1. Himpunan kosong (null set), dinotasikan dengan : atau {}, Himpunan kosong yaitu himpunan yang tidak mempunyai anggota. Secara teoritis, himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan apapun. Contoh : Jika H adalah himpunan nama nama hari yang dimulai dengan huruf B , nyatakan dalam notasi himpunan. Jawab: Karena nama nama hari adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu. Maka tidak ada nama hari yang dimulai dengan huruf B. Jadi H adalah himpunan kosong, ditulis H = atau H = {}

Jika, A = { x | x = -2 ; x Jawab:

riil}

Karena anggota dari A bukan merupakan bilangan riil, jadi A adalah himpunan kosong, ditulis A = .

2. Himpunan semesta , dinotasikan dengan : U, Himpunan semesta yaitu himpunan yang memuat semua anggota (elemen) yang dibicarakan. Himpunan semesta biasanya ditulis dengan simbol S atau U.

Contoh : K = {1,2,3,4,5} S = { x | x bilangan asli } atau S = { x | x bilangan cacah } atau S = { x | x bilangan positif } dan sebagainya.

3. Himpunan berhingga (finite) dan himpunan tak berhingga (infinite) Himpunan Berhingga (Finit) Yaitu himpunan yang angotanya dapat ditentukan dalam bentuk bilangan asli. Contoh : Himpunan bilangan ganjil yang kurang dari 50. Himpunan Tak Hingga (Infinit) Yaitu himpunan yang banyak anggotanya tidak dapat ditentukan dalam bentuk bilangan asli. Contoh : Himpunan bilangan genap.

4. Himpunan Kuasa (Power Set), dinotasikan : P Himpunan yang elemennya adalah himpunan-himpunan bagian dari suatu himpunan A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri. Contoh: A = {a,b,c} P(A) = { {a}, {b}, {c}, {a,b}, {a,c}, {b,c}, {a,b,c}, }

2.5

Hubungan Antar Himpunan

1. Himpunan bagian (Subset), dinotasikan : Himpunan A adalah himpunan bagian dari himpunan B, jika setiap anggota A adalah anggota B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

Diagram Venn :

U B

Contoh : Jika A = {0, 1, 2}, B = {0, 1 2, 3, 4, 5} dan C = {himpunan bilangan cacah}. Tentukan hubungan A, B, dan, C. Jawab: C = {himpunan bilangan cacah} C = {0,1,2,3,4,5,.} o Karena setiap anggota A merupakan anggota B maka A o Karena setiap anggota B merupakan anggota C maka B Dari hubungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa A B B C. C

Menetukan Banyak Himpunan Bagian Perhatikan himpunan himpunan berikut: A = {a}, banyaknya himpunan bagian ada 2, yaitu {a} dan A = {a,b}, banyaknya himpunan bagian ada 4, yaitu {a}, {b}, {a,b}, dan A = {a,b,c}, banyaknya himpunan bagian ada 8, yaitu {a}, {b}, {c}, {a,b}, {a,c}, {b,c}, {a,b,c}, dan Jika diperhatikan banyak himpunan bagian dari himpunan A maka diperoleh pernyataan sebagai berikut:
o o o

Jika n (A) = 1 maka banyak himpunan bagiannya 2 = 21 Jika n (A) = 2 maka banyak himpunan bagiannya 4 = 22 Jika n (A) = 3 maka banyak himpunan bagiannya 8 = 23

Demikian seterusnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut: Jika banyaknya anggota himpunan A adalah n, maka banyaknya himpunan bagian dari A adalah 2n 2. Himpunan sama, dinotasikan : = Dua himpunan A dan B adalah sama, jika setiap elemen A adalah elemen B, dan setiap elemen B adalah elemen A. Ditulis A = B A = B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A. A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka A B. Contoh : (i) Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x 1) = 0 }, maka A = B (ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B (iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka A B Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut: (a) A = A, B = B, dan C = C (b) Jika A = B, maka B = A (c) Jika A = B dan B = C, maka A = C

3. Himpunan saling lepas, dinotasikan : // Dua himpunan A dan B disebut saling lepas (disjoint), jika himpunan A tidak mempunyai anggota persekutuan dengan himpunan B. Notasi: A // B

Diagram Venn :
U A B

Contoh: Jika A = { x | x P, x < 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, maka A // B. Jika A = {a,b,c} dan B = {k,l,m} Maka A // B

4. Himpunan Ekuivalen, dinotasikan : ~ Dua buah himpunan A dan B dikatakan ekuivalen, jika dan hanya jika banyak anggota kedua himpunan itu sama. Notasi : A ~ B A = B Contoh : Misalkan A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka A ~ B sebab A = B = 4 Misalkan : A = {a, b, c} dan B = {himpunan bilangan asli yang kurang dari 4} Maka A ~ B (A equivalen B) karena n(A) = n(B).

