Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

JAMINAN MUTU LABORATORIUM



KONTROL KETELITIAN DAN KETEPATAN
PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA






OLEH :
ANNISA NURUL CHAERANI
NPM. 411109059



PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN (D III)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL AHMAD YANI
CIMAHI
2011

1

LAPORAN PRAKTIKUM
KONTROL KETELITIAN DAN KETEPATAN PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA

A. TanggaI Praktikum : Oktober 2011 Nopember 2011
B. Tujuan Praktikum : Untuk melakukan pengendalian mutu internal
C. Dasat teori
Salah satu program pengendalian mutu laboratorium adalah
pemantapan mutu laboratorium intra laboratorium (pemantapan mutu
internal). Tujuan pelaksanaan pemantapan mutu internal laboratorium tiap
hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium untuk segera
diperbaiki. Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal
laboratorium antara lain mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan
meningkat, kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat.
Hasil laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam
penatalaksanaan pengguna laboratorium. Manfaat lain yaitu pimpinan
laboratorium akan mudah melaksanakan pengawasan terhadap hasil
laboratorium.
Salah satu kegiatan terpenting dalam meningkatkan mutu laboratorium
yaitu dengan melakukan pemantapan mutu, istilah pemantapan mutu
merupakan pembakuan dari quality control.
!emantapan mutu laboratorium merupakan suatu peralatan mutu yang
digunakan untuk melakukan pengawasan mutu dengan menggunakan
konsep pengawasan statistik 8tati8tical proce88 control). !engawasan
proses dengan statistik adlah sebuah cara yang memungkinkan operator
menentukan apakah suatu proses sedang berproduksi, dan mungkin terus
berproduksi keluaran yang sesuai. Sedangkan jaminan mutu adalah suatu
sistem manajemen yang dirancang untuk mengawasi kegiatan-kegiatan pada
seluruh tahap (desain produk: produksi, penyerahan produk serta layanan),
guna mencegah adanya masalah-masalah kualitas dan memastikan bahwa
hanya produk yang memenuhi syarat yang sampai ke tangan pelanggan.
2

!emantapan mutu laboratorium kimia klinik melalui tahap pra analitik
meliputi kegiatan mempersiapkan pasien, menerima spesimen, mengambil
spesimen, memberi identitas spesimen, menguji mutu air dan reagensia.
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pemeliharaan dna
kalibrasi peralatan, pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan ketelitian dan
ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan pencatatan
hasil pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Tahap analitik merupakan kegiatan yang dapat dikendalikan oleh
petugas laboratorium untuk mencegah kesalahan acak yang berhubungan
dengan ketelitian dan kesalahan sistematik yang berhubungan dengan
ketepatan hasil analisis laboratorium kimia klinik.
Ketelitian atau nilai presisi menunjukkan seberapa dekatnya suatu
hasil pemeriksaan bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama.
Ketelitian terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak dapat
dihindari. !resisi biasanya dinyatakan dalam KV % atau CV %.
Ketepatan (akurasi) atau ketidaktepatan (inakurasi) dipakai untuk
menilai adanya kesalahan acak atau sistemayik atau keduanya (total). Nilai
akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya yang telag
ditentuan oleh metode standar. Akurasi dapat pula dinilai dari studi
'Recovery' yaitu dengan melakukan pemeriksaan bahan tambahan sampel
yang telah ditambahkan analit murni, kemudian hasilnya dihitung terhadap
hasil yang diharapkan. Akurasi metode yang baik adalah yang memberikan
nilai R mendekati 100%. Akuarsi dapat juga dinilai berdasarkan perbandingan
hasil pemeriksaan dengan sistem (reagen kit) lain melalui uji kolerasi
menggunakan persamaan Y=a b dan r (koefisien kolerasi).





