Anda di halaman 1dari 10

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I. Indikator Kognitif Produk Siswa dapat menemukan hal-hal pokok dalam pidato/ceramah/khotbah Siswa dapat menyimpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah Mampu menyampaikan pidato kembali dengan menggunakan bahasa sendiri Siswa memahami isi pokok pidato/ceramah/khotbah Mampu menangkap pesan dari isi pidato/ceramah/khotbah Mampu menemukan tema pidato/ceramah/khotbah Siswa mampu mengidentifikasi isi pidato/ceramah/khotbah : SMP Negeri 3 Lubuk Pakam : Bahasa dan Sastra Indonesia : IX / 2 : 2 x 40 menit : Mendengarkan 9. Memahami isi pidato / ceramah / khotbah. : 9.1. Menyimpulkan pesan pidato/ ceramah/ khotbah.

Kognitif Proses

Psikomotor

Afektif Perilaku Berkarakter Bergiliran sesuai aturan yang berlaku dalam berdiskusi atau bertanya jawab Menyampaikan pertanyaan dengan bahasa yang baik dan benar dan penuh etika Kebiasaan mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain Menyampaikan pendapat dengan diksi yang tepat dan perilaku yang santun Bekerja keras untuk mendapatkan yang terbaik Berpendapat dengan alasan logis agar diterima orang lain Berpendapat dengan bahasa yang santun agar tidak menyakiti orang lain Menghargai pendapat orang lain karena setiap orang berhak untuk dihargai Menjadi pendengar yang baik atas pembicaraan orang lain Bekerja sama dalam kelompok (tim), sebagai perlatihan hidup bersosialisasi

Keterampilan Sosial

II. Tujuan Pembelajaran Kognitif Produk

Siswa dapat menyimpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah Mampu menyampaikan pidato kembali dengan menggunakan bahasa sendiri Mampu menangkap pesan dari isi pidato/ceramah/khotbah Siswa dapat menemukan hal-hal pokok dalam pidato/ceramah/khotbah Siswa mampu mengidentifikasi isi pidato/ceramah/khotbah Mampu menemukan tema pidato/ceramah/khotbah Siswa memahami isi pokok pidato/ceramah/khotbah

Kognitif Proses

Psikomotorik

Afektif 1. Perilaku Berkarakter Terlibat dalam proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa, dibuktikan dengan penilaian dari pengamat bahwa siswa telah membuat kemajuan dengan menunjukkan perilaku berkarakter di dalam kelas yang meliputi: bergiliran sesuai aturan yang berlaku dalam berdiskusi atau bertanya jawab, menyampaikan pertanyaan dengan bahasa yang baik dan benar dan penuh etika, menyampaikan pendapat dengan diksi yang tepat dan perilaku yang santun, dan berusaha secara gigih untuk mendapatkan yang terbaik. 2. Keterampilan Sosial Terlibat dalam proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa, dibuktikan dengan penilaian dari pengamat bahwa siswa telah membuat kemajuan dengan menunjukkan keterampilan sosial di dalam kelas yang meliputi: berpendapat, menghargai pendapat orang lain, menjadi pendengar yang baik, dan bekerja sama dalam kelompok (tim). MATERI PELAJARAN

PIDATO
1. Pengertian Pidato Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik atau umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik. 2. Teknik atau Metode Berpidato Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidato di depan umum : a. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi b. Metode Catatan Kecil (ekstemporan), yaitu menuliskan topik-topik pokoknya yang dijabarkan dalam kerangka c. Metode menghafal (memoriter), yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalkannya kata per kata.

