Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dibanding makhluk
yang lain, manusia adalah pemimpin atau yang mengatur alam ini, manusia
adalah makhluk yang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda dan lain
sebagainya. Para pemikir, baik Islam ataupun barat mempunyai banyak
ragam dalam mengartikan dan memahami manusia itu sendiri. Murtadla
Muthahari misalnya, memahami manusia tidak semata-mata digambarkan
sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki,
dan pandai berbicara.
Lebih dari itu, manusia lebih luhur dan lebih gaib dari apa yang dapat
didefinisikan oleh kata-kata tersebut. Ia membagi sifat manusia dalam dua
segi. Pertama segi positif dan kedua segi negatif. Segi positif adalah :
a) Manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi
b) Manusia mempunyai kapasitas intelegensi yang lebih tinggi dibanding
makhluk lainnya.
c) Manusia mempunyai kecenderungan untuk dekat dengan Allah.
Artinya, ia sadar akan kehadiran Tuhan jauh di dasar sanubari mereka.
d) Manusia, dalam fitrahnya, mempunyai sekumpulan unsur surgawi yang
luhur yang berbeda dengan unsur badani yang ada pada binatang,
tumbuhan, dan benda tak bernyawa.
e) Penciptaan manusia telah diperhitungkan dengan benar-benar secara
teliti, bukan suatu kebetulan
f) Manusia bersifat bebas dan merdeka
g) Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan mempunyai martabat.
h) Manusia memiliki kesadaran moral
i) Jiwa manusia tidak akan damai kecuali dengan mengingat Allah
j) Segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia.
Manusia diciptakan untuk menyembah Tuhan dan tunduk patuh
merupakan tanggung jawab utama mereka.
Sedangkan segi negatifnya, menurut Murtadha Muthahari, manusia
memiliki sikap keji dan bodoh yang luar biasa. Dalam konsep teologi yang
menjadi sentral pembahasan mengenai manusia adalah kekuatan, kelemahan,
kebebasan dan tanggungjawab manusia. Perbuatan manusia adalah ciptaan
mereka sendiri. Dengan demikian, manusia bebas menentukan perbuatannya
dan bertanggungjawab penuh atas perbuatan tersebut.
Manusia menurut kajian ilmu, terdiri dari sel-sel, daging, tulang,
syaraf, darah dan lain-lain (materi) yang membentuk jasad renik. Pertemuan
zat ayah dan ibu membentuk janin (embrio) dalam rahim ibu, yang tumbuh
secara evolusi. Proses Kejadian manusia sebagai individu di uraikan oleh Al-
Quran dan hadis.
Q.S. Al-Muminun : 12-14

;4 E4^UE= =}=Oee"- }g`
l-Uc }g)` -gC ^g
+OE4UEE_ LOE;C+^ O) O-4O~
-E` ^@ O 4L^UE=
OE;COL- LOU4 4L^UEC
OUE^- LO4;_N` 4L^UEC
O4;_^- VgN 4^O=O
=g^- V^4O O
+O4^4=e UE= 4OE=-47 _
E4O4l4 +.- }=O;O
4-)UC^- ^j

Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari sari tanah.
Kemudian Kami jadikan sari tanah- itu air mani, (terletak) dalam tempat
simpanan yang teguh. Kemudian dari air mani itu Kami ciptakan segumpal
darah. Lalu dari segumpal darah itu Kami ciptakan segumpal daging, dan
dari segumpal daging itu Kami ciptakan tulang belulang. Kemudian tulang-
tulang itu Kami tutup dengan daging. Sesudah itu Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain......
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini oleh Allah SWT
terdapat pada beberapa kutipan ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut :
1. Q.S. Adz Zariyat : 56
Aku ciptakan jin dan manusia supaya mereka memperhamba diri kepada
Ku.
Penjelasan QS. Adz Dzariyat ayat 56, manusia diciptakan oleh Allah
SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan dari
lafal abida-yabudu-ibadatun (taat, tunduk, patuh). Beribadah berarti
menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus
tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
-Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan
waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al
Quran maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi.
Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
-Ibadah ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh
manusia yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang
dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT.
2. Q.S Al-Baqarah : 30-31
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.
31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!
3. Q.S. Al Anaam 165
165. Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan
Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Islam adalah Agama yang mengimani satu tuhan, Islam secara bahasa
(secara lafaz) memiliki beberapa makna. Islam terdiri dari huruf dasar
(dalam bahasa Arab): "Sin", "Lam", dan "Mim". Beberapa kata dalam bahasa
Arab yang memiliki huruf dasar yang sama dengan "Islam", memiliki kaitan
makna dengan Islam. Islam secara bahasa adalah : Islamul wajh
(menundukkan wajah), Al istislam (berserah diri), As salamah (suci bersih),
As Salam (selamat dan sejahtera), As Silmu (perdamaian), dan Sullam
(tangga, bertahap, atau taddaruj). Secara istilah, Islam berarti wahyu Allah,
diin para nabi dan rasul, pedoman hidup manusia, hukum-hukum Allah yang
ada di dalam Al Qur'an dan As Sunnah, dan dia merupakan jalan yang lurus,
untuk keselamatan dunia dan akhirat.

