Landasan Teori
Ontologi dan Metafisika Objek Ilmu dan Asumsi Peluang Asumsi dalam Ilmu Batasan Penjelajahan Ilmu dan Cabang Ilmu
tafsiran/aliran metafisika
1. Aliran Animisme
2. Aliran Materialism 3. Aliran Monistik 4. Aliran Dualistic
Terdapat asumsi yang berbeda-beda mengenai hukum alam. Asumsi ini menurut kelompok-kelompok penganut faham berikut ini :
Peluang
Ilmu Probabilistik atau ilmu tentang peluang termasuk cabang ilmu yang baru. Walau termasuk ilmu yang relatif baru, ilmu ini bersama dengan statistika berkembang cukup pesat.
Peluang dinyatakan dari angka 0 sampai 1. Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi. Dan angka 1 menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang semua makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1.
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni 1. filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) 2. filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences).
Pembahasan
1. Pengertian Ontology
2. Beberapa Pandangan Ontology (Filsafat Barat) 3. Implikasi Pandangan Ontologys Pada Filsafat
Barat. 4. Objek Materi Ilmu Pengetahuan Menurut Filsafat Barat 5. Pandangan Ontology Berdasarkan Al-Quran 6. Objek Materi Ilmu Menurut Pandangan Ontologys Qurani
Pengertian Ontology
Istilah ontology baru muncul pada pertengahan abad 17, yang pada waktu itu juga muncul istilah philosophia entis atau filsafat mengenai yang ada. sebagai pencarian jawaban menganai hakikat asal alam semesta, telah dipercakapkan sebelumnya oleh para filosof awal Yunani. (Thales, Anaximander dan Anaximenes )
Ontology, sebagai sebuah istilah berasal dari bahasa Yunani, yaitu on (ada) dan ontos (berada), yang kemudian disenyawakan dengan kata logos (ilmu atau study tentang). Dalam bahasa Inggris ia diserap menjadi ontology dengan pengertian sebagai study atau ilmu mengenai yang ada atau berada.
Dalam kamus Filsafat Lorens Bagus terdapat beberapa Pengertian ontology antara lain:
1. 2.
3.
Study tentang ciri-ciri esensial dari Yang Ada dalam dirinya sendiri yang berbeda dari satu study tentang hal-hal yang ada secara khusus. Cabang filsafat yang menggeluti tata cara dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, yang menggunakan kategori-kategori seperti: ada/menjadi, aktualitas/noneksistensi, esensi, keniscayaan, yang-ada sebagai yang-ada, ketergantungan pada diri sendiri, hal mencukupi diri sendiri, hal-hal terlahir, dasar. Cabang filsafat yang mencoba : Melukiskan hakikat Ada yang terakhir (Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi Sempurna). Menunjukkan bahwa segala hal tergantung padanya bagi eksistensinya. Menghubungkan pikiran dan tindakan manusia yang bersifat individual dan hidup dalam sejarah dengan realitas tertentu.
ontology (dalam filsafat ilmu) adalah cara pandang mengenai objek materi suatu ilmu Atau dengan kata lain penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar-akar (akar yang paling mendasar tentang apa yang disebut dengan ilmu pengetahuan itu).
Beberapa Pandangan Ontology (Filsafat Barat) Dalam relevansinya dengan pembicaraannya filsafat
pengetahuan, khususnya melalui filsafat Barat, sebenarnya pembahasan masalah ontology berpusat pada keinginan untuk menjawab pertanyaan apa sesungguhnya yang dimaksud sebagai kenyataan (reality)?.
pandangan adanya pencipta yang memandang segala sesuatu selain pencipta adalah ciptaan. Memandang sesuatu sebagai suatu obyek materi ilmu sejauh ia berada dalam jangkauan indra dan/atau rasio manusia untuk bisa memahaminya, dan pemahaman atasnya merupakan fungsi dari indra dan/atau rasio itu. Memandang keberadaan obyek materi ilmu hanya dalam rangka ruang dan waktu dunia belaka. Memandang obyek materi ilmu diatur oleh hukum-hukum keberadaan, namun tidak mempersoalkan asal hukumhukum keberadaan itu
(QS. Al Hadid (57): 3). Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.
[1452] yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang Telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang Akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya Karena banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.
Dengan tidak melepaskan diri dari landasan AlQuran di atas dapat dikatakan bahwa sejauh kita akan berbicara mengenai hakekat realitas sebagai realitas ciptaan Allah, maka pertama-tama, ia harus berangkat dari doktrin keniscayaan adanya pencipta sebagai sebab keterciptaannya. Sudah barang tentu, pencipta bukanlah ciptaan itu sendiri, sebab hal tersebut adalah mustahil. Selain itu, juga barang tentu pencipta adalah sesuatu yang transenden (mengatasi) ciptaan, sebab adalah mustahil sesuatu yang lebih sederhana akan menyebabkan keterciptaan sesuatu yang mengatasi dirinya sendiri.
Pandangan ontologys tersebut melahirkan pandangan mengenai obyek materi ilmu dengan pernyataan singkat sebagai berikut : 1. Obyek ilmu adalah alam syahadah maupun alam gaib 2. Membangun pengetahuan ilmiah mengenai alam tersebut dilakukan dengan acuan petunjuk Allah Swt sebagai penciptanya.