Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan termasuk kebutuhan untuk menggunakan media. Surat kabar dan televisi menambah pengetahuan dan mengubah sikap atau menggerakkan perilaku, pengaruh media terasa lebih kuat karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari semua sumber media. Maraknya perkembangan media dapat berpengaruh pada seseorang akibat pesan yang disampaikan media dalam hal ini yang melibatkan rangsangan emosional seperti rangsangan seksual akibat adegan merangsang dalam media berupa gerakan erotis walaupun singkat dapat membangkitkan gairah seksual pada kebanyakan pria dan wanita yang ditampilkan melalui media elektronik atau masa yang mengarah pornografi. Sebenarnya materi imajinasi ini dapat disebut porno atau erotis menurut sikapnya, dalam pandangan pornografi yang tidak terhenti pada imajinasi dan berdampak pada perilaku mereka. Meningkatnya penyebaran pornografi dimasyarakat yaitu melalui majalah, buku dan film biru (blue film), khususnya melalui persaingan teknologi, sebagai efek dari hal tersebut dewasa ini penyedia layanan internet atau lebih dikenal warnet dengan sengaja menyediakan blue film sebagai promosi warnet tersebut, dan ini telah jadi rahasia umum, lebih lebih lagi sebagaian warnet menyediakan tempat untuk melakukan hal mesum secara gratis. Perkembangan pornografi akhir-akhir ini dinilai sangat merisaukan masyarakat, kehadirannya membuat moral bangsa ini Semakin tidak mengindahkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga bedampak terhadap moral, kriminalitas, penyimpangan perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja yang sesungguhnya bukan merupakan suatu kasus yang baru yang mengisi lembaran surat kabar ataupun media elektronik. Kondisi yang seperti itu akan berpengaruh terhadap pergaulan remaja di mana masalah seks dan pornografi mudah terpublikasi. Merebaknya pornografi sungguh amat

memperihatinkan, sehingga pornografi mudah dikonsumsi oleh para remaja yang sebenarnya tidak pantas ditonton baik secara terang-terangan maupun

sembunyisembunyi. Fenomena dilapangan menunjukkan bahwa pornografi lebih banyak membawa pengaruh negative, hal tersebut tercermin pada transaksi jual beli wanita yang sangat mudah seiring perkembangan teknologi, dan media yang satu ini memang menawarkan sensasi seksual sesaat yang menggairahkan nafsu manusia. Media pornografi dapat diperoleh kapan saja dan di mana saja karena untuk mendapatkan mudah sekali, untuk memastikan seseorang suka dengan media pornografi dapat diketahui melalui minat seseorang terhadap media pornografi, mengingat dalam browsing net bisa dijadikan sebagai kedok download ataupun upload bluefilm bahkan tanpa cara mendownload pun mereka sudah bisa menikmati bluefilm. Perlunya kewaspadaan terhadap kemungkinan dampak pornografi di media elektronik terhadap perilaku remaja, sebab kebanyakan remaja sangat rentan dan mudah sekali terkena pengaruh dan dampak negatif karena remaja sering kali tidak nyaman atau malu membicarakan masalah seksual kepada orang tua, tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan berusaha untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang memberikan konstribusi yang besar terhadap diri remaja. Umumnya remaja menyatakan membutuhkan nasehat mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Namun repotnya sebagian besar remaja justru tidak dapat mengakses sumber informasi melalui jalur formal, terutama dari lingkungan sekolah, petugas kesehatan, dan orang tua maka kecenderungan yang muncul adalah coba coba sendiri mencari sumber informasi. Tuntutan ini muncul karena semakin merebaknya film, poster, tabloit, VCD, dan buku-buku serta majalah yang dipandang tidak luput dari gejala penyimpangan perilaku seksual seperti: masturbasi, onani dan lebih parahnya menjerumus pada prostitusi. Media pornografi ini dapat dengan mudah didapatkan dipinggir-pingir jalan pusat kota yang terpajang dengan gambar-gambar perempuan setengah telanjang dan dengan judul-judul teks yang jorok seakanakan melambai-lambai menanti sentuhan siapapun yang menginginkan sensasi seksual sesaat dan dewasa ini, bahkan di pedesaan yang menjunjung moral yang sangat tinggi telah terpengaruh

oleh bluefilm. Sebagian besar remaja mendapat informasi dari media massa dan teman sebaya. Informasi global (paparan media audio visual) yang semakin mudah diakses justru memancing remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat yang akan mempercepat usia kematangan seksual, yang dapat mengantar mereka pada perilaku seksual yang beresiko tinggi dalam menyalurkan dorongan seksual dengan membangkitkan rasa ingin tahu dan coba-coba. Pornografi dapat membangkitkan rangsangan seksual apabila hal ini dikonsumsi oleh para remaja dapat mengakibatkan penyimpangan seksual dan hubungan seksual yang merugikan. Pornografi tidak terlepas dari keingintahuan remaja terhadap masalah seks dan mereka mencari tahu dengan coba coba tanpa pendamping yang bisa menjadi pembimbing, dengan membaca berbagai jurnal liputan tentang seks, buku buku dan gambar porno dan hal yang ditakutkan adalah mempraktekkan. Perilaku remaja yang seperti ini dan didukung media cetak yang kadang kadang terlalu berani dan menjurus ke arah porno yang dengan mudah dapat diserap melalui cyber press. Kondisi ini masih diperburuk lagi dengan peredaran aneka VCD porno yang berharga relatif murah dan mudah didapat yang akhirnya aktivitas seks seperti mastubasi dan free sex kian marak di kalangan remaja. Sebagaimana dipaparkan oleh Hurlock (1994 : 226), informasi mereka coba dipenuhi dengan jalan membahas bersama teman teman, buku buku tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau berhubungan seksual. Masa remaja adalah suatu fase yang sangat kritis. Pada fase ini remaja di hadapkan pada sutu kondisi fisik yang baru atau kondisi yang berubah. Remaja juga mendapatkan tuntutan masyarakat yang baru dan lebih kompleks. Remaja tidak lagi di pandang sebagai kanak kanak tetapi tidak juga di pandang sebagai orang dewasa. Remaja secara fisik telah menjadi matang namun di sisi remaja masih belum pantas untuk menyandang atau memiliki hak sebagai orang dewasa. Perkembangan seksual pada remaja ditandai dengan mulai berfungsinya organ organ seks sekundernya, sehingga remaja mengalami perubahan dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksul. Remaja putra dorongan seksulnya timbul Perkembangan pornografi akhir-akhir ini dinilai sangat merisaukan masyarakat, kehadiranya membuat moral bangsa semakin tidak mengindahkan nilai dan norma