1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana penyebutan manusia dalam agama?
2. Apa tujuan hidup manusia?
3. Apa kelebihan manusia dari makhluk lain?
4. Bagaiman hubungan manusia dengan agama?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyebutan manusia dalam agama.
2. Mengetahui tujuan hidup manusia.
3. Mengetahui kelebihan manusia dari makhluk lain.
4. Mengetahui hubungan manusia dengan agama.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyebutan Manusia dalam Agama
Tidak diragukan lagi bahwa manusia dijadikan khalifah di atas bumi.
Khalifah di sini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan
mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam mengelola
dan melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan agamaNya. Dengan petunjuk
agama manusia dapat menjalankan tugasnya sebab agama menjelaskan dua jalan
yang akan membahayakannya. Jalan yang pertama disuruh melakukannya, sedang
jalan yang kedua disuruh menyingkirkannya. Mengenai manusia dijadikan
khalifah di atas bumi dinyatakan dalam al-Quran, surat Al Baqarah:30
^O)4 4~ CG4O
gOj^UEUg O)E+) gN~E}
O) ^O- LOEO)UE= W
W-EO7~ NE^_` OgOg }4`
O^NC OgOg lgOEC4
47.4`g].- }^44
E)Ol=O+^ Eg;O4 +Eg-+^4
El W 4~ EO)E+) NU;N 4`
4pOUu> ^@
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."
Kemudian ditegaskannya pula, dengan firmanNya dalam surat Al-
Anam:165

4O-4 Og~-.- :UEE_
E-j^UE= ^O- E74O4
7_u4 -O *u4 eE_4OE1
74OUl41g O) .4`
7>-47 Ep) El+4O 7C)O=
g^- +O^^)4
EOO4 l7gOO ^g)
Artinya:
dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti
manusia, yaitu kata insan, kata basyar dan kata Bani Adam. Kata insan dalam al-
Qur'an dipakai untuk manusia yang tunggal, sama seperti ins. Sedangkan untuk
jamaaknya dipakai kata an-nas, unasi, insiya, anasi. Adapun kata basyar dipakai
untuk tunggal dan jamak. Kata insan yang berasal dari kata al-uns, anisa, nasiya
dan anasa, maka dapatlah dikatakan bahwa kata insan menunjuk suatu pengertian
adanya kaitan dengan sikap, yang lahir dari adanya kesadaran penalaran [Musa
Asy'arie, 1992 : 22]. Kata insan digunakan al-Qur'an untuk menunjukkan kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara
seseorang dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan
[M.Quraish Shihab, 1996 : 280].
Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjuk
adanya kaitan dengan kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadap
seseuatu hal, disebabkan karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Maka
dalam kehidupan agama, jika seseorang lupa sesuatu kewajiban yang seharusnya
dilakukannya, maka ia tidak berdosa, karena ia kehilangan kesadaran terhadap
kewajiban itu. Tetapi hal ini berbeda dengan seseorang yang sengaja lupa
terhadap sesuatu kewajiban. Sedangkan kata insan untuk penyebutan manusia
yang terambil dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis,
(Musa Asy'arie, 1996 : 20) karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan
dengan realitas hidup dan lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan
adaptasi yang cukup tinggi, untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan sosial maupun alamiah.
Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun, dan sebagai makhluk yang
berbudaya, ia tidak liar baik secara sosial maupun alamiah.
Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki
ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata basyar adalah jamak dari kata
basyarah yang berarti kulit. "Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak
jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain". Al-Qur'an menggunakan kata
ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna
[dual] untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya
dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan
untuk menyampaikan bahwa "Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang
diberi wahyu [QS. al-Kahf (18): 110].
Di sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menggunakan
kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar,
melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan. Firman allah
QS.al-Rum (3) : 20
;}g`4 gOg-4C-47 up 7U
}g)` -4O> O .-O) +^
EO4=E ]+O4L> ^g
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya [Allah] menciptakan kamu dari
tanah, ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran".
Penggunaan kata basyar di sini dikaitkan dengan kedewasaan dalam
kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggungjawab. Dan
karena itupula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar, QS. al-Baqarah (2)
: 30
^O)4 4~ CG4O
gOj^UEUg O)E+) gN~E}
O) ^O- LOEO)UE= W
W-EO7~ NE^_` OgOg }4`
O^NC OgOg lgOEC4
47.4`g].- }^44
E)Ol=O+^ Eg;O4 +Eg-+^4
El W 4~ EO)E+) NU;N 4`
4pOUu> ^@
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Musa Asy'arie [1996 : 21], mengatakan bahwa manusia dalam pengertian
basyar tergantung sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan perkembangan
fisiknya tergantung pada apa yang dimakan. Sedangkan manusia dalam pengertian
insan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang sepenuhnya tergantung
pada kebudayaan, pendidikan, penalaran, kesadaran, dan sikap hidupnya. Untuk
itu, pemakaian kedua kata insan dan basyar untuk menyebut manusia mempunyai
pengertian yang berbeda. Insan dipakai untuk menunjuk pada kualitas pemikiran
dan kesadaran, sedangkan basyar dipakai untuk menunjukkan pada dimensi
alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, makan, minum dan
mati.
Dari pengertian insan dan basyar, manusia merupakan makhluk yang
dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psihis yang memiliki potensi untuk
berkembang. Al-Qur'an berulangkali mengangkat derajat manusia dan
berulangkali pula merendahkan derajat manusia. Manusia dinobatkan jauh
mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaikat. Allah juga menetapkan
bahwa manusia dijadikan-Nya sebagai makhluk yang paling sempurna
keadaannya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain [Q.S.95 :4].
; 4L^UE =}=Oee"- EO)
^}=O;O CO^> ^j
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya .
Abdurrahman An-Nahlawi [1995], mengatakan manusia menurut
pandangan Islam meliputi :
1. Manusia sebagai makhluk yang dimuliakan, artinya Islam tidak
memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan atau tidak berharga seperti
binatang, benda mati atau makhluk lainnya [QS..al-Isro: 7].
;4 E4^`OE /j_4
4E1-47 _E4U4EO4 O)
)OE^- @O4l^-4
_E4^~Ee4O4 ;g)`
ge4lj1-C- _4LU_4
_O>4N OOgV ;}Og)` E4^UE=
1E1_^> ^_
Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk
yang Telah kami ciptakan.Al-Hajj:65
4O> Ep -.- 4OOCEc 7
E` O) ^O- ElU^-4
O@O^_` O) @O4l^-
jjO) lO;NC4
47.EOO- p E7> O>4N
^O- ) gOg^^O)) Ep)
-.- +EEL) [+74O
_OgOO ^g)
Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang
ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. dan dia
menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia.

2. Manusia sebagai makhluk istimewa dan terpili. Salah satu anugrah
Allah yang diberikan kepada manusia adalah menjadikan manusia mampu
membedakan kebaikan dan kejahatan atau kedurhakaan dari ketakwaan. Ke dalam
naluri manusia, Allah menanamkan kesiapan dan kehendak untuk melakukan
kebaikan atau keburukan sehingga manusia mampu memilih jalan yang
menjerumuskannya pada kebinasaan. Dengan jelas Allah menyebutkan bahwa
dalam hidupnya, manusia harus berupaya menyucikan, mengembangkan dan
meninggalkan diri agar manusia terangkat dalam keutamaan [Q.S.as-Syam: 7-10].
^4^4 4`4 E_.OEc ^_
E_EE E-4OO_q-
E_.4O^>4 ^g ;~ EEU^ }4`
E_-Ee ^_ ;~4 =~ }4`
E_OcE1 ^
7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8.Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

3. Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik. Allah telah melengkapi
manusia dengan kemampuan untuk belajar, dalam surat al-Alaq : 3 dan 5,
4O^~- El4O4 N4O^-
^@
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
=^U4 =}=Oee"- 4` uu4C
^)
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Allah telah menganugrahi manusia sarana untuk belajar, seperti
penglihatan, pendengaran dan hati. Dengan kelengkapan sarana belajar tersebut,
Allah selalu bertanya kepada manusia dalan firman-Nya "afala ta'kilun", afala
tata fakkarun", dan lain-lain pertanyaan Allah kepada manusia yang menunjukkan
manusia mempunyai potensi untuk belajar.
Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan,
sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan
semi duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan,
bebas, terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta;
serta karunia keunggulan atas alam semesta, lagit dan bumi. Manusia dipusakai
dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan.
Selain itu, al-Qur'an juga menyebutkan sifat-sifat kelemahan dari manusia.
Qur'an mencela manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya,
kesalahan manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam
memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.
Manusia dicela karena kebanyakan dari mereka tidak mau melihat kebelakang
(al'aqiba), tidak mau memahami atau tidak mencoba untuk memahami tujuan
hidup jangka panjang sebagai makhluk yang diberi dan bersedia menerima
amanah. Manusia tidak mampu memikul amanah yang diberikan Allah
kepadanya, maka manusia bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan dan
binatang buas sekalipun - derajat manusia direndahkan - Firman Allah QS. al-
Ahzab : 72
^^) E4;4O4N O4^4`- O>4N
g4O4OO- ^O-4
4:^-4 -u-4 p
Og+Ug^4 =}^E;-4
Ogu+g` E_U4EO4 }=O^e"-
W +O^^) 4p~E 4`OU LO_E_
^_g
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatirkan menghianatinya, dan dipukullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh".