5. Himpunan berpotongan, dinotasikan : Dua buah himpunan A dan B dikatakan berpotongan apabila ada anggota A yang merupakan anggota B, dan ada anggota A yang bukan anggota B, serta ada anggota B yang bukan anggota A. Contoh : A = {1, 3, 5} B = {2, 3, 7}

Sehingga A

B=

2.5 Operasi pada Himpunan

1. Gabungan (Union), dinotasikan : Jika A dan B adalah dua buah himpunan, Gabungan himpunan A dan B ditulis dengan A B adalah suatu himpunan yang terdiri atas anggota anggota A atau anggota anggota B. Jadi, A B = { x | x A atau x B }.

Gambar Diagram Venn :

daerah yang diarsir menyatakan A

Contoh: A = {a,b,c,g,h} dan B = {c,d,e,f}. Maka A B = {a,b,c,d,e,f,g,h}

2. Irisan (Intersection), , dinotasikan : Diberikan himpunan A dan B. Irisan himpunan A dan B ditulis dengan A suatu himpunan yang anggotanya berada di A dan juga berada di B. Jadi , A B = { x | x A dan x B } B adalah

Gambar Diagram Venn

daerah yang diarsir menyatakan A

Contoh: A = {a,b,c,g,h} dan B = {c,d,e,f}. Maka A B = {c} P = {a,b,c,g,h} dan Q = {d,e,f}. Maka A B = 3. Komplemen, , dinotasikan: A' atau AC, Diberikan suatu himpunan A. Komplemen dari A ditulis dengan A' atau AC, adalah himpunan yang anggotanya berada dalam himpunan semesta tetapi bukan berada di A. Jadi, AC, = { x | x S, x A}

Gambar Diagram Venn

daerah yang diarsir menyatakan AC Contoh: S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10} A = {1,2,3,4,5} Maka AC = {6,7,8,9,10} Diberikan semesta himpunan bilangan asli. Jika A = {0,2,4,6,} maka AC, = {1,3,5,}

4. Selisih antara dua buah himpunan, dinotasikan : Selisih antara dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya terdiri dari semua anggota A yang bukan anggota B. A - B = { x | x A dan x B}

Gambar Diagram Venn

daerah yang diarsir menyatakan A - B Contoh : A = {1,2,3,4,5} B = {2,4,6,7,10} Maka A - B = {1,3,5} 5. Selisih Simetris, dinotasikan : Selisih simetri atau beda simetri dari dua himpunan A dan B didefinisikan himpunan yang terdiri dari anggota A atau B tetapi bukan anggota persekutuan dari himpunan A dan B. A B = df (A Contoh : A = Himpunan bilangan ganjil yang kurang dari 10 B = Himpunan bilangan prima yang kurang dari 10 Maka A B = {1, 2, 9} B) (A B)

6. Perkalian Kartesian Himpunan Perkalian kartesian dari himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang anggotaanggotanya adalah semua pasangan berurutan yang mungkin ditentukan dengan unsure pertama dari himpunan A dan unsure kedua dari himpunan B. Notasi : A x B = {(a,b) | a Contoh : A = {1,2,3}, B = {a,b} A x B ={(1,a), (1,b), (2,a), (2,b), (3,a), (3,b)} A dan b B}

Hukum hukum matematika dalam pengoperasian himpunan

1. Hukum Komutatif A A B=B B=B A A

2. Hukum Asosiatif A A (B (B C) = (A C) = (A B) B) C C

3. Hukum Distributif A A (B (B C) = (A C) = (A B) B) (A (A C) C)

4. Hukum De Morgan (A (A B)C = A B)C = A B B

5. Hukum Identitas A A A A =A = U=U U=A

6. Hukum Penyerapan A A (A (A B) = A B) = A

7. Hukum Idempoten A A A=A A=A

8. Hukum Kelengkapan A A Ac = U Ac =
c

(A) c = A Uc = , =U

2.6

Aplikasi pada Himpunan

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan 3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai