Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN FILSAFAT Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai

kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. FILSAFAT PENDIDIKAN Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik. 1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato) 2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles) 3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas) Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama. Perenialisme merupakan aliran filsafat yang mendasarkan pada kesatuan bukan mencerai-beraikan, menemukan persamaan-persamaan bukan membanding-bandingkan, memahami isi bukan melihat luar atas berbagai aliran dan pemikiran. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa perenialisme merupakan filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, di mana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan. perenialisme berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita filsafatnya yang menganggap filsafat sebagai suatu azas yang komprehensif Perenialisme dalam makna

filsafat sebagai satu pandangan hidup yang bcrdasarkan pada sumber kebudayaan dan hasil-hasilnya. Pandangan Perenialisme terhadap pendidikan menurut para tokoh. Aristoteles Filsafat perenialisme (Philosophia Perenis) memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno (tradisi dan kebudayaan masa lamapu yang ideal) dan abad pertengahan (berdasarkan penyatuan, penyamaan pemikiran) perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukan merupakan nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lamapau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme.. Dengan kata lain bahwa ia menganggap pentingnya pembentukkan kebiasaan dalam pendidikan sekarang yang didasarkan pada kebiasaan dan kebudayaan pada masa lamapau yang memiliki nilai dan idealitas serta berguna. Plato Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat, kebudayaan yang mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan interpretasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles. Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan H.B Hamdani Ali dalam bukunya filsafat pendidikan, bahwa Aristoteles sebagai mengembangkan philosophia perenis, yang sejauh mana seseorang dapat menelusuri jalan pemikiran manusia itu sendiri. ST. Thomas Aquinas telah mengadakan beberapa perubahan sesuai dengan tuntunan agama Kristen tatkala agama itu datang. Kemudian lahir apa yang dikenal dengan nama Neo-Thomisme. Tatkala Neo-Thomisme masih dalam bentuk awam maupun dalam paham gerejawi sampai ke tingkat kebijaksanaan, maka ia terkenal dengan nama perenialisme. Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar dalam lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan aksiomatis lain seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Lain dari itu juga semuanya mendasari konsep filsafat pendidikan perenialisme. Neo-Scholastisisme atau Neo-Thomisme ini berusaha untuk menyesuaikan ajaran-ajaran Thomas Aquinas dengan tuntutan abad ke dua puluh. Misalnya mengenai perkembangan ilmu pengetahuan cukup dimengerti dan disadari adanya. Namun semua yang bersendikan empirik dan eksprimentasi hanya dipandang sebagai pengetahuan yang fenomenal, maka metafisika mempunyai kedudukan yang lebih penting. Mengenai manusia di kemukakan bahwa hakikat pengertiannya adalah di tekankan pada sifat spiritualnya. Simbol dari sifat ini terletak pada peranan akal yang karenanya, manusia dapat mengerti dan memaham'i kebenaran-kebenaran yang fenomenal maupun yang bersendikan religi (Bamadib, 1990: 64-65).