Selanjutnya dalam firman Allah : QS. at-Tiin (95) : 5-6 :
O +O4^u1E14O Ec
4-)-gEc ^) ) 4g~-.-
W-ONL4`-47 W-OUgE4
geE)UO- _U vO;_
+OOEN pON4^E ^g
"Kemudian Kami [Allah] kembalikan dia [manusia] ke kondisi paling
rendah, kecuali mereka yang beriman kepada Allah dan beramal saleh".
Selain itu al-Qur'an juga mengingat manusia yang tidak menggunakan
potensi hati, potensi mata, potensi telinga, untuk melihat dan mengamati tanda-
tanda kekuasaan Allah. Pernyataan ini ditegaskan dalam firman Allah QS. al-A'raf
: 179 sebagai berikut :
;4 4^4OO =E4E_Eg
-LOOg1 ;g)` ^-}_^-
+^e"-4 W +O _OU~
]O_^4C Ogj +O4
N-;N 4p+O^lNC Ogj
+O4 p-O-47 4pON4OEC
.Ogj _ Elj^q
Eu^~E 4 - O= _
Elj^q N-
]OUg4^- ^__
"Sesungguhnya Kami Jadikan untuk [isi neraka Jahanam] kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk
memahami [ayat-ayat Allah] dan mereka mempunyai mata [tetapi] tidak
dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga [tetapi] tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-
ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai".

2.2 Tujuan Hidup Manusia
Makna tentang tujuan hidup sampai kapan pun masih tetap penting untuk
direnungkan. Bagaimanapun seorang Muslim mesti sadar bahwa hidup di dunia
ini bersifat sementara tidak kekal bahkan terlalu amat singkat. Rumusan tujuan
hidup yang didasari pada nilai ajaran agama menempati posisi sentral, yakni orang
yang hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama yang diyakininya, melalui
pemahaman yang benar dan matang terhadap ajaran agama. Menurut ajaran Islam,
tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha Allah.
Allah berfirman
;g`4 +EE4- }4` O@O;=EC
+O=O^4^ 47.4g-- V=O
*.- +.-4 +74O
g14:g^)
Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya (Al
Baqarah [2]: ayat 207)
Ridha artinya senang. Jadi segala pertimbangan tentang tujuan
hidup seorang Muslim, berujung kepada apakah yang kita lakukan dan apa
yang kita gapai itu sesuatu yang disukai atau diridhai Allah SWT atau tidak. Jika
kita berusaha memperoleh ridha-Nya, maka apapun yang diberikan Allah kepada
kita, kita akan menerimanya dengan ridha (senang) pula.
Kita bisa mengetahui sesuatu itu diridhai atau tidak oleh Allah. Tolok ukur
pertama adalah syariat atau aturan yang ditetapkan dalam agama kita,
sesuatu yang diharamkan atau dilarang oleh Allah pasti tidak diridhai dan bila kita
melakukannya atau melanggarnya kita akan mendapat dosa; dan sesuatu yang
halal atau diperintahkan agama pasti diridhai yang apabila kita mengerjakannya
kita akan mendapat pahala. Selanjutnya nilai-nilai akhlak akan menjadi tolok ukur
tentang kesempurnaan, misalnya memberi kepada orang yang meminta-minta
dijalanan karena kebutuhan adalah sesuatu yang diridhai-Nya; tidak memberi
tidak berdosa tetapi kurang disukai oleh Allah SWT.
Nabi bersabda,
Bahwa ridha Allah ada bersama ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada
bersama murka kedua orang tua.
Semangat untuk mencari ridha Allah sudah barang tentu hanya dimiliki
orang-orang yang beriman, sedangkan bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan,
tidak mengenal agama, maka boleh jadi pandangan hidupnya dan prilakunya
sesat, tetapi mungkin juga pandangan hidupnya mendekati pandangan hidup orang
yang beragam, karena setiap manusia memiliki akal yang bisa berfikir logis dan
hati yang di dalamnya ada nilai kebaikan. Sebaik apapun manusia, selama dia
kafir maka amalan-amalan mereka tidak diterima dan tidak dinilai oleh Allah, sia-
sia belaka akibat kekafiran mereka, bagai debu yang berterbangan.
