Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan kualitatiI adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu Ienomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998).
Tujuan utama penelitian kualitatiI adalah untuk memahami (to understand)
Ienomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang
lengkap tentang Ienomena yang dikaji daripada merincinya menjadi variabel-
variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang Ienomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena
tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatiI, maka prosedur perolehan data
dan jenis penelitian kualitatiI juga berbeda.
Jenis atau metode yang digunakan akan mempengaruhi pelaksanaan teknis
penelitian, mengarahkan, mewarnai serta membentuk cara pendekatan khusus
yang berbeda dengan penelitian kuantitatiI. Dengan demikian pola pikir yang
mendasari metodologi penelitian kualitatiI berbeda dengan penelitian kuantitatiI,
sehingga beragam teknik yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian memiliki
bentuk, proses, dan perspektiI yang berbeda pula (Sutopo, 2006). Beberapa jenis
penelitian pokok yang menunjang dan mewarnai metodologi penelitian kualitatiI
diantaranya Ienomenologi (phenomenology), grounded, naratiI (narrative),
etnograIi (ethnography), studi kasus (case studies), dan action research.



B. #:2:8an Ma8alah
1. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian Ienomenologi?
2. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian grounded?
3. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian narrative?
4. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian etnograIi?
5. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian studi kasus?
6. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian action research?

C. T::an
1. Memahami jenis penelitian Ienomenologi dalam penelitian kualitatiI
2. Memahami jenis penelitian grounded dalam penelitian kualitatiI
3. Memahami jenis penelitian narrative dalam penelitian kualitatiI
4. Memahami jenis penelitian etnograIi dalam penelitian kualitatiI
5. Memahami jenis penelitian studi kasus dalam penelitian kualitatiI
6. Memahami jenis penelitian action research dalam penelitian kualitatiI













BAB II
PEMBAHASAN

A. eno2enologi
Fenomenologi berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami
suatu Ienomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh
individu hingga tataran 'keyakinan individu yang bersangkutan. Dengan
demikian, dalam mempelajari dan memahaminya, haruslah berdasarkan sudut
pandang paradigma dan keyakinan langsung dari individu yang bersangkutan
sebagai subjek yang mengalami langsung (first-hand experiences). Dengan kata
lain, penelitian Ienomenologi berusaha untuk mencari arti secara psikologis dari
suatu pengalaman individu terhadap suatu Ienomena melalui penelitian yang
mendalam dalam konteks kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti. Di samping
itu, dalam memahami dan mempelajarinya haruslah didukung dengan persiapan
matang dan komprehensiI dari peneliti untuk mendapatkan kepercayaan penuh
dari subjek yang diteliti, sehingga keterdekatan dapat diperoleh dan dapat
mendukung penelitian.
Secara sederhana, Ienomenologi lebih memIokuskan diri pada suatu konsep
Ienomena tertentu dan bentuk studinya adalah untuk melihat dan memahami arti
dari suatu pengalaman individual yang berkaitan dengan suatu Ienomena tertentu.
Polkinghorne (dalam Herdiansyah, 2010) mendeIinisikan Ienomenologi sebagai
sebuah studi untuk memberikan gambaran tentang arti dari pengalaman-
pengalaman beberapa individu mengenai suatu konsep tertentu.
Inti dari Ienomenologi adalah adanya keterkaitan antara subjek, lokasi,
Ienomena yang dialami. Jika salah satu dari ketiga Iaktor tersebut tidak
dipersiapkan dengan baik, maka hasil penelitian dengan model Ienomenologi
tidak optimal.
Terjadinya perubahan perilaku, sikap, dan sudut pandang yang diakibatkan
oleh suatu peristiwa yang tidak biasa atau Ienomena tersebut dalam tanda petik