3

alam proses analisis dikenal tiga jenis kesalahan, yaitu:
1. nherent random error merupakan kesalahan yang hanya disebabkan
oleh limitasi metodik pemeriksaan.
2. Sy8tematic 8hift (Kesalahan sistematik) merupakan kesalahan yang terus
menerus dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar,
kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini berhubungan
dengan ketepatan (akurasi).
3. Random error (Kesalahan acak), suatu kesalahan dengan pola yang tidak
tetap. !enyebabnya ketidak-stabilan, misalnya pada penangas air,
reagen, pipet dan lain-lain. Kesalahan ini berhubungan dengan ketelitian
(presisi).
!emeriksaan kimia klinik yang cukup banyak diminta salah satunya
adalah pemerikaan kadar glukosa, merupakan jenis pemeriksaan metabolit,
karena secara umum pemeriksaan di laboratorium kimia klinik secara
kuantitatif dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok pemeriksaan
metabolit dan pemeriksaan enzimatik.
aftar dari batas minimum presisi (CV maksimum) beberapa
pemeriksaan kimia klinik :
Tabel 1.
aftar Batas Minimum !resisi (CV Maksimum)
Parameter CV Maksimum
Albumin 6
Asam urat 6
Bilirubin total 7
Glukosa 5
Kolesterol 6
Kreatinin 6
!rotein total 3
Ureum 8

4

Glukosa, disebut juga dektrosa atau gula anggur, terdapat luas di
alam dalam jumlah sedikit, yaitu didalam sayur, buah, sirup jagung, sari
pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat
menggunakan glukosa dalam bentuk dekstro. Glukosa merupaan hasil akhir
pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia.
alam proes metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang
beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. !ada
keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia
berkisar 4,5-5,5 mmol/L. Setelah ingesti makanan yang mengandung
karbohidrat, kadar tersebut naik hingga 6,5-7,2 mmol/L. Saat puasa kadar
glukosa turun menjadi sekitar 3,3-3,9 mmol/L.















3

D. AIat dan Bahan
Tabel 2. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1
2
3
4
5
6
7

Tabung reaksi
!ipet Volume
Rak tabung
icrotube
Mikropipet 10, 20,1000 L
Klinipet
Rayto
1







2
3
4
Reagen Kit Glucosa
Glucosa liquicolor Metode GO-!A! Lot
6799
mmol/L, target:15,1; Range: 12,7-17,5
mg/dL, target: 272; Range: 228-315
Glucosa liquicolor Metode GO-!A! Lot
6872
mmol/L, target: 5,99; Range: 5,03-6,95
mg/dL, target: 108; Range: 90,7-125228-
315
Serum kontrol positif
Serum kontrol patologis
Aquadest

E. Cara Kerja
1. !embuatan serum kontrol normal dan patologis
a. ipipet 5 mL aquades dengan menggunakan pipet volume kedalam
serum kontrol (serbuk), masing-masing 5 mL untuk serum kontrol
normal dan serum kontrol patologis.
b. Homogenkan.
c. Simpan dalam suhu 2-4
o
C.
2. !eriode pendahuluan pemeriksaan kadar glukosa
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. ipipet :
Tabel 3. Cara kerja periode pendahuluan
Blanko Standar
Serum
kontrol
normal
Serum kontrol
patologis
Reagen
Standar
Serum Normal
Serum !atologis
1000 L
-
-
-
1000 L
10 L
-
-
1000 L
-
10 L
-
1000 L
-
-
10 L
6

!emeriksaan kadar glukosa dilakukan 20 kali untuk tiap serum.
c. nkubasi selama 10 menit.
d. Baca kadar glukosa dengan menggunakan alat semi-auto Rayto.
e. Catat setiap nilai yang diperoleh.
f. Setelah diperoleh 20 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (
), standar deviasi (S), koefisien variasi (CV), batas peringatan (
]2 S) dan batas kontrol ( ]3 S).
g. Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas x ]3S. Bila
ada, maka nilai tersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai mean, S,
CV, x ]2S dan ]3 S.
h. Nilai mean dan S yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan
periode kontrol.
3. !eriode kontrol pemeriksaan kadar glukosa
a. Ulangi prosedur 2 diatas point a-e.
b. Kemudian catatlah hasil yang diperoleh.
c. Hitung penyimpangan terhadap nilai rujukan dalam satuan S (Standar
eviasi ndex) dengan rumus :


d. Satuan S yang diperoleh diplot. Sumbu X dalam grafik menunjukkan
hari/tanggal pemeriksaan sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan
S.






