Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai Kewarganegaraan tentunya kita tidak terlepas dari yang namanya manusia sebagai warga negara, dimana kita telah ketahui bahwa manusia pada hakikatnya di samping sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial dan religius. Apalagi manusia di seluruh dunia pun sudah mengakui eksistensi kemanusian ini. Sebagai makhluk individu dan sosial manusia di zaman sekarang ini memiliki kecenderungan untuk hidup secara berkelompok atau bermasyarakat tanpa mengabaikan keberadaan sifat-sifat individualitasnya dan salah satu bentuk hidup bermasyarakat itu adalah dengan hidup berbangsa dan bernegara. Secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Dari pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah negara, yakni adanya masyarakat (rakyat/warga negara), adanya wilayah (daerah) dan adanya pemerintah yang berdaulat. Setiap negara tidak mungkin bisa tanpa adanya warga atau rakyatnya. Unsur rakyat ini sangatlah penting dalam sebuah negara, karena secara kongkret rakyatlah yang memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik. Dalam konteks ini rakyat diartikan sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Sedangkan unsur wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Tidak ketinggalan unsur ketiga yakni pemerintah. Pengertian pemerintahan itu sendiri ialah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari, yang menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Disaat manusia memenuhi kepentingan hidup bermasyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini pulalah harus dijamin keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan social dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut. Karena itu harus ada hubungan timbal balik antara kepentingan kehidupan bangsa dan negara dan kepentingan individu yang diatur dalam mekanisme hubungan antara warga negara dan negara melalui jaminan atas idealisme pengakuan dan pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara terhadap
1

negara. Pentingnya jaminan atas pengakuan dan pelaksanaan hak dan kewajiban ini tentu tidaklah semata-mata bersifat sosiologis melainkan juga bersifat religius melalui pengembangan kesadaran ideologis dan religius bahwa warga negara perlu menjalankan dharma agama dan dharma negara secara seimbang dan suci yang dengan setiap warga negara akan mendapatkan hak-haknya dalam menjalankan hakikat hidup sebagai makhluk individu, makhluk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteknya Indonesia yang merupakan suatu Negara yang demokratis tentunya elemen masyarakat disini sangat berperan dalam pembangunan. Negara mempunyai hak dan kewajiban dalam pembangunan suatu negara. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi warga negaranya begitu pula dengan warga negaranya juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya. Seperti apakah hak dan kewajiban tersebut seharusnya dipertanggung jawabkan oleh masing-masing komponen. Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian warga negara, penentu warga negara Indonesia, pengertian hak dan kewajiban, serta permasalah-permasalahan mengenai hak dan kewajiban di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan yang akan dibahas dalam makalah ini yakni sebagai berikut: 1. Apakah pengertian warga negara? 2. Apa saja penentu warga negara? 3. Apa saja hak dan kewajiban warga negara Indonesia? 4. Apa masalah hak dan kewajiban warga negara Indonesia saat ini dan bagaimana cara pemecahannya? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian warga negara 2. Untuk mengetahui penentu warga negara 3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban warga negara Indonesia 4. Untuk mengetahui masalah hak dan kewajiban negara Indonesia saat ini dan upaya pemecahanya.

1.4 Manfaat penulisan Sedangkan manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis. Untuk mengetahui hak dan kewajiban warga negara. Adapun yang dibahas dalam hak dan kewajiban warga negara adalah pengertian warga negara, penentu warga negara Indonesia, pengertian hak dan kewajiban, serta hubungan warga negara dengan negara.

2. Praktis. Secara praktis bermanfaat untuk mengetahui tentang hak dan kewajiban warga negara Indonesia dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari agar setiap orang memahami hak dan kewajiban warga negara Indonesia.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Warga Negara

Warga negara merupakan status keanggotaan seseorang dari organisasi negara. Warga negara diartikan dengan dengan orang orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara. Warga negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara.yaitu peserta dari persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Sehingga, tiap warga negara mempunyai persamaan hak di depan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab (Tim ICCE,2003). Sementara itu, Hikam (seperti dikutip Tim ICCE,2003) menyatakan bahwa warga negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah ini menurutnya memberikan penekanan pada seseorang yang menjadi subjek dari komunitas yang membangun negara. Berbeda dengan istilah kawula negara yang cenderung bermakna sebagai objek. Koerniatmanto (2003) mendefinisikan warga negara sama dengan anggota warga negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan yang bersifat timbal balik dengan negaranya. Warga negara menyangkut status keanggotaan seseorang dalam suatu negara. Negara sebagai organisasi bangsa diperlukan keberadaanya agar kepentingan, hari depan, dan cita cita serta tujuan dari bangsa (warga negara, rakyat, masyarakat) dapat tercapai dan terurus dengan sebaik baiknya. Eksistensi negara-bangsa (nation state) sangat tergantung dari warga negara, terutama kesadaran dari setiap warga negara akan hak dan kewajibannya.

2.2 Penentu warga negara Indonesia Setiap negara berdaulat berwenang menentukan siapa siapa yang menjadi warga negara. Dalam perjalanan sejarah Indonesia, masalah kewarganegaraan diatur dalam UU sebagai berikut: 1. UU no 3 tahun 1946 (sudah tidak berlaku) 2. KMB 27 Desember 1949 (sudah tidak berlaku) 3. UU no 62 tahun 1958 ( sudah tidak berlaku)
4

4. UU no 3 tahun 1976 (sudah tidak berlaku) 5. UU no 12 tahun 2006 (yang sekarang berlaku). Menurut UU no 12 tahun 2006 maka asas yang dipakai Indonesia dalam menentukan kewarganegaraan adalah: 1. Asas ius soli Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan. Misalnya, kalau orang dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia. Terkecuali anggota anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama sama dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini berlaku juga di Amerika, Inggris, Perancis, dan juga Indonesia. Tetapi di jepang prinsip ius soli ini tidak berlaku. Karena seseorang yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan jepang, ia tidak dapat diakui sebagai warga negara jepang. 2. Asas ius sangunis Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari orang tersebut. Artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga warga negara Indonesia. Prinsip ini adalah prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, yang diantaranya terbukti dalam system kesukuan, dimana anak dari anggota dari sesuatu suku dengan sendirinya dianggap sebagai anggota suku itu. Prinsip ini berlaku diantaranya di Inggris, Amerika, Perancis, Jepang, dan juga Indonesia. 3. Asas Kewarganegaraan tunggal Asas ini adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang. Setiap orang tidak dapat menjadi warga negara ganda atau lebih dari satu. 4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas Asas ini adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih dari 1 warga negara) bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU. Pada saat anak-anak telah mencapai 18 tahun, maka harus menentukan salah satu kewarganegaraannya.

Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan di suatu negara dapat menimbulkan permasalahan dalam pewarganegaraan , seperti: 1. Apatride adalah istilah untuk orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Hal ini terjadi apabila seseorang dari keturunan negara yang memiliki yang memakai azas ius soli dilahirkan di negara yang menggunakan azas ius sanguinis. 2. Biparte adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan ganda(rangkap dua). Hal ini terjadi bila seseoarang yang berasal dari keturunan negara yang berasas ius sanguinis lahir di negara yang menggunakan asas ius soli. 3. Multipatride adalah seseorang yang memiliki dua atau lebih kewarganegaraan. Hal ini terjadi bila seseorang yang BIPATRIDE juga menerima pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa,dimana saat menerima

kewarganegaraan yang baru ia tidak melepaskan status bipatride-nya. Dalam menentukan status kewarganegaraan, seorang warga negara dalam suatu negara pada dasarnya mempunyai hak opsi dan hak repudiasi. a. Hak opsi adalah hak untuk memilih suatu kewarganegaraan. b. Hak repudiasi adalah hak untuk menolak suatu kewarganegaraan. Untuk menjadi warga negara suatu negara, seseorang dapat memperoleh

kewarganegaraan dengan jalan pewarganegraan atau naturalisasi. Proses pewarganegaraan / naturalisasi melalui 2 cara yaitu: 1. Naturalisasi biasa Mengajukan permohonan kepada Menteri hukum dan HAM melalui kantor pengadilan negeri setempat dimana ia tinggal atau Kedubes RI apabila di luar negeri permohonan ini ditulis dalam bahasa Indonesia. Permohonan perwarganegaraan/naturalisasi dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: Telah berusia18 tahun atau sudah menikah Sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut. Sehat jasmani dan rohani Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Inodnesia tahun 1945.

Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana karena melakukan tindakan pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 tahun. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan ganda. Mempunyai pekerjaan/atau penghasilan tetap. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara. Bila lulus maka ia harus mengucapkan sumpah setia di hadapan pengadilan negeri. 2. Naturalisasi Istimewa Naturalisasi ini diberikan kepada orang asing yang berjasa kepada negara.

2.2.1 Hilangnya kewarganegaraan Indonesia Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri. Dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh Presiden atas permohonannya sendiri , yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan (apatride). Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut. Tidak diwajibkan tapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing. Bertempat tinggal diluar wilayah negara republik Indonesia selama 5 tahun berturutturut bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5(liama) tahun itu berakhir dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataaan ingin tetap menjadi warga Negara Indonesia kepada perwakilan RI yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan RI tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan. Perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga asing kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal suaminya,

kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut. Laki-laki warga negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga asing kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut. Atau jika ingin tetap menjadi warga negara RI dapat mengajukan surat pernyaataan mengenai keinginannya kepada pejabat atau perwakilan RI yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut , kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Surat pernyataan dapat diajukan oleh perempuan setelah 3(tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung.

2.3 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Pada umumnya setiap warga negara mengatur masalah hak dan kewajiban warga negaranya dalam suatu konstitusi atau dalam peraturan perundang undangan negaranya sebagai syarat objektif formal dalam hidup berbangsa dan bernegara. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima oleh pihak lain maupun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Menurut pengertian tersebut individu maupun kelompok ataupun elemen lainnya jika memerima hak hendaknya dilakukan sesuai dengan aturan yag berlaku dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain jadi harus pihak yang menerimanyalah yang melakukan itu. Dari pengertian yang lain hak bisa berarti suatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunanya tergantung kepada kita sendiri contohya hak mendapatkan pengajaran. Dalam hak mendapatkan pengajaran ini adalah tergantung dari diri kita sendiri , kalau memang mengganggap bahwa pengajaran itu penting bagi kita pasti kita akan senantiasa akan belajar atau sekolah atau mungkin kuliah. Tapi kalau ada yang menggangap itu tidak penting pasti tidak akan melakukan hal itu. Sedangkan kewajiban berasal dari kata wajib. Menurut Prof. Dr. Notonegoro wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain maupun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang harus dilakukan. Disini kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan kewajiban kita

harus melaksanakannya tanpa ada alasan apapun itu. Dari pengertian yang lain kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai pasal 34 UUD 1945. Bebarapa hak warga negara Indonesia antara lain sebagai berikut : a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Sesuai dengan yang tertuang dalam pasal 27 (2). Pasal 27 ayat 2 UUD 45 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas keadilan social dan kerakyatan. Dengan tujuan menciptakan lapangan kerja agar warga Negara memperoleh penghidupan yang layak b. Hak membela negara Pasal 30 (1) UUD 1945 menyatakan kewajiban dan hak setiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan ayat (2) menyatakan bahwa pengaturannya lebih lanjut dilakukan dengan undang-undang. Undang-undang yang dimaksudkan adalah UU No. 20 tahun 1982 tentang pokok-pokok Pertahanan Keamanan Negara yang antara lain mengatur sistem pertahanan kemanan negara semesta. c. Hak kemerdekaan memeluk agama Pasal 29 ayat 1 UUD 45 menyatakan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya penjelasan UUD 45 menyebutkan bahwa ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ayat 2 menyatakan bahwa Negara: Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Kebebasan memeluk agama merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan. d. Hak mendapatkan pengajaran Termuat dalam pasal 31 (1),(2) UUd 1945, ini sesuai dengan tujuan Negara kta dalam pembukaan UUD 1945 bahwa bangsa Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. e. Hak untuk berserikat dan berkumpul Pasal 28 UUD 1945 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat daan berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan dan sebagainya.
9

Syarat-syaratnya akan diatur dalam undang-undang. Pelaksanaan pasal 28 telah diatur dalam undang-undang antara lain: 1. UU No.1 Tahun 1985 tentang perubahan atas UU no. 15 tahun 1969 tentang pemilihan umum anggota Badan permusyawaratan/perwakilan Rakyat sebagai mana telah diubah dengan UU No. 4 tahun 1975 daan UU No. 3 tahun 1980. 2. UU No. 2 tahun 1985 tentang perubahan aatas UU No. 16 tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 tahun 1975

f. Hak utuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia g. Hak ekonomi untuk mendapatkan kesejahteraan sosial h. Hak atas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan Ini merupakan konsekuensi dari prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan yang dianut Indonesia. Pasal 27 (1) menyatakan tentang kesamaan kedudukan warga Negara dalam hukum dan pemerintahan tanpa pengecualian. Pasal ini menunjukkan kepedulian kita terhadap hak asasi sekaligus keseimbangan antara hak dan kewajiban daan tidak adanya diskriminasi diantara warga negara.

Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia adalah : a. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan b. Kewajiban membela negara c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara Selain itu ditentuakan pula hak dan kewajiban negara terhadap warga negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan kewajiban warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, anatara lain sebagai berikut : a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah b. Hak negara untuk dibela c. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan rakyat d. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara f. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah

10

Secara garis besar , hak dan kewajiban wagra negara yang telah tertuang dalam UUD 1945 mencangkup berbagai bidang , bidang-bidang tersebut antara lain politik pertahanan, sosial, keagamaan , pendidikan, ekonomi dan pertahanan. dan

11

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kurangnya perlindungan hukum bagi Kerja Wanita (TKW) 3.1.1 Identifikasi Masalah 3.1.1.1 Latar Belakang

Tenaga Kerja Indonesia (TKI)/Tenaga

Permasalahan ketenagakerjaan Indonesia di luar negeri saat ini bukanlah sebuah masalah baru. Banyak hal yang menjadi sorotan dalam hal ketenagakerjaan seperti ketidakjelasan penempatan tenaga kerja, ketidakjelasan tanggung jawab, hukum, upah, bahkan hingga permasalahan kekerasan yang dialami Tenaga Kerja Indonesia (TKI) khususnya Tenaga Kerja Wanita (TKW). Mayoritas Tenaga Kerja Indonesia adalah kaum perempuan dan sebagian besar mereka bekerja di sektor informal seperti, pembantu rumah tangga (PRT). Fenomena banyaknya para Tenaga Kerja Wanita (TKW) menunjukkan bahwa permasalahan kemiskinan ini demikian kronisnya. Terbatasnya lahan pekerjaan bagi perempuan di Indonesia menjadikan mereka lebih memilih untuk bekerja di luar negeri dengan asumsi mereka hanya ingin mendapatkan pekerjaan dan penghasilan lebih daripada yang mereka terima di negeri sendiri. Dan setelah mereka bekerja di luar negeri yang mereka temui justru kekerasan, penyiksaan, pelecehan, pendeportasian dan diskriminasi yang tiada henti. Berdasarkan Penelitian Puslitbang Ketenagakerjaan Depnakertrans mencatat selama penempatannya 15,7 % TKI mengalami permasalahan, seperti : mengalami kekerasan fisik, tidak diberikan tiket kembali ke Indonesia, paspor ditahan majikan/agen, gaji tidak dibayar, kesulitan komunikasi dan penyesuaian budaya setempat, jam kerja berlebihan, pelecehan seksual, serta fasilitas istirahat dan makan-minum kurang memadai. Dari sisi waktu kerja, umumnya TKI di UEA dan Yordan tidak mengenal libur dan cenderung terkurung, selama kontrak kerja. Beberapa kasus memilukan yang terjadi pada TKI/TKW kita antara lain, Yanti Irianti mati di Saudi Arabia. Dihadapkan pada regu tembak, ia mati karena dituduh membunuh majikannya. Kedua, Fitriani asal Probolinggo Jawa Timur ditemukan tewas di Hongkong. Ia tewas sebagai akibat 20 tusukan di badannya.

12

Terakhir, Edy Pribadi Santoso dari Cilacap, Jawa Tengah tewas karena jatuh terpeleset dari bangunan tinggi di Malaysia. Hal ini cukup ironis karena di sisi lain TKI/TKW telah berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Remitansi mereka mencapai USD 8,24 milyar (2008) atau urutan pertama pada sektor jasa dan urutan ke-2 setelah penerimaan devisa migas. Remitansi itu juga berkontribusi terhadap peningkatan

kesejahteraan keluarga TKI yang diperkirakan berjumlah 16 juta orang. Besarnya kontribusi itu membuat TKI/TKW kerap disebut sebagai pahlawan devisa. Pemerintah sebagai pelindung dan penanggung jawab masyarakatnya lalai dalam memenuhi kebutuhan warganya, padahal jelas sekali UU menyebutkan bahwa rakyat berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia yang bekerja di luar negeri adalah masalah aktual yang seakan tak pernah berhenti dibahas. Sepanjang tahun pemerintah Indonesia selalu dipusingkan dengan permasalahan TKW. Sepanjang tahun pula, pemerintah harus cek-cok dengan Negara pengimpor TKW karena kasus-kasus kekerasan dan pedeportasian para tenaga kerja kita. Dan sepanjang tahun pula, tak ada solusi dan kebijakan yang tepat sasaran dan mampu mengatasi permasalahan TKI dan TKW ini. Setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah menuai protes dari banyak kalangan aktivis perempuan, akademisi dan pemerhati TKW. Sehingga seolah kebijakan yang sudah ada mengambang begitu saja tanpa tindak lanjut, sementara nasib para TKW semakin tragis dan terkesan dibiarkan. Impian untuk mendapatkan penghasilan lebih di negeri tetangga, ditambah pengalaman TKW-TKW lain yang sukses sebagai PRT (Pembantu Rumah Tangga), ternyata tidak selamanya menjadi kenyataan. Banyak TKW yang menuai sukses, menjadi semakin terangkat nasibnya setelah bekerja di luar negeri. Mereka bisa membiayai kehidupan keluarganya yang lain, dengan kata lain menjadi tulang punggung keluarga. Tetapi, ada pula kisah menyedihkan di antara para TKW ini, dimana bukan kebahagiaan yang mereka dapatkan, tetapi derita yang tiada pernah ada hentinya.