d. Metode serta merta (improptu), yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga banyak menggunakan tehnik serta merta. 3. Persiapan Pidato Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini : a. Wawasan pendengar pidato secara umum b. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan c. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti. d. Mengetahui jenis pidato dan tema acara. e. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb. 4. Kerangka Susunan Pidato Skema susunan suatu pidato yang baik : a. Pembukaan dengan salam pembuka b. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi c. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll. d. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll) 5. Membacakan Teks Pidato Pembacaannya harus memerhatikan hal-hal berikut. a. Volume suara harus keras dan jelas. Volume suara harus dapat didengaroleh seluruh khalayak sehingga pendengar dapat menangkap dan memahami informasi yang disampaikan. Apalagi jika tidak menggunakan sarana pendukung seperti pengeras suara. b. Gunakan intonasi dengan baik dan benar. Membaca naskah pidato harus memerhatikan intonasi dengan baik dan benar (tidak monoton). Berilah tekanan pada kalimat-kalimat yang penting, misalnya kapan harus memberikan nada tinggi dan nada melemah. Semuanya harus diatur agar pendengar tidak ikut terbawa suasana acara pada saat itu. c. Jaga komunikasi dengan pendengar. Jaga pandangan antara penglihatan Kamu pada teks pidato dengan penglihatanmu kepada khalayak. 6. Berpidato Tanpa Teks Berpidato tanpa teks dapat dilakukan melalui dua cara, yakni dengan menghafal naskah pidato (memoriter) terlebih dahulu atau hanya menuliskan topik-topik pokoknya yang dijabarkan dalam kerangka (ekstemporan). Berpidato dengan cara menghafal hanya bisa dilakukan kalau naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan manusia untuk menghafalkan naskah sangat terbatas. Teknik lain yang dapat digunakan adalah dengan cara membuat catatan garis besar pidato dan menjabarkannya ke dalam kerangka (ekstemporan). Berpidato dengan cara ini sangat dianjurkan karena sifatnya sangat fleksibel. Pembicara dituntunoleh kerangka yang dibuatnya. Kerangka itu dikembangkan secara langsung dan dilihat saat diperlukan saja. Pembicara juga bebas menyesuaikan dengan reaksi dan situasi

pendengar. Kalau kerangka pidato yang dibuat sudah dapat diingat pembicara dapat tampil tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu lebih baik lagi, karena pembicara lebih konsentrasi meningkatkan kualitas pidatonya agar lebih menarik. Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain: a. pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan; b. penyampaian isi pidato runtut; c. kemungkinan salah dan lupa kecil; dan d. interaksi dengan pendengar sangat komunikaif. Kelemahannya antara lain: a. tangan cenderung kurang bebas bergerak karena memegang kertas jika tidak hafal; b. terkesan kurang siap karena sering melihat catatan jika tidak hafal; c. pemakaian bahasa kurang baik. Setiap teknik berpidato mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, setiap orang mungkin berbeda pilihannya dengan yang lain karena sangat bergantung pada kesiapan dan kemahiran dalam mempraktikkannya. Untuk meningkatkan keterampilan berpidato tanpa teks, pada pelajaran ini kamu akan berlatih dengan menggunakan teknik ekstemporan yakni hanya menuliskan garis besar pembicaraan. Perhatikan langkah-langkah berikut. Menentukan Tema. Tentukanlah tema pembicaraan yang akan kamu sampaikan dalam pidato. Tema yang dipilih merupakan masalah yang aktual dan faktual serta mampu menarik perhatian peserta pidato. Mencatat Pokok-pokok Pidato. Catatlah pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato secara runtut, utuh, dan jelas. Menyampaikan Pidato. Sekarang pikirkanlah bagaimana kamu akan menyampaikan pidato! Pikirkan bagaimana kamu akan membuka pembicaraan saat pidato, menyampaikan pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato! Penyampaian pidato hendaknya sistematis serta menggunakan bahasa yang baik dan komunikaif. Ada beberapa cara yang dapat dipilih untuk membuka pidato, menyampaikan isi pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato. Perhatikan uraian berikut ini! 1. Cara membuka pidato Pembukaan pidato diucapkan setelah pembicara menyampaikan salam dan sapaan kepada pendengar. Yang dilakukan pembicara adalah mengucapkan salam dan menyapa pendengar dengan sapaan yang tulus, ramah, dan bersahabat. Sapaan yang lazim digunakan antara lain: Bapak dan Ibu yang saya hormati, Saudara-saudara yang saya banggakan atau sapaan-sapaan lainnya. Jumlah yang disapa jangan terlalu banyak. Satu,dua, atau tiga sudah cukup. Kalau terlalu banyak, bisa menimbulkan kebsanan. Apalagi kalau pembicara tampil