Allah berfirman,
4g~-.-4 W-NOE
_U4 -4OEOE
lOEO) +O+l=O^4
Np4*;-- 7.4` -/EEO
-O) +47.E_ +;_
6*^OE- EE}44 -.- +ELgN
+O-4O +O4=OgO +.-4
7C)O= =Og4^- ^@_
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah
yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya
(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-
amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya (An-
Nur[24]: ayat 39)
Metode untuk mengetahui ridla Allah SWT juga diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan cara bertanya kepada hati sendiri. Orang bisa berdusta,
berbohong dan mengelabui orang lain, tetapi ia tidak dapat melakukannya kepada
hati sendiri. Hanya saja hati orang berbeda-beda. Hati yang gelap, hati yang
kosong, dan hati yang mati, sulit dan bahkan tidak bisa ditanya. Hati juga kadang-
kadang tidak konsisten. Nurani berasal arti kata nur, cahaya. Orang yang
nuraninya hidup maka ia selalu sambung dengan ridha Tuhan. Problem hati nurani
adalah cahaya nurani sering tertutup oleh keserakahan, egoisme, dan kemaksiatan.
Menurut ajaran Islam, tugas pokok hidup manusia, sepanjang hidupnya
hanya satu tugas, yaitu beribadah kepada Allah, Sang Pencipta. Allah berfirman
dalam kitab suci al Quran yang berbunyi (Al_Dzariat [51]: ayat 56)
4`4 e^UE= O}_^-
"^e"-4 ) p+lu4Og ^)g
Tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah kepada-
Ku.
Menjalankan ibadah bukanlah tujuan hidup, tetapi merupakan tugas yang
harus dikerjakan oleh mahluk Allah sepanjang hidupnya. Ibadah mengandung arti
untuk menyadari dirinya kecil tak berarti, meyakini kekuasaan Allah Yang Maha
Besar, Sang Pencipta, dan disiplin dalam kepatuhan kepada-Nya. Oleh karena itu
orang yang menjalankan ibadah mestilah bersikap rendah hati, tidak
sombong, menghilangkan egoisme dan Istiqamah untuk terus berupaya agar selalu
dalam ridla dan bimbingan-Nya. Itulah etos ibadah. Ibadah ada yang
bersifat murni, yakni ibadah yang hanya memiliki satu dimensi, yaitu dimensi
vertikal, patuh tunduk kepada Allah Yang Maha Kuasa, seperti shalat dan
puasa. Ibadah juga terbagi menjadi dua klasifikasi; ibadah wajib dan ibadah
sunnah. Ibadah wajib adalah yang bersifat baku yang ketentuannya langsung dari
wahyu atau dari Nabi Muhammad SAW ,yaitu perintah shalat 5 waktu, puasa,
zakat (zakat fitrah, zakat mal) bagi yang telah memenuhi syaratnya, dan ibadah
haji bagi yang mampu.
Manusia memiliki dua peran utama di dunia ini:
Pertama sebagai hamba Allah, dan peran kedua sebagai khalifah (Wakil) Allah di
muka bumi. Sebagai hamba Allah manusia adalah kecil dan tidak memiliki
kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan
berpasrah diri kepada-Nya.
Kedua, sebagai khalifah di Bumi, manusia diberi fungsi, peran yang sangat
besar, karena Allah Yang Maha Besar maka manusia sebagai wakil Allah di muka
bumi memiliki tanggungjawab dan otoritas yang sangat besar. Sebagai
khalifah manusia diberi tugas untuk mengelola alam semesta ini untuk
kesejahteraan manusia Oleh karenanya manusia dituntut beramal shalih,
menghindari dosa, menyuruh berbuat baik, melarang berbuat mungkar, jujur dan
menghiasi diri dengan sikap yang dianjurkan oleh agama Islam.
Didalam Islam sudah jelas digambarkan bahwa kehidupan ini tidak hanya
di dunia ini saja, tapi ada kehidupan yang jauh lebih penting yaitu kehidupan
akhirat yang amat panjang tanpa batas, kehidupan yang hakiki, yang abadi,
selamanya. Agar hidup kita penuh makna dan bermanfaat bagi orang banyak,
maka kita harus punya mimpi yang kuat agar tercapai apa yang kita inginkan
dan kita cita-citakan tersebut, yaitu bahagia di dunia dan di akhirat, seperti doa
yang sering kita panjatkan kehadirat Allah SWT:
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka

(Al-Baqarah [2]: ayat 201)
_u4g`4 }E` NO4C .E4+4O
E4g>-47 O) 4Ou^O-
LO4L=OEO O)4 jE4O=E-
LO4L=OEO E4g~4 =-EO4N
jOEL-
Dalam scope terkecil dalam keluarga yang Islami, kita juga harus punya
cita-cita / keinginan yang kuat agar kita dan keluarga kita bahagia di dunia dan
bahagia di akhirat. Inilah yang benar-benar kita inginkan, kita rindukan, kita
impikan dengan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraihnya.
Allah berfirman,
Og^4C 4g~-.-
W-ONL4`-47 W-EO~ 7=O^
7O)Uu-4 -4O4^
E-1O~4 +EEL-
7E4OEg4^-4 OgOU4
NOj^U4` [+EgN 1-Eg-
4pOOu4C -.- .4` -4O4`
4pOUE^4C4 4` 4p+OuNC ^g
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (At-Tahrim [66]: ayat 6)


2.3 Kelebihan Manusia dari Makhluk Lain
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung
oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada
dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding
dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan
mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu
berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang.
Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya
adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai
kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan
manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun,
baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu
bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat
dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui
manusia.
Diantara karakteristik manusia adalah :
1. Aspek Kreasi
2. Aspek Ilmu
3. Aspek Kehendak
4. Pengarahan Akhlak
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dibandingkan dengan
makhluk lain, bahkan malaikat sekalipun. Sedangkan Iblis adalah makhluk Allah
yang paling hina, karena oriantasi hidupnya terfokus pada kerusakan dan
penyesatan manusia dari jalan yang lurus. Kemuliaan malaikat adalah karena tidak
putus-putusnya bertasbih dan memuji kebesaran Tuhan Pencipta. Bahkan setiap
saat siap menjalankan perintah dan aturan-Nya. Lain lagi dengan hewan. Hewan
adalah makhluk yang tidak punya akal dan perasaan seperti manusia. Desain dan
struktur tubuhnya sangat jauh berbeda dibandingkan dengan tubuh manusia. Akan
tetapi memiliki nafsu atau syahwat makan dan biologis seperti manusia. Karena
syahwat hewaninya yang mendominasi dan menggerakkan kehidupan, maka
setiap saat hidup hewan hanya untuk memenuhi syahwat makan dan syahwat
biologis. Sebab itu, hewan tidak Allah pilih menjadi Khalifah-Nya di atas bumi.
Adapun kemuliaan manusia bermula ketika Allah berkehendak
menjadikan Adam sebagai Khalifah-Nya di atas muka bumi dengan misi ibadah
kepada-Nya. Kehendak Allah menjadikan manusia sebagai Khalifah-Nya di bumi
itu berdasarkan ilmu dan perencanaan yang sangat matang. Sebab itu, ketika para
malaikat mempertanyakan rencana Allah tersebut, Allah menjawabnya:
^O)4 4~ CG4O
gOj^UEUg O)E+) gN~E}
O) ^O- LOEO)UE= W
W-EO7~ NE^_` OgOg }4`
O^NC OgOg lgOEC4
47.4`g].- }^44
E)Ol=O+^ Eg;O4 +Eg-+^4
El W 4~ EO)E+) NU;N 4`
4pOUu> ^@
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah
(2) : 30)
Kemuliaan tersebut bukan karena subyektivitas Tuhan Pencipta yang
Maha Kuasa atas segala makhluk-Nya. Melainkan berdasarkan standar ilmiah
terkait dengan rancangan penciptaan yang sangat sempurna baik fisik maupun
yang non fisik seperti akal dan qalb (hati), tanpa kenghilangan syahwat dan nafsu
hewaninya. Dengan demikian, manusia dianugerahkan berbagai kelebihan.
Kelebihan-kelebihan tersebut tidak diberikan Allah kepada makhluk lain selain
manusia dan telah pula menyebabkan mereka memperoleh kemualiaan-Nya. Allah
menjelaskannya:
;4 E4^`OE /j_4
4E1-47 _E4U4EO4 O)
)OE^- @O4l^-4
_E4^~Ee4O4 ;g)`
ge4lj1-C- _4LU_4
_O>4N OOgV ;}Og)` E4^UE=
1E1_^> ^_
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan. (Q.S. Al-Isra (17):70)
Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika
manusia beriman dan taat kepada Allah SWt ia bisa melebihi kemuliaan para
malaikat. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan tsb.
Pertama, Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat)
kepada Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ;
^O)4 E4U~ gOj^U4Ug
W-c- 4E1E
W-E=O ) "1)U)
_O. 4OE'4c-4 4p~E4
=}g` -jOg^- ^@j
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada
adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah
termasuk golongan kafir. ( QS. Al Baqarah 34).
Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama-
nama ilmu pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu
oleh Allah SWT.

=^U44 4E1-47 47.E;--
E_^U7 gE)=O47 O>4N
gOj^UE^- 4
O)+O7*):^ g7.Ec)
g7^E- p) +L7 4-g~g=
^@ W-O7~ ElE4E:c =Ug
.4L ) 4` .E44;^U4N W
ElE^) =e^ N7)UE^-
O1O4^- ^@g 4~
NE14*^4C _u)^
)j*.E;-) W .OU
-4:^ )j*.E;-)
4~ ~ 7- EO)E+)
NU;N =U^OEN g4O4OO-
^O-4 NUu4 4`
4pl> 4`4 +47
4pON+'> ^@@
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-
Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan yang benar. Mereka
menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami katahui selain apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu,
Allah berfirman, Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan. ( QS. Al Baqarah 33)
Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab
malaikat tidak memiliki hawa nafsu, sedngkan kepatuhan manusia pada Allah
SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan setan.
