Anda di halaman 1dari 23

Tugas Strategi Pembelafaran Biologi

MULTIPLE INTELLIGENCE
(KECERDASAN MA1EMUK)

Oleh

Widia Ningsih (8116174018)
Pendidikan Biologi B







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH PASCASAR1ANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011

i

KATA PENGANTAR


Syukur Alhamdulillah, penulis sampaikan puji dengan syukur kehadirat
Allah SWT. yang telah memberikan TauIik dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Strataegi Pembelajaran dengan
judul 'Multiple Intelligence.
Adapun inIormasi ilmiah yang mendukung penyusunan makalah ini,
dihimpun dari sejumlah reIerensi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
teknologi dalam biologi molekuler dan segala aspek yang berkaitan dengan hal
tersebut. Namun penulis pada akhirnya menyadari bahwa tugas akhir ini belum
sempurna banyak sekali keterbatasannya, baik terkait dengan studi literatur atau
pustaka sebagai pendahuluan, maupun teori dan metodologi yang masih terbatas.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Dr.
Elly Djulia, M.Pd selaku dosen pengampu padda mata kuliah : Strategi
Pembelajaran Biologi dan teman- teman PPs Pendidikan Biologi Angkatan 2011.
Akhirnya, mudah-mudahan amal kebaikan kita semua diterima oleh Allah SWT.
Amin.

Penulis

ii

DAFTAR ISI

ATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah: .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAA .......................................................................... 3
2.1.1. Howard Gardner ................................................................................. 3
2.1.2. Multiple Intelligence ........................................................................... 4
2.2. Mengenal ecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) .......................... 6
2.3. ecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)...... 10
2.4. ecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence) .......................... 12
2.5. ecerdasan inestetik-Tubuh (Bodily-inesthetic Intelligence) .............. 12
2.6. ecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence) .............................. 14
2.7. MengidentiIikasi Multiple Intelligence (ecerdasan Majemuk) ............... 15
2.8. Strategi Mengajar di kelas dengan Multiple Intelligences ........................ 16
2.9. Mengembangkan kecerdasan majemuk .................................................... 17
PENUTUP ......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAA ........................................................................................ 20
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pemahaman mengenai kecerdasan yang dimiliki manusia dalam konteks
belajar merupakan sesuatu yang penting. arena itu, kajian tentang kecerdasan
manusia perlu dikemukakan (Siregar, 2010). ecerdasan yang sekarang lagi
populer di dunia pendidikan yaitu kecerdasan majemuk (multiple intelligence).
Melalui pengenalan akan Multiple Intelligences, kita dapat mempelajari
kekuatan/ kelemahan anak dan memberikan mereka peluang untuk belajar melalui
kelebihan-kelebihannya. Tujuan: anak memiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi dunia, bekerja dengan ketrampilan sendiri dan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari
Harvard University, menemukan bahwa sebenarnya manusia memiliki beberapa
jenis kecerdasan. Howard menyebutnya sebagai kecerdasan majemuk
atau multiple intelligence, yang membahas tentang delapan kecerdasan.
Pendidikan dewasa ini perlu membekali siswa dengan delapan
kemampuan intelektual tersebut, yakni kepintaran verbal, angka-angka, kreatiI,
sosial, personal, sensori, Iisik, dan etika spiritual. Saat ini lebih dari 500 juta orang
di dunia menggunakan teknik pemetaan pikiran untuk pembelajaran maupun
bisnis. Pemetaan pikiran ini, kata Buzan, bermanIaat untuk pembelajaran,
kecepatan, kemampuan berpikir yang lebih terstruktur. Juga akan mendorong
terciptanya kreativitas, ide-ide cemerlang, solusi inspiratiI penyelesaian masalah,
bahkan cara baru memotivasi diri dan orang lain. (PAB, 2010)
Dalam makah ini akan di bahas mengenai kecerdasan majemuk (Multiple
Inteligence), lebih di khususkan lagi membahas 4 kecerdasan yaitu ecerdasan
matematik (logika), ecerdasan Visual, ecerdasan inestetik, dan ecerdasan
intrapersonal.



2

1.2. Rumusan Masalah:
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah sejarah munculnya Multiple Intelligence oleh Howard gardner?
2. Apakah Multiple Intelligence (ecerdasan majemuk)?
3. Apakah kecerdasan ecerdasan Logika-Matematika (Logical Mathematical
Intelligence) itu?
4. Apakah ecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence) itu?
5. Apakah ecerdasan inestetik-Tubuh (Bodily-inesthetic Intelligence) itu?
6. Apakah ecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence) itu?
7. Bagaimanakah cara mengdentiIikasi Multiple Intelligence (ecerdasan
majemuk)?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Memaparkan sejarah munculnya Multiple Intelligence oleh Howard gardner.
2. Menjelaskan mengenai Multiple Intelligence (ecerdasan majemuk).
3. Mendeskripsikan tentang kecerdasan ecerdasan Logika-Matematika (Logical
Mathematical Intelligence).
4. Mendeskripsikan tentang ecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial
Intelligence).
5. Mendeskripsikan tentang ecerdasan inestetik-Tubuh (Bodily-inesthetic
Intelligence).
6. Mendeskripsikan tentang ecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal
Intelligence) ?
8. Menjelaskan cara mengukur Multiple Intelligence (ecerdasan majemuk)

