MENONTON TV
segera menatap ke layar kaca yang satu ini. Bapak sudah berusaha berbicara dengan putra Bapak, namun belum berhasil. Sangat manusiawi bahwa anak ingin mempertahankan kenikmatan yang sudah biasa diperoleh. Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan yang sudah merasuk ke dalam dirinya. Salah satu cara yang cukup jitu adalah buat seakan-akan TV di rumah rusak dan perlu direparasi. Tujuannya adalah untuk sementara "memutus" kesukaan yang tidak bernilai positif. Konsekuensinya, Anda sekeluarga untuk sementara waktu tidak dapat menonton TV dan harus mempersiapkan diri untuk mau menyediakan waktu menemani anak bermain. Berikan waktu selama dua minggu tanpa TV di rumah dan isilah waktu luang dengan berbagai kegiatan. Ajaklah anak mengenal permainan lain, misalnya naik sepeda, main layang-layang, main sepak bola/bola basket. Variasikan dengan kegiatan bermain berbagai "permainan meja" seperti halma, domino bergambar, ular tangga, kartu memori dan lainnya. Pilihlah permainan yang bisa diselesaikan dalam waktu sekitar 1015 menit. Kenalkan pada permainan monopoli, dan permainan lain yang menggunakan strategi untuk dimainkan di akhir minggu, ketika semua orang punya waktu yang longgar untuk bermain. Ajaklah anak merakit mainan, dari robot, mobil-mobilan, membangun balok-balok, kepingan plastik (lego dan sejenisnya). Dapat pula Bapak variasikan dengan kegiatan mereparasi mobil, motor, membuat peralatan rumah tangga yang sederhana (tergantung apa keahlian Bapak), membaca buku. Alangkah asyik bila sesekali mengajak anak membuat makanan kesukaan dia/keluarga. Setelah TV selesai direparasi, buatlah ketentuan baru mengenai berapa lama ia boleh menonton dan acara apa yang ia pilih. Tetaplah mengajak anak untuk melakukan kegiatan yang "seru" agar dapat mengimbangi kesukaannya menonton TV. Berikan pilihan pada anak acara TV yang ingin ia tonton. Bila acara yang ditonton berbau kekerasan, maka sebaiknya Bapak lakukan negosiasi agar ia menonton acara lain. Kriteria acara TV yang baik untuk ditonton oleh anak usia SD adalah yang dapat menambah pengetahuan anak, penuh humor yang tidak brutal, mengandung nilai moral. Silahkan Bapak (atau Ibu) ikut mengamati film yang ditonton oleh anak agar kalau ada hal-hal negatif yang ditayangkan, dapat langsung dilakukan diskusi dengan anak megenai apa yang baik dan buruk. Mengubah kebiasaan yang sudah terbentuk, membutuhkan usaha yang keras dari lingkungan (orang tua dan keluarga besar) dan tidak akan berhasil bila hanya dilakukan setengah hati. Jadi Anda tinggal memilih, mau bersusah payah dulu untuk sementara waktu ataukah membiarkan anak tergila-gila pada TV/film.
http://www.tabloid-nakita.com/ahli.php3?edisi=07323&rubrik=ahli