berpidato pada giliran terakhir, sedangkan pembicara-pembicara sebelumnya sudah menyebutkan sapaan-sapaan yang sama. Dalam setiap komunikasioperanan pembuka sangat penting. Lancar tidaknya komunikasi banyak ditentukanoleh pembuka. Demikian pula dalam berpidato. Pembuka pidato yang jelek dapat menimbulkan kesan permusuhan yang menghambat kelancaran komunikasi. Sebaliknya, pembuka yang menyenangkan inilah yang mendukung kelancaran berpidato sehingga tujuan pidato mudah dicapai. Terdapat beberapa kiat membuka pidato, diantaranya dengan menyampaikan hal-hal berikut. a. Mengucapkan rasa syukur b. Menceritakan pengalaman c. Menebar humor d. Memperkenalkan diri e. Menyampaikan gambaran umum f. Menyebutkan fakta pendengar g. Menyebutkan contoh nyata h. Menyampaikan kutipan i. Melibatkan peserta j. Menunjukan benda peraga 2. Cara menguraikan isi pidato Pembicara dapat menyampaikan isi pidatonya dengan memerhatikan hal-hal berikut a. Tujuan pidato, apakah tujuannya untuk memberitahukan, menghibur, atau mengajak. b. Suasana dan situasi pidato, resmi atau tidak resmi. c. Pendekatan yang digunakan, apakah menggunakan pendekatan intelektual, mral, atau emsinal. Jika menggunakan pendekatan intelektual, pembicara harus mengutamakan penalaran. Berbagai alasan, bukti, dan contoh sangat diperlukan dalam menguraikan isi pidato. Jika menggunakan pendekatan mral, pembicara lebih mengutamakan masalah mral dan keagamaan. Jika menggunakan pendekatan emsinal, pembicara harus lebih mengutamakan emsi dapat menyentuh masalah semangatnya, kebutuhannya, lingkungannya, keramahannya, atau yang lainya, mereka mudah terhanyut dan mudah menerima isi pidato. Berdasarkan uraian di atas, pembicara sangat bijaksana kalau melihat, mengamati, dan menganalisis tujuan, situasi, dan pendekatan yang akan digunakan sebelum berpidato. 3. Cara menutup pidato Ada tiga kesalahan besar yang sering dilakukan pembicara dalam menutup pidato. Pertama, pembicara tidak tahu persis di mana harus berhenti. Kedua, ada pembicara yang sebenarnya ingin mengakhiri pidatonya, tetapi sulit berhenti deperti kendaraan tanpa rem. Ia berbicara apa saja, berputar-putar tak menentu. Ketiga, kesalahan yang paling besar seakan

tak beromanfaat, pembicara menutup pidato dengan mengucapkan kalimat seperti berikut: Demikianlah yang bisa saya katakan pada kesempatan ini. Karena apa yang akan saya katakan sudah saya katakan semuanya, maka saya tidak akan memperpanjang lagi pidato saya. Karena itu saya akhiri sekian. Penutupan pidato seperti itu tidak bermakna apa-apa. Cara-cara menutup pidato berikut ini dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan atau situai dan kondisi. a. Menyingkat atau menyimpulkan. b. Memuji pendengar. c. Menyampaikan kalimat-kalimat lucu. d. Meminta pendengar untuk bertindak. e. Menyampaikan ungkapan terkenal. f. Melantunkan pantun.

Contoh Pidato
Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Acara Peresmian Pemasyarakatan Pemanfaatan BBG pada Kendaraan Bermotor, 20 Mei2006 Bismilahirrahmanirrahim. Assalamualaikum Warahmatullahi W abarakatuh Selamat sore Salam sejahtera untuk kita semua Yang saya hormati Saudara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, serta para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Saudara Gubernur DKI Jakarta dan para pimpinan serta pejabat di Jakarta, b aik dari unsur Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, maupun TNI dan Polri, Para Pimpinan Badan - Badan Usaha Milik Negara. Para sesepuh, Hadirin sekalian yang saya hormati, Hari ini kita bersyukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul bersama-sama pada Peresmian Gerakan Pemasyarakatan Pemanfaatan Bahan Bakar Gas atau BBG pada Kendaraan Bermotor. Kita menyadari bahwa dengan semakin berkurangnya cadangan minyak bumi dunia, kita perlu segera beralih kepada sumber energi lain. Salah satu alternatif pengganti BBM adalah BBG dari bahan bakar minyak, menjadi bahan bakar gas. Pemanfaatan BBG dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain lebih akrab lingkungan lebih murah, dan lebih irit atau lebih efisien. Sesungguhnya BBG telah mulai ditetapkan pemerintah sebagai bahan bakar kendaraan. Bulan Juni 1986, K etetapan itu diberlakukan dalam rangka program diversifikasi, konversi energ dan langit biru. Namun, kita masih mengalami kendala dalam hal pengadaan stasiun pengisi BBG atau SPBG yang belum sebanyak SPBU untuk BBM. Oleh karena itu, pengguna BBG sampai saat ini masih terbatas. Dengan semangat menerapkan kebijakan energy nasional 20062025, kita terus berupaya dengan sungguh-sungguh memanfaatkan BBG sebagai energy alternative. BBG sudah waktunya dimasyarakatkan penggunaannya, terutama di kota-kota besar. Dengan tingkat pencemaran udara yang cukup tinggi, seperti diJakarta yang kita cintai ini, BBG dapat menekan tingkat pencemaran udara itu pada tingkat yang lebih rendah. Sebagaimana kita ketahui saat ini, kita nomor3 dari segi pencemaran udara setelah Mexico City dan Bangkok. Dikatakan tadi hampir80% pencemaran udara di Jakarta disebabkan oleh emisi bahan bakar minvak dan solar dari kendaraan bermotor.