3

BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA

2.1.Sejarah Multiple Intelligence
2.1.1. Howard Gardner
Howard Gardner lahir di Scranton,Pennsylvania pada 11 Juni 1943. Orang
tuanya melarikan diri dari Nrnberg di Jerman pada tahun 1938 dengan putra
berumur tiga tahunnya yaitu Eric. Tepat sebelum kelahiran Howard Gardner
Eric tewas dalam kecelakaan. edua kejadian tersebut tidak dibahas selama masa
kecil Gardner, tetapi memiliki dampak yang sangat signiIikan pada pemikiran dan
pembangunan dirinya (Gardner 1989:22). Peluang untuk kegiatan Iisik berisiko
terbatas, dan kegiatan kreatiI dan intelektual didorong. Howard mulai untuk
menemukan 'sejarah rahasia' keluarga (dan identitas Yahudi) ia mulai menyadari
bahwa ia berbeda baik dari orang tuanya dan dari rekan-rekannya.(Smith, 2008)
Orang tuanya ingin mengirimkan Howard ke Phillips Akademi di
Andover Massachusetts -tetapi dia menolak. Sebaliknya ia pergi kesebuah
sekolah persiapan terdekat di ingston, Pennsylvania (Wyoming Seminari).
Howard Gardner tampaknya telah mendapat kesempatan di sana dan telah
memperoleh dukungan dari beberapa dosen yang berkualitas. Dari sana ia
pergi ke Harvard University untuk mempelajari sejarah dalam kesiapan untuk
berkarir di hukum. Namun, ia cukup beruntung untuk memiliki Eric Erikson
sebagai pembimbingnya.
Ia masuk Harvard pada tahun 1961, dengan keinginan awal, masuk
Jurusan Sejarah, tetapi di bawah pengaruh Erik Erikson, ia berubah mempelajari
Hubungan-sosial (gabungan psikologi, sosiologi, dan antropologi), dengan
kosentrasi di psikologi klinis. Lalu ia terpengaruh oleh psikolog Jerome Bruner
dan Jean Piaget. Setelah Ph.D di Harvard pada tahun 1971 dengan disseration
masalah 'Sensitivitas pada anak-anak, Gardner terus bekerja di Harvard, di
Proyek Zero. Didirikan pada tahun 1967, Proyek Zero dikhususkan kepada kajian
sistematis pemikiran artistik dan kreativitas dalam seni, serta humanistik dan
disiplin ilmu, baik di tingkat individu dan kelembagaan.
4

Pikiran saya benar-benar terbuka ketika saya pergi ke Harvard College
dan memiliki kesempatan untuk belajar di bawah bimbingan seperti Psikoanalis
Erik Erikson, sosiolog David Riesman , dan psikolog bidang kognitiI Jerome
Bruner-yang menciptakan pengetahuan tentang manusia. Yang membantu saya
menyelidiki siIat manusia, khususnya bagaimana manusia berpikir. (Howard
Gardner yang dikutip oleh Marge Sherer 1999)

2.1.2. Multiple Intelligence
ecerdasan majemuk adalah sebuah teori psikologi dan sekaligus teori
pendidikan yang pertama kali digagas oleh seorang psikolog bernama Howard
Gardner. Teori ini pertama kali dilontarkan pada bukunya di tahun 1983, Frames
oI Mind: The Theory oI Multiple Intelligences. Teori ini menyatakan bahwa
manusia itu memiliki berbagai macam kecerdasan, dan setiap individu memiliki
tingkat yang bervariasi untuk setiap jenis kecerdasan tersebut. arena itu, setiap
orang memiliki "proIil kognitiI" yang unik.Melalui pengenalan akan Multiple
Intelligences, kita dapat mempelajari kekuatan / kelemahan anak dan memberikan
mereka peluang untuk belajar melalui kelebihan-kelebihannya. Tujuan: anak
memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia, bekerja dengan ketrampilan
sendiri dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Teori Gardner ini berpendapat, bahwa deIinisi kecerdasan yang selama ini
dianut, tidak mampu menggambarkan berbagai kemampuan yang dimiliki
manusia. Contohnya, Andi yang mudah menghaIal perkalian belum tentu secara
keseluruhan lebih cerdas dibanding Joni yang sulit menghaIal. Mungkin Joni lebih
cerdas dalam aspek yang lain atau mungkin harus belajar dengan cara yang lain.
Gardner juga berpendapat, sekolah tidak boleh bersandar pada satu
kurikulum baku. Sekolah harus mampu menawarkan "pendidikan yang berpusat
pada individu." Dengan demikian, kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan unik
masing-masing anak. Ini juga termasuk membantu murid meningkatkan aspek
kecerdasan yang kurang.
Teori ini mendapatkan kritikan luas dari kalangan psikologi dan
pendidikan. ritik yang paling umum adalah bahwa teori Gardner ini didasarkan
5

