Jaringan Distribusi Sistem tenaga listrik merupakan sistem sarana penyaluran tenaga listrik dari titik sumber ke titik pusat beban ( konsumen ). Penyaluran tenaga listrik ini mempunyai peranan penting dalam menyuplai tenaga listrik ke konsumen, hal ini dikarenakan apabila terjadi gangguan pada penyaluran tenaga listrik maka dapat mengakibatkan kerugian baik pada konsuraen maupun pada PLN sendiri. Penyaluran tenaga listrik terbagi dalam dua kategori, yaitu: 1. Saluran udara ( overhead line ). Menyalurkan tenaga listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada tiangtiang ttansmisi dengan perantaraan isolator-isolator. 2. Saiuran bawah tanah (under grourid). Menyalurkan tenaga listrik melalui kabel-kabel bawah tanah. Menurut jenis saluran udara tegangan menengah (SUTM) terdiri dari: 1. Saluran satu fasa dengan dua kawat. Merupakan tipe paling sederhana dan biasanya digunakan untuk jarak pendek dan berkapasitas kecil. Pentanahan ada yang disalah satu kawatnya dan ada yang pada tengah kumparan fasanya, seperti terlihat pada gambar 2.1. Page 2 2. Saluran satu fasa dengan tiga kawat. Kawat yang ketiga ( netral ) terhubung ke bagian tengah sekunder trafo dan ditanahkan untuk melindungi personil dari electric shock seperti telihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2. 2 Saluran Satu Fasa Dengan Tiga Kawat 3. Saiuran dua fasa dengan tiga kawat. Saluran ini memiliki dua kumparan fasa I dan II, dimana tegangannya kuadratur antara satu dengan yang lainnya. Jika tegangan antara netral dengan salah satu kawat lainya adalah V, maka tegangan antara fasanya adalah V2 V. Tetapi tipe ini mempunyai kelemahan, yaitu menghasilkan tegangan yang tidak seimbang karena terjadi voltage drop yang tidak simetris di netralnya, seperti padagambar 2.3. Page 3 4. Saluran dua fasa dengan empat kawat. Kawat yang keempat diambil dari bagian belakang kumparan dan dua kumparan yang ada terhubung pada bagian tengahnya. Tegangannya kuadratis antara kumparan I dan II. Jika tegangan antara kawat pada salah satu kumparan
adalah V, maka tegangan antara kawat fasa I dan fasa II adalah ( 0.707 ) V, seperti pada gambar 2.4. Gambar 2.4. 4 Saluran Dua Fasa Erapat Kawat 5. Saluran tiga fasa dengan tiga kawat. Pada umumnya tipe ini sering digunakan untuk PLN Jatim, menggunakan sistem ini ( bintang ) pada jaringan SUTM 20 KV. Bentuk hubungan kumparannya bisa delta atau bintang. Pada delta tegangan antara fasa dengan fasa adalah V, untuk bintang adalah V3 V, seperti terlihat pada gambar 2.5. Page 4 6. Saluran tiga fasa dengan empat kawat. Pada prinsipnya sama dengan tiga fasa tiga kawat. Namun disini ditambah dengan kawat netral dari titik bintangnya. Jadi tegangan fasa ke netral adalah V dan fasa ke fasa adalah V3 V, seperti terlihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6. 6 Saluran Tiga Fasa Empat Kawat 2.1.1. Komponen-Komponen Utama Saluran Udara Komponen-komponen utama saluran udara terdiri dari: 1. Menara transmisi atau tiang transmisi beserta pondasinya. Merupakan suatu bangunan penopang saluran transmisi. Jenis-jenis dari bangunan penopang adalah menara-menara baja, tiang-tiang baja, tiang-tiang beton bertulang dan tiang-tiang kayu. Dilihat dari fungsi menara atau tiangtiang saluran transmisi terdapat tiang-tiang atau menara-menara pemikul, sudut, awal dan akhir. Menara atau tiang pemikul fungsinya adalah memikul konduktor beserta isolator. Dan karena jalannya saluran transmisi tidak selaiu lurus dan terdapat belokkan maka pada tikungan diperlukan menara sudut Menara sudut perlu lebih kuat dari menara pemikul hal ini disebabkan karena terdapat tarik tambahan ( guy wire ) pada satu arah tertentu karena adanya tikungan ( agar tidak menjadi bengkok ). Sedangkan untuk menara atau tiang awal maupun akhir juga perlu memiliki bentuk yang kuat. ibid,
Page 5 2. Isolator-isolator. Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas. Jenis-jenis isolator menurut penggunaannya dan konstruksinya antara lain: isolator pasak ( pin insulator, pin post insulator, line post insulator ), isolator tarik dan isolator gantung,seperti pada gambar di bawah ini. Isolator
dipasang atau digantung pada travers ( cross arm) menara atau tiang transmisi. Page 6 3. Kawat penghantar. Merupakan kawat-kawat tanpa isolator (kawat telanjang) yang padat ( solid), berlilit ( stranded ) atau berongga ( hollow ). Jenis kawat penghantar adalah tembaga dengan konduktivitas 100 %, tembaga dengan konduktivitas 97.5 % 10 ibid.