Pengembangan BBG untuk transportasi merupakan salah satu perwujudan dari program langit biru. Untuk rnemasyarakatkan dan rneningkatkan penggunaan BBG, pemerintah akan melakukan revitalisasi terhadap stasiun pengisian bahan bakar gas atau SPBG, lebih cepat, lebih bagus. Di sini, ada Menteri ESDM, ada Menteri Negara BUMN, ada Dirut Pertamina, Dirut PGN ada juga. Mari bersama Pak Gubernur kita lakukan percepatan pembangunan SPBG ini. Hal ini diperlukan untuk menghemat waktu pengisian BBG di bandingkan sebelumnya. Selain itu, pemerintah merencanakan pula untuk penambahan SPBG dan infrastruktur lainnya. Saudara sekalian kita patut bersyukur dan menyampaikan penghargaan yang setinggitingginya kepada Pemda DKI Jakarta yang memelopori pemanfaatan BBG bagi kendaraan bermotor, khususnya di jalur bus way. Dalam waktu dekat, kendaraan umum, taksi, bajaj dan bus, serta kendaraan pribadi dapat beralih dari BBM ke BBG. Karena itu, sosialisasi penggunaan BBG dan pembangunan infrastrukturnya harus terus menerus dilakukan. Dan didukung oleh semua pihak. Kita harus menghargai langkah Pemda DKI Jakarta yang mengharuskan Trans Jakarta dan bajaj versi peremajaan untuk menggunakan BBG. Saya berharap Pemda DKI Jakarta melakukan langkah-langkah penyempurnaan dan pelayanan dalam penggunaan BBG ini, Berikanlah kemudahan akses bagi masyarakat ke tempat tempat pengisian BBG. Perbanyaklah jumlah kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas beserta ketersedian bengkel dan suku cadangnya. Harus integrated, harus total. Dengan demikian kalau ada satu masalah bisa segera dicarikan solusinya. Berikan pula jaminan rasa aman kepada pengguna BBG agar lebih banyak lagi anggota masyarakat yang beralih menggunakannya. Jangan sampai karena kurang komunikasi, karena kurang sosialisasi terdapat kekhawatiran atau ketakutan menggunakan BBG. Kita yakinkan kepada masyarakat bahwa bahan bakar ini aman. Dengan semakin banyaknya pengguna BBG, berarti kita telah berupaya bersamasama menekan tingkat pencemaran udara di Jakarta. Kita menyadari b ahwa warga masyarakat belum dapat menerima sepenuhnya penggunaan BBG untuk transportasi. Hal itu karena masih ada kekhawatiran dari sisi keamanan. Untuk itu, saya mengingatkan perlunya upaya untuk melakukan standarisasi tabung gas. Itu yang pertama. Yang kedua, akreditasi bengkel, dan yang ketiga, sertifikasi teknisi. Kalau tiga-tiganya aman, tabung gasnya, bengkelnya sahih, teknisinya bisa diyakini keterampilannya, lnsyaAllah semuanya akan berjalan dengan baik. Untuk itu, pemerintah berupaya mendorong pengembangan BBG melalui pemberian berbagai kemudahan. Kemudahan-kemudahan itu antara lain penurunan harga jual gas bumi Pertamina, pemberian bantuan convertion aid, pengurangan biayal istrik PLN melalui perubahan golongan tariff pelanggan untuk SPBG. Selain itu diupayakan pula pengurangan bea masuk, penurunan pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pengurangan tariff tol V pipa untuk gas bumi oleh P erusahaan Gas Negara. Hadirin sekalian yang saya muliakan, Sebelum saya mengakhiri sambuta ini, saya ingin menyampaikan bahwa masalah energy dan masalah lingkungan adalah dua factor yang sangat-sangt penting bagi keberlanjutan kehidupan sustainability bagi kehidupan kita semua. Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, mari kita sukseskan kebijakan energy yang baru ini, demi kita sendiri, demi anak cucu kita, dan demi masa depan lndonesia yang kita cintai. Hadirin sekalian yang saya hormati, Akhirnya pada hari ini, Sabtu, 20 Mei 2006, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, saya resmikan "Gerakan Pemasyarakatan Pemanfaatan Bahan Bakar Gas pada Kendaraan Bermotor". Semoga Tuhan yang Maha Kuasa selalu melimpahkan bimbingan, petunjuk, dan lindungan-Nya kepada kita sekalian. Sekian Wassalamualaikum Warah matullahi Wabarakatuh.