13

3.1.1.2 Permasalahan-permasalahan yang dialami TKW di Dalam Negeri maupun di luar negeri. 1. Permasalahan TKW di dalam negeri a. Percaloan Banyak calo TKI yang berkeliaran dimana-mana bahkan menebar penipuan di kalangan calon TKW. Seringkali para calon TKW tertipu oleh para calo. Ketidaktahuan mereka akan informasi dan ketiadaaan pengalaman, membuat mereka lengah. Dan akhirnya uang yang mereka setorkan lenyap dan calon TKW pun tidak jadi bekerja di luar negeri. Keberagaman biaya yang dipasang oleh lembaga penyalur TKW seperti PJTKI, membuat para calo bebas menentukan harga. Ini menunjukkan UU yang ada masih lemah dan belum jelas dan tegas dalam mengatur pasal mengenai TKW. b. Kondisi di Tempat Penampungan Tidak jarang para calon TKW nekat bunuh diri karena tidak tahan pada perlakuan petugas di tempat penampungan. Kasus Tarmini yang tewas karena melarikan diri dari LPTKI adalah contoh konkret tentang hal ini. Secara prosdural, seharusnya mereka mendapatkan pelayanan yang baik selama di penampungan, bahkan berhak untuk mendapatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai apa yang harus dilakukan di luar negeri sana ketika mereka menjadi TKW. Tapi, pada kenyataannya mereka justru menjadi korban penyiksaan, kekerasan, pelecehan seksual, eksploitasi oleh petugas. Bahkan mereka dibiarkan selama berbulan-bulan di penampuangantanpa nasib yang jelas. c. Penempatan Kerja Bukan menjadi rahasia lagi kalau ternyata penyaluran TKW ini disisipi oleh praktek human trafficking. Para calon TKW bukannya disalurkan di tempat kerjanya di luar negeri, justru malah dijual untuk menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK).

14

d. Posisi Tawar yang Rendah Pelanggaran HAM yang diterima para TKW itu kurang lebih disebabkan karena posisi tawar mereka rendah. Pertama, mereka adalah kelompok yang kurang pengetahuan, informasi dan keterampilan sehingga mudah dibodohi. Kedua, munculnya banyak lembaga penyalur tenaga kerja nasional yang tidak melaksanakan mekanisme

pemberangkatan secara profesional sesuai standar kelayakan, sehingga banyak kasus TKW yang masuk ke majikan yang salah. Ketiga, para TKW ini banyak yang tidak berdokumen resmi. Bagi TKW yang tidak berdokumen, ketika mendapat pelanggaran HAM tidak akan diurusi oleh pemerintah dan KBRI. Karena secara hokum, tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang memegang dokumen resmi. Beberapa sebab TKW berangkat tanpa melalui prosedur yang resmi yakni lebih cepat, lebih murah, tidak perlu persyaratan administrasi yang rumit seperti ijasah dan sertifikat ketrampilan khusus, bisa ikut pemutihan yang akan diadakan negara tujuan, mencari pekerjaan di Indonesia sulit dan gaji rendah, ekonomi keluarga kurang, tertipu oleh janji calo, tergiur teman yang telah berhasil sebagai TKW, dan tidak adanya informasi tentang mekanisme menjadi TKW di luar negeri (Kalyanamitra, 2004). e. Diskriminasi Dalam perjalanan pulang ke Indonesia, TKW sering mendapat perlakuan yang diskriminatif dari pemerintah. Penggunaan Terminal III di bandara Soekarno_Hatta adalah bentuk perlakuan yang diskriminatif terhadap TKW, dengan dalih demi kelancaran dalam mengatur kepulangan TKW. Padahal para TKW itu adalah sama-sama manusia yang harus mendapat perlakuan sama pula dengan orang lain. Banyak kasus yang terjadi akibat pengalokasian di Terminal III ini para TKW sering diperas dan diincar oleh para penjahat. Karena mereka sudah tahu bahwa Terminal III adalah rombongan TKW yang pulang dengan membawa banyak uang. Akibatnya, mereka korban pungutan liar.

15

2. Permasalahan TKW di Luar Negeri a. Tidak Digaji Seringkali TKW yang sudah bekerja di luar negeri tidak di gaji oleh majikannya. Bahkan mendapatkan bomus penyiksaan dari nyonya rumah, pemerkosaan oleh tuan rumah, dan berbagai penyiksaanpenyiksaan lain. Sudah banyak kasus yang terjadi akibat penempatan TKW yang salah sasaran. TKW ini karena miskin pengetahuan, sehingga tertipu oleh majikan kalau uang gajinya disimpan untuk dibayarkan ke depan. Kasus Nirmala Bonat (19) dari NTT yang disiksa oleh majikannya di Arab Saudi dan tidak di gaji oleh majikannya adalah contoh nyata untuk masalah ini. b. Penahanan Dokumen Sebenarnya para TKW yang tidak berdokumen itu adalah korban akibat penahanan dokumen mereka. Karena dokumen mereka ditahan, akhirnya ketika mereka mengalami penyiksaan, mereka tidak akan dipedulikan walaupun mereka melapor ke KBRI. Bahkan saat harus dideportasi dengan tuduhan TKI illegal, merekapun tak bisa berbuat apa-apa. Ini tindakan yang sangat diskriminatif sekali dari KBRI. Seharusnya, berdokumen ataupun tidak, para TKI ini tetap harus dilindungi. KBRI seharusnya paham dan menyadari bahwa permasalahan TKW ini begitu kompleks. c. Penganiayaan Normawati dari Kopbumi (Konsorsium pendamping buruh migrant Indonesia) mengatakan bahwa dalam Januari 2004 saja paling tidak ada 80 orang TKW yang terpaksa dirawat di Rumah Sakit Polri karena mendapat perlakuan yang tidak manusiawi selama bekerja di luar negeri. Jumlah ini belum termasuk yang dipulangkan secara paksa tanpa sepengetahuan petugas.

16

d. Meninggal Dunia Hingga Mei 2004, tercatat 20 orang TKW meninggal dunia, yang dilaporkan karena sakit dan kecelakaan lalu lintas. Kita tidak tau apakah mereka benar-benar meninggal karena kecelakaan ataukah ada penyebab lain. e. Perkosaan Perkosaan ini banyak menimpa TKW. Baik itu oleh majikan, petugas di tempat penampungan, atau orang lain yang terkait dengannya selama ia menjadi TKW di luar negeri. f. Jeratan Hukum Sepanjang tahun ini ada dua kasus TKW divonis hukuman mati, atas berbagai macam tuduhan, misalnya penganiayaan sampai pembunuhan terhdap majikannya. Dan pemerintah belum bisa berbuat apa-apa mengenai hal ini, dengan alasan kondisi peraturan dan hukum yang berbeda di tiap Negara. g. Pendeportasian Kasus ini disebabkan karena TKW banyak yang tidak memiliki dokumen resmi. Padahal, banyak juga TKW yang dokumennya ditahan sehingga tidak bisa melakukan apa-apa ketika harus dideportasi. h. Penahanan Dokumen Sebenarnya para TKW yang tidak berdokumen itu adalah korban akibat penahanan dokumen mereka. Karena dokumen mereka ditahan, akhirnya ketika mereka mengalami penyiksaan, mereka tidak akan dipedulikan walaupun mereka melapor ke KBRI. Bahkan saat harus dideportasi dengan tuduhan TKI illegal, merekapun tak bisa berbuat apa-apa. Ini tindakan yang sangat diskriminatif sekali dari KBRI. Seharusnya, berdokumen ataupun tidak, para TKI ini tetap harus dilindungi. KBRI

17

seharusnya paham dan menyadari bahwa permasalahan TKW ini begitu kompleks. Berdasarkan identifikasi di atas, maka permasalahan TKW sebetulnya dimulai sejak mereka mengurus keberangkatan sampai ke tempat

penampungan dan di tempat kerja mereka di luar negeri.