yang berlaku. Maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berdampak terhadap moral, kriminalitas dan penyimpangan perilaku seksual yang dilakukan oleh para remaja. Pornografi yang menawarkan sensasi seksual sesaat lewat berbagai media berkembang pesat, hal ini akan sangat berbahaya jika di konsumsi oleh para remaja. Kondisi yang seperti ini akan berpengaruh terhadap pergaulan remaja dimana masalah seksual dan pornografi mudah terpublikasi dimana dapat membangkitkan gairah seksual yang menimbulkan suatu perilaku seksual tetapi dengan cara-cara yang Abnormal dalam pemuasan dorongan seksualnya, masturbasi dipilih sebagai sarana pemuasan hasrat seksual permasalahannya apakah ada korelasi minat terhadap media pornografi dan perilaku masturbasi pada remaja putri. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, beberapa hal penting yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut : 1. Adanya fakta free sex di kabupaten demak adalah hal yang wajar. 2. Masyrakat demak cenderung mengabaikan pendidikan sex secara dini. 3. Masyrakat demak mengangap pendidikan sex adalah hal yang tabu. 4. Perkembangan ilmu teknologi memicu prilaku remaja untuk melakukan free sex. 5. Belum adanya tindakan nyata pemerintah untuk mengatasi free sex di demak. 6. Prilaku sex di kalangan remaja di demak ditandai dengan berkembangnya penyakit AIDS di kanupaten demak. 1.3 Perumusan Masalah 1. Apakah perilaku remaja sekolah di Kabupaten Demak sudah menjurus pada perilaku free sex ? 2. Bagaimana sikap remaja secara umum menyikapi free sex?

1.4 Penegasan Istilah 1. Pornografi DalamKBBI, pornografi didefinisikan (1) penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; (2) bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks. Definis ini sejalan dengan definisi pornography (The American Heritage Dictionary, 1985), yaitu the presentation of sexually explicit behavior, as in photograph, intended to arouse sexual excitement. 2. Erotis Erotisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1992) didefinisikan sebagai (1) keadaan bangkitnya nafsu birahi; (2) keinginan akan nafsu seks secara terus menerus. Sedangkan di dalam bahasa Inggris (The American Heritage

Dictionary 1985), eroticism didefinisikan sebagai (1) an erotic quality or theme; (2) sexual excitement; (3) abnormally persistent sexual excitement. Dari tiga definisi dalam bahasa Inggris, definisi (2) dan (3) sesuai dengan apa yang ada dalam KBBI. Pada definisi (1) terkandung sifat dan tema erotis atau erotic yang berarti (1) of or concerning sexual love and desire; (2) tending to arouse sexual desire; (3) dominated by sexual love or desire. 3. Masturbasi Masturbasi adalah ungkapan seksualitas yang alami dan tidak berbahaya bagi pria dan wanita, dan cara yang sangat baik untuk mengalami kenikmatan seksual. Bahkan, beberapa pakar berpendapat bahwa masturbasi bisa meningkatkan kesehatan seksual karena meningkatkan pemahaman seseorang akan bagianbagian tubuhnya dan dengan cara bagaimana memuaskannya, membangun rasa percaya diri dan sikap dapat memahami diri sendiri. Masturbasi hanyalah aktivitas seks paling aman yang pernah ada. Tapi, hukum fisika dan biologi tidak akan berhenti mengatakan bahwa masturbasi aman hanya karena masturbasi biasa dilakukan," kata Cornog. 4. Onani onani adalah rangsangan fisik terhadap alat kelamin (penis) untuk mengahasilkan perasaan Nikmat. Apabila anda seorang lelaki dewasa, onani akan

menyebabkan anda mengeluarkan sperma dari kemaluan anda, biasanya dibarengi dengan perasaan yang sangat nikmat di sekujur tubuh anda. 5. Remaja Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Monks, 2002). Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja secara lebih konseptual, Remaja adalah suatu masa dimana Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 6. Prostitusi PROSTITUSI atau perzinaan menurut pengertian masyarakat luas adalah persenggamaan antara pria dan wanita tanpa terikat oleh piagam pernikahan yang sah. Perbuatan ini dipandang rendah dari sudut moral dan akhlak, dosa menurut agama, tercela dan jijik menurut penilaian masyakat di Indonesia. Akan tetapi belakangan, prostitusi semakin dianggap sebagai hal yang wajar dan biasa. Bahkan ironisnya ada yang beranggapan, prostitusi adalah salah satu profesi, lahan bisnis untuk tujuan ekonomi. 7. Media (Laria, Kartika 2008) MENJELASKAN media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task Force,1977:162) ( dalam Latuheru,1988:11). Robert Heinich dkk (1985:6) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau informasi (receiver). 8. Free sex Free sex adalah sex bebas yang berarti mau berhubungan sex dengan siapa saja dan hanya untuk mencari kepuasan.

1.5 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perilaku seks di kalangan remaja SMA. 2. Mengetahui mengenai perilaku free sex dikalangan remaja SMA di Kabupaten Demak. 3. Untuk mengetahui bagaimana dalam menyikapi fenomena free sex. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharap dapat member manfaat kepada masyarakat khususnya orang tua dan pemerintah Kabupaten Demak. Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Dapat memberikan pandangan kepada masyarakat dan orang tua dalam memberikan pendidikan sex kepada remaja. 2. Memnjelaskan kepada remaja bagaimana akibat free sex. 3. Menjelaskan kepada masyarakat untuk menyikapi fenomena free sex. Bagi pemerintah Kabupaten Demak penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai kondisi nyata remaja di Kabupaten Demak tentang free sex. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembil keputusan dan kebijakan dalam bentuk peraturan sekolah untuk menyikapi free sex.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Remaja Masa remaja adalah suatu fase yang sangat kritis. Pada fase ini remaja di hadapkan pada sutu kondisi fisik yang baru atau kondisi yang berubah. Remaja juga mendapatkan tuntutan masyarakat yang baru dan lebih kompleks. Remaja tidak lagi di pandang sebagai kanak kanak tetapi tidak juga di pandang sebagai orang dewasa. Remaja secara fisik telah menjadi matang namun di sisi remaja masih belum pantas untuk menyandang atau memiliki hak sebagai orang dewasa. Perkembangan seksual pada remaja ditandai dengan mulai berfungsinya organ organ seks sekundernya, sehingga remaja mengalami perubahan dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Remaja merupakan kelompok resiko tinggi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan serta berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Hal tersebut di jumpai pada remaja hamper di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data studi mengenai perilaku seksual kawula muda di empat kota besar di Indonesia, terungkap rata-rata remaja melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia 18 tahun