menggelitik peneliti kualitatiI untuk mengangkatnya sebagai bahsan dalam


penelitian kualitatiI dengan model Ienomenologi.
Penelitian Ienomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna
konsep atau Ienomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami,
sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami Ienomena yang
dikaji. Menurut Creswell (1998), Pendekatan Ienomenologi menunda semua
penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan
ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan
wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat
dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang Ienomena
untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah pengalaman manusia melalui
deskripsi dari orang yang menjadi partisipan penelitian, sehingga peneliti dapat
memahami pengalaman hidup partisipan. Pendekatan Ienomenologis lebih
menikmati keadaan gejala sebagaimana apa adanya, membiarkan objek sebagai
subjek, dan peneliti tidak terlalu dalam menaIsirkan apa yang ada karena cara
tersebut dipandang mempertinggi subjektivitas peneliti (AIiIuddin dan Beni
Ahmad Saebani, 2009).
Creswell (1998) mengemukakan beberapa prosedur dalam melakukan studi
dalam Ienomenologi yaitu
1. Peneliti harus memahami perspektiI dan IilosoIi yang ada dibelakang
pendekatan yang digunakan, khususnya mengenai konsep studi
2. Peneliti membuat pertanyaan penelitian yang mengeksplorasi serta
menggali arti dari penglaman dan meminta subjek untuk menjelaskan
pengalaman tersebut
3. Peneliti mencari, menggali dan mengumpulkan data dari subjek yang
terlibat secara langsung dengan Ienomena yang terjadi

4. Peneliti mulai melakukan analisis data yang terdiri atas tahapan-tahapan


analisis
5. Laporan penelitian Ienomenologi diakhiri dengan diperolehnya
pemahaman yang lebih esensial dan dengan struktur yang inIariant dari
suatu pengalaman individu

B. Gro:nded #e8earch
Grounded research adalah suatu metode penelitian yang mendasarkan diri
kepada Iakta dan menggunakan analisa perbandingan bertujuan untuk
mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep konsep, membuktikan
teori dan mengembangkan teori dimana pengumpulan data dan analisis data
berjalan pada waktu yang bersamaan (Nazir, 1988).
Grounded research mempunyai ciri ciri tersendiri. Ciri yang paling pokok
dari grounded research adalah menggunakan data sebagai sumber teori, sehingga
teori yang dibangun berdasarkan logika tidak ada tempatnya dalam penganut
grounded research.




Ga2-ar 1. Ciri 74:3/0/#080,7. (Nazir, 1988)
Ciri lain dari grounded research adalah menonjolnya peranan data dalam
penelitian. Data merupakan sumber dari teori dan sumber hipotesa.
Lebih lanjut Nazir (1988) mengungkapkan langkah langkah dalam Grounded
Research, yakni:
1. Tentukan masalah yang ingin diselidiki
Uraian berdasarkan
data
Analisa menjadi
konsep dan hipotesa
berdasarkan data
Teori yang
menerangkan data
Data

Ada kalanya masalah ini ditemukan di lapangan ketika si peneliti sedang


mengumpulkan data untuk mencari inIormasi apa aja.
2. Kumpulkan data
Untuk memperoleh aspek deskriptiI dari penelitian dan mengkaji hal hal
berikut :
a. Manakah kelompok kelompok atau individu individu penting yang
harus diperbandingkan?
b. Apakah perbedaan dan persamaan diantara kelopok kelompok itu?
Jawaban dari pertanyaan ini akan memberikan ketegori kategori.
c. Apakah ciri ciri yang penting dari setiap kategori? Jawabannya akan
memberikan siIat siIat.
3. Analisa dan penjelasan
Dalam Iase analisa ini maka peneliti akan menjawab pertanyaan berikut :
a. Bagaimana kategori kategori yang utama berhubungan satu dengan yang
lain? Jawaban dari pertanyaan ini akan menghasilkan hipotesa hipotesa.
b. Bagaimana hipotesa hipotesa berhubungan satu dengan yang lain?
Jawabannya akan memberikan inti dari teori yang muncul dan akhirnya
teori yang lengkap.
4. Membuat laporan penilaian
Kerja terakhir adalah melaporkan hasil penelitian dengan cara penulisan
ilmiah.

Kelemahan dari Grounded Research yang disajikan oleh Vredenbregt (dalam
Nazir, 1988) yaitu :
1. Grounded Research menggunakan analisa perbandingan dan mensiIatkan
analisa perbandingan sebagai penemuan yang baru. Karena grounded
research tidak menggunakan probability sampling, maka generalisasi yang
dibuat akan mengandung banyak bias.

