Anda di halaman 1dari 26

MODEL KURSUS KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MAGANG USAHA BAGI PENDUDUK MISKIN.

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Krisis global berdampak pada peningkatan pengangguran dan kemiskinan. Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan (2009) menyatakan bahwa data strategis BPS bulan Agustus 2008 menunjukkan jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyak 111,4 juta orang. Dari jumlah tersebut tercatat 9,42 juta (8,48%) orang, merupakan penganggur terbuka yang berdomisili di pedesaan 4.186.703 orang (44,4%) dan di perkotaan 5.240.887 orang (55,6%), Selanjutnya penduduk miskin Indonesia saat ini mencapai 34,96 juta orang (15,42%) dengan komposisi 22.189.122 orang (63%) berada di desa dan 12.770.888 orang (37%) di kota. Penyebab pengangguran Indonesia, diantaranya: Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia. Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja, Ketiga, masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan tidak terserap dunia kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang memadai, Keempat, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena krisis global, dan Kelima, terbatasnya sumber daya alam di kota yang tidak memungkinkan lagi warga masyarakat mengelola sumber daya alam untuk mata pencaharian. Pengangguran identik dengan kemiskinan karena berhubungan dengan pendapatan per kapita. Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standard kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang harus dipenuhi seseorang untuk dapat hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahk7IRan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Garis kemiskinan sesungguhnya merupakan sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makan setara 2.100 kilo kalori per orang perhari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang dan jasa lainnya. Biaya untuk membayar 2.100 kilo kalori per hari disebut sebagai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan biaya untuk membayar kebutuhan minimum non1 Proposal Model Kursus

makanan disebut sebagai Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Individu dengan pengeluaran lebih rendah dari Garis Kemiskinan disebut sebagai penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan atau penduduk miskin. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Maret 2009 mencapai 1.050.948 orang ( 22,78 persen) mengalami penurunan dari tahun sebelumnya ( Maret tahun 2008) yang berjumlah sekitar 1.080.613 (23,81 persen). Kondisi tersebut menunjukkan masih tingginya tingkat kemiskinan di daerah Nusa Tenggara Barat. Penyebaran kantong kantong kemiskinan hampir merata pada semua kabupaten dan kota di NTB. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal menyatakan bahwa Seluruh Kabupaten se Nusa Tenggara Barat termasuk Dalam Katagori Tertinggal dari 183 Daerah Tertinggal di Indonesia . Daerah tertinggal tersebut perlu di Pacu Berbagai Sektor pembangunan sesuai dengan Potensi yang dimiliki. Hal itu di sampaikan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmi Faesal Zaini dalam Mengakhiri Kunjungan Silaturahmi Safari Ramadhan hari ini di seluruh Daerah Kabupaten katagori tetinggal di NTB. Tahun 2009 jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan untuk daerah perkotaan berjumlah sekitar 557.539 jiwa (28,84 persen) sedangkan di daerah pedesaan berjumlah sekitar 493.409 (18,40 persen). Garis kemiskinan pada tahun 2009 sebesar Rp. 185.025,- mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan garis kemiskinan pada tahun 2008 yakni sekitar Rp. 167.536,Garis kemiskinan makanan (GKM) jauh lebih besar dibandingkan dengan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM), pada keadaan Maret 2009 untuk GKM sebesar Rp. 141.333,- sedangkan untuk GKBM sekitar Rp. 43.692,- Pada Maret 2009, garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan garis kemiskinan di daerah pedesaan yakni Rp. 213.450,- untuk daerah perkotaan dan Rp. 164.526,- untuk daerah pedesaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada tahun 2009 mencapai 5,15 mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2008) yang mencapai 4,49, demikian juga untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni dari 1,28 pada tahun 2008 menjadi 1,68 pada tahun 2009.