3.1.1.3 Penyebab terjadinya ketidakamanan yang diderita oleh para TKI/TKW, khususnya para Pembantu Rumah Tangga (PRT) yaitu: 1. Tingkat pendidikan TKI/TKW di luar negeri untuk sektor PRT yang masih rendah. Kondisi ini kurang memberikan daya tawar (bargaining position) yang tinggi terhadap majikan di luar negeri yang akan mempekerjakannya. Keterbatasan pengetahuan tersebut meliputi tata kerja dan budaya masyarakat setempat. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap penguasaan bahasa, akses informasi teknologi dan budaya tempat TKI/TKW bekerja. Sebagai TKI/TKW, bukan hanya bermodal skill atau keahlian teknis semata tetapi juga pemahaman terhadap budaya masyarakat tempat mereka bekerja. Karena kualitas tenaga kerja dan pendidikan selalu memiliki keterkaitan. 2. Perilaku pengguna tenaga kerja yang kurang menghargai dan menghormati hak-hak pekerjanya. Karakter keluarga atau majikan yang keras acapkali menjadi sebab terjadinya kasus kekerasan. Hal ini terjadi karena perbedaan budaya, ritme atau suasana kerja yang ada di Negara tempat TKI/TKW bekerja. 3. Perbedaan UU di Indonesia dengan negara tujuan TKI/TKW bekerja. Adanya perbedaan undang-udang yang mengatur ketenagakerjaan

mengakibatkan kasus kekerasan terhadap TKI sering terjadi, dan tidak mendapatkan penanganan sesuai dengan yang diharapkan masyarakat Indonesia. Salah satu negara yang memiliki perbedaan undang-undang tentang ketenagakerjaan dengan Indonesia adalah Malaysia. Perbedaan mencolok pada undang-undang tentang ketenagakerjaan dengan Indonesia yang mengakibatkan tindakan kekerasan terhapat TKI, terutama berkaitan

18

dengan unsur pemenuhan hak asasi manusia (HAM) dan jaminan sosial bagi para TKI yang diatur dalam undang-undang tersebut. 4. Regulasi atau peraturan pemerintah yang kurang berpihak pada TKI di luar negeri, khususnya sektor PRT. 5. Tidak optimalnya fungsi sosialisasi pengrekrutan calon TKI yang akhirnya menyebabkan kesiapan TKI menjadi rendah. Tidak dapat dipungkiri kalau calon TKI umumnya berasal dari pedesaaan, didominasi kalangan ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan rendah. Kondisi ini pada akhirnya memicu terjadinya penyimpangan hak perlindungan bagi TKI yang ironisnya terjadi pada setiap tahapan, yaitu pra penempatan, saat penempatan dan pasca penempatan. 6. Penyimpangan pada tahap prapenempatan tergambar dari pelatihan (terutama bahasa, budaya dan keterampilan kerja) dan Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) yang bersifat intesif dan aplikatif dengan waktu yang relatif panjang dikebiri menjadi sekedar syarat dan formalitas untuk menjawab tuntutan pemerintah. Sehingga tidak heran bila ada TKI yang hanya mengecap program itu selama sebulan bahkan di bawah itu. Akibatnya banyak TKI yang tidak paham isi Perjanjian Penempatan, Perjanjian Kerja bahkan tidak memegang foto copy PK, paspor, serta kartu asuransi. 7. Penyimpangan pada saat penempatan adalah lalainya TKI melaporkan keberadaannya ke ke kantor perwakilan RI terdekat. Secara prosedur setiap penempatan TKI wajib dilaporkan, tetapi pada banyak kasus mitra Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) juga bersikap acuh terhadap kewajiban ini. Akibatnya monitoring TKI menjadi sulit.

3.1.2.1

Pemecahan Masalah 1. Upaya-Upaya yang Dilakukan Pemerintah Dalam Mengatasi Permasalahan TKI/TKW. Dibentuknya Badan Nasional Perlindungan dan Pengawasan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Tugas dan fungsi selain melakukan kordinasi dengan Menteri Tenaga Kerja juga dengan PJTKI, dalam

19

melakukan pengawasan

dan pengelolaan adminsitrasi dan

perlindungan keselamatan TKI. Membentuk Tim Advokasi TKI. Bila ditemukan tindak kekerasan yang dilakukan majikan kepada TKI maka tim advokasi akan membawa kasus yang dialami TKI ke pengadilan.

Kelemahan: Langkah ini dinilai belum efektif karena sulit untuk mengawasi perlakuan majikan terhadap TKI karena mereka tidak berada 24 jam setiap hari di rumah tempat TKI bekerja dengan kondisi rumah atau bangunan yang tertutup. Dan juga mengenai perbedaan UU mengenai ketenagakerjaan ditiap negara menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan ini. Misalnya: Apakah pemukulan, penyiksaan, pemerkosaan, dan tidak membayar upah terhadap perempuan yang menjadi budak merupakan pelanggaran hukum pidana di Arab Saudi,Kuwait?Kalau masalah pemerkosaan (yang bisa dianggap sebagai bentuk hak melakukan hubungan seksual bagi majikan terhadap budak yang dipeliharanya di negara yang menjadikan kitab suci atau agama sebagai UU) tidak merupakan pelanggaran hukum pidana di satu negera, maka manalah mungkin tim advokasi menggugatnya ke pengadilan setempat. Untuk meminimalisir kasus penganiayaan yang sering menimpa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, pemerintah melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menerapkan Live Out System. Sistem ini menempatkan para TKI di asrama, sehingga mereka dapat menghindar dari hal-hal yang tak di inginkan.

