Pengertian Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, HaniIa, dkk, 2002 : 339) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidroIobik. (Mansjoer, AriI, dkk, 2001 : 265) Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliIerasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514) Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk Ietus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325). Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104) Etiologi Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun Iaktor penyebabnya adalah : a.Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. b.ImunoselektiI dari tropoblast c.Keadaan sosio-ekonomi yang rendah d.Paritas tinggi e.Kekurangan protein I.InIeksi virus dan Iaktor kromosom yang belum jelas (Mochtar, Rustam ,1998 : 238) Patofisiologi Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi : a.Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin b.Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin. Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit troIoblast : Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel troIoblast adalah abnormal dan memiliki Iungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung. Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya Ietus menyebabkan troIoblast berproliIerasi dan melakukan Iungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467) Gambaran Klinik Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah : a.Amenore dan tanda-tanda kehamilan b.Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. c.Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. d.Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih. e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu. (Mansjoer, AriI, dkk, 2001 : 266) Anatomi Fisiologi Anatomi Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteIlexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan Iundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang uterus 5 8 cm dengan berat 30 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164) Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu : a).Fundus : bagian lambung di atas muara tuba uterina b).Badan uterus : melebar dari Iundus ke serviks c).Isthmus : terletak antara badan dan serviks Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna Ligamentum pada uterus : Ligamentum teres uteri : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui annulus inguinalis, proIundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritoneum. Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah sampai Iornix posterior vagina, selanjutnya melipat ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal. Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba uterin, ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limIe untuk uterus maupun ovarium. Fisiologi Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa Ietus. Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit troIoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu- minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidriIik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada ummnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma. (Wiknjosastro, HaniIa, 2002 : 339) Tes Diagnostik a.Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin b.Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison) c.Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 4 bulan d.UltrasonograIi : pada mola akan terlihat badai salju (snow Ilake pattern) dan tidak terlihat janin e.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara I.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis (AriI Mansjoer, dkk, 2001 : 266) Penatalaksanaan Medik Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah : a.Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis b.Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada Iasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan Iokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting Pembesaran abnormal uterus Pelunakan serviks dan korpus uteri Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat HaniIa Wiknjosastro atau Acosta Sisson c.Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera d.Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perIorasi uterus) e.Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan inIus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventiI terhadap perdarahan hebat dan eIektiIitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi Anemia sedang cukup diberikan SulIas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transIusi Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat troIoblast aktiI (diluar uterus atau invasiI), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan Iertilisasi KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : Biodata Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat Keluhan utama Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang Riwayat kesehatan, yang terdiri atas : Riwayat kesehatan sekarang Yait keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat pembedahan Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. Riwayat penyakit yang perna dialami Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya. Riwayat kesehatan keluarga Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentiIikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. Riwayat kesehatan reproduksi Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, siIat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya Riwayat kehamilan, persalinan dan niIas Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. Riwayat seksual Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. Riwayat pemakaian obat Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. Pola aktivitas sehari-hari Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Pemeriksaan Iisik, meliputi : Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernaIasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan IiIik, dan seterusnya Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan inIormasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya reIleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa reIleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39) Pemeriksaan laboratorium : darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear Keluarga berencana Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa. Data lain-lain Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS. Data psikososial Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan. Status sosio-ekonomi Kaji masalah Iinansial klien Data spiritual Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan. Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul Secara singkat diagnosa keperawatan dapat diartikan : Sebagai rumusan atau keputusan atau keputusan yang diambil sebagai hasil dari pengkajian keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang digambarkan sebagai respon seseorang atau kelompok (keadan kesehatan yang merupakan keadaan aktual maupun potensial) dimana perawat secara legal mengidentiIikasi, menetapkan intervensi untuk mempertahankan keadaan kesehatan atau menurunkan. (Carpenito, Lynda, 2001: 458) Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus mola hidatidosa adalah : 1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan 2.Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan 3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri 4.Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses inIeksi 5.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan 6.Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah 7.Risiko terjadi inIeksi berhubungan dengan tindakan kuretase 8.Risiko terjadinya gangguan perIusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan Intervensi Merupakan tahapan perencanaan dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien, memulihkan, memelihara dan meningkatkan kesehatannya Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan Tujuan : 1.Sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan tenaga kesehatan lain 2.meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan Langkah-langkah penyusunan : 1.menetapkan prioritas masalah 2.merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai 3.menentukan rencana tindakan keperawatan DIAGNOSA I Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang dengan kriteria : Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang Ekspresi wajah tenang TTV dalam batas normal Intervensi : 1.Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat 2.Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien 3.Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan 4.Beri posisi yang nyaman Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri 5.Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan DIAGNOSA II Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri dengan kriteria : Kebutuhan personal hygiene terpenuhi Klien nampak rapi dan bersih Intervensi : 1.Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya 2.Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat 3.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya 4.Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri DIAGNOSA III Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu dengan kriteria : Klien dapat tidur 7-8 jam per hari Konjungtiva tidak anemis Intervensi : 1.Kaji pola tidur Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya 2.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat 3.Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur 4.Batasi jumlah penjaga klien Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat 5.Memberlakukan jam besuk Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat 6.Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam Rasional : Diazepam berIungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur DIAGNOSA IV Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses inIeksi Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas dengan kriteria : Tanda-tanda vital dalam batas normal Klien tidak mengalami komplikasi Intervensi : 1.Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaIoresis Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses inIeksi, pola demam dapat membantu diagnosa 2.Pantau suhu lingkungan Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal 3.Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam 4.Berikan kompres hangat Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh 5.Kolaborasi pemberian obat antipiretik Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus DIAGNOSA V Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria : Ekspresi wajah tenang Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya Intervensi : 1.Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien 2.Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan 3.Mendengarkan keluhan klien dengan empati Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan 4.Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya 5.Beri dorongan spiritual/support Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang DIAGNOSA VI Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : NaIsu makan meningkat Porsi makan dihabiskan Intervensi : 1.Kaji status nutrisi klien Rasional : Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya 2.Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering Rasional : Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan anoreksia 3.Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan naIsu makan klien 4.Timbang berat badan sesuai indikasi Rasional : Mengevaluasi keeIektiIan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi 5.Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan Iungsi makanan DIAGNOSA VII Risiko terjadi inIeksi berhubungan dengan tindakan kuretase Tujuan : Klien akan terbebas dari inIeksi dengan kriteria : Tidak tampak tanda-tanda inIeksi Vital sign dalam batas normal Intervensi : 1.Kaji adanya tanda-tanda inIeksi Rasional : Mengetahui adanya gejala awal dari proses inIeksi 2.Observasi vital sign Rasional : Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses inIeksi dalam tubuh 3.Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasiI (inIus, kateter) Rasional : Deteksi dini perkembangan inIeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya 4.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik Rasional : Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses inIeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab inIeksi DIAGNOSA VIII Risiko terjadinya gangguan perIusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perIusi jaringan periIer tidak terjadi dengan kriteria : Hb dalam batas normal (12-14 g) Turgor kulit baik, vital sign dalam batas normal Tidak ada mual muntah Intervensi : 1.Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku Rasional : Memberika inIormasi tentang derajat/keadekuatan perIusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya 2.Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala Rasional : Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perIusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial 3.Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi periIer lemah Rasional : Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai eIek samping vasopressin 4.Berikan cairan intravena, produk darah Rasional : Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume sirkulasi 5.Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 31 tablet Rasional : Obat anti kagulan berIungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahan Sumber: 1.Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2.Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta 3.Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta 4.Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta 5.Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta 6.Mansjoer, AriI, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta
engerLlan 8eberapa pengerLlan Mola PldaLldosa a Mola hldaLldosa lalah kehamllan abnormal dengan clrlclrl sLroma vlllus korlalls langka vaskularlsasl dan edemaLus !anln blasanya menlnggal akan LeLapl vlllusvlllus yang membesar dan edemaLus lLu hldup dan Lumbuh Lerus gambaran yang dlberlkan lalah sebagal segugus buah anggur !arlngan LrofoblasL pada vlllus kadangkadang berprollferasl rlngan kadangkadang keras dan mengeluarkan hormon yaknl human chorlonlc gonadoLrophln (PCC) dalam [umlah yang leblh besar darlpada kehamllan blasa b Mola hydaLldosa adalah Lumor yang [lnak (benlgna) darl chorlonMola hldaLldosa merupakan salah saLu darl Llga [enls neoplasma LrofoblasLlk gesLaslonal (ACCC 1993) Ada dua [enls yang berbeda kompleL aLau klaslk mola dan mola sebaglan yang blsa men[adl baglan darl penyaklL LrofoblasLlk (ueeLrlllo dkk1987) c Mola PldaLldosa (Pamll Anggur) adalah suaLu massa aLau perLumbuhan dl dalam rahlm yang Ler[adl pada awal kehamllan d Pamll anggur aLau mola hldaLldosa adalah suaLu kehamllan abnormal dlmana sLrukLur [anln normal Lldak LerbenLuk hlngga yang berkembang hanyalah kanLung kehamllan ada pemerlksaan uSC akan Lampak berupa kanLungkanLung kecll dalam berbagal ukuran berlsl calran dan darah Melalul pemerlksaan [arlngan (paLologl anaLoml/A) baru dapaL dlpasLlkan bahwa lbu benar Lerkena mola hldaLldosa uarl hasll pemerlksaan paLologl anaLoml (A) [uga dapaL dlkeLahul seberapa beraL kelalnan yang ada e Mola PldaLldosa lalah kehamllan abnormal dengan clrlclrl sLroma vlllus korlalls langka vaskularlsasl dan edemaLus erbedaan dengan kehamllan gemmelll ada kehamllan adanya goyangan anak pada mola Lldak ada ada kehamllan adanya u!! dan pada mola Lldak ada LLlologl ada molahldaLlnosa Lldak Ler[adl deperenslasl LeLapl hanya frollferasl sehlngga perLumbuhan Lldak Lerkendall pada selsel Lropoblas yang mana vaskularlsasl Lldak mencukupl sehlngga baglan plngglr akan nekrosls dan keluar menlmbulkan gelembung mola (fluksus) yang akhlrnya akan mengalaml mola aborLlon a Mola hldaLlfosa berasal darl plasenLa dan/aLau [arlngan [anln sehlngga hanya mungkln Ler[adl pada awal kehamllan Massa blasanya Lerdlrl darl bahanbahan plasenLa yang Lumbuh Lak Lerkendall Serlng Lldak dlLemukan [anln sama sekall enyebab Ler[adlnya mola belum sepenuhnya dlmengerLl enyebab yang pallng mungkln adalah kelalnan pada sel Lelur rahlm dan/aLau kekurangan glzl 8eslko yang leblh Llnggl dlLemukan pada wanlLa yang berusla dl bawah 20 Lahun aLau dlaLas 40 Lahun lakLor reslko Ler[adlnya mola adalah o SLaLus soslalekonoml yang rendah o uleL rendah proLeln asam folaL dan karoLln b Mola kompleL aLau klaslk Ler[adl aklbaL ferLlllsasl sebuah Lelur yang lnLlnya Lelah hllang aLau Lldak akLlf (llhaL gambar) Mola menyerupal seLangkal buah anggur puLlh veslkelveslkel hldroplk (berlsl calran) berLumbuh dengan cepaL menyebabkan rahlm men[adl leblh besar darl usla kehamllan yang seharusnya 8lasanya mola Lldak mengandung [anln plasenLa membran amnloLlk aLau alr keLuban uarah maLernal Lldak memlllkl plasenLa Cleh karena lLu Ler[adl perdarahan ke dalam rongga rahlm dan Llmbul perdarahan melalul vaglna ada seklLar 3 kehamllan mola lnl berkembang men[adl korlokarslnoma (suaLu neoplasma ganas yang berLumbuh dengan cepaL) oLensl unLuk men[adl ganas pada kehamllan mola sebaglan [auh leblh kecll dlbandlng kehamllan mola kompleL (ScoLL dkk1990) c uLerus membesar leblh cepaL darl blasa penderlLa mengeluh LenLang mual dan munLah Lldak [arang Ler[adl perdarahan per vaglnam kadangkadang pengeluaran darah dlserLal dengan pengeluaran beberapa gelembung vlllus yang memasLlkan dlagnosls mola hldaLldosa Colongan Lldak blsa dlLenLukan Lerdlrl aLas penyaklL LrofoblasL dl mana Lldak LerdapaL bahanbahan darl oLopsl aLau operasl aLau kerokan unLuk membuaL dlagnosls morfologlk akan LeLapl dlagnosls dlbuaL dengan cara (hormonologlk) uengan kelompok reslko Llnggl usla kurang darl 20 Lahun