2 Proposal Model Kursus

Nusa Tenggara merupakan daerah agraris dimana sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian. Fakta ini menunjukkan bahwa masyarakat agraris merupakan pengangguran semu karena pekerjaan di bidang pertanian berlangsung musiman. Kondisi ini di perparah dengan keterbatasan lapangan pekerjaan. Keterbatasan pilihan lapangan pekerjaan menyebabkan masyarakat Nusa Tenggara Barat lebih memilih menjadi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri terutama Malaysia. Nusa tenggara barat terkenal sebagai salah satu kantong pengirim TKI. Pada tahun 2009 jumlah TKI NTB yang bekerja di luar negeri mencapai 53.731 orang, terdiri dari 32.903 orang gglaki-laki dan 20.828 orang perempuan(TV one 21 Agustus 2010/ http://nusantara.tvone.co.id/berita/view/42990/2010/08/21/malaysia_pantau_rekrutme n_tki_di_ntb/) Guna mengatasi pengangguran, Direktorat kursus dan kelembagaan telah membiayai program program pendidikan kecakapan hidup melalui bantuan sosial baik kepada Lembaga pendidikan daerah maupun para mitra. Pembiayaan program tersebut bertujuan agar masyarakat memperoleh kemudahan mengakses layanan pendidikan. Berdasar kondisi tersebut, maka perlu diupayakan program pendidikan kecakapan hidup yang menjamin lulusan bekerja agar bisa ikut membantu memecahkan permasalahan kemiskinan dan menmgurangi pengangguran. Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional VII, pada tahun 2011 melalui salah satu programnya, menyelenggarakan Model Kursus dengan pendidikan kecakapan hidup pada daerah daerah kantong kemiskinan berbasis kompetensi.

Diharapkan model ini memberikan sumbangsih dalam meningkatkan perekonomian masyarakat terutama pada daerah daerah kantong kemiskinan dengan pola pendidikan kecakapan hidup melalui Lembaga Kursus dan Pelatihan dan Lembaga Pendidikan Daerah(LPD) masyarakat memperoleh layanan PKH untuk bekerja.

2. RUMUSAN MASALAH

3 Proposal Model Kursus

Berangkat dari penjabaran uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebuah permasalahan sebagai berikut:
1.

Strategi

mengatasi

pengangguran

dengan

pemodelan

kursus

pendidikan kewirausahaan masyarakat dapat membangkitkan semangat kewirausahaan pada masyarakat daerah miskin.
2.

Implementasi

model

kewirausahaan

dapat

menjadi

contoh

pemodelan program pendidikan kewirausahaan masyarakat bagi lembaga lain.

3. TUJUAN PENGEMBANGAN
1. Tujuan umum

Menemukan Model kursus pada kantong kemiskinan berorientasi magang usaha.

2. Tujuan khusus o Menyusun buku/panduan/bahan belajar yang berkualitas terkait kebutuhan pengembangan model yaitu:
1)

Model penyelenggaraan magang usaha pada daerah kantong kantong kemiskinan. Panduan Analisis Kebutuhan Pelatihan berdasarkan peluang pasar pasar. Kurikulum dan Panduan Managemen Penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan Bahan belajar Memulai Merintis Usaha Panduan Pendampingan kelompok rintisan usaha Panduan Pengelolaan Supply Site program percontahan program kursus dan pelatihan.

2)

3) 4) 5) 6)

4. SPESIFIKASI PRODUK YANG DI HARAPKAN.


Proses pengembangan dan uji coba model kursus ini di harapkan akan menghasilkan produk yakni model penyelenggaraan, kurikulum, panduan analisis kebutuhan diklat, modul merintis usaha, panduan pendampingan kelompok usaha

4 Proposal Model Kursus

5. PENTINGNYA PENGEMBANGAN MODEL


Penguasaan kompetensi sangat penting untuk menumbuhkan dan menciptakan wirausahawan wirausahawan baru. Salah satu strategi penguasaan kompetensi di tempuh melalui magang. Selain mereka menguasai kompetensi secara teoritik, peserta didik kursus dapat mempraktekkan kompetensi pada dunia kerja pada saat magang. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan sikap seseorang yang ditunjukkan dengan memakai standar tertentu yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi atau tugas utamanya. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompentensi seorang individu merupakan motif, konsep diri, sifat, pengetahuan maupun keahlian yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerjanya. Kompentensi individu yang berupa kemampuan dan pengetahuan bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan motif kompentensi dapat diperoleh pada saat proses seleksi.sedangkan ruang lingkup kompetensi meliputi : Keterampilan melaksanakan pekerjaan/Task Skill, Keterampilan mengelola pekerjaan/Task Management Skill, Keterampilan mengelola kemungkinan kejadian dalam pekerjaan (Contingency Management Skill), Keterampilan mengelola lingkungan pekerjaan termasuk bekerja dengan orang lain. Tingginya angka pengangguran salah satu sebabnya adalah adanya kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Kursus dan pelatihan menjadi elemen penting untuk menjembatani kesenjangan kebutuhan kompetensi kerja antara dunia kerja dan lulusan lembaga pendidikan. Dunia kerja menetapkan kompetensi berbasis permintaan dan dirancang untuk memenuhi persyaratan pekerjaan yang tersedia.