Kelemahan: Live Out System ini sudah berjalan dan diterapkan di beberapa negara, seperti halnya Taiwan dan Malaysia, tetapi sistem tersebut

20

hanya berlaku untuk TKI yang bergerak di sektor formal, sedangkan untuk di sektor informal masih belum berlaku.

Badan Nasional Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) melakukan kerja sama dengan Yayasan Puri Cikeas mendirikan Rumah Penitipan Ibu dan Anak TKI di dekat Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Tujuan pendirian rumah penitipan tersebut adalah untuk mrnghindari tindakan jual beli anak-anak TKI. Anak TKI hanya boleh diadopsi oleh keluarga yang menginginkannya. Dengan catatan mengikuti prosedur adopsi yang benar dan latar belakang calon orang tua yang jelas. Tindakan ini juga sebagai bentuk upaya pemerintah melindungi TKI purna yang malu pulang ke kampung halamannya karena kecelakaan sampai hamil dan melahirkan.

2. Upaya-Upaya yang Ditawarkan Penulis dalam meminimalisir tindakan kekerasan yang dialami TKI/TKW. Dalam konteks masalah TKW, maka usaha treatment yang bisa dilakukan adalah dengan melalui peran kebijakan pada masing-masing stakeholder yang ada dalam sistem itu sendiri. Stakeholder yang dimaksud antara lain pemerintah (Menakertrans, Komisi DPR RI yang menangani masalah tenaga kerja, Institusi Pendidikan), perusahaan penyalur jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI), dan negara penerima TKW.Beberapa treatment yang bisa dilakukan oleh masing-masing stakeholder sebagai berikut : a. Pemerintah Kebijakan menghentikan pengiriman TKW menjadi tidak bijaksana ketika kita mencoba menelaah kembali akar permasalahn dan faktor pendorong banyaknya perempuan Indonesia yang ingin bekerja ke luar negeri. Selama pemerintah masih belum bisa mengatasi kemiskinan, dan mensejahterakan warganya, maka jangan harap kebijakan penghentian TKW akan mampu meredam masalah. Ini justru akan menimbulkan dampak lebih besar di Indonesia, karena penganggguran jelas akan semakin bertambah. Maka daripada itu, berdasarkan
21

identifikasi masalah yang ada di dalam negeri, maka langkah-langkah kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah sebagai berikut : Mengubah image negative TKW dan TKI, bahwa TKW dan TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga adalah posisinya rendah di masyarakat. Pemerintah bisa mengeluarkan statement atau bahkan dimasukkan ke dalam Undang-Undang mengenai definisi tenaga kerja Indonesia. Bahwa, TKI adalah pekerjaan yang sangat membantu Negara dalam memperbesar cadangan devisa. Hal ini penting agar masyarakat tidak menganggap remeh posisi pembantu rumah tangga. Bukan hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga yang lebih penting adalah masyarakat di Negara penerima TKW. Supaya tindakan pelecehan tidak terulang lagi. Menggelar kegiatan sosialisasi tentang larangan menggunakan jasa calo / tekong secara berkesinambungan. Dengan hilangnya TKI ilegal, maka nasib para TKI legal di luar negeri lebih jelas dan terjamin. Memperkuat hubungan bilateral antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah negera penerima TKW dan TKI. Terutama dalam menyangkut masalah TKI. Perlu ada semacam

perjanjian, atau kontrak kerja bersama yang di dalamnya termuat sejumlah peraturan mengenai TKI dan TKW. Juga hakhak yang harus di dapat TKW selama bekerja di luar negeri, tentang sanksi-sanksi dan aturan atas tindak pidana yang bisa dilakukan oleh majikan ataupun TKW itu sendiri. Membuat semacam employee agreement antara TKI dengan majikan yang disaksikan oleh atase perburuhan kita di negara setempat. Dalam perjanjian itu disebutkan hak dan kewajiban masing-masing dengan rinci, antara lain; paspor dipegang oleh TKI, nama dan alamat majikan dicatat di KBRI, perpindahan majikan yang membawa TKI wajib dilaporkan ke KBRI.

22

Perjanjian ini tentu saja harus melibatkan negara yang bersangkutan sehingga diperlukan perjanjian bilateral. Tanpa perjanjian tertulis secara bilateral dikhawatirkan TKI disamakan dengan budak karena majikan di sana membeli TKI dari agency. Dikhawatir kalau pun ada perjanjian kerja bisa jadi hanya antara agency di negara setempat dengan PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia).

Menyusun Undang-Undang yang khusus mengatur masalah TKW. Karena selama ini masalah TKI ada di bawah UU Tenaga Kerja yang disitu belum ada aturan yang jelas tentang TKW, batas jam kerja TKI, maupun jenis-jenis perlindungan terhadap TKI.

Memperbaiki

kualitas

pendidikan

di

Indonesia

dengan

merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20%. Hal ini baru terasa sekali ketika ternyata banyak sekali para TKW yang minim pengetahuan sehingga mudah dibodohi para calo, dan majikan mereka. Sehingga akhirnya mereka menjadi korban pelanggaran HAM di tempat mereka bekerja.

Menetapkan kebijakan pengiriman TKW yang mempunyai skill. TKI atau TKW yang mempunyai skill tidak akan mudah mendapatkan pelanggaran HAM di negeri penerima.

Penetapan

dan

sosialisasi

mengenai

prosedur

resmi

pemberangkatan tenaga kerja Indonesia dan penempatannya. Agar tidak ada lagi calon TKW atau TKI yang tertipu oleh para calo atau di tempatkan di tempat kerja yang salah. Sosialisasi ini harus menjangjau sampai ke calon TKW, jika tidak, maka kejadian penipuan dan pelanggaran HAM akan terus berlanjut sampai kapanpun.

23

Untuk menghindari adanya lembaga penyalur TKW yang tidak resmi, maka pemerintah perlu menetapkan standarisasi dan akreditasi terhadap PJTKI yang ada atau yang akan didirikan. Dan yang memenuhi akreditasilah yang berhak menjadi lembaga penyalur tenaga kerja nantinya. Lembaga-lembaga penyalur ini perlu juga di sosialisasikan kepada masyarakat dan calon TKW agar masyarakat yang ingin menjadi TKW/TKI mendaftar di PJTKI yang sudah diresmikan oleh Negara.