pada intuisinya saja, bukan berdasar data empiris. ritik ini juga menyatakan
bahwa aspek kecerdasan yang disebutkan Gardner hanyalah nama lain dari bakat
atau tipe kepribadian.
Walaupun demikian, teori ini sangat diterima di kalangan pendidik selama
dua puluh tahun terakhir. Banyak sekolah menggunakan teori ini sebagai sebuah
pedagogi, dan banyak guru yang memasukkan sebagian atau seluruh teori ini
dalam cara mengajar mereka. Berbagai buku dan bahan ajar dibuat untuk
menjelaskan teori dan penerapannya di dalam kelas.
Dengan konsep Multiple Intelligences (ecerdasan Ganda), Howard
Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai
kecerdasan, bahwa seolah-olah kecerdasan hanya terbatas pada hasil tes
intelegensi yang sempit saja, atau hanya sekadar dilihat dari prestasi yang
ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka. Anak-
anak unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dengan sendirinya, mereka
memerlukan lingkungan subur yang diciptakan untuk itu. Oleh karena itu
diperlukan kesungguhan dari orang tua dan pendidik untuk secara tekun dan
rendah hati mengamati dan memahami potensi anak atau murid dengan segala
kelebihan maupun kekurangannya, dan menghargai seriap bentuk kecerdasan
yang berlainan. (Didik, 2009)
alau ada banyak jalan menuju Roma, begitu juga jalan menuju
kecerdasan. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas. alau ada banyak cara,
berarti ada banyak tanda pula untuk melihat kecerdasan anak. Tanda itu bukan
hanya dapat dilihat dari prestasi akademiknya di sekolah, atau mengikutkan anak
kedalam tes intelejensia.
Anak-anak dapat memperlihatkan kecerdasannya lewat banyak cara. Cara
itu misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan Iisik (kemampuan
motorik) atau lewat cara sosial-emosional. Itu karena, menurut Thomas
Armstrong, Ph.D, periset kecerdasan anak dan penulis buku In Their Own Way :
Discovering and Encouraging Your Child`s Multiple Intelligences`, semua anak
terlahir cerdas dan berbakat. alaupun ada yang tampak tak menonjol, itu karena
beberapa anak menunjukkan bakatnya lebih lambat dibanding anak lain.
6

arenanya, banyak hasil-hasil riset kecerdasan anak menyarankan para
orangtua untuk memberi banyak pengalaman dan stimulasi kepada anak.
Stimulasi dan sensasi pengalaman yang intens itu berguna untuk segera
membangkitkan kecerdasan anak. Jadi tak ada lagi istilah anak menunjukkan
bakat lebih lambat`. Fakta-Iakta riset itulah yang kemudian oleh ProI. Howard
Gardner, seorang psikolog dan pakar ilmu saraI dari Universitas Harvard, AS
tahun 1983 dikristalkan ke dalam konsep teori kecerdasan yang disebutnya
Multiple Intelligences` atau ecerdasan Majemuk/Ganda.
Menurut Gardner, manusia itu, siapa saja--kecuali cacat atau punya
kelainan otaksedikitnya memiliki 9 kecerdasan. ecerdasan manusia, saat ini
tak hanya dapat diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau
menggunakan bahasa. Ada banyak kecerdasan yang dapat diidentiIikasi di dalam
diri manusia. Coba bagaimana Mam & Pap menentukan siapa yang cerdas dalam
pertanyaan berikut: 'Siapa yang paling cerdas di lapangan sepakbola, apakah
David Beckham atau Albert Einstein? Juga, 'Siapa yang cerdas di panggung
musik, apakah risdayanti atau Susi Susanti?. Mereka cerdas di bidangnya
masing-masing. ita tak bisa menggunakan satu parameter untuk membandingkan
kecerdasan mereka.
Dalam buku terbarunya, Intelligence ReIramed : Multiple Intelligence Ior
The 21st Century` (1999), Howard Gardner, menjelaskan 9 kecerdasan yang
tersimpan dalam otak manusia. onsep kecerdasan ganda ini, bila dipahami
dengan baik, akan membuat semua orangtua memandang potensi anak lebih
positiI. Terlebih lagi, para orangtua (guru) pun dapat menyiapkan sebuah
lingkungan yang menyenangkan dan memberdayakan di rumah (di sekolah).
(WhyethIndonesia.)
.
2.2. Mengenal Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)
Menurut Howard gardner, ada delapan macam kecerdasan yang dimiliki
oleh manusia. Pertama, kecerdasan yang berkenaan dengan kemampuan seseorang
dalam bahasa, yakni mendengar, menulis, berbicara dan pada umumnya sangat
suka membaca (Linguistic-Verbal). edua, kecerdasan yang berhubungan
7

