Anda di halaman 1dari 4

Tes Sel Darah Putih Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam tubuh

kita. Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan infeksi. Berdasarkan ada/tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi menjadi: Leukosit bergranula (granulosit) Neutrofil,eusinofil,basofil. Leukosit tidak bergranula (agranulosit) Limfosit,monosit

1. Neutrofil Plasmanya bersifat netral, inti selnya berjumlah banyak dengan bentuk bermacam-macam. Neutrofil fagositosis terhadap eritrosit (sel darah merah), kuman, dan jaringan mati. Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri. Penyakit HIV lanjut dapat menyebabkan neutropenia. Begitu juga, beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha (misalnya gansiklovir untuk mengatasi virus sitomegalo, lihat LI 501) dan AZT (semacam ARV; lihat LI 411). Neutrofil berwarna netral atau berwarna bila dicat atau campuran perwarnaan asam dan basa, intinya mempunyai tiga atau lima lobi. Sel ini paling banyak dijumpai.

2. Eosinofil Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan merah tua bila ditetesi eosin. Eosinofil juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi. Eosinofil biasanya 1-3% leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan terhadap parasit. Kadang kala penyakit HIV dapat menyebabkan jumlah eosinofil yang tinggi. Jumlah yang tinggi, terutama jika kita diare, kentut, atau perut kembung, mungkin menandai keberadaan parasit. 3. Basofil Plasmanya bersifat basa. Itulah sebabnya plasma akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa. Sel darah putih ini akan berjumlah banyak jika terkena infeksi. Basofil juga bersifat fagosit. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan, yaitu heparin. Fungsi basofil tidak jelas dipahami, namun sel ini terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang, misalnya asma atau alergi kulit.

4. Limfosit Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Limfosit berfungsi untuk membentuk antibodi. Ada dua jenis utama limfosit: sel-T yang menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% leukosit. Salah satu jenis sel-T adalah sel CD4, yang tertular dan dibunuh oleh HIV. 5. Monosit Monosit dapat bergerak seperti Amoeba dan mempunyai inti yang bulat/bulat panjang. Monosit diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit. Monosit atau makrofag mencakup 2-8% leukosit. Sel ini melawan infeksi dengan memakan kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Monosit yang berada di berbagai jaringan tubuh disebut makrofag. Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya infeksi bakteri. Fungsi umum leukosit adalah melawan peradangan dan infeksi. Beberapa leukosit secara aktif melakukan fagositosis, mencerna bakteri dan sisa bahan mati. Semua leukosit motil dengan gerak amuboid, beberapa jenis melebihi yang lain. Sebagian besar leukosit memiliki kemampuan berpindah melalui pori kecil diantara sel-sel yang membentuk dinding kapiler. Gerakan ini disebut diapedes, berawal ketika suatu bagian sel mengalir dalam bentuk tonjolan serupa lengan yang kemudian melalui sebuah pori kecil. Sisa sitoplasma mengalir secara perlahan melalui pori kecil tadi ke sisi lain dinding kapiler. Dengan cara ini, seluruh sel bergerak melalui pori dari satu sisi ke sisi lain dinding kapiler. Leukosit dipandu ke tempat infeksi oleh suatu proses yang disebut kemotaksis. Berbagai zat yang dilepaskan oleh mikroorganisme yang menyerang atau oleh sel jaringan yang terbunuh, memandu leukosit kearah sumber agen kemotaksis. Difusi zat-zat membentuk gradient konsentrasi, yang diikuti leukosit. Kemotaksis dapat mempunyai pengaruh positif atau negative. Bila jaringan tubuh terluka atau terinfeks, peradangan atau respon peradangan merupakan pertahanan tubuh. Kunci respon peradangan adalah pelepasan berbagai zat kimia dari jaringan tubuh terutama stau yang disebut histamin. Histamin menyebabkan pembuluh darah di daerah yang terluka melebar, dengan demikian aliran darah di tempat itu bertambah. Akibat aliran darah meningkat, jaringan menjadi lebih merah dan lebih panas. Sebagai akibat cairan jaringan bertambah, jaringan menjadi bengkak, suatu keadaan yang disebut edema. Cairan jaringan yang penuh dengan protein dan plasma, mulai menggumpal dan mencegah aliran normal cairan jaringan. Senagai hasilnya, sebaran bakteri atau racunnya diperlambat dan ditahan pada daerah yang luka.

Cepatnya respon peradangan sebanding dengan meluasnya kerusakan jaringan. Karena itu, infeksi stafilokokus yang menghasilkan kerusakan besar jaringan, biasanya ditahan oleh respon peradangan dengan cepat. Infeksi streptokokus yang kurang merusak, mendatangkan respon peradangan sangat lamban. Sebagai akibat, penghalangan mungkin kurang berhasil, dan infeksi bakteri dapat berlanjut menyebar ke seluruh tubuh. Dengan pengrusakan jaringan dan pelepasan substansi kimia, daya tarik leukosit ke tempat luka bertambah. Dengan proses diapedesis neutrofil bergerak dari kapiler, dan dengan proses kemotaksis neutrofil dipandu ke tempat luka.Karena leukosit menelan bakteri, bebarapa nanah atau pembentukan nanah bisa terjadi. Sebenarnya nanah terdiri dari bakteri mati dan hidup, leukosit, buangan sel, dan cairan tubuh. Bila leukosit merusak bakteri invader dengan baik, daerah yang dipengaruhi kembali normal,dan proses perbaikan berjalan. Bila leukosit tak berhasil,kemudian nanah bertambah, dan infeksi semakin menyebar.

Laju Endap Darah (LED) mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung darah. LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, atau disebabkan oleh tubuh yang terserang infeksi. Laju endap darah atau BSR (Blood Sedimentation Rate) merupakan kecepatan pengendapan butir darah merah berdasarkan waktu tertentu (biasanya jam). Waktu LED meningkat (laju makin lama) bila terjadi penyakit seperti defisiensi besi, eritrosit rapuh/tua, pengenceran darah,

menstruasi,kehamilan, dll. Nilai LED pada keadaan tertentu seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), TBC paru-paru ( 65 mm/jam ). Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi : 1. Fase pengendapan lambat I Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit mengendap ( 1-30 menit) 2. Fase pengendapan cepat Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil , masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit )

3. Fase pengendapan lambat II Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit )

Anda mungkin juga menyukai