Pengaturan mekanisme yang jelas tentang perlindungan TKW di luar negeri dan hal ini perlu di sosialisasikan kepada para TKW sebelum di berangkatkan mengenai hak-hak mereka dan bagaimana prosedur yang harus dilakukan untuk mendapatklan perlindungan hokum ketika terjadi pelanggaran HAM pada mereka.

Dengan diberlakukan otonomi daerah di Indonesia, pemerintah bisa mengarahkan pemerintah daerah agar bisa memaksimalkan potensi TKW yang baru saja pulang dari luar negeri, agar para mantan TKW ini tidak kehilangan pekerjaan selepas pulang dari luar negeri. Pemanfaatan skill yang sudah dimiliki TKW oleh Pemda akan membantu peningkatan perekonomian mereka dan secara tidak langsung akan mengurangi jumlah kemiskinan di daerah masing-masing.

Pemerintah melakukan pengawasan yang ketat terhadap PJTKI, terutama pada waktu memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi para calon TKW. Agar sosialisasi dan pelatihan benarbenar tepat sasaran dan tersampaikan secara benar kepada para calon TKW.

Meminta kepada pemerintah pengguna tenaga kerja untuk mengeluarkan larangan kepada warga negaranya untuk
24

mempekerjakan TKI tanpa dokumen. Permintaan tersebut cukup beralasan, manakala warga negara tersebut tidak lagi

mempekerjakan TKI ilegal maka dengan sendirinya buruh migran akan berpikir seribu kali untuk bekerja ke luar negeri tanpa prosedur yang benar.

Dilakukannya program pelatihan teknologi informasi dan komunikasi . seperti yang telah dikembangkan di Wilayah Sukabumi yang dinamakan CTC (Community Technology Center) Mahnettik. Program tersebut berupa pelatihan dasar komputer dan internet gratis untuk seluruh buruh migran, keluarga buruh migran, dan calon buruh migran. Program ini tergolong krusial karena sebagian besar TKW tidak memiliki informasi yang cukup mengenai negara tujuannya, prosedur pengurusan perizinan, dan akses terhadap teknologi informasi yang memadai dimana hal ini telah menyebabkan semakin banyaknya kasus penipuan, pemerasan, dan proses perizinan yang berbelit-belit di dalam negeri dan juga memperburuk kondisi TKW akibat berbagai tindak kekerasan di negara tujuan. Selain itu, menurut survey Bank Indonesia, 24% pengeluaran buruh migran Indonesia adalah untuk kebutuhan komunikasi. Dengan pengetahuan yang memadai, TKW dapat menjadi lebih waspada terhadap berbagai tindak kejahatan dan dapat menghemat biaya komunikasinya dengan menggunakan fasilitas atau fitur komunikasi via internet. Dengan dibekali keterampilan menggunakan perangkat

teknologi informasi dan komunikasi, kondisi TKW di luar negeri akan lebih mudah dipantau; TKW dapat mengakses berbagai informasi terkait negara tujuannya, perizinan,

peraturan, dan kebijakan-kebijakan pemerintah sehingga TKW dapat memahami hak dan kewajibannya; dan TKW juga dapat menginformasikan berbagai ketidakadilan yang menimpanya sehingga dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk

25

merumuskan kebijakan yang tepat untuk melindungi TKW di luar negeri. Penempatkan atase pemburuhan di seluruh penempatan tenaga kerja diluar negeri. Seperti yang kita ketahui saat ini baru ada 2 KBRI yang didukung dengan atase pemburuan yakni di Riyadh, Arab Saudi dan di Kuala Lumpur,Malaysia. Hal ini akan mempermudah TKI/TKW mendapatkan perlindungan jika mendapat masalah Pemberdayaan bagi TKI purna yang sudah enggan kembali bekerja ke luar negeri atau persyaratan bekerja keluar negeri sudah tidak lagi memenuhi. Maka dengan membekali mantan TKI tersebut dalam bentuk keterampilan kewirausahaan untuk bekerja mandiri di dalam negeri. Karena tidak selamanya para TKI harus menjadi TKI lagi. Mereka ini mempunyai masa yang mengharuskan kembali hidup bersama keluarganya di Indonesia

b. PJTKI PJTKI juga memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah adanya TKW-TKW ilegal serta tindak-tindak pelecehan terhadap calon TKW yang biasa terjadi di tempat penampungan. Banyaknya kasus pelacuran yang terjadi pada calon TKW adalah karena mereka tidak disalurkan sebagaimana mestinya oleh PJTKI liar. Oleh karena itu, PJTKI harus benar-benar melakukan prosedur resmi pemberangkatan TKW, meliputi : Melaksanakan proses pra pemberangkatan dan penempatan TKW sesuai prosedur dan mekanisme yang telah digariskan oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu antara lain : a. Pengurusan surat ijin pengarahan b. Perekrutan dan seleksi c. Pendidikan dan pelatihan kerja d. Pemeriksaan kesehatan dan psikologi

26

e. Pengurusan dokumen f. Uji Kompetensi g. Pembekalan akhir pemberangkatan h. Pemberangkatan

c. Negara Penerima Banyak kasus diskriminasi terhadap TKW Indonesia adalah karena tidak adanya aturan hukum di negara penerima yang melindungi tenga kerja dari luar negeri. Diplomasi dan surat kontrak kerja seolah menjadi polesan dan formalitas belaka, karena ternyata masih banyak pelanggaran oleh majikan di negara penerima yang tidak ditindak tegas oleh hukum di negara bersangkutan. Sehingga para TKW-lah yang pada akhirnya menjadi korban. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh negara penerima : Harus ada peraturan hukum yang jelas yang melindungi tenaga kerja /migrant dari negara lain. Dengan tetap memperhatikan aspek kesamaan perlindungan HAM diantara majikan dan TKW. Kontrak kerja yang jelas dan mempunyai dasar hukum kuat antara TKW dengan majikan, dan ada sanksi-sanksi berat bagi majikan yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam surat kontrak. Beberapa treatment di atas, perlu diperkuat kembali dengan peran dari calon TKW sendiri. Peran dari dalam diri calon TKW ini juga sangat menentukan agar setelah bekerja di luar negeri ia tidak mengalami diskriminasi. Beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh calon TKW sebelum berangkat atau memutuskan bekerja di luar negeri : Mencari informasi tentang hak dan kewajiban dia sebagai pekerja, informasi tentang deskripsi kerja, serta kondisi umum Negara tujuan Menjalani semua proses persiapan pemberangkatan

27

Mempelajari dengan cermat surat kontrak kerja sebelum menandatanganinya Menghindari penyelenggaraan penempatan tenaga kerja ke luar negeri yang bersifat individual. Mencari dan memilih penyelenggara yang telah diakreditasi oleh pemerintah sehingga mempermudah pertanggung jawabannya ketika terjadi masalah.