2. Akhir satu penelitian bergantung pada subjektivitas peneliti. Apakah hasilnya


suatu teori atau hanya satu generalisasi saja, tidak ada seorang pun yang tahu
kecuali peneliti itu sendiri.
3. Secara umum dapat disimpulkan bahwa teori yang diperoleh dalam grounded
research tidak didasarkan atas langkah langkah sistematis melalui siklus
empirisdari metode empiris. Spekulasi dan siIat impresionistis menjadi
kelemahan utama grounded research, sehingga diragukan adanya
representativitas, validitas, dan reliabilitas dari data.
4. Grounded research dapat disamakan dengan pilot studi atau exploratory
research belaka.
5. Karena dalam memberikan deIinisi banyak sekali digunakan aksioma atau
asumsi mereka sendiri, maka sukar sekali dinilai dengan metode metode
umum lainnya yang sering dilakukan dalam penelitian kemasyarakatan.

C. Narrative
a. Pengertian
Menurut Webster dan Metrova (2007) narasi (narrative) adalah suatu
metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Fokus penelitian dari metode ini
adalah cerita-cerita yang didengarkan di dalam pengalaman kehidupan
manusia sehari-hari. Di dalam cerita/narasi, kompleksitas kultural kehidupan
masyarakat dapat ditangkap dan dituturkan di dalam bahasa. Dalam arti ini
cerita bukan hanya menjadi cerita saja, melainkan menjadi bagian dari
penelitian untuk memahami manusia dan dunianya.
NaratiI hendak memahami kehidupan manusia yang penuh dengan
cerita`. Pendekatan ini lebih bersiIat holistik, detil, dan bersiIat sangat
kualitatiI guna memahami kehidupan manusia yang terus berubah sejalan
dengan perubahan waktu (Webster dan Metrova, 2007). NaratiI disusun
berdasarkan cerita pengalaman seseorang atau orang itu sendiri, atau
berdasarkan dokumen-dokumen tertulis dan arsip-arsip lain yang tersimpan.

Sering juga peneliti mengumpulkan inIormasi dari sumber lain melalui


wawancara atau Ioto dokumenter. Pada umumnya data yang diperoleh
bersumber dari cerita orang yang diperoleh mungkin melalui pembicaraan
inIormal seperti wawancara inIormal.
Peranan peneliti sangat penting terutama dalam hal menaIsirkan cerita
dari partisipan. Karena itu masalah etika penulisan, kepercayaan dan
kredibilitas peneliti menjadi hal sangat sentral. Peneliti harus menjadikan
inIormasi peserta penelitian sebagai data satu-satunya untuk analisisnya dan
bukan pikirannya sendiri (Semiawan, 2010).

-. Kele-ihan Metode Naratif:
Di dalam cerita-cerita yang diajarkan secara turun temurun terkandung
nilai-nilai yang membentuk pribadi seseorang. Dengan memahami cerita-
cerita turun temurun, dan cerita-cerita lainnya yang kita dengar ataupun
tuturkan di dalam kehidupan kita, dalam kaitan dengan cerita hidup manusia
nyata yang beraktivitas di dalam dunia, kita bisa memperoleh pengetahuan
yang sebelumnya terlupakan di dalam metode penelitian tradisional.
Di dalam masyarakat yang memiliki tradisi oral yang sangat kuat,
narasi memiliki peran penting di dalam proses pendidikan nilai. Tidak hanya
itu narasi juga membentuk dimensi intelektual dan praktis dari orang-orang
yang hidup di masyarakat tersebut. Narasi membentuk iklim komunikasi dan
tindakan, sekaligus juga mempengaruhi dunia batin manusia yang terdiri dari
pemikiran, perasaan, dan tujuan-tujuan personal dari tindakannya. Jika narasi
memang memiliki peran yang begitu penting di dalam kehidupan, maka
penelitian atasnya juga membantu kita untuk memperoleh pengertian lebih
tentang iklim pendidikan di suatu masyarakat, baik pendidikan dalam bentuk
keterampilan teknis, ataupun pendidikan yang siIatnya lebih teoritis yang
siIatnya lebih membentuk pemikiran dan pandangan dunia (world view).