Jadi aliran perenialisme dipakai untuk program pendidikan yang didasarkan atas pokokpokok aliran Aristoteles dan S.T Thomas Aquinas. Tokoh-tokoh yang mengembangkan ini timbul dari lingkungan agama Katholik atau diluarnya. Dengan kata lain, Ia berpandangan bahwa tujuan pendidikan yang utama adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normatif dan melaksanakannya dalam segala aspek kehidupan. Thomas Aquinas Filsafat Perenialis memandang pendidikan sebagai proses menuntun kemampuankemampuan yang tertidur (bakat terpendam) yang dimiliki seseorang menjadi aktif atau nyata(real,berwujud, aplicated) tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu yang memiliki kemampuan tersebut. Perenialis berpendapat bahwa siswa (murid, anak didik) adalah subjek sekaligus inti dalam pelaksanaan pendidikan, dan guru hanya bertugas untuk menolong membangkitkan potensi yang dimiliki anak didik yang masih tersembunyi agar menjadi aktif dan nyata, bukan membentuk atau memberi kemampuan kepada anak didik. Kaum perenialis juga percaya bahwa dunia alamiah dan hakikat manusia pada dasarnya tetap tidak berubah selama berabad-abad. Jadi gagasan-gagasan besar terus memiliki potensi yang paling besar untuk memecahkan permasalahan-permasalahan di setiap zaman. Selain itu, filsafaty perenialisme juga menekankan kemampuan-kemampuan berfikir rasional (logis, masuk akal) manusia sehingga membedakan dapat menjadi ciri yang membedakan manusia dengan binatang-binatang lain. Pandangan Perenialisme dan penerapannya di bidang pendidikan Pendidikan Salah satu kajian teori kependidikan perenialis mencuat sebagai sebuah pemikiran formal (resmi) pada dekade 1930-an sebagai bentuk reaksi terhadap kalangan progresif, yang mana kalangan perenialis merasakan runyamnya bangunan intelektual kehidupan bangsa karena penekanan di sekolah-sekolah terhadap keterpusatan pada subjek didik, paham kekinian, dan penyesuaian hidup. Perenialisme modern secara umum menampilkan sebuah penolakan besar-besaran terhadap cara pandang progresif. Bagi kalangan perenialis, permanensi (keajegan), meskipun pergolakan-pergolakan politik dan sosial yang sangat menonjol, adalah lebih riil (nyata) daripada konsep perubahan kalangan pragmatis. Dengan demikian kalangan perenialis mempelopori gerakan kembali pada halhal absolut dan memfokuskan pada ide-gagasan yang luhur-menyejarah dari budaya manusia, ide-gagasan semacam ini telah tebukti kebasahan dan kegunaannya karena mampu bertahan dari ujian waktu. Perenialisme menekankan arti penting akal budi, nalar, dan karya-karya besar pemikir masa lalu. Perenialisme adalah pendidikan klasik dan tradisional dalam suatu bentuk yang diperbaharui dan lebih spesifik dalam formulasi teoritis, karena kemunculannya dilatari oleh 'musuh' yang nyata progresivisme kependidikan. Kunci memahami protes kalangan perenialis dalam pendidikan adalah konsep pendidikan liberal. Pendidikan liberal (bebas) dalam tradisi klasik berkisar di seputar kajian yang

menjadikan orang-orang (baca: subjek didik) bebas dan manusia sejati sebagai lawan dari pelatihan yang menerima (begitu saja) untuk melakukan tugas-tugas khusus dalam dunia kerja. Perenialis memandang Education as cultural regression atau pendidikan sebagai jalan kembali, perjalanan mundur ke belakang, atau proses pengembalian keadaan dan kebudayaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lamapu dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsipm umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat , kukuh, dan ideal pada masa kuno dan abad pertengahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut. Selain itu filsafat perenialis juga berpandangan bahwa ilmu pengetahuan (science, knowlage) merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berfikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berfikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Dalam kaitannya dengan pengetahuan filsafat perenialisme menjadikan kepercayaan sebagai pangkal tolak mengenai kenyataan pengetahuan. Artinya sesuatu itu ada kesesuaian antara pikir (kepercayaan) dengan benda-benda. Sedangkan yang dimaksud benda adalah hal-hal yang adanya bersendikan atas prinsip keabadian. Oleh karena itu menurut perenialisme perlu adanya dalil yang logis, nalar, sehingga sulit untuk diubah atau ditolak kebenarannya. Menurut Aristoteles, prinsip-prinsip tersebebut dapat dirinci secara garis besar menjadi : Principium identitatis yaitu identitas sesuatu Principium contradiksionis yaitu nhukum kontradiksi (perlawanan, pertentangan). Suatu pernyataan pasti tidak mengandung kebenaran dan kesalahan sekaligus, akan tetapi hanya mengandung satu kenyataan, yakni salah atau benar. Principium exelusi tertii, yakni prinsip yang menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan ketiga dalam satu dalil. Apabila pernyataan atau kebenaran pertama salah, pasti pernyataan kedua benar, dan sebaliknya apabila pernyataan pertama benar maka pernyataan yang berikutnya tidak benar. Principium rationis sufisientis, yaitu prinsip yang mengetengahkan apabila sesuatu dapat diketahui asal muasalnya pasti dapat dicari tujuan dan akibatnya. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh. Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode dedduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistemologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus.

Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mampu mempunyai penman sedemikian, karena telah memiliki evidensi diri sendiri. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk men gadakan penyelesaian masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham. Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan ilmunisasi sudah lampau. filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, philos artinya cinta dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan seseorang yang memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold Titus, dalam arti sempit filasafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup. Jadi, filsafat memiliki karakteristik spekulatif, radikal, sistematis, komprehensif, dan universal. Pengertian Filsafat Posted on 8 Februari 2008by TENTANG PENDIDIKAN| 102 Komentar Oleh : Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed.* dan Mustakim, S.Pd.,MM** Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosophia. Seiring perkembangan jaman akhirnyadikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman,Belanda, dan Perancis; philosophy dalam bahasa Inggris; philosophia dalam bahasa Latin; danfalsafah dalam bahasa Arab. Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasaYunani yaitu philosophia philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwafilsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecintakebijaksanaan dalam arti hakikat. Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafatsesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang

Plato mengatakanbahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yangmeliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafatadalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, philos artinya cinta dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan seseorang yang memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold Titus, dalam arti sempit filasafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup. Jadi, filsafat memiliki karakteristik IV. ALIRAN PERENIALISME.. 50 A. Pendahuluan. 50 B. Tempat Asal Aliran Perenialisme Dikembangkan. 50 C. Tokoh-tokoh Perenialisme. 51 D. Pandangan Perenialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan. 52 E. Pandangan dan Sikap Saya tentang Aliran Perenialisme. 55 1. Pandangan secara Ontologi 55 2. Pandangan Epistemologis Perennialisme. 56 3. Pandangan Aksiologi Perennialisme. 56 Tokoh-tokoh Perenialisme Gambar 9: AristotelesFilsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman D. Pandangan Perenialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh. Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode dedduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki, dan

tujuan dari epistemologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus. Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mampu mempunyai penman sedemikian, karena telah memiliki evidensi diri sendiri. sekarang. E. Pandangan dan Sikap Saya tentang Aliran Perenialisme 1. Pandangan secara Ontologi Ontologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individuIl, esensi, aksiden dan substansi. Perennialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut istilah ini. spekulatif, radikal, sistematis, komprehensif, dan universal. filsafat progresivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir (man's natural powers). Maksudnya adalah manusia sejak lahir telah membawa bakat dan kemampuan (predisposisi) atau potensi (kemampuan) dasar terutama daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia akan dapat mengatasi segala problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. Sehubungan dengan itu Wasty Soemanto menyatakan bahwa daya akal sama dengan intelegensi, di mana intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan-pemecahan masalah2. Pandangan Epistemologis Perennialisme Perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian an tara pikir dengan benda-benda. Benda-benda disini maksudnya adalah hal-hal yang adanya bersendikan atas prinsip-prinsip keabadian. lni berarti bahwa perhatian mengenai kebenaran adalah perhatian mengenai esensi dari sesuatu. Kepercayaan terhadap kebenaran itu akan terlindung apabila segala sesuatu dapat diketahui dan nyata. Jelaslah bahwa pengetahuan itu inerupakan hal yang sangat penting karena ia merupakan pengolahan akal pikiran yang konsekuen. Menurut perenialisme filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika. Sebab science sebagai ilmu pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat analisa empiris kebenarannya terbatas, relatif atau kebenaran probability. Tetapi filsafat dengan metode deduktif bersifat anological analysis, kebenaran yang dihasilkannya bersifat self evidence universal, hakiki dan berjalan dengan hukum-hukum berpikir sendiri yang berpangkal pada hukum pertama, bahwa kesimpulannya bersifat mutlak asasi. 3. Pandangan Aksiologi Perennialisme Perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Dengan azas seperti itu, tidak hanya ontologi dan epistemologi yang didasarkan atas prinsip teologi dan supernatural, melainkan juga

Anda mungkin juga menyukai