(www.blogdokter.net) 2.2 Kesehatan Reproduksi Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Kesehatan reproduksi menurut DEPKES (2004) adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social yang utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi srta prosesnya. Kesehatan reproduksi yaitu mencakup dimana wanita dan pria dapat melakukan hubungan sex secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita dimungkinkan menjalankan kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta didalam kondisi
8

merawat anak yang silahirkan. Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini semata-mata berarti bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental secara social kultur (BKKBN,2001). Tujuan kesehatan reproduksi remaja menurut Duarsa (2004), antara lainnya yaitu menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak dikehendaki, menurunkan penularan PMS dan HIV/AIDS, memberikan informasi kontrasepsi (untuk pasca keguguran) dan konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi. Menurut Notoadmojo (2007), terdapat enam faktor yangmempengaruhi kesehatan reproduksi remaja. Faktor-faktor tersebut faktor social ekonomi dan demografi, budaya dan lingkungan, pisikologis, biologis, teknologi dan institusi pendidikan. Faktor yang pertama adalah faktor social-ekonomi dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidak tahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tingal yang terpencil. Faktor yang kedua adalah faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reprodusi. Faktor yang ketiga adalah pisikologis. Keretakan prang tua akan memberikan dampak pada kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharganya wanita dimata pria yang membeli kebebasan dengan materi. Faktor yang keempat adalah faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi. Faktor yang kelima adalah teknologi. Semakin majunya teknologi dan membaiknya sarana komunikasi mengakibatkan membanjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi sarana komunikasi mengakibatkan membanjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi. Faktor yang keenam adalah faktor insitusi pendidikan langsung, yaitu orang tua dan guru sekolah kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Seksual Masalah remaja yang berkembang pada era global adalah semakin mudahnya remaja dalam memperoleh informasi tentang seks melalui ilmu teknologi, berawal dari rasa ingin tahu dan semakin berkembangnya ilmu teknolgi semakin memudahkan remaja untuk mendapat semuannya, setiap perkembangan ilmu teknologi pasti ada dampak positif dan negatifnya, namun bagi mereka yang sudah menyiapkan haall tersebut, tentu tersebut, tentu tidak akan membaw masalah yang berarti, kemudian bagaimana dengan remaja yang masih miskin pengalaman dan umumnya hanya mengunakan emosi sesaat bokan rasionalitas dalam mengambil keputusan. Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat haid pertama 13 tahun. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat prilaku seksualnya juga semakin tinggi. Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (pasal 7 ayat 1 UU no. 1/1974). Norma social makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan, pekerjaan, persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Leaner dan sapiner (dalam Hurlock, 1990:226) mengatakan bahwa faktorfaktor yang berpengaruh terhadap minat dan perilaku sexsual pada remaja antara lain pengalaman berpacaran, teman sebaya dan informasi seks dari orang tua, guru, majalah-majalah, buku-buku ataupun mengadakan percoban dengan jalan masturbasi. 2.4 Akibat Free sex 1. Hamil yang Tidak Dikehendaki (Unwanted Pregnancy) Kehamilan yang tidak dikehendaki (Unwanted Pregnancy) merupakan salah satu akibat dari kurangnya pengetahuan remaja mengenai remaja mengenai perilaku sesual remaja. Faktor lain penyebab semakin banyaknya terjadi kasus kehamilan yang tidak di kehendaki (Unwanted Pregnancy) yaitu anggapananggapan remaja yang keliru seperti kehamilan tidak akan terjadi apabila melakukan hubungan seks pertama kali, atau pada hubungan seks yang jarang,

10

atau hubungan seks yamg dilakukan oleh perempuan masih muda usianya, atau hubungan seks dilakukan sebelum atau sesudah menstruasi, atau hubungan seks dilakukan dengan mengunakan teknik coitus interuputus (senggama terputus) (Notoadmojo, 2007). 2. Aborsi Aborsi (pengguguran) berbeda dengan keguguran, aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang di sengaja (abortus provokatus). Abortus provocatus yaitu kehamilan yangdiprovokasikan dengan berbagai acam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti karena faktor-faktor alamiah (abortus spontaneous) (Hawari, 2006). Data yang tersedia dari 1.000.000 aborsi sekitar 60% dilakukan oleh wanita yang tidak menikah, termasuk para remaja. Sekitar 70,0 80,0% merupakan aborsi yang tidak aman (unsafe abortion). Aborsi tidak aman (unsafe abortion) merupakan salah satu faktor menebakan kematian ibu. 3. Penyakit Menural Seksual (PMS) Menurut Notoadmojo (2007), penyakit menular seksual merupakan suatu penyakit yang menggangu kesehatan reproduksi yang muncul akibat dari perilaku seksual yang tidak aman. Penaykit Menular Seksulal (PMS) merupakan penyakit anak muda atau remaja, karena remaja atau anak muda adalah kelompok terbanyak yang menderita penyakit menular seksual (PMS) dibandingkan kelompok umur yang lain. PMS adalah golongan penyakit yang terbesar jumlahnya (Duarsa, 2004) Remaja seringkali melakukan hubungan seks yang tidak aman, adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular Penyakit Menular Seks (PMS), seperti sifilis, gonore, herpes, klamidia. Cara melakukan hubungan kelamin pada remaja tidak hanya sebatas pada daerah genital-genital saja bisa juga orogenital menyebabkan penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah genital, tetapi juga pada daerah extra genital (Notoatmodjo, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya resiko penularan penyakit menular seksual (PMS) pada remaja adalah faktor biologi, faktor pisikologis dan

11

perkembangan kognitif, perilaku seksual, faktor legal dan etika dan pelayanan kesehatan khusus bagi remaja. 4. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus and Acquired

Immunodeficiency Syndrome) AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi virus HIV (Tuti Pratiwi, 1996) cit (Notoadmojo, 2007). HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus RNA tunggal yang menyebabkan AIDS (Limantara, dkk, 2004). Menurut Limantara (2004) faktor yang beresiko menyebabkan HIV pada remaja adalah perubahan fisiologis, aktifitas social, infeksi menular seksual, perilaku penggunaan obat terlarang dan anak jalanan dan remaja yang larai dari rumah tangga. Perubahan fisiologis yang dapat menjadi resiko penyebab infeksi dan perjalanan alamiah HIV meliputi perbedaan perkembangan sistem imun yang berhubungan dengan jumlah limofosit dan makrofag pada stadium puberitas yang berbeda dan perubahan pada sistem reproduksi. Aktifitas seksual tanpa proteksi merupakan resiko perilaku yang paling banyak pada remaja. Hubungan seksual dengan banyak pasangan juga meningkatkan resiko kontak dengan virus HIV. Ada tiga tipe hubungan seksual yang berhubungan dengan transmisi HIV yaitu vaginal, anal, dan oral.