kekritisan dalam berpikir, tertarik dengan data- data dan graIik, serta suka bermain
dengan strategi (Logical- Mathematical). etiga, kecerdasan yang lebih dikenal
dengan kecerdasan visual, umumnya sangat menyukai presentasi, gambar,
perIormance dan video (Visual-spatial). eempat, kecerdasan ritmik yang sangat
berkaitan erat dengan suara, sangat senang mendengar music (Musical-
Rhythmic). elima, kecerdasan kinestetik, lebih pada kemampuan bergerak, dan
sangat senang dengan dunia olahraga, perIormance, dan menari (Bodily-
kinestetic). eenam, kecerdasan yang sangat berkaitan dengan kehidupan social
seperti persahabatan, sosialisasi dengan orang lain, dan sangat suka bekerjasama
dengan orang lain atau bekerja secara berkelompok (Interpesonal). etujuh,
kecerdasan dimana orang- orangnya suka bekerja secara perorangan, mempunyai
tingkat kemandirian yang tinggi, dan percaya diri (intrapersonal). Terakhir,
kecerdasan yang lebih berkaitan dengan alam seperti dunia tumbuhan, hewan,
cuaca, dan bebatuan (naturalist). (Faruq, 2007).
Delapan macam kecerdasan tersebut sebenarnya ada di dalam diri setiap
orang dan akan saling membantu dalam menghadapi setiap persoalan
kehidupannya. Melalui latihan pengembangan kecerdasan tertentu sehingga
beberapa jenis kecerdasan tertentu menjadi menjadi dominan. Misalkan orang
yang didominasi kecerdasan lingusitik dalam dirinya maka orang tersebut
mempunyai kemampuan menguasai bahasa dengan sangat mudah dan cepat,
bahkan memungkinkannya menguasai lebih dari satu atau dua bahasa. Dengan
penguasaan bahasa tersebut, seseorang bisa memahami dan mengerti budaya lain,
suku lain dan dengan itu mereka bisa bekerja serta sukses dalam hidup mereka.
Menurut gardner, intelligence (kecerdasan) diartikan sebagai kemampuan
untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang
beragam dan dalam situsi yang nyata. Menurutnya, suatu kemampuan disebut
intelegensia (kecerdasan) jika:
a. Menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seserang dalam memecahkan
persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya,
b. Ada unsure pengetahuan dan keahlian,
c. BersiIat universal harus berlaku bagi banyak orang,
8

d. emampuan itu dasarnya adalah unsur biologis, yaitu karena otak seseorang,
bukan sesuatu yang terjadi karena latihan atau training,
e. emampuan itu sudah adda sejak lahir, meski di dalam pendidikan dapat
dikembangkan. (Siregar, 2010)
Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap
kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya; Empat diantaranya adalah;
1. Setiap kecerdasan dapat dilambangkan misal matematika jelas ada lambang,
Musik ada lambing (not dll), kinestetik ada lambing atau irama gerak dst,
lambaian tangan, untuk selamat tinggal atau mau tidur dll.
2. Setiap ecerdasan mempunyai riwayat perkembangan artinya tidak seperti
IQ yang meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan
saat kelahiran atau tidak berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa
kecerdasan itu muncul pada titik tertentu dimasa kanak-kanan, mempunyai
periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang hidup, dan
berisikan pola unik yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring
dengan menuanya seseorang. ecerdasan paling awal muncul adalah Musik
lalu Logis-Matematis.
3. Setiap ecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada
wilayah otak tertentu. Misal orang dengan kerusakan pada Lobus Frontal
pada belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau menulis dengan mudah,
namun tanpa kesulitan dapat menyanyi, melukis dan menari. Orang yang
lobus Temporalnya kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan dibidang
music tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis. Pasien
dengan kerusakan pada Lobus oksipital belahan otak kanan mengkin
mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau mengamati
detail visual.
ecerdasan linguistic ada pada belahan otak kiri, sementara music, spatial dan
antarpribadi cenderung di belahan otak kanan. inestetik-jasmani menyangkut
kortek motor, ganglia basal, dan serebellum (otak kecil). Lobus Irontal
mengambil peran penting pada kecerdasan intrapribadi (intrapersonal).
9

4. Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya. Artinya
tidak harus matematis-logis yang penting atau Spatial atau Musik atau.atau
tergantung budaya masing-masing missal ada kemampun naik kuda, melacak
jejak dll dalam budaya tertentu itu sangat-sangat penting dst.(Siregar, 2010)
Inilah empat syarat yang diberikan oleh Howard Gardner, makanya
teorinya berkembang dari 7 ecerdasan (Linguistik, Logis-Matematis, Musik,
Spatial-Visual, enestetik, Intrerpersonal dan intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan
2 yaitu; Naturalis dan terbaru Eksistensialis).
Adalah menarik sebagai contoh; bagaimana anda menghaIal nomor
telpon? Apakah anda mengulang-ngulang
nomor tadi sebelum menelpon (ini berarti anda menggunakan teknik Liguistik)
atau anda menbayangkan pola tombol yang harus anda tekan dalam pola peletakan
tombol angka-angka (menggunakan metode Spatial-Visual) atau malah anda
mengingat-ingat nada khas tiap-tiap angka (strategi Musikal).
Gambar:Mind Map Multiple Intelligence