6. ASUMSI DAN KETERBATASAN PENGEMBANGAN


Model ini sangat efektif dilaksanakan pada daerah daerah miskin untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat. Strategi magang dapat memberikan pengalaman berwirausaha pada peserta didik. Model ini tidak bisa berjalan efektif bila :
5 Proposal Model Kursus

a) Penerapan pada daerah daerah yang perekonomian kurang

berkembang(daerah miskin). b) Sasaran mempunyai kemauan untuk berwirausaha. c) Usia sasaran antara 18 tahun s/d 35 tahun d) Pendidikan minimal SD. e) Tersedia tempat magang pada pedagang kaki lima.

7. DEFINISI ISTILAH
a) Kemiskinan

Kemiskinan berasal dari kata miskin yang artinya tidak berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Biro Pusat Statistik, mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. b) Kursus Kursus adalah pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan tujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan tertentu bagi anggota masyarakat yang belum memiliki matapencaharian tetap, sebagai bekal dalam mencari lapangan kerja atau menciptakan usaha baru; serta memberikan kesempatan bagi masyarakat terdidik yang ingin menambah/meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tertentu.
6 Proposal Model Kursus

c) Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.] Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya (1). Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).[ Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan Cantillon, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluangpeluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan
d) Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut

penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya. e) Magang Magang ni adalah praktek kerja dengan tujuan memberi kesempatan bagi para kandidat terpilih untuk mengembangkan keterampilan mereka sekaligus mempraktekkan langsung ilmu yang mereka dapat ke dunia kerja nyata.
7 Proposal Model Kursus

8. SISTEMATIKA PENULISAN
1.

Sistematika Desain Pengembangan Model A. Bagian Awal


1. Halaman judul: memuat nama/title program/kegiatan, nama penyusun,

nama institusi dan tahun penyusunan. 2. Lembar Pengesahan (Kepala Seksi Program dan Akademisi) 3. Kata Pengantar 4. Daftar Isi B. Bagian Isi 1. Pendahuluan, memuat: 1. Latar Belakang
2. Tujuan .

3. Kegunaan/manfaat. 2. Kajian Teori a. b. Pengertian. Konsep-konsep dasar yang melandasi pengembangan

3. Prototype model a. Chart Model/Kerangka Model b. Karakteristik model yang diujicoba


c. Pra syarat model

4. Metodologi pengembangan dan ujicoba model a. Pendekatan b. Populasi dan sampel. c. Waktu dan Lokasi Ujicoba d. Prosedur Pengembangan. e. Teknik Pengumpulan Data. f. Teknik pemeriksaan keabsahan data. g. Analisis hasil ujicoba h. Evaluasi 5. Penutup 6. Daftar Pustaka C. Bagian Akhir
8 Proposal Model Kursus

Daftar Lampiran (Siapa anggota Tim yang terlibat dan pembagian tugasnya, jadwal, daftar rujukan dan data-data yang berkaitan dengan kegiatan ujicoba.

2.

SISTEMATIKA LAPORAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DAN UJI COBA MODEL A. Bagian Awal 1. Halaman Judul (memuat tentang nama/title dari nama barang/program/kegiatan, siapa penyusunnya,

institusi/lembaga dan tahun penyusun) 2. Lembar Pengesahan (Kepala Balai dan Akademisi) 3. Kata pengantar 4. Daftar Isi B. Bagian Isi 1. Pendahuluan, berisi tentang: a. Latar Belakang b. Tujuan c. Kegunaan 2. Kajian Teori a. Pengertian b. Konsep-konsep dasar yang melandasi pengembangan 3. Prototype model a. Chart Model/Kerangka Model b. Karakteristik model yang diujicoba
c. Pra syarat model

4. Metodologi pengembangan dan ujicoba model


a. Pendekatan.

b. Populasi dan sampel. c. Waktu dan Lokasi Ujicoba


9 Proposal Model Kursus

d. Prosedur Pengembangan. e. Teknik Pengumpulan Data f. Teknik pemeriksaan keabsahan data. g. Analisis hasil ujicoba h. Evaluasi 5.Penutup 6.Daftar Pustaka C. Bagian Ahir Daftar lampiran (siapa-siapa tim yang terlibat sekaligus pembagian tugasnya, time schedule, daftar rujukan dan berbagai data lainnya yang berkaitan dengan kegiatan ujicoba.