Page 7 10 atau aluminium dengan konduktivitas 61 %. Kawat Penghantar aluminium terdiri dari: AAC = All-Alummium Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium. AAAC = All-Aluminium-Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumiraum. ACSR = Aluminium Conductor, Steel-Reinforced, yaitu kawat penghantar aluminium berinti kawat baja. ACAR = Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced, yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran. Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya yaitu untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium ( alloy-aluminium ). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, di mana jarak antara dua tiang / menara jauh ( ratusan meter ), dibutuhkan kuat tarik yan lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Pada jaringan tegangan rendah yang menggunakan tiang bersama dengan jaringan tegangan menengah maka jarak gawang (Span) harus di jaga agar tidak lebih dari 60 meter. Di dalam menentukan panjang tiang beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah;
1) jarak aman antara saluran tegangan menengah dan tegangan rendah, 2) Posisi trafo tiang, dan 3) tinggi rendahnya trafo dengan penyangga dua tiang. Gambar menunjukkan jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang. Pada gambar tersebut diperlihatkan bahwa panjang tiang minimum untuk tegangan menengah 11 meter (9,2 meter diatas tanah) dan untuk tegangan rendah 9 meter ( 7,5 meter diatas tanah).
tekanan angin pada konduktor dan tiang mendekati momen ketahanan sebesar 724 kgm. Hal ini dapat di rinci sebagai berikut: A: Momen pembengkok oleh tekanan angin pada konduktor = 522 kgm untuk jarak tiang 40 meter. B: Momen pembengkok oleh tekanan angin pada tiang = 214 kgm A + B = 736 kgm 724 kgm. Ini berarti batas momen ketahanan tidak terlampaui untuk penurunan kawat. Tabel 5-2 menunjukkan batas minimum penggunaan tiang beton pada jaring SUTR TIC khusus.
Untuk menanggulangi hal tersebut diatas, tenaga kerja bidang teknik listrik harus mampu memakai alat dengan baik, demikian juga dalam memeliharanya. 4) Pengelompokan dan penggunaan perkakas kerja. Perkakas kerja dapat dikelompokkan menjadi 4(empat), yaitu Perkakas, Alat Ukur dan Tes, Alat Pengaman, dan Alat Bantu. Untuk mempermudah pengelompokan/pemilahan alat kerja suatu proyek, berikut ini diberikan nama dan gambar peralatan untuk berbagai pekerjaan. Suatu proyek besar memerlukan alat kerja khusus yang tidak terdapat di lokasi. Oleh karena itu pengadaan alat tersebut harus dijadwalkan dengan tepat waktu. Tekniksi listrik yang memasang instalasi listrik dalam bangunan, dituntut keterampilan dalam berbagai bidang pekerjaan di bangunan tersebut. Hal ini meliputi teknik menandai, memotong, memahat dan menggergaji. 5) Berikut ini adalah gambar-gambar alat perkakas yang harus disiapkan oleh pelaksana sebelum melaksanakan pekerjaan penanaman kabel tanah. Alat kerja yang tercantum disini cukup lengkap, tetapi untuk pemakaian di proyek disesuaikan dengan kebutuhan.
3). Pasir basah, 4). Krikil basah, 5). Pasir dan kerikil kering, 6). Tanah berbatu.