Penanganan masalah berbasis kebijakan negara mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mengatasi berbagai masalah sosial. Karena, pada dasarnya, mayoritas sumber masalah sosial yang terjadi adalah karena rusaknya sistem di negara kita. Ketidakberesan sistem akan menyebabkan masalah pada masyarakat juga.

28

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan Pengertian warga negara merupakan status keanggotaan seseorang dari organisasi negara. Warga negara diartikan dengan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Dalam menentukan kewareganegaraa didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua asa yaitu asas ius soli dan ius sangunis. Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum yang artinya negari/tanah. Sanguis berasal dari kata sanguis yang artinya darah. a. Asas Ius Soli Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan. b. Asas Ius Sanguinis Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari orang tersebut. Artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga warga negara Indonesia.

Hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai pasal 34 uud 1945. Beberapa hak dan kewajiban warga negara Indonesia sebagai berikut: a. Hak atas perkerjaan dan penghidupan yang layak b. Hak membela Negara c. Hak berpendapat d. Hak kemerdekaan memeluk agama e. Hak mendapatkan pengajaran f. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul g. Hak atas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan h. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional indonesia i. Hak ekonomi untuk mendapatkan pengajaran
29

j. Hak untuk mendapatkan jaminan keadilan sosial.

Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia ialah: k. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari serangan musuh. l. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda). m. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya n. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia o. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik. Dalam usaha untuk memperoleh peluang kerja di luar negeri atau menjadi TKI dilalui oleh masyarakat dengan berbagai cara. Ada calon TKI yang menggunakan saluran khusus yang disediakan pemerintah, yaitu melalui agen rekutmen yang secara resmi ditunjuk oleh pemerintah yang disebut dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Sayangnya masih banyak TKI yang bekerja secara ilegal dengan memanfaatkan jasa calo / tekong untuk bisa bekerja di negeri orang Para TKI ilegal tersebut ditempatkan tanpa melewati proses yang benar, pada umumnya tidak melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), tetapi mereka bekerja melalui jasa sponsor, calo atau tekong yang secara hukum tidak memiliki kewenangan untuk menempatkan TKI ke luar negeri. Sebenarnya menjadi TKI ilegal sangat merugikan bagi TKI itu sendiri, karena secara hukum sulit mendapatkan perlindungan yang memadai di negeri orang. TKI ilegal identik dengan penderitaan karena sangat rentan terhadap ketidakpastian dalam bekerja, dan peluangpeluang untuk ditangkap, dipenjara, disiksa, sakit sangat mungkin akan dialami. Upaya-Upaya yang Dilakukan Pemerintah Dalam Mengatasi Permasalahan TKI/TKW: 1. Dibentuknya Badan Nasional Perlindungan dan Pengawasan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). 2. Pemerintah Bentuk Tim Advokasi TKI .Bila ditemukan tindak kekerasan yang dilakukan majikan kepada TKI maka tim advokasi akan membawa kasus yang dialami TKI ke pengadilan.

30

3.

Untuk meminimalisir kasus penganiayaan yang sering menimpa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, pemerintah melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menerapkan Live Out System. Sistem ini menempatkan para TKI di asrama, sehingga mereka dapat menghindar dari hal-hal yang tak di inginkan.

4.

Melakukan perjanjian tertulis (MoU), baik perjanjian antara Indonesia dan negara pengguna TKI maupun pemerintah Indonesia dengan pihak - pihak yang berkepentingan menggunakan jasa TKI.

5.

Badan Nasional Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) melakukan kerja sama dengan Yayasan Puri Cikeas mendirikan Rumah Penitipan Ibu dan Anak TKI di dekat Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

4.2

Saran Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah pengertian dari hak dan kewajiban

warga negara Indonesia. Dengan mengetahui apa saja hak dan kewajiban negara Indonesia. Diharapkan pembaca menjadi warga negara yang baik. Bagi para pencari kerja khususnya calon TKI/TKW diharapkan menggunakan jasa penyalur tenaga kerja resmi yang ditunjuk oleh pemerintah, sehingga meminimalisir hal hal buruk yang mungkin terjadi pada saat pra-penempatan atau pasca penempatan kerja. Dan apabila terlanjur terjadi tindak kekerasan , diharapkan bisa langsung melaporkan kejadian tersebut ke KBRI terdekat. Dan bagi pemerintah diharapkan akan lebih memperhatikan nasib para tenaga kerja Indonesia , sehingga tidak menjadi korban tindak kekerasan / pelecehan di negeri orang.

31

DAFTAR PUSTAKA

Rosyada, Dede dkk.2005.Demokrasi,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.Prenada Media:Jakarta. Sukadi .2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Singaraja: Undiksha http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan (diakses pada tanggal 15 april 2011) http://fachmiulilmaulana.blogspot.com/2010/03/pengertian-bangsa-negara-warganegara_09.html (diakses pada tanggal 15 april 2011) www.okezon.com (diakses pada tanggal 6 mei 2011) http://farson20.wordpress.com/arti-definisipengertian-negara-dan-fungsi-negarapengertianwarga-negarapengertian-bangsa-dan-pengertian-penduduk-menurut-para-ahli/ (diakses pada tanggal 6 mei 2011) http://ku2ht3rry.wordpress.com/2010/02/23/hak-dan-kewajiban-warga-negara/ (diakses pada tanggal 15 april 2011) http://kewarganegaraan.wordpress.com/2007/11/21/hak-dan-kewajiban/ tanggal 15 april 2011) http://www.scribd.com/doc/16535959/Hak-Dan-Kewajiban-Warga-Negara tanggal 15 april 2011) http://gendoetblog.blogspot.com/2009/04/hak-dan-kewajiban-warga-negara_02.html (diakses pada tanggal 15 april 2011) http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan (diakses pada tanggal 6 april 2011) http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/artikel-hak-dan-kewajiban-bagi-warga-negaraindonesia/ (diakses pada tanggal 15 april 2011) http://ardaninggar.wordpress.com/2009/04/24/derita-tenaga-kerja-wanita-tkw-indonesiadalam-lingkaran-kemiskinan-struktural/ (diakses pada tanggal 6 mei 2011) (diakses pada (diakses pada

32

Anda mungkin juga menyukai