9. LANDASAN TEORI
1) Kemiskinan a) Definisi Secara etimologis, kemiskinan berasal dari kata miskin yang artinya tidak berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Biro Pusat Statistik, mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (Nurhadi, 2007: 13). Lebih lanjut Nurhadi (2007: 13) menyebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan (povertyline) atau batas kemiskinan (povertytresshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan secara 2.100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya. b) Jenis Kemiskinan Menurut Frank Ellis (Nurhadi, 2007: 14) kemiskinan memiliki berbagai dimensi yang menyangkut aspek ekonomi, politik dan
10 Proposal Model Kursus

sosialpsikologis. Kemudian menurut Tadjuddin (Nurhadi, 2007: 15) membagi kemiskinan menjadi tiga jenis dengan variasi yang berbeda, yaitu: kemiskinan ekonomi, kemiskinan sosial, dan kemiskinan politik. Dari kedua pendapat ini, maka kemiskinan memiliki 3 aspek, yaitu: (1) ekonomis, (2) politik dan (3) sosial-psikologis. 1. Kemiskinan ekonomi Secara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumberdaya dalam hal ini tidak hanya menyangkut masalah finansial saja, tetapi juga meliputi semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat arti meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam luas. Berdasarkan

konsepsi ini, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumberdaya yang dimiliki melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan (poverty line). Cara seperti ini sering disebut dengan metode pengukuran kemiskinan absolut. 2. Kemiskinan politik Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan (power). Kekuatan dalam pengertian ini mencakup tatanan sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunanakan resources. Ada tiga pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan akses terhadap kekuasaan ini, yaitu: (1) bagaimana orang dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada dalam masyarakat, (2) bagaimana orang turut ambil bagian dalam pembuatan keputusan penggunaan sumberdaya yang tersedia, (3) bagaimana kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. 3. Kemiskinan sosial-psikologis Secara dalam
Proposal Model Kursus

sosial-psikologis, mendapatkan

kemiskinan

menunjuk

pada

kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung kesempatan-kesempatan peningkatan


11

produktifitas. Dimensi ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada di dalam masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat bersifat internal maupun eksternal.

c) Penyebab Kemiskinan Menurut World Bank dijelaskan bahwa penyebab kemiskinan adalah strategi pembangunan yang terlalu menitikberatkan dan bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Kenyataan menunjukkan bahwa proses pembangunan sebagian besar negara berkembang kurang menyentuh 40% dari lapisan terbawah jumlah penduduknya. Strategi pertumbuhan yang dianut telah mengakibatkan trickle-up dan bukannya trickledown, sehingga proses pembangunan terus memperbesar kesenjangan antara golongan miskin dan kaya. Sedangkan menurut Andre Gunder Frank salah satu penyebab kemiskinan adalah pola hubungan ekonomipolitik antar bangsa yang timpang, yang selanjutnya dikenal sebagai Teori Ketergantungan (Dependence Theory). Pola hubungan antara negara berkembang dan negara maju berada dalam posisi yang timpang dimana negara-negara berkembang berada pada posisi tergantung pada negaranegara maju, dan hal ini membawa akibat yang tidak menguntungkan bagi kepentingan negara berkembang. Kemudian Oscar Lewis menambahkan bahwa faktor penyebab kemiskinan adalah faktor kebudayaan. Kemiskinan dapat muncul sebagai akibat dari nilainilai dan kebudayaan yang dianut oleh kaum miskin itu sendiri. Menurutnya, kaum miskin tidak dapat terintegrasi ke dalam masyarakat luas, bersifat apatis, dan cenderung menyerah pada nasib. Di samping itu, tingkat pendidikan mereka relatif rendah, tidak memiliki etos kerja, tidk memiliki daya juang, dan juga tidak
12 Proposal Model Kursus

mempunyai kemampuan untuk memikirkan masa depan. Robert Cambers (1987: 145-147) dalam teorinya Deprivation Trap (lingkaran setan kemiskinan/ jebakan kemiskinan/ perangkap kemiskinan) menjelaskan bahwa kemiskinan merupakan kondisi deprivasi terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian, tempat tinggal maupun kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Perangkap kemiskinan tersebut terdiri dari:
a.