12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini mencoba mengetahui faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku free sex di kalangan remaja SMA, bagaimana perilaku free sex di kalangan remaja SMA Kabupaten Demak, dan bagaimana cara untuk menyikapi kondisi tersebut. 3.1 Perancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan studi literature. Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh fakta dilapangan mengenai perilaku free sex oleh remaja SMA yang meliputi kebiasaan remaja dalam massa transisi mengenai kehidupan sex, permasalahan dan kebiasaan menyimpang remaja dalam menyikapi hasrat sex mereka. Berdasar kan temuan yang telah diidentifikasi rumusan pertanyaan penelitian yang diajukan adalah apakah remaja SMA di Kabupaten Demak sudah menjurus padsa free sex dan bagaimana menyikapinya? 2. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI SMA di beberapa sampel sekolah Kabupaten Demak. Pada ujicoba ini ada 6 sampel penelitian dengan mengambil 2 kelas tiap sekolah secara acak pada kelas XI yaitu : (i) siswa kelas XI SMA N 1 Demak yang berjumlah 74 siswa, (ii) siswa kelas XI SMA N 2 Demak yang berjumlah 89 siswa (iii) siswa kelas XI SMA N 3 Demak yang berjumlah 85 siswa, (iv) siswa kelas XI SMA N 1 Mijen yang berjumlah 74 siswa, (v) siswa kelas XI SMK N 1 Demak yang berjumlah 85 siswa, dan (vi) siswa kelas XI SMA Abdi Negara yang berjumlah 91 siswa, 3. Dasar Pemilihan Objek Akibat dari berkembangnya Ilmu Telekomunikasi dan teknologi serta labilnya massa remaja sebagai massa transisi yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengekibatkan remaja salah persepsi dalam menerima pendidikan tentang sex sehingga menimbulkan fenomena free sex pada kalangan remaja, oleh karena itu perlu adanya tindakan mengenai masalah tersebut.

13

4.

Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2010/2011, pada

tanggal 3-29 September. 3.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui metode dokumentasi, kajian pustaka atau literature dan angket sebagai berikut : 1. Library Research Pengambilan data melalui sumber bacaan dan literature yang sesuai dengan tema perilaku free sex dikalangan remaja, baik berupa jurnal, makalah, skripsi ataupun karya tulis ilmiah lain yang sejenis untuk mendukung dalam pengolahan data. 2. Metode Dokumentasi Metode ini untuk medapatkan fakta dilapangan mengenai kinerja dan tindakan peneliti dalam melakukan penelitian di 6 SMA di Kabupaten Demak. 3. Angket Angket yang digunakan berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk memperoleh data tentang kebiasaan sex. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket bentuk skala, yaitu berupa butirbutir pertanyaan yang disertai alternative jawaban berupa pendapat. Cara penyusunannya berdasarkan usulan Esysenck dan Cown yaitu kombinasi antara model Thurstone dan Likert. 3.2 Metode Analisis Data 1. Analisis Data Penelitian Dari hasil data penelitian mengenai jawaban pada sampel siswa SMA akan dilakukan perhitungan tingkat kebiasaan yang menjurus pada free sex dengan pemberian skor 4 pada pilihan selalu, skor 3 untuk sering, skor 2 untuk jarang, dan skor 1 untuk tidak pernah, kemudian dilakukan kalkulasi penilaian dan perhitungan rat-rata dan memberi kreterian sebagai berikut 0-14 adalah rendah, 15-29 adalah sedang, 30-44 adalah tinggi, dan 45-56 adalah sangat tinggi. Kriteria tersebut bedasarkan pemikiran jika seluruh siswa memilih selalu pada 14 soal, kemudian dicari mediannya.
14

Studi pendahuluan

Studi Literatur

Perumusan masalah Batasan tujuan penelitian

1. 2. 3. 4.

Pengumpulan data Pembuatan Angket Revisi Angket Pengambilan data koresponden di sampel SMA di Kabupaten Demak Pencarian data literatur

1. 2. 3. 4.

Pengolahan Data Perhitungan data koresponden Membuat table korespenden Pembuatan grafik koresponden Pengolahan data literatur

Pembahasan dan Analisa 1. Analisis koresponden tiap sampel SMA 2. Analisis Rumusan masalah

Kesimpulan dan Saran

Diseminasi Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Rancangan Penelitian

15

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Perolehan Data dan Pembahasan I 1. Hasil koresponden siswa SMA Negeri 1 Demak
8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Series1 Series2 Series3 Series4

Grafik 1.1 Hasil Koresponden SMA N 1 Demak 2. Pemabahasan Mayoritas sampel remaja SMA Negeri 1 Demak memilih pilihan jarang pada kegiatan dan kebiasaan membaca sesuatu yang berhubungan dengan sex yaitu 1.4 atau dengan kriteria rendah atau 0,19% memilihnya 0.1 mengatakan tidak pernah yaitu sebesar 1,25% atau dengan kriteria rendah. Mayoritas siswa juga jarang menonton video porno yaitu 0.9 atau 3.28% dengan kriteria rendah dan 0.4 lainnya memilih tidak pernah atau dengan kriteria rendah. Mayoritas siswa sma negeri 1 demak tidak pernah merasa video porno adalah kebutuhan bagi diri mereka yaitu sebesar 0.8 atau 5.98% dan minoritas 0.1 dengan kritria rendah memilih selalu. Minoritas siswa sering melakukan hal yang mereka pelajari dari video porno sebanyak 0.08 atau sebesar 0.19% dengan kriteria rendah dan mayoritas sebanyak
0.7 atau 5.69% mengatakan tidak pernah dengan kriteria rendah. Mayoritas siswa

sma n 1 demak mengatakan tidak pernah membayangkan adegan yang merka lihat di video porno tersebut mereka lakukan dengn teman perempuan, ataupun pacar

16

mereka sebanyak 0.7 atau 5.54% dengan kriteria rendah dan 0.1 mengatakan sering atau sebanyak 0.38 % dengan kriteria rendah. 0.1 mengatakan selalu masturbasi atau onani adalah kebutuhan mereka atau sebanyak 0.28% dan kebanyakan siswa mengatakan tidak pernah sebnayak 0.7 atau 5.3%. Terdapat 0.1 yang mngatakan bahwa mereka tidak dapat menahan hawa nafsunya untuk melakukan masturbasi dan onani atau sebesar 0.28% dengan kriteria rendah tetapi kebanyakan mengatakan tidak pernah sebesar 0.7 atau sebesar kriteria rendah. Mayoritas siswa sebesar 0.31 tidak merasa wajar jika berciuman dengan lawan jenis mereka sedangkan 1.02 lainnya memilih jarang. Dalam hal berhubungan badan 0.18 atau 0.67% siawa memilih jarang dan 0.9 tidak pernah berhubungan badan. 0.64 sampel mengatakan jarang memperhatikan orang gan pikiran kotor sedangkan 0.21 atau 0.38% mengatakan selalu memperhatikan orang lain dengan pikiran kotor. Tidak ada siswa yang pernah melakukan oral sex dengan lawan jenisnya namun 0.05 ada yang menjawab jarang. 0.5 atau 3.57% tidak merasa nafsu jika bermesraan dengan pacar dan 1 merasa selalu merasa nafsu. Tidak ada siswa yang menyewa PSK jika pacar mereka tidak melayani nafsu mereka dan semua menjawa tidak. 0.9 mengatakan tidak memikirkan dosa ketika melakukan onani atau masturbasi. Kesimpulannya adalah mayoritas siswa SMA Negeri 1 Demak sengat rendah melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sex tetapi masih ada siswa yang melakukan hal-hal yang menjurus kearah sex.
5.3% dengan