sosloekonoml kurang [umlah parlLas Llnggl rlwayaL kehamllan mola sebelumnya embaglan o Mola hldaLldosa klaslk / kompleL Lldak LerdapaL [anln aLau baglan Lubuh [anln Clrl hlsLologlk ada gambaran prollferasl Lrofoblas degenerasl hldroplk vllll chorlalls dan berkurangnya vaskularlsasl / kapller dalam sLroma Serlng dlserLal pembenLukan klsLa luLeln(2330) o Mola hldaLldosa parslal / lnkompleL LerdapaL [anln aLau baglan Lubuh [anln Clrl hlsLologlk LerdapaL [arlngan plasenLa yang sehaL dan feLus Cambaran edema vllll hanya fokal dan prollferasl Lrofoblas hanya rlngan dan LerbaLas pada laplsan slnslLloLrofoblas erkembangan [anln LerhambaL aklbaL kelalnan kromosom dan umumnya MaLl pada LrlmesLer perLama aLogenesls - Sebaglan darl vllll berubah men[adl gelembunggelembung berlsl calran [ernlh 8lasanya Lldak ada [anln hanya pada mola parLlalls kadang kadang ada [anln Celembung lLu sebesar bullr kacang hl[au sampal sebesar buah anggur Celembung lnl dapaL menglsl seluruh cavum uLerl ul bawah mlkroskop nampak degenerasl hydroplk darl sLroma [on[oL Lldak adanya pembuluh darah dan prollferasl LrofoblasL ada pemerlksaan chromosom dldapaLkan pollploldl dan hamplr pada semua karus mola susunan sex chromaLln adalah wanlLa ada mola hydaLldosa ovarla dapaL mengandung klsLa luLeln kadangkadang hanya pada saLu ovarlum kadangkadang pada keduanya klsLa lnl berdlndlng Llpls dan berlslkan calran kekunlngkunlngan dan dapaL mencapal ukuran sebesar Lln[u aLau kepala bayl klsLa luLeln Ler[adl karena perangsangan ovarlum oleh kadar gonadoLropln chorlon yang Llnggl klsLa lnl hllang sendlrl seLelah mola dllahlrkan - 8hCC menlngkaL akLlflLas ovarlum menlngkaL (ovarlum klsLlk) esLrogen Llnggl menlmbulkan efek hlperLlroldlsme darl akLlflLas 8hCC yang Llnggl 1eorl AcosLaSlson deflslensl proLeln SlLogeneLlka mola hldaLldosa kompleL berasal darl genom paLernal (genoLlpe 46xx serlng 46 xy [arang Lapl 46xx nya berasal darl redupllkasl haplold SL8MA dan Lanpa kromosom darl ovum) Mola parslal mempunyal 69 kromosom Lerdlrl darl kromosom 2 haplold paLernal dan 1 haplold maLernal (Lrlplold 69xxx aLau 69xxy darl 1 haplold ovum dan lalnnya redupllkasl haplold paLernal darl saLu sperma aLau ferLlllsasl dlspermla) 1anda dan Ce[ala ada Lahap awal Landa dan ge[ala kehamllan mola Lldak dapaL dlbedakan darl Landa dan ge[ala kehamllan normal ada wakLu selan[uLnya perdarahan per vaglnam pada hamplrsemua kasus Calran yang keluar darl vaglna blsa berwarna coklaL Lua (menyerupal [us buah prum) aLau merah Lerang blsa sedlklL aLau banyak keadaan lnl blsa berlangsung selama beberapa harl sa[a aLau secara lnLermlLen selama beberapa mlnggu ada awal kehamllan klraklra seLengah [umlah wanlLa memlllkl rahlm yang leblh besar darl usla kehamllan yang dlperklrakan melalul Langgal mensLruasl Anemla aklbaL kehllangan darah rasa mual dan munLah yang berleblhan (hlperemesls gravldarum) dan kram peruL yang dlsebabkan dlsLensl rahlm merupakan ge[ala yang cukup serlng dlLemukan Anemla Ler[adl aklbaL perdarahan lnLrauLerln reeklampsla Ler[adl pada seklLar 13 kasus blasanya anLara mlnggu gesLasl ke9 dan ke12 Ce[alage[ala ada paslen dengan ammenorhoe LerdapaL o erdarahan kadangkadang sedlklL kadangkadang banyak karena perdahan lnl paslen blasanya anaemls o 8ahlm leblh besar Lldak sesual dengan Luanya kehamllan o Pyperemesla leblh serlng Ler[adl leblh keras dan leblh lama o Mungkln Llmbul preeklampsl aLau eklampsl o 1er[adlnya preeklampsl aLau eklampsl sebelum mlnggu ke 24 menun[uk ke arah mola hydaLldosa o 1ldak ada LandaLanda adanya [anln Lldak ada balloLLemenL Lldak ada bunyl [anLung anak dan Lldak nampak rangka [anln pada 8onLgen foLo ada mola parLlalls keadaan yang [arang Ler[adl dapaL dlkeLemukan [anln kadar gonadoLropln chorlon Llnggl dalam darah dan alr kenclng Ce[alage[ala hlperLlroldlsme dlLemukan pada 10 kasus (denyuL [anLung yang cepaL gellsah cemas Lldak Lahan panas penurunan beraL badan yang Lldak dlkeLahul penyebabnya Lln[a encer Langan gemeLar kullL leblh hangaL dan basah) Ce[alage[ala preeklamsl yang Ler[adl pada LrlmesLer l aLau awal LrlmesLer ll (Lekanan darah Llnggl pembengkakan kaklpergelangan kaklLungkal proLelnurla) ulagnosls kehamllan mola hldaLldosa akan dldapaLkan gambaran/Landa SeperLl keluhan kehamllan muda uengan perubahan secara cepaL menyebabkan 1lu (Llnggl lundus uLerl) leblh besar darl pada usla kehamllan darl pada umumnya Sehlngga pada keadaan lnl harus dlbedakan darl pada kehamllan gemmelll Sudah dlkemukakan bahwa uLerus pada mola hldaLldosa Lumbuh leblh darlpada kehamllan blasa pada uLerus yang besar lnl Lldak LerdapaL Landa adanya [anln dl dalamnya seperLl baloLLemen pada palpasl gerak [anln auskulLasl adanya kerangka [anln pada pemerlksaan 8oenLgen dan denyuL [anLung pada ulLrasonografl erdarahan merupakan ge[ala yang dlLemukan kadar hCC pada mola [auh leblh Llnggl darlpada kehamllan ulLrasonografl (8Scan) memberl gambaran yang khas mola hldaLldosa ulagnosa baru pasLl kalau mellhaL lahlrnya gelembunggelembung mola kalau uLerus leblh besar darlpada sesual dengan Luanya kehamllan maka kemungklnan yang harus dlperLlmbangkan o Pald Lerakhlr kellru o kehamllan dengan myoma uLerl o Pydramnlon o Cemelll o Mola hydaLldosa unLuk membuaL dlagnosa serlng dllakukan pemerlksaan sebagal berlkuL 1 8onLgen foLo kalau ada rangka [anln maka kemanqklnan Lerbesar bahwa kehamllan blasa walaupun pada mola parLlalla kadang kadang LerdapaL [anln 1ldak LerllhaLnya [anln Lldak menenLukan 2 8eaksl blologls mlsalnya Calll Malnlnl pada mola hydaLldosa kadar gonadoLropln chorlon dalam darah dan alr kenclng sangaL Llnggl maka reaksl Calll Malnlnl dllakukan kwanLlLaLlp kadar gonadoLropln yang dlperoleh selalu harus dlbandlngkan dengan kadar gonadoLropln pada kehamllan blasa dengan umur yang sama 3 ada kehamllan muda kadar gonadoLropln nalk dan mencapal puncaknya pada harl ke 100 sesudah mana kadar LersebuL Lurun kadar yang Llnggl sesudah harl ke 100 darl kehamllan leblh berarLl darl pada kadar yang Llnggl sebelum harl ke 100 4 ercobaan sonde pada mola sonde mudah masuk ke dalam cavum uLerl pada kehamlllan blasa ada Lahanan oleh [anln 3 1eknlk baru yang sedang dlperkembangkan lalah o ArLerlografl yang memperllhaLkan penglslan bllaLeral vena uLerlna yang dlnl o SunLlkan zaL konLras ke dalam uLerus memperllhaLkan gambaran sarang Lawon o ulLrasonografl gambaran badal sal[u 1herapl kureLase sucLlon merupakan suaLu cara evakuasl kehamllan mola yang aman cepaL dan efekLlf pada hamplr semua wanlLa (ScoLL dkk 1990) enaLalaksanaan lan[uLan mellpuLl pemerlksaan panggul dan flslk dengan frekuensl serlng dlserLal pengukuran kadar hCC serum selama mlnlmal seLahun enlngkaLan LlLer dan pembesaran rahlm blsa menglndlkasl kan korlokarslnoma Cleh karena lLu unLuk menghlndarl keblngungan Lerhadap Landa kehamllan kehamllan harus dlhlndarl selama saLu Lahun konLrasepsl oral blasanya dlberlkan kesembuhan pada keadaan keganasan lnl dldeflnlslkan sebagal hllangnya semua Landa kllnls dan Landa hormonal selama llma Lahun MenglngaL bahaya LersebuL dl aLas maka mola hydaLldosa harus dlgugurkan segera seLelah dlagnosa dlLenLukan LeLapl menglngaL bahaya chorlocarslnoma harus dladakan followup yang LellLl [adl Lerapl Lerdlrl aLas 2 baglan 1 engguguran dan cureLLage darl mola aLau dllakukan hysLerekLoml 2 lollowup unLuk mengawasl ge[alage[ala chorlocarclnoma kalau sudah ada pembukaan sebesar klraklra 1 [arl dllakukan cureLLage CureLLage lnl selalu harus dengan Lransfusl darah karena kemungklnan perdarahan yang banyak besar sekall Sebalknya dlpergunakan vakum cureL MenglngaL bahaya perforasl karena uLerus sangaL lunak balk dlberlkan oxyLocln sebelum cureLLage dlmulal uengan penyunLlkan oxyLocln uLerus berkonLraksl dlndlngnya leblh keras dan mengurangl bahaya perforasl kalau belum ada pembukaan maka harus dlusahakan dulu supaya cervlx cukup membuka karena cureLLage mola melalul osLlum yang semplL sangaL berbahaya embukaan cervlx dapaL dlcapal secara klmlawl mlsalnya dengan pemberlan lnfus oxyLocln 10 saLuan dalam 300 cc glucose 3 aLau dengan penyunLlkan 2 Z saLuan oxyLocln Llap seLengah [am sebanyak 6 kall Cara yang laln lalah secara mekanls dengan mempergunakan lamlnarla sLlfL aLau komblnasl darl kedua cara Supaya pengosongan rahlm dapaL dllakukan dengan cepaL dlpergunakan cunam aborLus dulu dan ekspresl pada fundus baru kalau uLerus sudah kecll dllakukan cureLLage klraklra 10 14 harl seLelah cureLLage perLama dllakukan cureLLage ke 2 ada wakLu lnl uLerus sudah mengecll hlngga leblh besar kemungklnan bahwa cureLLage beLul menghasllkan uLerus yang berslh ada wanlLa yang sudah berumur 40 Lahun aLau leblh mungkln leblh balk dllakukan hysLerekLoml ke[adlan chorlocarclnoma seLelah cureLLage hanya 28 sedangkan sesudah cureLLage 84 unLuk followup seLelah cureLLage reaksl blologls dllakukan sekall 2 mlnggu sampal reaksl negaLlp kemudlan sekall sebulan sampal 2 Lahun Pal lnl perlu unLuk lekas mendlagnosa chorlocarclnoma pada umumnya reaksl lmmanologls aLau blologls 3 mlnggu seLelah pengosongan mola dan pallng lambaL seLelah 6 mlnggu men[adl negaLlp (sesudah 2 mlnggu 30 negaLlp dan sesudah 40 harl 73 negaLlp) kalau seLelah 6 mlnggu reaksl maslh poslLlf perlu pengawasan kllnls kalau reaksl blologls kuanLlLaLlf nalk aLau aLau Lldak mau men[adl negallp aLau seLeLah negaLlp men[adl poslLlp kemball maka lnl merupakan Landa chorlocarclnoma Ce[alage[ala laln darl chorlocarclnoma lalah bahwa seLelah cureLLage mola 1 erdarahan Lerus menerus 2 lnvolusl rahlm Lldak Ler[adl 3 kadangkadang malahan Lampa meLasLase dl vaglna berupa LumorLumor yang blru ungu rapuh dan mudah erdarah sebesar kacang 8ogor Mungkln [uga Llmbul meLasLase dlparuparu yang menlmbulkan baLuk dan haemopLoe Maka kalau ada ge[alage[ala yang mencurlgakan harus dlbuaL foLo Lhorax berulangulang 8erhubung dengan kemungklnan bahwa mola hldaLldosa men[adl ganas Lerapl yang Lerbalk pada wanlLa dengan usla yang sudah lan[uL dan mempunyal [umlah anak yang dllnglnl lalah hlsLerekLoml Akan LeLapl wanlLa yang maslh menglnglnkan anak maka seLelah dlagnosls mola dllakukan pengeluaran mola dengan kerokan lsapan (suncLlon cureLLage) dengan pemberlan lnfus okslLosln lnLravena Sesudah lLu dllakukan 1 dengan kureL Lumpul unLuk mengeluarkan slsaslsa konsepLus keroka dllakukan haLlhaLl berhubung dengan bahaya perforasl 1u[uh sampal sepuluh harl sesudahnya lLu dllakukan kerokan dengan kureL La[am agar ada kepasLlan bahwa uLerus beLulbeLul koso unLuk memerlksa LlngkaL prollferasl slsaslsa LrofoblasL yang dapaL dlLe Makln Llnggl LlngkaL lLu makln perlu unLuk waspada Lerhadap kemunklnan keganasan Sebelum mola dlkeluarkan sebalknya dllakukan pemerlksaan 8 paruparu unLuk menenLukan ada Lldaknya meLasLasls dl LempaL LersebuL SeLelah mola dllahlrkan dapaL dlLemukan bahwa kedua ovarlum men[adl klsLa LekaluLeln klsLaklsLa lnl yang Lumbuh karena p hormonal kemudlan mengecll sendlrl redlsposlsl Ler[adlnya MolahldaLlnosa 1 kekurangan vlLamln 8 12 2 lmunologl 3 Clzl Lerganggu Mola Hidatidosa
A. Pengertian Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, HaniIa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104). Askep Mola Hidatidosa
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun Iaktor penyebabnya adalah : 1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan. 2. ImunoselektiI dari tropoblast. 3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah. 4. Paritas tinggie.Kekurangan proteinI.InIeksi virus dan Iaktor kromosom yang belum jelas. (Mochtar, Rustam ,1998 : 23)
Askep Mola Hidatidosa
C. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi : 1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit troIoblast : O Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
O Teori neoplasma dari Park
Sel-sel troIoblast adalah abnormal dan memiliki Iungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
O Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya Ietus menyebabkan troIoblast berproliIerasi dan melakukan Iungsinya selama pembentukan cairan.
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola : 1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10 pasien masuk RS. 2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar). 3. Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab. 4. Gejala gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni). Askep Mola Hidatidosa
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : 1. Serum -hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan -hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu). 2. UltrasonograIi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal. 3. Foto roentgen dada.
F. Penatalaksanaan Medis
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah : 1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada Iasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan Iokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat HaniIa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perIorasi uterus).
5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan inIus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventiI terhadap perdarahan hebat dan eIektiIitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan SulIas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transIusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat troIoblast aktiI (diluar uterus atau invasiI), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan Iertilisasi. Askep Mola Hidatidosa
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Mola Hidatidosa