Keempat,manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi. :
Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi(QS.Al Baqarah 30)
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia selama mereka
memanfaatkan secara optimal tiga keistimewaan / kelebihan yang mereka miliki
yakni, Spiritual, Emotional dan Intellectual dalam diri mereka sesuai misi dan visi
penciptaan mereka. Namun, apabila terjadi penyimpangan misi dan visi hidup,
mereka akan menjadi makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina dari binatang
dan Iblis bilamana mereka kehilangan kontrol atas ketiga keistimewaan yang
mereka miliki.

2.4 Hubungan Manusia dengan Agama
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk ciptaan tuhan yang lainnya. Manusia merupakan
makhluk Tuhan yang memiliki tuntutan untuk menyembah dan bersyukur atas
segala sesuatu yang telah diciptakan sehingga manusia dapat bertahan hidup dan
melestarikan populasinya. Manusia memiliki kepercayaan yang berbeda-beda.
Walaupun kepercayaan manusia banyak yang berbeda tetapi dari seluruh
kepercayaan, kepercayaan tersebut memiliki satu tujuan yang jelas.
Kepercayaan dan agama memberikan segala sesuatu penjelasan bahwa
manusia adalah makhluk yang harus bersyukur kepada Dia dan memiliki potensi
utnuk besikap baik atau bersikap buruk, bersikap jujur atau dusta dan dalam diri
manusia selalu terdapat aspek hawa nafsu, seks dan rasa ingin berkuasa. Semua
sikap yang telah disebutkan dapat dikendalikan oleh manusia tersebut apabila
manusia tersebut mempelajari agama sejak usia dini. Sangat bagus apabila sejak
dunia dini manusia telah diperkenalkan agama dalam kehidupan mereka karena
pada masa kecil lah otak manusia sangat mudah menyerap ilmu pengetahuan dan
mempelajari kehidupan sehingga pengetahuan masa kecil lah yang akan
mempengaruhi kehidupan mereka kedepan.
Apabila nilai-nilai agama yang sudah diperkenalkan sejak usia dini dan diterapkan
dalam kehidupan manusia saat manusia beranjak dewasa maka manusia tersebut
akan menjadi manusia yang lebih berkualitas, berakhlak dan memiliki mampu
mengendalikan diri dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran
agama.
Manusia berlomba-lomba melakukan kebaikan sehingga hidup
bermasyarakat menjadi lebih damai dan tenteram. Bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar, saling tolong menolong antarumat manusia, saling
menghargai, saling menghormati, itu semua merupakan tindakan kebaikan. Semua
ini dapat terjadi dikarenakan masyarakat diajarkan peran agama dalam kehidupan
bermasyarakat. Para manusia percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala
hukum dan nilai-nilai hidp, manusia percaya adanya adanya hubungan antara
manusia dengan Tuhan, manusia percaya wahyu Tuhan yang diberikan kepada
Rasul yang bertujuan agar manusia hidup saling berdampingan tak ada
peperangan dan melakukan perbuatan yang diperintahkan oleh Tuhan dan tidak
melakukan tindakan yang dilarang oleh Tuhan, manusia percaya adanya
kehidupan setelah kematian dan kehidupan setelah kematian ditentukan dari
perbuatan manusia ketika mereka masih hidup.
Jadi pendidikan agama sangat penting karena menyangkut sikap manusia
dalam bermasyarakat sehari-hari. Masa depan Negara tergantung dari manusia
atau masyarakat yang tinggal di Negara dan bangsa tersebut, maju mundur suatu
bangsa dan Negara tergantung dari sikap tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut
perlu adanya kerja sama seluruh masyarakat dalam menumbuhkan dan
mengembangkan pendidikan agama dalam kehidupn bermasyarakat.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan yang melatarbelakangi perlunya
manusia terhadap Agama. Keempat alasan tersebut secara singkat dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat
pertama kali ditergaskan dalam ajaran Islam. Yakni bahwa agama adalah
kebutuhan fitrah manusia sebelumnya. Manusia belum mengenal kenyataaan ini.
Baru masa ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya
dalam keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangnya
perlunya manusia pada agama.oleh karenanya ketika datang wahyu tuhan yang
menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang pukulan dengan
fitrahnya itu, dalam konteks ini minsalnya membacakan yang berbunyi.
g~ ElE_;_4 g]-g
LOgLEO _ =4O;Cg *.- /--
4OC "EEL- OgOU4 _
Cgl> -UECg *.- _ CgO
-g].- Oj1^- ;4
4O4- +EEL- 4pOU;4C
^@
Artinya : Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dngan fitrah itu.
(QS.Al-Rum : 30).