17

4.2 Perolehan Data dan Pembahasan II 1. Hasil koresponden siswa SMA Negeri 2 Demak
8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Series1 Series2 Series3 Series4

Grafik 1.2 Hasil Koresponden SMA N 2 Demak (Sumber : Hasil Perhitungan Angket Penelitian) 2. Pemabahasan Minoritas sampel remaja SMA Negeri 2 Demak memilih pilihan selalu pada kegiatan dan kebiasaan membaca sesuatu yang berhubungan dengan sex yaitu sebanyak 0,18 atau 0,32% dengan kriteria rendah, kemudian untuk pilihan jarang, sebanyak 0,98 atau sebesar 3,5% dengan kriteria rendah. Kemudian sebanyak 0,6 atau 4,3% dari siswa yang ada memilih pilihan tidak pernah dan 0,62 siswa atau sebanyak 4,3% memilih pilihan jarang pada kegiatan menonton video porno dikala ada kesempatan hal itu menduduki kriteria rendah. Mayoritas sebanyak 0,82 atau sebesar 5,8% tidak pernah bahkan tidak ada yang menjadikan video porno adalah kebutuhan bagi hidup mereka namun hal itu masih dalam kriteria rendah. Di lain sisi 1,04 % atau sebanyak 0,29 siswa jarang menirukan hal-hal yang telah mereka pelajari dari video porno tersebut, tetapi mayoritas dari mereka juga tidak pernah melakukan hal tersebut. Tidak ada dari mereka yang sering dan selalu membayangkan adegan yang mereka lihat di video porno tersebut mereka lakukan dengan pasangan mereka. Mayoritas dari siswa memang mengatakan tidak pernah apabila Onani atau Masturbasi adalah kebutuhan bagi mereka tetapi

18

di lain sisi, terdapat 1,28% yang jarang melakukan hal tersebut. Kemudian dari seluruh siswa yang kami teliti mayoritas dapat menahan hawa nafsu mereka dalam melakukan Onani atau Masturbasi, tetapi terdapat 0,32% atau sebanyak 0,06 yang jarang dapat mengontrol hawa nafsu mereka dalam hal tersebut dan hal itu masih dalam kriteria rendah. Minoritas dari mereka selalu merasa jika berciuman dengan pacar atau lawan jenis mereka adalah hal yang wajar, namun sebanyak 4,01 % atau 0,56 yang masuk dalam kriteria rendah dalam memilih pilihan tidak pernah pada pertanyaan tersebut. Sebanyak 0,96 atau dengan presentase sebesar 6,9% dalam kriteria rendah memilih pilihan tidak pernah melakukan hubungan badan dengan lawan jenis, ironisnya terselip 3,4% atau sebanyak 0,06 yang mengaku jarang melakukan hubungan badan dengan lawan jenis mereka atau dalam kriteria rendah. Mayoritas sebanyak 0,69 atau sebesar 6,97% tidak pernah memperhatikan orang lain dengan pikiran kotor tetapi juga terdapat 2,4% atau sebanyak 0,47 yang tak jarang juga melakukan hal demikian. Presentase 0% membuktikan bahwa tidak ada siswa yang sering melakukan oral sex dengan lawan jenis mereka dan hanya terdapat 0,06 siswa saja atau sebesar 0,24% yang mengaku jarang melakukan kegiatan tersebut dengan kriteria rendah. Hanya terdapat 0,13 siswa dengan presentase sebesar 0,32% yang mengatakan sering dan sebesar 1,6% atau sebanyak 0,44 siswa mengaku jarang merasa nafsu saat mereka bermesraan dengan pacar mereka, semuanya masuk dalam keriteria rendah. Tidak ada siswa yang sering menyewa PSK jika pacar mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sex mereka, bahkan 100% dari siswa mengaku tidak pernah melakukan hal itu. Sebesar 0,56% atau dengan kriteria rendah jarang memikirkan dosa jika sedang melakukan hubungan sex/ Onani / Masturbasi. Kesimpulannya adalah mayoritas siswa SMA Negeri 2 Demak hanya beberapa orang yang jarang menonton video porno saat ada kesempatan, tetapi tidak sedikit pula yang mengaku tidak pernah menonton video pornosaat ada kesempatan. Selain itu masih banyak juga siswa melakukan beberapa tindakan menyimpang tentang sex dalam kehidupan remaja mereka demi kepuasan fantasi mereka dikarenakan beberapa faktor.

19

4.3 Perolehan Data dan Pembahasan III 1. Hasil koresponden siswa SMA Negeri 3 Demak
8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Series1 Series2 Series3 Series4

Grafik 1.3 Hasil Koresponden SMA N 3 Demak 2. Pembahasan Dari sampel yang ada pada remaja SMA Negeri 3 Demak 4,2% atau sebesar 1,35 jarang membaca buku/artikel yang berhubungan dengan porno masuk ke dalam kriteria rendah tetapi 0,07% mengatakan selalu membaca artikel/ buku yang berhubungan dengan porno dengan nilai 0,33 yang masuk dalam kriteria rendah. Mayoritas remaja mengaku jarang menonton video porno jika ada kesempatan dengan nilai 1 masuk dalam kriteria rendah serta dengan nilai 0,18 menuliskan selalu menonton video porno jika ada kesempatan yang masuk dalam kriteria rendah. Dengan nilai 0,94 yang masuk dalam kriteria rendah remaja SMA NEGERI 3 DEMAK menuliskan bahwa mereka menganggap video porno tidak merupakan kebutuhan tetapi dengan nilai 0,14 remaja SMA NEGERI 3 DEMAK menganggap bahwa video porno merupakan kebutuhan masuk kedalam kriteria rendah. 6,8 % atau dengan nilai 1 (masuk dalam kriteria rendah) mengatakan tidak pernah menirukan hal-hal atau adegan-adegan yang mereka lihat dalam video porno tetapi masih terdapat 0.12 yang masuk dalam kriteria rendah sering menirukan adegan-adegan yang mereka lihat dalam video porno. Dari pertanyaan
20