10

2.3. Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)

ecerdasan tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan


penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang
melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan
angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai inIormasi,
secara bermakna. ecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram
komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur dan ilmuwan. (Fandi, 2010)
Kecerdasan logis- matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan
logika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, ahli matematika, akuntan, dokter
dan programmer computer (Siregar, 2010). Cirri- cirri orang yang memunyai
kecerdasan ini adalah:
- Menciptakan pola- pola yang logis
- Pandai dalam permainan yang kompetitiI seperti catur seringkali
merupakan pemain yang kompetitiI
- Menciptakan hipotesis
- Pandangan hidupnya umumnya rasional
- Menikmati angka- angka dan perhitungan- perhitungan.
- Menggunakan daItar- daItar dan pendekatan langkah demi langkah
(auIeldt: 2008).
Seseorang dengan kecerdasan logika akan memiliki salah satu/lebih
kemampuan di bawah ini:
memahami angka serta konsep-konsep matematika (menambah, mengurangi,
mengali, dan membagi) dengan baik.
mengorganisasikan/ mengelompokkan kata-kata/ materi (barang)
mahir dalam menemukan pola-pola dalam kata-kata dan bahasa.
menciptakan, menguasai not-not musik, dan tertarik mendengarkan pola-pola
dalam jenis musik yang berbeda-beda.
menyusun pola dan melihat bagaimana sebab-akibat bekerja dalam ilmu
pengetahuan. Hal ini termasuk kemampuan untuk memperhatikan detail,
melihat pola-pola dalam segalanya, mulai dari angka-angka hingga perilaku
manusia, dan mampu menemukan hubungannya
11

Contoh 1: seseorang yang menghabiskan waktu di dapur menggunakan
logikanya untuk menerka berapa lama waktu untuk memanggang sesuatu,
menakar bumbu, atau merenungkan bagaimana caranya menghidangkan
semua makanan agar siap dalam waktu yang bersamaan
Contoh 2: seorang detektiI kriminal menggunakan logikanya untuk mereka
ulang kejadian pada kasus kejahatan dan mengejar tersangka pelaku.
menciptakan visual (gambar) untuk melukiskan bagaimana ilmu pengetahuan
bekerja, termasuk menemukan pola-pola visual dan keindahan ilmu
pengetahuan (contohnya: menguraikan spektrum cahaya dalam gambar,
menggambarkan bentuk-bentuk butiran salju, dan mahluk bersel satu dari
bawah mikroskop), mengorgansisasikan inIormasi dalam tabel dan graIik,
membuat graIik untuk hasil-hasil eksperimen, bereksperimen dengan program
animasi komputer.
menentukan strategi dalam permainan-permainan yang memerlukan
penciptaan strategi (contohnya catur, domino) dan memahami langkah-
langkah lawan.
memahami cara kerja dan bahasa komputer termasuk menciptakan kode-kode,
merancang program komputer, dan mengujinya.

Memuat kemampuan seorang anak berpikir secara induktiI dan deduktiI,
kemampuan berpikir menurut aturan logika dan menganalisis pola angka-angka,
serta memecahkan masalah melalui kemampuan berpikir. Anak-anak dengan
kecerdasan matematika dan logika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan
analisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Mereka menyenangi
cara berpikir yang konseptual, misalnya menyusun hipotesis, mengategori, dan
mengklasiIikasi apa yang dihadapinya. Anak-anak ini cenderung menyukai
aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan yang tinggi dalam menyelesaikan
problem matematika. Bila kurang memahami, mereka cenderung bertanya dan
mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya. Anak-anak yang cerdas
angka juga sangat menyukai permainan yang melibatkan kemampuan berpikir
aktiI seperti catur dan bermain teka-teki. Setelah remaja biasanya mereka
12