Adanya potensi fitarah agama yang terdapat pada manusia tersebut dafat
pua dianalisis melalui istilah Ihsan yang digunakan Al-Quran untuk menunjukan
manusia. Mengacu kepada informasi yang diberikan Al-Quran, Musa Asyari
sampai pada suatu kesimpulan, bahwa manusia Ihsan adalah manusia yang
menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya.
Melalui uraian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa latar belakang
perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat
potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan,
pengarahan, dan seterusnya dengan mengenal agama kepadanya.
2. Kelemahan Dan Kekurangan Manusia.
Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah
karena disamping manusia memiliki berbagi kesempurnaan juga memiliki
kekurangan. Hal ini antara lain digunakan oleh kata Al-Nafs menurut Quraish
Shihab. Bahwa dalam pandangan Al-Quran Nafs diciptakan Allah dalam keadaan
sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan
dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Quran
dianjurkan untuk diberi perhatia lebih besar. Kita minsalnya membacakan ayat
yang berbunyi.
^4^4 4`4 E_.OEc ^_
E_EE E-4OO_q-
E_.4O^>4 ^g
Artinya : Demi nafs serta demi penyempurna ciptaan, Allah mengilhamkan
kepadanya kefasikan dan ketaqwaan.(QS.Al-Syams : 7-8)
Dalam literatur teologi Islam kita jumpai pandangan kaum mutazilah yang
rasionalis, karena banyak mendahulukan pendapat akal dalam memperkuat
argumensinya dari pada pendapat wahyu, namun demikian, mereka sepakat
manusia dengan akalnya memiliki kelemahan. Akal memang dapat mengetahui
yang baik dan yang buruk. Tetapi tidak semua yang baik dan yang buruk dapat
diketahui akal. Dalam hubungan inilah, kaum Mutazilah mewajibkan pada tuhan
agar menurunkan wahyu dengan tujuan kekurangan yang dimiliki akal dapat
dilengkapi dengan informasi yang datang dari wahyu (agama). Dengan demikian,
Mutazilah secara tidak langsung memandang bahwa manusia memerlukan
Wahyu.
3. Tentang Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena
manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik
yang datang dari luar maupun yang datng dari dalam. Tantangan dari dalam
berufa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar
dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara
sengaja berupa ingin memalingkan mnausia dari tuhan. Mereka dengan rela
mengeluarka biaya, tenaga, dan fikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai
bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari
tuhan. Allah berfirman dalam Al-Qran Surat Al-Anfal : 36
Ep) -g~-.- W-NOEE
4pOgLNC _4O^`
W-OO4Og }4N O):Ec *.- _
E_4^OgLN1=O C]O7>
)_^OU4 LE4OOEO
]O+lU^NC =}Cg~-.-4
W-NOEE _O) =E4E_E_
]+O=^47 ^@g
sesungguhya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah.(QS.Al-Anfal:36)














BAB III
PENUTUP
Dari uraian pada bab sebelumnya, bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Manusia dijadikan khalifah di atas bumi. Khalifah di sini maksudnya
menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala isinya.
Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti
manusia, yaitu kata insan, kata basyar dan kata Bani Adam.
2. Menurut ajaran Islam, tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha
Allah. Jadi, tugas pokok hidup manusia, sepanjang hidupnya hanya
satu tugas, yaitu beribadah kepada Allah, Sang Pencipta. Allah
berfirman dalam kitab suci al Quran yang berbunyi (Al_Dzariat [51]:
ayat 56)
4`4 e^UE= O}_^-
"^e"-4 ) p+lu4Og ^)g
Tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah kepada-
Ku.
3. Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dibandingkan dengan
makhluk lain, bahkan malaikat sekalipun. Manusia adalah makhluk Allah
yang paling mulia selama mereka memanfaatkan secara optimal
keistimewaan / kelebihan yang mereka miliki.
4. Agama dibutuhkan dalam kehidupan manusia karena dalam hidup manusia
cenderung mencari kebenaran, selain itu manusia beragama percaya
adanya kehidupan gaib selain di dunia, sehingga agama adalah sebagai
pedoman untuk mencari kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan
akherat.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustannudin. 2006. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta.
Rajagrafindo Persada
Azra, Azyumardi dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Depag RI
Darajat, Zakiah dkk.1986.Dasar Dasar Agama Islam. Jakarta
Gazalba, Sidi. 1978. Ilmu, Filsafat dan Islam Tentang Manusia dan Agama.
Jakarta. Bulan Bintang
Keene, Michael. 2006. Agama Agama Dunia. Yogyakarta. Kanisius
Sanaky, Hujair AH. Konsep Manusia Berkualitas Menurut Al-Qur'an Dan Upaya
Pendidikan.pdf

Sudrajat, Ajat. Pendidikan Moral Dalam Perspektif Islam.pdf

http://www.w3.org/1999/xhtml
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/pengertian-hakikat-manusia.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai