Anda di halaman 1dari 2

Tanya Jawab Psikologi

Dra. Mayke Tedjasaputra Psikolog pada Lembaga Psikologi Terapan-UI

Tanya Jawab Psikologi


Dra. Mayke Tedjasaputra Psikolog pada Lembaga Psikologi Terapan-UI

MENONTON TV

Anak saya sudah bersekolah kelas 1 SD. Saya


merasa khawatir, karena belakangan ia tidak pernah bisa dihentikan kesukaannya untuk menonton TV. Hampir setiap hari, sepulang sekolah ia lebih memilih nonton TV dibandingkan bermain dengan temantemannya. Saya sudah mengajaknya mengobrol dan memberitahukan dampak menonton televisi yang belebihan, tapi sepertinya tidak didengar. Kami juga pernah membuat kesepakatan untuk menonton TV hanya di sore hari, itu juga dilanggar. Saya melihat, kalau sudah di depan televisi, ia seperti tersihir. Bagaimana cara mengatasi dan mengubah perilaku ini Bu? Adakah manfaat dari menonton televisi? Berapa lama sih waktu ideal untuk anak menonton TV dan jam berapa. Serta jenis tayangan seperti apa saja yang layak ditonton anak-anak? Terima kasih atas kesediaan Ibu menjawab. Handoko - Surabaya Untuk anak yang duduk di sekolah dasar, menonton TV sebaiknya dibatasi selama 1 jam per hari, mengingat anak sudah punya tanggung jawab untuk mengerjakan tugas dari guru. Selain itu anak masih membutuhkan kegiatan bermain yang bervariasi (mulai aktivitas fisik sampai pada kegiatan yang menghasilkan karya tertentu, membutuhkan ketekunan) sehingga pengalaman dan wawasannya lebih luas. Dari penelitian yang pernah dilakukan, adiksi menonton TV/film pada anak usia balita dan usia sekolah dasar lebih dari 1 jam per hari menimbulkan gangguan atensi, hiperaktivitas, atau anak menjadi infocus (sulit mengarahkan dirinya pada tugas, tidak disiplin). Mengapa anak tergila-gila menonton TV? Dari pengamatan di lapangan, biasanya hal ini sudah terbentuk sejak usia dini. Pada waktu anak masih berusia di bawah 1 tahun, orang dewasa membiasakan anak untuk menonton TV, misalnya pada saat ia makan agar makanannya cepat habis. Alasan lain adalah supaya anak mau duduk tenang di depan TV dan tidak mengganggu kegiatan orang dewasa. Ada juga keluarga yang menggunakan TV sebagai back-ground rumah, maksudnya begitu bangun tidur di pagi hari, TV segera dinyalakan dan baru dimatikan pada saat menjelang tidur. Akibatnya, anak tidak pernah bisa tenang bila TV tidak dinyalakan, kapan pun ia inginkan, ia

segera menatap ke layar kaca yang satu ini. Bapak sudah berusaha berbicara dengan putra Bapak, namun belum berhasil. Sangat manusiawi bahwa anak ingin mempertahankan kenikmatan yang sudah biasa diperoleh. Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan yang sudah merasuk ke dalam dirinya. Salah satu cara yang cukup jitu adalah buat seakan-akan TV di rumah rusak dan perlu direparasi. Tujuannya adalah untuk sementara "memutus" kesukaan yang tidak bernilai positif. Konsekuensinya, Anda sekeluarga untuk sementara waktu tidak dapat menonton TV dan harus mempersiapkan diri untuk mau menyediakan waktu menemani anak bermain. Berikan waktu selama dua minggu tanpa TV di rumah dan isilah waktu luang dengan berbagai kegiatan. Ajaklah anak mengenal permainan lain, misalnya naik sepeda, main layang-layang, main sepak bola/bola basket. Variasikan dengan kegiatan bermain berbagai "permainan meja" seperti halma, domino bergambar, ular tangga, kartu memori dan lainnya. Pilihlah permainan yang bisa diselesaikan dalam waktu sekitar 1015 menit. Kenalkan pada permainan monopoli, dan permainan lain yang menggunakan strategi untuk dimainkan di akhir minggu, ketika semua orang punya waktu yang longgar untuk bermain. Ajaklah anak merakit mainan, dari robot, mobil-mobilan, membangun balok-balok, kepingan plastik (lego dan sejenisnya). Dapat pula Bapak variasikan dengan kegiatan mereparasi mobil, motor, membuat peralatan rumah tangga yang sederhana (tergantung apa keahlian Bapak), membaca buku. Alangkah asyik bila sesekali mengajak anak membuat makanan kesukaan dia/keluarga. Setelah TV selesai direparasi, buatlah ketentuan baru mengenai berapa lama ia boleh menonton dan acara apa yang ia pilih. Tetaplah mengajak anak untuk melakukan kegiatan yang "seru" agar dapat mengimbangi kesukaannya menonton TV. Berikan pilihan pada anak acara TV yang ingin ia tonton. Bila acara yang ditonton berbau kekerasan, maka sebaiknya Bapak lakukan negosiasi agar ia menonton acara lain. Kriteria acara TV yang baik untuk ditonton oleh anak usia SD adalah yang dapat menambah pengetahuan anak, penuh humor yang tidak brutal, mengandung nilai moral. Silahkan Bapak (atau Ibu) ikut mengamati film yang ditonton oleh anak agar kalau ada hal-hal negatif yang ditayangkan, dapat langsung dilakukan diskusi dengan anak megenai apa yang baik dan buruk. Mengubah kebiasaan yang sudah terbentuk, membutuhkan usaha yang keras dari lingkungan (orang tua dan keluarga besar) dan tidak akan berhasil bila hanya dilakukan setengah hati. Jadi Anda tinggal memilih, mau bersusah payah dulu untuk sementara waktu ataukah membiarkan anak tergila-gila pada TV/film.

http://www.tabloid-nakita.com/ahli.php3?edisi=07323&rubrik=ahli

Anda mungkin juga menyukai