c. Kele2ahan Metode Naratif:


Penelitian dengan menggunakan cerita sebagai obyek penelitian tentu
saja mengundang berbagai tanggapan, baik positiI maupun negatiI. Secara
positiI dapatlah dikatakan, bahwa penelitian berbasis cerita mampu
menangkap dan menggambarkan kerumitan kehidupan manusia. Namun
secara negatiI juga sering dikatakan, bahwa penelitian berbasis cerita bersiIat
terlalu subyektiI, sehingga tidak cukup kuat menjadi bagian dari metode
penelitian ilmiah yang memiliki klaim obyektiI dan universal. Karena siIatnya
yang sangat subyektiI, narasi atau cerita penuh dengan ketidakpastian.
Subyektivitas dan ketidakpastian (uncertainty) semacam itu dianggap tidak
memiliki karakter ilmiah yang kuat (Webster dan Metrova, 2007)
Namun pada dasarnya, hal tersebut tidak perlu menjadi kelemahan di
dalam metode naratiI, namun sebaliknya, yakni justru menjadi kekuatan.
Seperti yang ditulis oleh Webster dan Metrova (2007), narasi bukanlah bagian
dari ilmu pengetahuan yang siIatnya positivistik. Metode naratiI hendak
mengangkat aspek manusia yang kompleks di dalam penelitian lengkap
dengan keunikan maupun partikularitas lainnya. Dengan kata lain Iokus dari
penelitian naratiI adalah manusia individual yang siIatnya unik dan tidak bisa
digeneralisasi. Manusia dengan segala unsur subyektivitasnya yang unik
haruslah dihormati dan diperlakukan secara tepat.

d. Kontri-:8i Metode Naratif dala2 Penelitian Il2: So8ial
Webster dan Metrova (2007) menyatakan dua kontribusi metode
naratiI di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial. Yang pertama metode naratiI
membantu menegaskan sejarah dari kesadaran manusia. Metode naratiI mau
menganalisis cerita yang dituturkan maupun yang didengarkan orang sedari ia
kecil. Namun begitu cerita tidak hanya membentuk manusia individual, tetapi
juga manusia sebagai keseluruhan, yakni manusia sebagai spesies. Cerita
(narasi) terkait dengan perkembangan manusia sebagai mahluk yang mampu

berpikir. Ada banyak sekali cerita terkait dengan penemuan-penemuan yang


sangat menentukan peradaban manusia, seperti di dalam IilsaIat, seni, ilmu
pengetahuan, dan praktek politik-ekonomi-budaya. Di dalam cerita-cerita itu
terkandung pemikiran dan nilai-nilai yang diajarkan oleh para pemikir
terbesar sepanjang sejarah, seperti Hegel, Kant, Plato, Aristoteles, Marx, dan
sebagainya. Ini adalah cerita mengenai perkembangan kesadaran manusia
sebagai mahluk berpikir. Perkembangan yang tidak hanya memiliki sisi
positiI, tetapi juga sisi negatiI, seperti perang, genosida, wabah, bencana alam,
dan sebagainya.
Yang kedua pada level individual, menurut Webster dan Metrova,
cerita adalah cerminan dari pribadi personal setiap orang. Di dalam cerita
terkandung sejarah dan ingatan tentang masa kecil, remaja, dewasa, sampai
masa tua seseorang. Kita bisa dengan mudah menemukan cerita-cerita
semacam ini di dalam buku-buku biograIi, autobiograIi, studi kasus, dan
sebagainya. Di dalam IilsaIat pendidikannya, John Dewey menggunakan
narasi (cerita) sebagai titik tolaknya. Baginya cerita memiliki pengaruh besar
di dalam perkembangan kesadaran diri manusia. Tidak hanya itu baginya,
masyarakat manusia pada umumnya berkembang dengan berpijak pada tradisi
oral (tutur cerita) yang sangat mengedepankan pendidikan melalui cerita.
Maka dari itu cerita memiliki peran yang sangat penting di dalam
pembentukan cara berpikir dan karakter manusia.