Kemiskinan (property propper) Merupakan faktor yang paling menentukan dibandingkan faktor-faktor lainnya. Kemiskinan menyebabkan kelemahan jasmanikarena kekurangan makan, yang pada gilirannya menghasilkan ukuran tubuh yang lebih kecil; kekurangan gizi menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit menjadi rendah, padahal tidak ada uang untuk berobat ke klinik atau dokter; orangpun menjadi tersisih, karena tidak mampu membiayai sekolah, membeli pesawat radio atau sepeda, menyediakan ongkos untuk mencari kerja, atau bertempat tinggal di dekat pusat keramaian dan di pinggir jalan besar; orang menjadi rentan terhadap keadaan darurat atau kebutuhan mendesak karena tidak mempunyai kekayaan; dan menjadi tidak berdaya karena kehilangan kesejahteraan dan mempunyai kedudukan yang rendah; orang miskin tidak mempunyai suara.

b. Kelemahan fisik (physical weakness)

Suatu rumah tangga mendorong orang ke arah kemiskinan melalui beberapa cara: tingkat produktivitas tenaga kerja yang sangat rendah; tidak mampu menggarap lahan yang luas, atau bekerja lebih lama, melalui upah yang rendah bagi kaum wanita atau orang-orang yang lemah, serta kelemahan karena sakit. Tubuh yang lemah juga seringkali membuat orang menjadi tersisih karena tidak bisa mengikuti pertemuan-pertemuan untuk mengikuti informasi dan pengetahuan baru yang bermanfaat, terutama bagi kaum wanita yang berkewajiban mengurus anak-anak.
c.

Isolasi atau keterasingan (isolation)


13

Proposal Model Kursus

Isolasi disebabkan karena orang tidak dapat mengakses pendidikan, tempat tinggal yang jauh terpencil, atau berada di luar jangkauan komunikasi. Isolasi akan semakin menopang kemiskinan, karena pelayanan dan bantuan dari pemerintah tidak akan dapat menjangkau mereka; orang yang buta huruf tentu saja akan terjauh dari informasi yang memiliki nilai ekonomi dan yang sebenarnya mereka perlukan.
d.

Kerentanan atau kerawanan (vulnerability to contingencies) Kerentanan adalah salah satu mata rantai yang paling banyak mempunyai jalinan. Faktor ini berkaitan erat dengan kemiskinan karena orang terpaksa menjual atau menggadaikan kekayaan; berkaitan dengan kelemahan jasmani untuk menangani keadaan darurat. Waktu dan tenaga mereka ditukar dengan uang untuk mengatasi goncangan mendadak yang dialami. Mereka terkadang menjadi amat bergantung dengan majikannya ataupun dengan orang yang dijadikan gantungan hidupnya.

e.

Ketidakberdayaan (powerlessnes) Ketidakberdayaan mendorong proses pemiskinan dalam berbagai bentuk, antara lain pemerasan oleh kaum yang lebih kuat. Orang yang tidak berdaya seringkali tidak mempunyai akses terhadap bantuan pemerintah, setidak-tidaknya terhalang untuk memperoleh bantuan hukum serta membatasi kemampuannya untuk menuntut upah yang layak ataupun menolak suku bunga yang tinggi. Orang miskin selalu menempatkan dirinya pada pihak yang dirugikan dalam setiap transaksi jual beli, dan mereka hampir tidak memiliki pengaruh apaapa dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah, misalnya keputusan tentang bantuan-bantuan yang seharusnya untuk mereka sendiri. Menurut Jazairy mengemukakan bahwa ada sepuluh faktor yang berpengaruh terhadap proses kemiskinan, yaitu : 1) Policy induced process, merupakan suatu proses kemiskinan yang disebabkan oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, dimana kebijakan tersebut tidak bersifat pro-poor, tidak berpihak pada kepentingan masyarakat miskin. Banyak contoh kebijakan di

14 Proposal Model Kursus

bidang pertanian, sumberdaya air, sumberdaya alam dan lain-lain lebih banyak berpihak pada kepentingan pengusaha/swasta mengakibatkan kemiskinan masyarakat setempat. 2) Dualism, yaitu adanya dualisme sistem perekonomian, antara perekonomian modern dan tradisional dimana masyarakat pedesaan yang miskin dan bercorak ekonomi tradisional tidak mampu menyesuaikan dengan perkembangan sistem perekonomian modern. Kasus para petani yang kalah dengan agro-industri dapat menjadi contoh untuk dualisme ini di perkotaan, para pedagang sektor informal harus tersingkir oleh perkembangan pasar modern (mall, supermarket, dll) merupakan contoh lain dari dualisme ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan. 3) Population growth, pertumbuhan penduduk yang cepat tanpa disertai dengan peningkatan sumberdaya mengakibatkan proses pemiskinan. Di pedesaan misalnya, makin bertambahnya jumlah penduduk tanpa disertai penambahan lahan pertanian mengakibatkan para petani kekurangan lahan sehingga hasil garapannya tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga. 4) Resources management and the environtment, manajemen sumberdaya dan lingkungan yang buruk juga akan mengakibatkan kimiskinan. Eksploitasi sumberdaya hutan, penggalian tambang dengan tidak melihat keberlanjutan lagi eksistensi mengakibatkan hidupnya dari masyarakat tidak mampu menompang