cenderung menggeluti bidang matematika atau IPA, dan setelah dewasa menjadi
insinyur, ahli teknik, ahli statistik, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak
melibatkan angka. (Didik, 2009)
2.4. Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)
etika anda membuka pikiran terhadap image atau gambar, cerita dan pola
yang tergabung dalam memori, maka cara berpikir anda akan mendapat kekuataan
baru. Apa pun masalah yang di hadapi, anda bisa mengeksplorasinya dengan
imajinasi kreatiI. Memandang masalah dari sudut yang berbeda, dan
emmbayangkan solusi dengan kepercayaaann diri yang baru (Olivia, 2009).
Dalam artikel Nuh, 2010 - ecerdasan ruang kadang-kadang disebut juga
dengan kecerdasan visual-spasial. ecerdasan ini meliputi kemampuan-
kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental
dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa
'Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual
secara akurat, untuk melakukan transIormasi dan modiIikasi terhadap persepsi
awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman
visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus Iisik yang berhubungan
dengan pengalaman visualnya. Ada banyak proIesi atau ciri orang yang
memerlukan kecerdasan ruang seperti, seorang pelaut memerlukan kemampuan
untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta; seorang arsitek dapat
memanIaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan seorang gelandang
harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan
bola (Checkley, 1997). ecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan
ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
2.5. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Dalam artikel Nuh, 2010 'Suatu kecerdasan yang sangat aktiI yang
dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan kinestetik-tubuh. Shearer (2004: 5)
menjelaskan bahwa 'ecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk
menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan
berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas
bertujuan (atletik). Penari dan perenang merupakan contoh dalam
13

mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada
juga kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain
basebal dan pemain musik. Semua orang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh
yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak
badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek
untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan
(Gardner, 1983).
ecerdasan kinestetik lebih menekankan pada kemampuan seseorang
dalam menangkap inIormasi dan mengolahnya sedemikian cepat, lalu
dikonkritkan dalam wujud gerak, yakni dengan menggunakan badan, kaki, dan
tangan.



InIormasi yang datang diolah didalam otak dengan kecepatan tertentu lalu
disampaikan ke anggota gerak badan yang akhirnya diterjemahkan kedalam suatu
gerakan sehingga memunculkan suatu perIorma. Hal ini merupakan kecerdasan
tersendiri yang dmiliki oleh setiap orang, tetapi belum tentu mereka memilikinya
secara sama. eindahan dari masing- masing perIorma itu memberikan dampak
berupa apresiasi yang sangat baik dari orang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa
orang yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan kemampuan (Faruq,
2007).
Dalam daItar berikut ini terdapat beberapa tanda- tanda penentu yang
membantu, dalam pandangan sekilas untuk mengetahui sebagian dari kecerdasan
para siswa yang paling maju dalam kecerdasan kinestetik (auIeldt, 2008):
- Lebih suka belajar dengan mengerjakan
- Senang menggunakan selurh tubuhnya untuk proses pembelajaran
- Bisa jadi seorang atlet
- Bisa menjadi seorang penyaji hiburan, seorang penari, atau seorang actor.
- Suka membangun dan membongkar.

lnformasl
daLang
Cerakan
badan
lnformasl
keluar
ulolah
dalam oLak
14

2.6. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Howard Gardner dalam bukunya rames of mind mendeIinisikan
kecerdasan intrapersonal berarti peka terhadap perasaan, keinginan, dan
ketakutannya sendiri. Selain itu anak juga menyadari kelebihan dan kelemahan
diri serta mampu menyusun perencanaan (plan) dan tujuan (goal). Biasanya anak
cerdas diri memiliki kesadaran atas kemampuan diri dan cerdas interpersonal
(cerdas sosial). Tokoh-tokoh besar yang mewakili kecerdasan intrapersonal adalah
Mahatma Gandhi, Benjamin Franklin, Bunda Teresa, dan Dalai Lama. ecerdasan
intrapersonal secara luas diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki individu
untuk mampu memahami dirinya. Sedangkan, dalam arti sempit ialah kemampuan
anak mengenal dan mengindentiIikasi emosi, juga keinginannya. Selain itu anak
juga mampu memikirkan tindakan yang sebaiknya dilakukan dan memotivasi
dirinya sendiri. `Anak dengan karakter ini mampu mengintropeksi dirinya dan
memperbaiki kekurangannya.
Mereka cenderung mampu mengenali kekuatan atau kelemahan dirinya
sendiri, senang mengintropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun
kelemahannya dan kemudian mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Beberapa di antara mereka cenderung menyenangi kesendirian dan kesunyian,
merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri. Saat dewasa biasanya mereka
akan menjadi ahli IilsaIat, penyair, atau seniman. (Didik, 2009).
Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah
mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi,
dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing
hidupnya. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli
teologi, dan wirau-sahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi,
berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya,
mereka juga sangat mandiri, sangat terIokus pada tujuan, dan sangat disiplin.
Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar bela-jar sendiri dan lebih
suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain. (Armstrong: 1999: 3-6)