SaLuan Su xl
Su


E. HasiI Pemeriksaan
1. !eriode pendahuluan pemeriksaan kadar glukosa
a. !arameter : Glucosa
b. Metode : GO-!A!
c. Bahan kontrol : Serum kontrol normal & patologis
d. No. Batch/lot : 6799, 6872
e. Rentang (pabrik) : 90,7-125, 228-315
f. Satuan : mg/dL
Tabel 4. Hasil pemeriksaan periode pendahuluan
No TanggaI
HasiI (mg/dL) HasiI (mg/dL)
Serum KontroI
NomaI
Serum
KontroI
PatoIogis
1 18-Okt-11 94 207
2

95 208
3

97 211
4

97 212
5

97 215
6

97 215
7

98 215
8

99 216
9

99 217
10

100 218
11 19-Okt-11 82 242
12

83 243
13

83 244
14

83 249
15

87 251
16

87 257
17

87 259
18

88 266
19

91 269
20

92 275
Mean 92 236
SD 6 23
CV % 7 10
d% -1 12
TE % 13 32
TEa% 10 10


2. !eriode kontrol pemeriksaan kadar glukosa
a. !arameter : Glucosa
b. Metode : GO-!A
c. Bahan kontrol : Serum kontrol normal dan patologis
d. No. Batch/lot : 6799, 6872
g. Rentang (pabrik) : 90,7-125, 228-315
e. Satuan :mg/dL
Tabel 5. Hasil pemeriksaan periode kontrol
No TanggaI
HasiI (mg/dL)
Serum KontroI
NormaI
HasiI (mg/dL)
Serum
KontroI
PatoIogis
Pemeriksa
1 24-Okt-11 90 213 Annisa
2 25-Okt-11 97 228 Anggie
3 26-Okt-11 92 229
Cahyani
4 27-Okt-11 90 211
Oki
5 28-Okt-11 95 223
Yusni
6 29-Okt-11 97 229
Widi
7 30-Okt-11 92 224
Annisa
8 31-Okt-11 99 219
Anggie
9 01-Nop-11 96 210 Cahyani
10 02-Nop-11 94 216 Oki
11 03-Nop-11 93 213
Yusni
12 04-Nop-11 95 210 Widi
13 05-Nop-11 91 225
Annisa
14 06-Nop-11 91 212
Anggie
15 07-Nop-11 97 228
Cahyani
16 08-Nop-11 92 218
Oki
17 09-Nop-11 94 223 Yusni
18 10-Nop-11 97 227 Widi
19 11-Nop-11 93 224 Annisa
20 12-Nop-11 95 220
Anggie
Mean 94 220

SD 3 7
CV % 3 3
d% -1 2
TE % 4 8
TEa% 10 10



Rentang periode pendahuluan :
Rentang
Normal !atologis
]
3S
111 305
]
2S
105 282
]
1S
98 259
-
1S
85 213
-
2S
79 190
-
3S
72 167












10



. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum kontrol kadar glukosa diperoleh data-
data yang kemudian diolah untuk menentukan tingkat ketelitian dan
ketepatan hasil pemeriksaan.
!ertama dilakukan uji periode pendahuluan pemeriksaan kadar
glukosa yang akan menentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan
untuk pemeriksaan selanjutnya, yaitu nilai mean dan S yang diperoleh ini
dipakai sebagai nilai rujukan periode kontrol. iperoleh 20 data dari tiap
serum kontrol, yang dilakukan dua hari. Kemudian dihitung nilai mean, S,
CV dan rentang. ari serum kontrol normal didapatkan nilai mean=92; S=6;
CV=7% dan rentang ]1S= 85-98; ]2S= 79-105; ]3S= 72-
111. Sedangkan dari serum kontrol patologis didapatkan nilai mean=236;
S=23; CV=10% dan rentang ]1S= 167-305; ]2S= 190-282;
]3S= 213-259. ari pemeriksaan tersebut tidak ada nilai yang melebihi
batas ]3S, sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan ulang. dilakukan
perhitungan ulang
Berdasarkan tabel 1. batas minimum presisi (CV maksimum) pada
pemeriksaan kimia klinik dengan parameter glukosa adalah 5%, sedangkan
pada praktikum periode pendahuluan diperoleh nilai koefisien variasi 7%
untuk serum kontrol normal, 10 % untuk serum kontrol patologis. Nilai
tersebut sudah melebihi batas minimum, sehingga dinyatakan sebagai
impresisi (ketidak telitian), karena semakin kecil nilai CV (%) semakin telitii
sistem atau metode tersebut dan sebaliknya.
ari nilai CV sudah terlihat salah, sedangkan nilai mean dan S yang
diperoleh dari periode pendahuluan akan digunakan sebagai nilai rujukan
periode kontrol, maka pada uji periode kontrol juga akan memberikan hasil
yang salah.
Selanjutnya dilakukan uji periode kontrol pemeriksaan kadar glukosa,
periode kontrol merupakan periode untuk menentukan ketelitian
11