hutan/tambang yang ada sehingga mereka menjadi miskin. 5) Natural cycles and process, siklus dan proses alamiah. Di pedesaan kekeringan atau banjir menjadi salah satu sebab timbulnya kelaparan dan kemiskinan pada penduduk. Kemarau panjang menjadikan tanaman puso, sebaliknya banjir yang datang tiba-tiba juga dapat mengakibatkan gagal panen. 6) The marginal of women, marginalisasi perempuan pada sektor publik mengakibatkan kemiskinan terutama kemiskinan kaum perempuan. Standar gaji perempuan yang lebih rendah dari laki- laki menjadikan perempuan dalam kondisi kemiskinan. 7) Culture and ethnic factor, adanya faktor kultural dan etnik yang
15 Proposal Model Kursus

tidak kondusif, misalnya perasaan nrimo, pasrah, atau alon-alon waton kelakon, terkadang menimbulkan halangan upaya pengentasan kemiskinan. 8) Exploitative intermediation, hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perantara antara orang miskin dan pemerintah untuk menyampaikan aspirasi. Sebaliknya orang miskin kadang justru diekploitasi untuk perantara mencapai kekuasaan. Fenomena politik akhir-akhir ini misalnya, banyak calon legislatif, calon kepala daerah yang justru menjual kemiskinan. 9) Internal political fragmentation and civil strife, yaitu akibat dari kekacauan politik dan pertentangan sipil, yang berdampak pada memburuknya kemiskinan. Masyarakat tidak dapat bekerja dengan layak karena dicekam suasana konflik. 10) International process, yaitu kemiskinan yang diakibatkan oleh dorongan kekuatan pasar dan non-pasar. Masyarakat golongan lemah tidak mampu mengakses pasar internasional karena adanya ketergantungan terhadap negara-negara maju. d) Pentingnya Penanggulangan Kemiskinan Menurut Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK) dan Lembaga Penelitian SMERU (2001), setidaknya ada empat aspek utama mengapa usaha penanggulangan kemiskinan menjadi penting bagi daerah maupun secara nasional, yaitu : a. Aspek kemanusiaan : Menjalankan misi kemanusiaan yang bersifat universal, yaitu memanusiakan manusia sesuai dengan hak azasi yang dimiliki; Agar kehidupan masyarakat semakin adil dan makmur. Mengeluarkan ekonomi; Mengubah orang miskin dari hanya sebagai beban masyarakat menjadi sumber daya manusia yang dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan daerah; penduduk dari belenggu keterbelakangan b. Aspek ekonomi :

16 Proposal Model Kursus

Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia di daerah; Memberdayakan penduduk dalam memanfaatkan sumber daya sumber daya ekonomi serta mendukung kegiatan ekonomi produktif di daerah; Meningkatkan pendapatan penduduk, memperluas permintaan pasar dan mengembangkan transaksi ekonomi diberbagai pelosok daerah; Menciptakan keadilan dalam bentuk adanya pemerataan kesempatan memperoleh hasil pembangunan.

c. Aspek sosial dan politik Mengurangi kecemburuan sosial di tengah tengah masyarakat yang sifatnya sangat majemuk; Meniadakan kerawanan sosial yang karena adanya usaha provokasi untuk tujuan tertentu yang dapat merugikan daerah dan negara secara luas; Menciptakan kondisi dimana pemerintah daerah akan menjadi lebih mudah merumuskan kebijakan karena adanya partisipasi aktif masyarakat; Menghapuskan kebodohan dan meningkatkan kehidupan yang lebih demokratis baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik. d. Aspek keamanan Menciptakan kondisi sosial yang stabil dan damai, jauh dari konflik sosial dan politik yang meresahkan penduduk; Meningkatkan stabilitas keamanan dan menurunkan tingkat kriminalitas 2) Kewirausahaan a) Pengertian kewirausahaan Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan Entrepreneurship yang secara harfiah diterjemahkan sebagai perantara. Wirausaha sendiri berasal dari Bahasa Perancis, entrepreneur yang dalam Bahasa Inggris berarti go between yang berarti antara (Alma, 2005, h.21).
17 Proposal Model Kursus