D. Etnografi
EtnograIi lahir pada akhir abad ke-19 dan berkembang pada awal abad ke-20.
Herdiansyah (2010) menuliskan beberapa deIinisi etnograIi, yaitu :
1. EtnograIi berasal dari kata ethnies dan graph. Kata-kata tersebut diartikan
sebagai suatu studi atau penelitian yang diIokuskan pada penjelasan deskriptiI
dan interpretasi terhadap budaya dan sistem sosial suatu kelompok atau suatu

masyarakat tertentu melalui pengamatan dan penghayatan langsung terhadap


kelompok atau masyarakat yang diteliti.
2. Menurut Denzin & Lincoln, etnograIi diartikan sebagai paradigma IilsaIat
yang diaplikasikan dalam suatu kegiatan penelitian yang menuntun peneliti
pada suatu komitmen total terhadap subyek yang diteliti.
3. Maulana (2009) menyatakan bahwa etnograIi mencari insight sampai ke
akarnya, mencari tahu 'why people do what they do, tidak hanya bersumber
dari perkataan responden, melainkan diperkaya pula dengan hasil
pengamatan, baik itu dalam bentuk aktivitas maupun Ioto, gambar dan
sebagainya.

Denzin & Lincoln (dalam Herdiansyah, 2010) mengemukakan ciri-ciri
etnograIi sebagai berikut :
1. Lebih menekankan kepada upaya eksplorasi terhadap hakikat dasar Ienomena
sosial tertentu, bukan melakukan pengujian hipotesis atas Ienomena tersebut.
2. Lebih menekankan bekerja dengan data tak terstruktur atau dengan kata lain
data yang belum dirumuskan dalam bentuk kode sebagai seperangkat kategori
yang masih menerima peluang bagi analisis tertentu.
3. Penelitian terhadap sejumlah kecil kasus mungkin hanya satu kasus secara
detail.
4. Menganalisis data yang meliputi interpretasi makna dan Iungsi berbagai
tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah produk yang secara umum
mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal tanpa harus terlalu
banyak memanIaatkan analisis kuantiIikasi dan statistik.

Ada beberapa tantangan bagi seorang peneliti untuk melakukan penelitian
kualitatiI etnograIi. Creswell (1998) menyatakan tiga tantangan sebagai berikut :

1. Peneliti harus menyelami dan benar-benar memahami secara antropologi


budaya dan memahami arti dari sistem sosiokultural serta memiliki
pemahaman konseptual dan penelitian yang akan dilakukan.
2. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini umumnya panjang dan terhitung
lama karena perubahan sosio-kultural yang terjadi biasanya cenderung lambat.
3. Di banyak penelitian model ini, tulisan berbentuk naratiI dan hampir mirip
dengan pendekatan story telling yang memiliki ciri khas yaitu dapat
membatasi pembaca (hanya pembaca yang terbiasa dengan tata cara penulisan
naratiI saja) yang dapat 'menikmatinya. Serta jika peneliti sendiri tidak
terbiasa dengan cara penulisan bentuk naratiI, maka akan sedikit harus
menyesuaikan diri.

E. St:di Ka8:8
a. Pengertian St:di Ka8:8
O Cresweel (1998) menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu model yang
menekankan pada eksplorasi dari suatu 'sistem yang terbatas (bounded
system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai
dengan penggalian data secara mendalam dengan melibatkan beragam
sumber inIormasi yang kaya akan konteks. Studi kasus adalah suatu model
penelitian kualitatiI yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosial
tertentu dalam kurun waktu tertentu. Secara lebih dalam, studi kasus
merupakan suatu model yang bersiIat komprehensiI, intens, terperinci dan
mendalamserta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-
masalah atau Ienomena yang bersiIat kontemporer (berbatas waktu).
O in (dalam Bungin, 2007) menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu
inquiry empiris yang mendalami Ienomena dalam konteks kehidupan
nyata, ketika batas antara Ienomena dan konteks tak tampak dengan tegas.