III. Model pembelajaran Langkah-langkah

: Mind Mapping : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaliknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban. 3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang. 4. Setiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan tulis dan mengelompokkan sesuai dengan kebutuhan guru. 5. Data-data yang di papan tulis tersebut, siswa diminta membuat kesimpulan dan guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

IV. Skenario Pembelajaran

: KEGIATAN

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran 1. Pendahuluan (+5 menit) 1. Siswa mendengarkan rekaman sebuah pidato/ceramah/ khotbah. 2. Siswa menemukan hal-hal pokok dalam pidato/ceramah/ khotbah. 2. Kegiatan Inti Terlaksana/Tidak 1. Siswa menuliskan hal-hal pokok dalam pidato/ceramah/ khotbah. 2. pidato/ceramah/khotbah. 3. Siswa kalimat 4. Siswa menyunting cerpen yang sudah ditulis 3. Penutup (+ 5 menit) 1. Guru merefleksi dengan mengajukan pertanyaan lisan 2. Guru dan siswa merefleksi hasil belajar V. Sumber pembelajaran : 1. Surat Kabar KOMPAS 2. Buku Paket: Berbahasa dan Bersastra Indonesia kelas IX Semester I. Penerbit: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS. Terlaksana/Tidak menuliskan pesan dalam bentuk pidato/ceramah/khotbah.dalam Siswa menuliskan pesan dalam Terlaksana/Tidak

3. Buku referensi 4. cerpen VI. Penilaian Teknik Penugasan Bentuk Tugas Instrumen/Soal Tuliskan hal-hal pokok dari pidato/ceramah/khotbah. Yang kamu dengar ! Simpulkan pesan pidato/ceramah/ khotbah yang kamu dengarkan ke dalam beberapa kalimat Penilaian a. Teknik b. Bentuk instrument c. Soal / instrument : Tes tertulis : Tes uraian :

1. Tuliskan hal-hal pokok dari pidato/ceramah/khotbah. Yang kamu dengar ! Pedoman penskoran : Soal Siswa menuliskan hal-hal pokok dari pidato secara lengkap Siswa menuliskan hal-hal pokok dri pidato kurang lengkap Siswa tidak menuliskan apa-apa Skor 2 1 0

2. Simpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah yang kamu dengarkan ke dalam beberapa kalimat ! Soal Siswa menuliskan pesan pidato dengan kalimat yang sesuai Siswa menuliskan pesan pidato dengan kalimat yang kurang sesuai Siswa menuliskan pesan pidato dengan kalimat yang tidak sesuai Skor 2 1 0

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut:

perolehans kor x Nilai akhir : skormaksim al Skor ideal 100% = ..

Lubuk Pakam,

Juli 2011

Mengetahui, Wakil Kepala Sekolah

Guru Mata Pelajaran

F A R E L, S.Pd. NIP. 19620415 198602 1 010

KALSON HUTABALIAN, S.Pd. NIP. 19700308 199903 1 004

Anda mungkin juga menyukai