Sedangkan dalam Bahasa Jerman, unternehmer yang berarti orang yang memiliki sekaligus menjalankan sendiri usahanya (Drucker, 1996, h.25). Pengertian kewirausahaan dari uraian suku kata terdiri dari kata awalan ke dan akhiran an, wira dan usaha. Awalan ke dan akhiran an menunjukkan kata benda abstrak tentang sifat, sedangkan wira berarti manusia unggul, pahlawan, pendekar, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, gagah berani serta memiliki keagungan watak, usaha berarti pekerjaan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Dengan demikian kewirausahaan berarti sekumpulan sifat-sifat atau watak yang dimiliki oleh individu yang menunjukkan besarnya potensi untuk menjadi wirausahawan (Herawati, 1998, h.11). Menurut Bygrave (1994, h.2) wirausahawan adalah individu yang mengamati kesempatan dan menciptakan organisasi untuk mengejar kesempatan. Menurut As`ad (2001, h.146) wirausahawan adalah individu yang memiliki kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambilan resiko yang sedang dan tanpa mengabaikan orang lain dalam bidangnya atau masyarakat. Menurut Schumpeter (Alma, 2005, h.21) yang disebut sebagai wirausahawan adalah individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan adalah individu-individu yang berani mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman modal atau sarana produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau yang mampu memberikan respon secara kreatif dan inovatif. Berwirausaha adalah menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko demi mencapai keuntungan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan (Zimmerer dan Scarborough, 2002, h.3). Hisrich dan Peters (2000, h.67) menyatakan bahwa berwirausaha berarti melakukan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya. Drucker (1996, h.27-30) mengartikan
18 Proposal Model Kursus

kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu

dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Keuntungan diperoleh dengan mengembangkan kreativitas yang dimiliki dan menemukan hal-hal yang baru. Wirausahawan bukanlah penanam modal, bergelut dengan ketidakpastian dan resiko, seorang wirausahawan selalu mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkan sebagai peluang. Menurut Suryana (2001, h.5) kewirausahaan adalah suatu kemampuan berpikir kreatif dan berperilaku inovatif (menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda) yang dijadikan dasar, sumber daya, kiat dan proses menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian mengambil resiko. Menurut Meredith dkk, kewirausahaan berarti memadukan perwatakan pribadi, keuangan dan sumber daya. Kewirausahaan adalah semangat, sikap dan kemampuan individu dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, teknologi baru dan produk baru atau memberi nilai tambah barang dan jasa. Kewirausahaan merupakan sebuah pekerjaan atau karier yang bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Menurut Siagian, kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan atau masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat, menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas, inovasi dan kemampuan manajemen. Asad (2003, h.146) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambilan resiko yang sedang dan tanpa mengabaikan kepentingan orang lain dalam bidangnya atau masyarakat.
19 Proposal Model Kursus

Ruang lingkup kewirausahaan meliputi dua faktor, yaitu faktor manusia dan faktor kemasyarakatan atau peradaban. Faktor kemasyarakatan dan peradaban memerlukan studi khusus yang luas dan belum memungkinkan untuk dilakukan dalam penelitian, maka pembahasan yang akan kita rinci lebih lanjut ialah mengenai faktor manusia. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah semangat, sikap dan kemampuan individu dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, teknologi baru dan produk baru atau memberi nilai tambah barang dan jasa. b) Karakteristik wirausaha Untuk melihat individu mempunyai kadar kewirausahaan yang tinggi atau tidak, bisa dicermati dengan karakteristik kewirausahaan yang biasanya nampak dari tingkah laku yang muncul dalam keseharian individu. Sukardi (Asad, 2003, h.147) menyatakan bahwa seorang wirausahawan yang berhasil mempunyai karakteristik psikologik tertentu, yaitu: o o o Supel dan fleksibel dalam bergaul, mampu menerima kritik dan mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain. Mampu dan dapat memanfaatkan kesempatan usaha yang ada. Berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan atas hal-hal yang akan dikerjakan serta menyenangi tugas-tugas yang efektif dengan orang lain. o Memiliki pandangan ke depan, cerdik, lihai, dapat menanggapi situasi yang berubah-ubah serta tahan terhadap situasi yang tidak menentu. o o Mampu menemukan sesuatu yang orisinil dari pemikiran sendiri dan mampu menciptakan hal-hal serta kreatif. Mempercayai kemampuan sendiri, kemampuan untuk bekerja mandiri, optimis dan dinamis serta memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

20 Proposal Model Kursus

Menguasai berbagai pengetahuan maupun keterampilan dalam menyusun, menjalankan dan mencapai tujuan organisasi usaha, manajemen umum dan berbagai bidang pengetahuan lain yang menyangkut dunia usaha.

Memiliki motivasi yang kuat untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik mengutamakan prestasi, selalu memperhitungkan faktor penghambat maupun penunjang, tekun, kerja keras, teguh dalam pendirian dan berdisiplin tinggi.

Memperhatikan lingkungan sosial untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik bagi semua orang. Richard dan Ralph (Winardi, 2005, h.3) seorang

Menurut

wirausahawan mengorganisasi dan mengoperasikan sebuah perusahaan untuk mencapai keuntungan pribadi, membayar harga yang berlaku untuk bahan yang digunakan dalam perusahaan, menyumbangkan inisiatif, keterampilan serta upayanya dalam merencanakan, mengorganisasi dan mengelola perusahaan. Menghadapi kemungkinan mendapat untung atau rugi yang dikarenakan kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya dan tidak dapat dikendalikan, sehingga menjadi resiko baginya.

10.METODE PENGEMBANGAN
a) Model pengembangan
21 Proposal Model Kursus

PENDUDU K MISKIN

Lembaga Pelatihan

Inkubasi Modal, manajemen, Jaringan USAH A MANDI RI

SELEKSI

Soft skill Maga ng Rintis an usaha

Identifika si peluang pasar

Life skill

Tahap Study Pendahuluan

Study Literatur

StudyPendampingan Praktisi Lapangan Usaha,

birokrakasi(UKM)

Deskripsi dan analisis temuan Konseptual

2. Tahap Study Pengembangan


Uji Coba Terbatas Akademisi+ Praktisi Draft model
Penyusunan perangkat Model

Evaluasi dan Perbaikan


b) Prosedur pengembangan Metode penelitian

Uji Coba Lapangan

dalam pengembangan model ini adalah penelitian dan

Evaluasi Dan Penyempurnaa n

pengembangan (R&D) yang dikemukakan oleh Sugiyono dalam Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R And D (2006: 409-427) sebagai berikut:

Model Hipotetik

3. Tahap Evaluasi
Tes Awal 22 Implementasi Model Tes Akhir

Proposal Model Kursus

Mode l Final

Gambar Prosedur Pengembangan Model c) Uji coba produk 1) Desain Uji Coba Uji coba model dilakukan melalui tiga tahap yakni:
23 Proposal Model Kursus

1. Expert judgement 2. Uji coba terbatas 3. Field testing

Draft Model Draft Perangkat Model

Uji Coba Ahli Akademi Praktisi

Uji CobaTerbatas

Review dan Perbaikan

Uji Coba Lapangan

Evaluasi dan Penyempurnaan

Model Baku

2) Subyek uji coba

24 Proposal Model Kursus

Populasi dari model adalah penduduk Nusa Tenggara dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Adapun kriteria sasaran sebagai berikut : 1) Peserta Didik a. berumur produktif (18-35 tahun), b. memiliki sifat terbuka terhadap inovasi, c. memiliki kemauan menjadi wirausaha, d. masih menganggur e. pendidikan minimal SD 2) Nara Sumber Ahli

3) Jenis data Data yang di butuhkan dalam kegiatan study eksplorasi pengembangan model ini adalah data sekunder untuk menentukan suply site, sedangkan data primer di perlukan untuk in dept pada suply site terpilih. Strategi Focus Group Discussion dimana analisis data dilakukan saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. 4) Instrumen pengumpulan data
Pengumpulan data menggunakan teknik observasi terstruktur, dimana observasi disusun secara sistematis, tentang yang diamati, kapan dan dimana. Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada instrumen penelitian yang telah teruji memperoleh data tentang proses pelaksanaan ujicoba secara kronologis sehingga akan mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai tahapan-tahapan kegiatan pengembangan model tersebut. Angket tertutup dengan skala likert akan digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi dalam ujicoba model kursus wirausaha dengan memberdayakan potensi lokal dan berwawasan lingkungan.

5) Teknis analisis data


25 Proposal Model Kursus

Analisis perbandingan uji-t untuk membandingkan antara keadaan sebelum dan sesudah perlakuan. Yang dimakud keadaan sebelum perlakuan adalah tingkat kompetensi masyarakat terhadap kewirausahaan yang berwawasan lingkungan sebelum dilakukan uji coba model. Sedangkan keadaan sesudah perlakuan adalah tingkat kompetensi masyarakat terhadap kewirausahaan yang berwawasan lingkungan setelah mengikuti uji coba model.

11.DAFTAR RUJUKAN

26 Proposal Model Kursus

Anda mungkin juga menyukai