O MaxIield (dalam Nazir, 1988) menyatakan studi kasus atau penelitian


kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan
dengan suatu Iase spesiIik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek
penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.
Peneliti ingin mempelajari secara intensiI latar belakang serta interaksi
lingkungan dari unit unit social yang menjadi subjek.
Dapat disimpulkan bahwa 5enelitian 8t:di ka8:8 yaitu studi yang
mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber
inIormasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang
dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.
Herdiansyah (2010) mengungkapkan salah satu ciri khas dari studi kasus
adalah adanya 'sistem yang terbatas (bounded system). Hal yang dimaksud
dengan sistem yang berbatas adalah adanya batasan dalam hal waktu dan
tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat (dapat berupa program,
kejadian, aktivitas, atau subyek penelitian). Dalam studi kasus, kasus yang
diangkat biasanya memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri, inilah yang
menjadikan daya tarik bagi model ini.
Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail
tentang latar belakang, siIat siIat serta karekter karakter yang khas dari
kasus ataupun status dari individu yang kemudian dari siIat siIat khas di atas
dijadikan suatu hal yang bersiIat umum.

-. Bent:k--ent:k 8t:di ka8:8
Stake (dalam Herdiansyah, 2010) mengemukakan tiga bentuk studi kasus,
yaitu:
1. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study)

Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan
mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi atas kasus dilakukan karena
alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik suatu Ienomena,
keteraturan dan kekhususan kasus. Bukan untuk alasan eksternal lainnya.
2. Studi kasus instrumental (instrumental case study)
Studi kasus instrumental merupakn studi untuk alasan eksternal, bukan
karena ingin mengetahui hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan
sebagai sarana untuk memahami hal lain diluar kasus seperti untuk
membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada.
3. Studi kasus kolektiI (collective case study)
Studi kasus ini dilkukan untuk menarik kesimpulan atas generalisasi atas
Ienomena atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektiI
ingin membentuk suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang
diperoleh dari setiap kasus yang diselidiki.
Sebelum melakukan penelitian dengan model studi kasus, sebaiknya
peneliti harus memperhatikan hal dasar yaitu apakah kasus yang diangkat
merupakan kasus tunggal (single case) atau kasus jamak (collective case),
keunikan dan kekhasan kasus yang diangkat yang menjadiIokus adalah kasus
atau isu (berkaitan dengan bentuk intrinsic atau instrumental), metode
pengumpulan data mana yang sesuai dengan kasus yang diangkat.

c. Bagai2ana 2en:li8 8e-:ah 8t:di ka8:8
Herdiansyah (2010) menguraikan lebih lanjut mengenai studi kasus.
Menurutnya, unik dan menarik adalah ikon dari studi kasus. Unik berarti
memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dari yang lain, sedangkan menarik
berarti memiliki kemampuan menstimulasi orang lain untuk ikut larut
sepenuhnya tanpa paksaan dan disertai dengan emosi positiI.

Keunikan dan kemenarikan dari studi kasus yang dilakukan terletak


pada kasus yang diangkat dan kemampuan penulis dalam mengola kasus yang
diteliti. Kasus yang diangkat haruslah memiliki permasalahan atau
serangkaian permasalahan yang harus dipecahkan oleh pembaca. Peneliti atau
penulis ketika menulis sebuah studi kasus, haruslah menampilkan sebuah atau
serangkaian permasalahan yang akan dipecahkan yang disajikan kepada
pembaca.
Setelah permasalahan disajikan maka harus dilengkapi dengan
inIormasi-inIormasi yang dapat membantu pembaca dalam memahami
permasalahan yang ditawarkan. Dengan inIormasi-inIormasi tersebut,
pembaca akan mengolah pemikiran-pemikirannya dan melakukan analisis
mengenai permasalahan yang ada dan akhirnya mengarah kepada solusi dari
permasalahan.
Selain menampilkan permasalahan dan inIormasi-inIormasi yang
dapat digunakan menuju kepada solusi permasalahan, kasus yang diangkat
juga harus detail dan ditulis sekonkret mungkin. Kasus yang diangkat harus
diceritakan jujur apa adanya tanpa adanya manipulasi dan penulis harus
mampu memberikan sebuah bayangan mental mengenai kasus yang disajikan.
Dalam hal kemampuan menulis studi kasus penulis harus tetap diingat
untuk tetap mempertahankan ketertarikan pembaca terhadap masalah yang
diangkat. Itulah yang menjadi salah satu tantangan dan seni dalam menulis
studi kasus. Pada studi kasus, pembaca bukan hanya sebagai penikmat pasiI,
tetapi penulis harus mampu mengajak pembaca untuk ikut larut dan seakan
akan ikut mengalami pada setiap situasi yang tertulis.
Hal lainnya yang dapat menarik minat pembaca adalah kesesuaian
sudut pandang antara penulis dan pembaca dalam melihat inIormasi-inIormasi
yang tertulis. Pada bagian awal dari studi kasus, penulis harus mampu
menggiring sudut pandang pembaca kepada suatu sudut pandang yang sama
antara pembaca dengan yang diharapkan oleh penulis. Perbedaan sudut