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : 1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas : 4 Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. 4 Riwayat kesehatan masa lalu 4 Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentiIikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, siIat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
7. Riwayat kehamilan , persalinan dan niIas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan Fisik : O Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernaIasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan IiIik, dan seterusnya. O Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. 4 Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. 4 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. 4 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
O Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan inIormasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. 4 Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. 4 Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya reIleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa reIleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
O Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses inIeksi.
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
B. Intervensi
DIAGNOSA I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil : O Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang O Ekspresi wajah tenang O TTV dalam batas normal
Intervensi : O Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien. Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.
O Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
O Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
O Beri posisi yang nyaman Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri.
O Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.
DIAGNOSA II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil : O Kebutuhan personal hygiene terpenuhi O Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi : O Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.
O Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat.
O Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.
O Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri.
DIAGNOSA III
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil : O Klien dapat tidur 7-8 jam per hari. O Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi : O Kaji pola tidur Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.
O Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
O Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.
O Batasi jumlah penjaga klien Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
O Memberlakukan jam besuk Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
O Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam Rasional : Diazepam berIungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.
DIAGNOSA IV
Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses inIeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil : O Tanda-tanda vital dalam batas normal O Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi : O Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaIoresis Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses inIeksi, pola demam dapat membantu diagnosa.
O Pantau suhu lingkungan Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal.
O Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.
O Berikan kompres hangat Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.
O Kolaborasi pemberian obat antipiretik Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.
DIAGNOSA V
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil : O Ekspresi wajah tenang O Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
Intervensi : O Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
O Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.
O Mendengarkan keluhan klien dengan empati Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan.
O Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.
O Beri dorongan spiritual/support Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
Mansjoer, AriI, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta
Laporan Pendahuluan 7 (Tujuh) Kasus : Harga Diri Rendah Kronis, Isolasi Sosial, Halusinasi, Waham, Defisit Perawatan Diri, Resiko Bunuh Diri, dan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum. Banjarmasin : STIKES Suaka Insan Banjarmasin.