pemeriksaan pada hari tersebut. !rosedur pemeriksaan kontrol ini
tergantung dari bidang pemeriksaannya. !emeriksaan dilakukan 20 hari
kerja. Kemudian dihitung penyimpangan terhadap nilai rujukan S (Standar
eviasi ndex).
ari data yang diperoleh tidak ada nilai kontrol normal dan nilai
kontrol patologi yang melewati batas kontrol 1
2S
, berarti pemeriksaan kontrol
pada hari itu berjalan dengan baik. Apabila salah satu kontrol melewati batas
kontrol 1
2S,
diperhatikan adakah aturan kontrol yang lain yang dilanggar
(dilewati batasnya). Apabila ternyata tak ada aturan kontrol lain yang
dilanggar, berarti pada peemriksaan hari itu baik in control, accept run).
Apabila ada aturan kontrol yang dilanggar, maka pemeriksaan pada hari itu
mengalami gangguan out of control, reject run).
nterpretasi grafik !emeriksaan pada hari ke 5, 6, 12, 13,14,15,16,
dan 20 ditolak, berdasarkan 4
1S
. karena terdapat 4 kontrol berturut-turut
keluar dari batas yang sama baik S maupun - S, seluruh
pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol. Aturan kontrol 4
1S
dapat

mendeteksi kesalahan sistematik 8y8tematic error). Hal ini dapat
terjadi oleh standar, kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan
ini berhubungan dengan ketepatan (akurasi).
Aturan lainnya yang dapat

mendeteksi kesalahan sistematik
8y8tematic error) yaitu 2
2S
, 4
1S
, 10
x
, 1
3S.
an aturan yang dapat mendeteksi
kesalahan acak Random error) 1
3S
, R
4S.

!etunjuk mengenai tindakan-tindakan yang diambil apabila grafik
pemantapan mutu tidak terkontrol.
1. Amati sumber kesalahan yang paling mudah terlihat, misalnya:
perhitungan, pipet, probe tersumbat.
2. Ulangi pemeriksaan serum kontrol. Sering kesalahan disebabkan
pencemaran tabung reaksi, sampel cup, kontrol yang tidak homogen
atau faktor lain.
12

3. Apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontrol baru.
Mungkin saja serum kontrol yang dipakai tidak homogen atau menguap
karena lama dalam keadaan terbuka.
4. Apabila tidak ada perbaikan, amati instrumentasi yang dipakai, apakah
pemeliharaan alat sudah dilakukan?. Bagaimana dengan temperatur
inkubator.
5. !akai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasilnya
pemeriksaan menunjukkan perbaikana, berarti terdapat kerusakan
serum kontrol.
6. Apabila ada keraguan, pakai serum kontrol kedua yang mempunyai nilai
berbeda.
7. Gunakan standar baru.
8. Ganti reagen.
9. Amati setiap langkah pemeriksaan.

G. KesimpuIan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan hasil
praktikum kontrol ketelitian dan ketepatan pemeriksaan kadar glukosa
adalah ketelitian (presisi) baik dan ketepatan (akurasi) tidak baik, serta grafik
yang tidak terkontrol.














13






Daftar Pustaka
epartemen Kesehatan Republik ndonesia. (2002). !edomean !raktek
Laboratorium yang Benar ood Laboratory !ractice) Cetakan ke-2.
Jakarta: epkes R

Anda mungkin juga menyukai