pandang yang terjadi pada awal, akan berakibat munculnya kesalahpahaman


dan ketidaksesuaian antara tujuan dari penulis dengan yang diharapkan oleh
pembaca.

d. Ke:nikan 8t:di ka8:8
Black & Champion (dalam Herdiansyah, 2010) mengemukakan keunikan
dari model studi kasus, yaitu berikut ini:
1. BersiIat luwes dalam hal metode pengumpulan data yang digunakan
(wawancara, observasi, materi audiovisual, FGD, dan dokumentasi).
Konteks dari kasus yang diangkat meliputi situasi dan settingnya (Iisik,
sosial, budaya, atau ekonomi).
2. Dapat lebih menjangkau dimensi yang lebih spesiIik dari topik yang
diselidiki. Jenis studi kasus yang mampu menjangkau dimensi spesiIik
adalah intrinsik studi kasus.
3. Dapat dilakukan secara lebih praktis pada banyak lingkungan sosial.
4. Studi kasus dapat digunakan sebagai penguji suatu teori. Jenis studi kasus
yang dapat digunakan untuk menguji suatu teori adalah instrumental studi
kasus.
5. Dapat dilakukan dengan dana yang minim jika dilakukan dengan metode
pengumpulan data yang sederhana.

Bungin (2007) menyatakan kelebihan studi kasus sebagai berikut :
1. Studi kasus dapat memberikan inIormasi penting mengenai hubungan
antarvariabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan
pemahaman yang lebih luas.
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan
intensiI, peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan
yang mungkin tidak diduga sebelumnya.

3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat


berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi
perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka
pengembangan ilmu-ilmu sosial.

. Action #e8earch
Metode penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dikembangkan
bersama sama antara peneliti dan decision maker tentang variable variable yang
dapat dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan
pembangunan. Peneliti dan decision maker bersama sama menentukan masalah,
membuat desain serta melaksanakan program program tersebut (Nazir, 1988)
Penelitian tindakan mengadakan rangka kerja penelitian empiris yang
didasarkan pada observasi objektiI pada masa sekarang untuk memecahkan masalah
masalah baru, serta praktis dan actual dala kegiatan kegiatan kerja. Karena itu,
penelitian tindakan mempunyai siIat lebih Ileksibel dan dapat mengorbankan
kepentingan control demi adanya inovasi dan bekerja dengan on the spot
experimentation. Validitas internal dan eksternal dari penelitian tindakan secara
relatiI lemah, karena sampel kurang representatiI masih dibenarkan, demikian juga
control terhadap variabel bebas tidak terlalu ditekankan.

Nazir (1988) mengungkapkan tujuan penelitian tindakan, diantaranya :
1. Untuk memperoleh keterangan yang objektiI dalam rangka membenarkan
kebijakan atau kegiatan yang telah dibuat.
2. Untuk memberikan keterangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan dan tindakan yang akan datang.
3. Untuk membenarkan penundaan aksi pengambilan tindakan atau tidak mengambil
tindakan apapun.

4. Untuk menstimulasikan pekerja pekerja pelaksanaan program ke arah yang


lebih dinamis serta lebih menggiatkan implikasi dariberbagai alat untuk mencapai
tujuan.