15


2.7. Mengidentifikasi Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk)
Ada berbagai cara untuk mengidentiIikasi kecerdasan majemuk si
kecil.Anda bisa datang ke psikolog dan minta untuk dilakukan tes terhadapnya.
Masalahnya tes yang dilakukan umumnya berupa pertanyaan verbal dengan kunci
jawaban yang standar. Hal ini bisa menjadi masalah jika si anak tidak mengerti
benar pertanyaan yang diajukan karena berbagai alasan, misalnya perbedaan
bahasa atau istilah yang digunakan, kondisi anak pada saat tes dilakukan (capek,
ngantuk, marah) atau hambatan lain seperti spektrum autisme.
Untuk mengatasi masalah tersebut, cara lain untuk mengukur kecerdasan
majemuk si kecil adalah dengan melakukan tes sidik jari. Berbagai hasil riset dari
para ahli dermatoglyphics (ilmu yang mempelajari pola kulit) menunjukkan
bahwa sidik jari berhubungan erat dengan perkembangan sistem syaraI seseorang.
Hasil tes sidik jari ini dipercaya jauh lebih akurat daripada tes verbal.
Cara termudah (dan temurah) adalah dengan melakukan pengamatan
sendiri terhadap anak Anda. Berhati-hatilah dalam melakukan pengamatan. Anak
anda mungkin mendapat nilai jelek dan tidak suka pada pelajaran matematika,
namun sebenarnya dia memiliki tingkat kecerdasan logika matematika yang
tinggi. Nilai jelek hanya karena dia tidak suka dan tidak mengerti cara mengajar
sang guru matematika.
Sekarang sangat banyak di tawarkan pengukuran Multiple intelligence,
baik dengan mengisi tes secara langsung maupun dengan menggunakan web
secara online. Salah satunya dengan menggunakan web yaitu dapat kunjungi situs
http://www.bgIl.org/bgIl/custom/resourcesItp/clientItp/ks3/ict/multipleint/ques
tions/chooselang.cIm, dan kita dapat mengisi sekitar 40 pertanyaan, dan hasil
nya akan segera di ketahui, dan di sajikan dalam diagram lingkaran di bawah ini:

16

2.8. Strategi Mengajar di kelas dengan Multiple Intelligences
Armstrong memberikan beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam
pengajaran dengan menggunakan teori intelligensi ganda. Secara umum strategi
itu adalah sebagai berikut;
Inteligensi matematis-logis dapat diwujudkan dalam bentuk menghitung,
membuat kategorisasi atau penggolongan, membuat pemikiran ilmiah dengan
proses ilmiah, membuat analogi dan sebagainya. Misalnya, dalam mempelajari
berbagai zat, siswa dapat diminta untuk mengelompokkan macam-macamI benda
ke dalam suatu klasiIikasi yang bagi mereka lebih mudah dimengerti. Setelah
mempelajari penurunan rumus secara matematis, siswa diminta untuk
mengaplikasikan rumus itu ke dalam pemecahan persoalan yang baru. Di sini
perlu diperhatikan jalan pikiran dan logika siswa dalam memecahkan persoalan.
Dalam topik keadilan, misalnya, siswa diajak untuk menghitung berapa persen
penduduk Indonesia yang miskin, yang diperlakukan tidak adil, dan diminta
membuat tabel tentang data tersebut.
Inteligensi ruang-visual dapat diungkapkan dengan visualisasi materi,
dengan membuat sketsa, gambar, simbol graIik, mengadakan tour keluar kelas,
mengadakan eksperimen di laboratorium, dan sebagainya. Misalnya, bila topiknya
keadilan, kepada siswa dapat ditunjukkan Iilm tentang penderitaan masyarakat
miskin yang mengalami ketidakadilan, atau diberi tugas untuk melihat orang-
orang miskin akibat ketidakadilan.
Inteligensi kinestetik-badani dapat diungkapkan dengan bentuk ekspresi
gerak dan badan. Bentuk-bentuk seperti mendramatisir, membuat teater, membuat
hands-on activities tentang materi yang dipelajari sangat membantu dalam
mengungkapkan inteligensi kinestetik-badani. Misalnya, dalam mempelajari
tumbukan, siswa dapat di dalam atau di luar kelas mempraktek-kan hukum
kekekalan tumbukan dengan posisi tubuh mereka pada waktu bertabrakan dengan
teman lain. Dalam topik keadilan, siswa dapat mementaskan role play tentang
ketidakadilan penguasa terhadap rakyat, atau membuat tarian yang
menggambarkan penderitaan manusia karena ketidakadilan.
17

Inteligensi intrapersonal dapat dikembangkan dengan memberikan waktu
sendiri kepada siswa untuk reIleksi dan berpikir sejenak. Beberapa soal yang
diberikan perlu persoalan terbuka di mana siswa secara mandiri dapat
mengungkapkan gagasannya. Guru sendiri perlu belajar untuk menyajikan materi
dengan memasukkan perasaan, humor, dan juga keseriusannya. Dengan kata lain,
sikap pribadi guru perlu juga ditunjukkan untuk membantu siswa yang
intrapersonal. Pada akhir pelajaran, baik bila siswa diminta untuk mereIleksikan
kegunaan pelajaran ini bagi hidup mereka.