Saya membayangkan adegan yang saya lihat di video porno tersebut saya lakukan dengan teman perempuan, ataupun pacar sayadengan nilai 0.14 (kriteria rendah) menjawab selalu 0.20 (kriteria rendah) sering 0.40 (kriteria rendah) jarang dan 0,84 (kriteria rendah) siswa mengaku tidak pernah membayangkan adegan yang dilihat di video porno tersebut dilakukan dengan teman perempuan, ataupun pacar. Mayoritas sampel siswa SMA NEGERI 3 DEMAK mengatakan mastrubasi atau onani tidak merupakan kebutuhan yaitu sebesar 0.82 (kriteria rendah) sedangkan 0.18(kriteria rendah) selalu 0.08 (kriteria rendah) sering 0.48 (kriteria rendah) jarang. Minoritas remaja SMA Negeri 3 Demak sering tidak bisa menahan hawa nafsu untuk melakukan onani atau mastrubasi yaitu sebesar 0,6 % dengan nilai 0,33 masuk dalam kriteria rendah dan 4,7 % dengan nilai 0,77 yang berkriteria rendah tidak pernah bernafsu untuk melakukan onani atau mastrubasi. Dengan nilai 0,37 yang masuk dalam kriteria rendah menganggap ciuman adalah hal yang wajar tetapi dari nilai 0,52 yang juga masuk dalam kriteria rendah menganggap ciuman tidak hal yang wajar. Mayoritas remaja di SMA Negeri 3 Demak sebanyak 6,1% tidak pernah melakukan hubungan badan tetapi 0,3% siswa mengaku pernah melakukan hubungan badan. Dari sampel siswa SMA Negeri 3 Demak sebanyak 3,1% siswa dengan nilai 0,51 kriteria rendah mengatakan tidak pernah memperhatikan orang lain dengan pikiran-pikiran kotor tetapi 0,3% siswa dengan nilai 0,19 yang berkriteria rendah mengatakan sering memperhatikan orang lain dengan pikiran-pikiran kotor. Minoritas siswa SMA Negeri 3 Demak dengan nilai 0 masuk dalam kriteria rendah sering melakukan oral sex dengan lawan jenis dan dengan nilai 1,02 termasuk kriteria rendah tidak pernah melakukan oral sex dengan lawan jenis. Minoritas siswa SMA Negeri 3 Demak sering merasa nafsu jika bermesraan dengan teman perempuannya sebanyak 0,6% dengan nilai 0,28 termasuk kriteria rendah dan 3,3% siswa dengan nilai 0,54 termasuk kriteria rendah tidak pernah merasa nafsu jika bermesraan dengan teman perempuannya. Mayoritas bernilai 1,05 termasuk dalam kriteria rendah tidak pernah

menyewa PSK jika pacarnya tidak memenuhi hasrat sexnya dan denan nilai 0,04

21

termasuk dalam kriteria rendah sering menyewa PSK jika pacarnya tidak memenuhi hasrat sexnya. Sebanyak 5,2% siswa tidak pernah mengintip teman lawan jenisnya jika ada kesempatan dan 0,6% siswa selalu mengintip teman lawan jenisnya. Kesimpulannya adalah mayoritas siswa SMA Negeri 3 Demak sangat rendah melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sex tetapi masih ada sebagian kecil siswa yang melakukan hal-hal yang menjurus kearah sex.

22

4.4 Perolehan Data dan Pembahasan IV 1. Hasil koresponden siswa SMA Negeri 1 Mijen
8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Series1 Series2 Series3 Series4

Grafik 1.4 Hasil Koresponden SMA N 1 Mijen 2. Pembahasan Mayoritas sampel remaja SMA Negeri 1 Mijen memilih pilihan tidak pernah

pada membaca buku, artikel atau majalah yang berhubungan dengan sex yaitu sebanyak 0,32(kriteria rendah) atau 2,3% dan 0,24(kriteria rendah) memilih sering dengan presentase sebesar 0,60%. Mayoritas siswa juga selalu menonton video porno dikala ada kesempatan yaitu sebanyak 0,22(kriteria rendah) atau 0,3% dan 0,51(kriteria rendah) memilih jarang atau 2,00%. Minoritas siswa SMA N 1 Mijen sering melihat video porno karena mereka menganggap hal itu merupakan kebutuhan bagi mereka dengan pemilih sebanyak 0,12(kriteria rendah) dengan presentase 0,20%. Dan mayoritas sebanyak 0,82(kriteria rendah) menganggap melihat video porno tidak kebutuhan bagi mereka atau 5,80%. Minoritas siswa jarang meniru hal yang telah mereka lihat dalam video porno hal itu dibuktikan dengan 0,05(kriteria rendah) pemilih pada pertanyaan itu atau sebanyak 0,2%, namun ada juga yang selalu meniru hal yang telah mereka lihat dalam video porno sebanyak 0,11(kriteria rendah) atau 0,2%. Minoritas siswa jarang membayangkan atau melakukan adegan yang mereka lihat di video porno dengan teman perempuan, ataupun pacar mereka sebanyak 0,14(kriteria rendah) atau dengan presentase 0,5%. Dan sedikit siswa memilih sering membayangkan adegan yang

23

mereka lihat di video porno tersebut mereka lakukan dengan teman perempuan, ataupun pacar mereka sebanyak 0,059(kriteria rendah) siswa atau dengan presentase 0,1 % dan sebanyak merasa onani atau masturbasi adalah kebutuhan bagi mereka, sedangkan 0,05(kriteria rendah) menjawab bahwa onani atau masturbasi adalah kebutuhan bagi mereka atau 0,1%. Sebanyak 0,89(kriteria rendah) atau 6,4% memilih bisa menahan untuk tidak melalukan onani atau masturbasi, sedangkan 0,14(kriteria rendah) atau 0,5% jarang untuk bisa menahan ketika mereka hendak melakukan onani atau masturbasi. Pada pertanyaan apakah mereka merasa jika berciuman dengan pacar atau teman lawan jenis adalah hal yang wajar, sebanyak 0,32(kriteria rendah) mengatakan selalu atau 0,6%. Dan 0,49(kriteria rendah) berpendapat jarang