Kesukaran Pelaksanaan Penelitian Tindakan (Nazir, 1988)
1. Kesukaran evaluasi
Adakalanya tidak diperoleh pengaruh yang dapat diobservasikan atau beda yang
nyata antara kelompok kelompok dimana dilaksanakan programkarena tidak ada
kontrol untuk membuat hal hal lain di luar program berubah. Kesukaran analisa
serta evaluasi juga disebabkan oleh kurangnya dokumentasi yang sistematik dan
hati hati dari program, baik ketika dimulai, asal usul program, modiIikasi dan
sebagainya. Kadangkala stimulus terlalu lemah relatiI terhadap Iaktor Iaktor lain
yang terjadi di luar program, yang mana kadangkala berhubungan dengan jangka
waktu yang terlalu pendek untuk mengevaluasi hasil.

2. Kesukaran kerja sama
Karena dalam pelaksanaan penelitian tindakan perlu adanya kerja sama antara si
peneliti dengan si pelaksana kegiatan / decision maker maka di sini terdapat
kesukaran kesukaran :
a. Sukar untuk menjelaskan apakah proyek tersebut suatu penelitian atau suatu
program tindakan, sehingga sukar menentukan siapa yang merupakan
pengambilan keputusan.
b. Adanya ketergantungan antara peneliti dan pelaksana program sedangkan
keduanya memiliki proIesi berbeda.
c. Ketentuan ketentuan requirement yang interdisiplin dari penelitian tindakan
(antara ahli antropologi dengan ahli pertanian) membuat penelitian tindakan
merupakan satu penelitian yang menghendaki kerjasama yang utuh.

Langkah langkah dalam penelitian tindakan (Nazir, 1988):


1. #umusan masalah dan tujuan penelitian bersama sama antara peneliti dan
decision maker.
2. Himpunan data yang tersedia tentang hal hal yang berhubungan dengan masalah
ataupun metode metode dengan melakukan studi kepustakaan.
3. #umuska hipotesa serta strategi pendekatan dalam memecahkan masalah.
4. Buat desain penelitian bersama sama antara peneliti dengan pelaksana program
serta rumuskan prosedur, alat dan kondisi pada mana penelitian tersebut akan
dilaksanakan.
5. Tentukan criteria evaluasi, teknik pengukuran serta teknik teknik analisan yang
digunakan.
6. Kumpulkan data, analisa, beri interpretasi serta generalisasi dan saran saran.
7. Laporkan penelitian dengan penulisan ilmiah.















BAB III
PENUTUP

A. Ke8i25:lan
Jenis-jenis penelitian kualitatiI, diantaranya:
1. Fenomenologi, yakni penelitian yang mencoba mengungkap makna konsep
atau Ienomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada
beberapa individu. Penelitian dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga
tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami Ienomena yang dikaji.
2. Grounded, yakni suatu metode penelitian yang mendasarkan diri kepada Iakta
dan menggunakan analisa perbandingan bertujuan untuk mengadakan
generalisasi empiris, menetapkan konsep konsep, membuktikan teori dan
mengembangkan teori dimana pengumpulan data dan analisis data berjalan
pada waktu yang bersamaan.
3. Narrative adalah suatu metode penelitian yang Iokus penelitiannya pada
cerita-cerita yang didengarkan di dalam pengalaman kehidupan manusia
sehari-hari.
4. EtnograIi adalah suatu studi atau penelitian yang diIokuskan pada penjelasan
deskriptiI dan interpretasi terhadap budaya dan sistem sosial suatu kelompok
melalui pengamatan dan penghayatan langsung terhadap masyarakat yang
diteliti.
5. Studi Kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan
berbagai sumber inIormasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat.
6. Action Research, adalah suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama
antara peneliti dan decision maker tentang variabel variabel yang dapat
dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan
pembangunan. Peneliti dan decision maker bersama sama menentukan
masalah, membuat desain serta melaksanakan program program tersebut.

DATA# PUSTAKA

AIiIuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Pustaka Setia.


Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.


Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications,
Inc: CaliIornia.


Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kuaitatif untuk ilmu-ilmu sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.


Webster, Leonard dan Patricie Metrova. 2007. Using Narrative Inquiry as a Research
Method. Oxon: #outledge.


Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.


Semiawan, Conny #. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jenis, Karakteristik dan
keunggulannya. Grasindo: Jakarta


Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Penerapannya
dalam Penelitian). Surakarta: UNS Press.

Anda mungkin juga menyukai