melakukan ciuman dengan lawan jenis atau 1,7%. Minoritas sebanyak 0,05(kriteria rendah) siswa SMA N 1 Mijen memilih jarang dalam melakukan hubungan badan dengan lawan jenis atau 0,2% dan 0,08(kriteria rendah) sering melakukan hubungan badan dengan lawan jenis atau dengan presentase 0,2%. Sebanyak 0,46(kriteria rendah) atau 1,6% mengatakan jarang memperhatikan orang lain dengan pikiran kotor sedangkan 0,22(kriteria rendah) atau 0,4% mengatakan selalu memperhatikan orang lain dengan pikiran kotor. Sebanyak 0,08(kriteria rendah) mengaku sering melakukan oralsex dengan lawan jenis mereka atau sebesar 0,2%, dan 0,93(kriteria rendah) mengaku tidak pernah melakukan oral sex dengan lawan jenis mereka atau6,6%. Sebanyak 0,08 atau 0,2% sering merasa nafsu jika sedang bermesraan dengan pacar mereka dan 0,61(kriteria rendah) atau 4,3% tidak pernah merasa nafsu ketika sedang bermesraan dengan pacar mereka. Tidak ada satupun siswa yang menyewa PSK jika pacar mereka tidak melayani nafsu mereka. Sebanyak 0,19 siswa atau 0,7% memilih jarang mengintip lawan jenis mereka, dan sebanyak 0,08 (kriteria rendah) siswa sering mengintip teman lawan jenis mereka. Kesimpulannya adalah minoritas siswa SMA Negeri 1 Mijen menyukai membaca buku atau sejenisnya yang berhubungan dengan sex, dan beberapa siswa yang menyukai menonton video porno bahkan melakukan beberapa tindakan menyimpang tentang sex dalam kehidupan remaja mereka seperti berciuman hingga berhubungan badan.

24

4.5 Perolehan Data dan Pembahasan V 1. Hasil koresponden siswa SMA Abdi Negara
8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 SELALU SERING JARANG TIDAK PERNAH

Grafik 1.5 Hasil Koresponden SMA Abdi Negara 2. Pemabahasan Mayoritas sampel remaja SMA Abdi Negara memilih pilihan jarang pada kegiatan dan kebiasaan membaca sesuatu yang berhubungan dengan sex yaitu sebanyak 1,2 siswa (kriteria rendah) atau 4,4% , 0,3 siswa (kriteria rendah) mengatakan tidak pernah yaitu sebesar 2,04%. Senilai 0,23 siswa (kriteria rendah) sering menonton video porno yaitu sebesar 0,5% dan 0,38 siswa (kriteria rendah) lainnya memilih tidak pernah. Sebagian dari mereka yang sering merasa video porno adalah kebutuhan bagi diri mereka yaitu sebesar 0,1 siswa (kriteria rendah) atau 0,2% dan senilai 0,80 siswa (kriteria rendah) memilih tidak pernah atau sebesar 5,7%. Senilai 0,13 siswa (kriteria rendah) selalu melakukan hal yang mereka pelajari dari video porno atau sebesar 0,2% dan senilai 0,28 siswa (kriteria rendah) atau 1,02% memilih jarang. Mayoritas siswa siswa SMA Abdi Negara mengatakan tidak pernah membayangkan adegan yang merka lihat di video porno tersebut mereka lakukan dengn teman perempuan, ataupun pacar mereka senilai 0,60 siswa (kriteria rendah) atau 4,3 % dan 0,20 siswa (kriteria rendah) mengatakan sering atau sebanyak 0,5 %. Sebanyak 0,32 siswa (kriteria rendah) mengatakan jarang untuk masturbasi atau onani adalah kebutuhan mereka atau

25

sebanyak 1,2 % dan kebanyakan siswa mengatakan tidak pernah sebanyak 0,74 siswa (kriteria rendah) atau 5,3 %. Terdapat 0,76 siswa (kriteria rendah) yang mngatakan bahwa mereka dapat menahan hawa nafsunya untuk melakukan masturbasi dan onani atau sebesar 5,4 %, namun sebesar 0,26 (kriteria rendah) siswa mengatakan sering tidak dapat menahan hawa nafsunya atau sebesar 0,6 %. Sebesar 0,57 siswa atau 1,02 % selalu merasa jika berciuman dengan pacar atau teman lawan jenis adalah hal yang wajar namun berkebalikan dengan itu sebanyak 0,29 siswa (kriteria rendah) atau 2,1 % memilih tidak pernah. Mayoritas siswa siswi SMA Abdi Negara memilih tidak pernah untuk pernah melakukan hubungan badan dengan lawan jenis lalu sebesar 0,13 siswa (kriteria rendah) atau 0,2 % memilih sering. Sebanyak 0,16 siswa (kriteria rendah) atau 0,4 % sering memperhatikan orang lain dengan pikiran-pikiran yang kotor dan sebanyak 0,56 siswa (kriteria rendah) atau 4% memilih tidak pernah. Mayoritas siswa SMA Abdi Negara sebesar 0,93 siswa (kriteria rendah) atau 6,6 % tidak pernah melakukan oralsex dengan lawan jenis dan sebanyak 0,13 siswa (kriteria rendah) atau 0,5 % mengatakan jarang. Sebanyak 0,26 siswa (kriteria rendah) atau 0,5 % mengatakan selalu merasa nafsu jika saat bermesraan dengan pacar dan sebanyak 0.66 siswa (kriteria rendah) atau 2,4 % mengatakan jarang. Minoritas siswa sebanyak 0,09 siswa (kriteria rendah) atau 0,3 % memilih jarang untuk menyewa PSK jika pacarnya tidak bisa memenuhi kebutuhan Sex dan sebesar 0,96 siswa (kriteria rendah) atau 6,8 % memilih tidak pernah. Minoritas sebesar 0,04 siswa (kriteria rendah) atau 0,07 % memilih selalu untuk mengintip teman lawan jenis jika ada kesempatan dan berkebalikan dengan itu 0,82 siswa (kriteria rendah) atau 5,8 % memilih tidak pernah. Kesimpulannya adalah mayoritas siswa siswi SMA Abdi Negara hanya beberapa orang yang menyukai membaca buku atau sejenisnya yang berhubungan dengan sex, namun sebagian dari mereka menyukai menonton video yang berhubungan dengan sex, selain itu masih banyak juga siswa yang menyukai membaca buku porno dan melakukan beberapa tindakan menyimpang tentang sex dalam kehidupan remaja mereka dikarenakan beberapa faktor.

26

1.

Sikap Remaja Menghadapi Free sex Sekitar 15 persen remaja di Indonesia, menurut data hasil sebuah penelitian

yang diungkapkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pusat, diketahui telah melakukan hubungan seks di luar nikah.Perilaku seksual pra-nikah telah menjadi bagian kehidupan remaja. jumlah keseluruhan remaja di Indonesia sebanyak sekitar 62 juta orang, terdapat sekitar 15 persen dari remaja itu kedapatan telah melakukan aktivitas seksual . Beberapa aktivitas seksual yang dianggap telah menjadi bagian kehidupan remaja , diantaranya mulai dari berciuman bibir, meraba-raba dada, hingga "petting" (menempelkan alat kelamin), sampai melakukan hubungan seks sehingga hilangnya keperawanan si remaja putri tersebut. Remaja sebagai generasi penerus bangsa selalu menarik untuk menjadi bahan pembahasan terlebih dari segi pergaulan dan mental remaja, remaja yang berada pada kondisi tidak sebagai anak-anak, namun juga tidak diterima sebagai orang dewasa dan memiliki rasa keingintahuan membuat remaja terjebak dalam rasa kebimbangan yang besar untuk memperoleh informasi tentang pendidikan sex, akibat dari hal itu mereka cenderung mencari sendiri jawaban dari keingintahuan mereka melalui media yang tidak benar. Dewasa ini akibat dari kurang mengertinya remaja mengenai sex dan kurangnya pendidikan sex dini, timbul fenomena mengenai kehidupan free sex dikalangan remaja karena informasi yang mereka dapat tanpa adanya filter orangtua, diakui atau tidak free sex tidak ubahnya bagai zat adiktif dan beracun bagi kehidupan remaja. Ketika remaja telah sekali menjalani kehidupan free sex dapat dipastikan mereka akan sangat susah lepas dari belinggu nikmat dunia, harus ada niat dan sikap yang jelas dalam menyikapi free sex, namun meski mayoritas remaja telah mengetahui akibat negative free sex mereka tetap sulit untuk menghindari perilaku free sex meski dalam intensitas yang rendah.

27

2.

Menyikapi Free sex Untuk mentikapi free sex dapat dilakukan beberapa langkah filterisasi sebagai

berikut: 1. Berwibawa Dan Tegas Dalam Menjalin Hubungan Dari awal sebaiknya buat kesepakatan dengan kekasih pujaan hati bahwa kita tidak ingin ada kegiatan yang berbau mesum. Mesum hanya boleh bebas dilakukan setelah menikah kelak. Apabila pacar kita hanya menginginkan tubuh kita saja sebaiknya sudahi saja hubungan yang ada karena dia toh nantinya tidak akan menikahi kita. Habis manis sepah dibuang. Selama berpacaran pun jangan terlalu menggoda agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Memilih Pasangan Yang Baik Carilah cowok yang benar-benar cinta kepada kita, bukan hanya karena nafsu birahi saja. Orang yang mencintai kita dan memiliki sikap perilaku yang baik tidak akan melukai dan menyakiti kita. 3. Jangan Ikut-Ikutan Teman atau Trend Kita harus mampu menjadi diri sendiri dan tidak bergantung pada temanteman kita. Teman yang tadinya baik bisa tiba-tiba menjadi buruk dan menularkan keburukannya pada kita karena mungkin dia tidak mau menjadi korban sendirian sehingga mengajak anda turut serta jatuh ke dalamnya. Blacklist dan jauhi teman yang sudah tidak bisa diajak bekerja sama dengan baik dan cari saja yang baru dan baik-baik. 4. Menanamkan Nilai-Nilai Sebagai Berikut : a. Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Seks sebelum pernikahan (pranikah) dan atau berganti-ganti pasangan beresiko tinggi menularkan banyak penyakit berbahaya kepada kita dan keluarga. Menikah dengan pria hidung belang pun beresiko menjadi tertular penyakit karena bukan kesalahan kita. b. Dosa Besar Bagaimana pun zina / zinah itu dosa dan dosanya besar, hindari zina dan anda akan bahagia di akhirat kelak.

28

c. Menikah Dengan Bahagia Dengan tidak melakukan hubungan seks pra nikah anda akan lebih dicintai, dihormati dan dihargai oleh pasangan anda ketika menikah. Batin pun puas dan bahagia karena memberikan sesuatu yang paling berharga dari diri kita untuk orang yang paling kita cintai. d. Seks Bebas = Narkoba = Merokok = Ketagihan Sekali mencoba ngeseks bebas maka kita bisa terjerumus dalam lubang kenistaan yang dahsyat. Ketagihan dan ketergantungan pada seks bebas akan terus membayangi kita seumur hidup. Jika telah menikah dan ternyata tidak memiliki kemampuan seks yang baik kita pun akan selalu membandingbandingkan dengan yang lain dan cenderung akan melakukan selingkuh untuk mencari kepuasan sesaat yang sesat. e. Merusak Masa Depan Hamil muda tanpa suami, punya anak haram hasil hubungan gelap / pergaulan bebas, dikenal sebagai orang kotor, dan lain sebagainya merupakan aib bagi kita sendiri dan juga aib bagi keluarga dan orang-orang terdekat kita. Sekali rusak maka masa depan anda taruhannya. Pederitaan bisa anda alami hingga akhir hayat.

29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil data penelitian dan pembahasan hasil data maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. 2. Remaja sangat sulit untuk menghindari free sex. Perilaku Remaja SMA di Kabupaten Demak, meski tidak secara langsung

dikatakan sebagai free sex, namun hampir menjurus pada fenomena free sex. 3. Belum adanya antisipasi yang nyata dalam membendung fenomena free sex

dikalangan remaja SMA Kabupaten Demak. 5.2 Saran Berdasarkan hasil data penelitian dan pembahasan hasil data maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Remaja harus dapat melakukan filter terhadap free sex melalui Agama,

Keluarga, Lingkunga, dan Diri Sendiri. 2. Fenomena free sex, yang hampir masuk pada kehidupan remaja SMA di

Kabupaten Demak, harus dapat di minimalisir oleh pemerintah, melalui berbgaia kebijakan.

30

Daftar Pustaka

Hurlock (1994 : 226) via http://abrar-hidayat.blogspot.com/2010/05/penelitianpaikologi.html (diakses pada tanggal 1 Oktober 2010) The American Heritage Dictionary, 1985 via http://my.opera.com/ko noe/blog/penjelasan-tentang-pornografi (diakses pada tangga 3 Oktober 2010) Monks, 2002 via http://www.bobbysevenfold.freejoomlas.com/index.php?optio n=com_ content&task=vie w&id=5&Itemid=28 (diakses pada tanggal 4 Oktober 2010) Latuheru,1988:11 via http://listyo-geografi.blogspot.com/2009/11/pengertianmedia-pembelajaran-menurut.html (diakses pada tanggal 4 Oktober 2010) www.blogdokter.net (diakses pada tanggal 4 Oktober 2010) Duarsa 2004 via http://blog.unila.ac.id/setiadi/2009/08/21/percobaan/ (diakses pada tanggal 5 Oktober 2010) Notoadmojo (2007) http://www.scribd.com/doc/36736562/resume-demografi

(diakses pada tanggal 7 Oktober 2010) (Limantara, dkk, 2004) http://fadlide.files.wordpress.com/2010/01/karya-tulisilmiah_nisma5.pdf (diakses pada tanggal 9 Oktober 2010)

31

Anda mungkin juga menyukai