2.9. Mengembangkan kecerdasan majemuk
- ecerdasan Intrapersonal
Bantu anak-anak untuk belajar menentukan tujuan. Dorong mereka untuk
membuat daItar hal-hal yang mereka inginkan atau ingin mereka lakukan lebih
baik. Bantu mereka untuk memilah-milah tujuan tersebut menjadi langkah-
langkah kecil.
- ecerdasan Logika-Matematika
Jika mereka terus bertanya mengenai cara kerja suatu benda, jawablah
pertanyaan mereka dengan sabar dan dorong mereka untuk terus bertanya. Jika
mereka ingin melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, biarkan mereka
mencobanya dahulu dan berikan motivasi untuk melakukannya sampai selesai.
Jika mereka melakukan kesalahan, jelaskan dengan sabar dan jangan katakan
bahwa anda sudah tahu bahwa cara itu tidak akan berhasil. Dorong mereka untuk
ikut dalam kegiatan yang banyak membutuhkan kemampuan menyelesaikan
masalah dan berpikir kritis misalnya klub catur atau klub robotik. Beberapa
permainan yang bisa mengembangkan kecerdasan ini adalah catur, puzzle, Halma,
Stratego, Risk atau Sudoku.
- ecerdasan Jisual Spasial
Berikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan imajinasi
mereka melalui melukis, menggambar, mewarnai, dan kegiatan sejenis.
embangkan kreativitas mereka dengan mendorong mereka untuk merancang
18

pakaian atau bangunan. Beberapa permainan yang mendukung kecerdasan visual
spasial adalah LEGO dan Blokus.
- ecerdasan inestetik
ecerdasan ini dapat distimulasi dengan menari, bermain peran,
permainan dengan gerakan tangan, melompat, berlari, bermain drama, latihan-
latihan olah tubuh seperti senam anak, renang, bermain tenis, sepak bola atau
melakukan pantomim dll. arena itu carilah Taman Bermain atau Taman anak-
anak yang menyediakan Iasilitas kolam renang misalnya atau tempat bermain
yang memadai. Dalam melakukan kegiatan olah tubuh misalnya, bisa
diperdengarkan musik dan gerakan anak mengikuti irama dll. Biasanya anak yang
cerdas kinestetik gerakannya lincah dan tubuhnya lentur, anaknya periang,
menyukai musik dan disukai lingkungannya.

19


PENUTUP

Belajar tidak saja mengangkat hal-hal yang bersiIat kognitiI saja dan
mencakup kemampuan satu aspek kecerdasan, tetapi menghidupkan secara utuh
dan alamiah seluruh kecerdasan melalui pendekatan yang sesuai. Dalam tulisan
sebelumnya tentang Memahami Multiple Intelligence, telah dikutip teori
kecerdasan menurut Howard Gardner: ecerdasan bukanlah sesuatu yang
bersiIat tetap. Ia bagaikan kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan.
ecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah;
kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan
untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga
dalam suatu kebudayaan masyarakat. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang
dapat dilihat dari banyak dimensi. Ia menyebutnya Multiple Intelligences.
Seseorang dapat menunjukkan kecerdasannnya dalam banyak cara. Ada 8 jenis
kecerdasan: Spasial-Visual (cerdas Gambar), Linguistik (cerdas bahasa),
Interpersonal (cerdas bergaul), Musikal (cerdas music), Naturalis (cerdas Alam),
Body inestetik (cerdas tubuh), Intrapersonal (cerdas diri), dan Logic Mathematic
(cerdas angka).











20

DAFTAR PUSTAKA

Didik (2009, November 13).Tipe ecerdasan Anak. didikz888`s blog di akses 12
oktober 2011 dari http://didikz888.wordpress.com/tag/kecerdasan-
matematika-dan-logika-atau-cerdas-angka/
Faruq, M. M. (2007). 100 Permainan ecerdasan inestetik. Jakarta: Grasindo.
Fandi. (2010, Januari 3). Teori Multiple Intelligence Howard Gardner. Situs
Pembelajaran Online Tarakan. Diakses 12 Oktober, 2011, dari
http://Iandi4tarakan.wordpress.com/2010/01/03/teori-multiple-intelligence/
auIeldt, M.(2008).Wahai Para Guru, Ubahlah Cara Mengafarmu. Jakarta:
Indeks.
Nuh, M. (2010, Januari 31). onsep ecerdasan Mafemuk Menurut Gardner.
AsahanNews. diakses 23 Oktober 2011, dari
http://asahannews.com/konsep-kecerdasan-majemuk-menurut-gardner/
Olivia, F. (2009). Jisual Thinking Jakarta. . Elex Media omputindo
PAB. (2009, April 20). Guru Bantu Siswa Maksimalkan inerfa Otak. Peta
onsep Anak Bangsa. Diakses: 23October 2011, dari
http://pkab.wordpress.com/2009/04/20/guru-bantu-siswa-maksimalkan-
kinerja-otak/
Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori Belafar dan Pembelafaran. Jakarta: Penerbit
Ghalia Indonesia.
WhyethIndonesia. Memahami onsep Multipple Intelligence. akses tanggal 10
Oktober 2011 dari
http://www.wyethindonesia.com/$$Multiple20Intelligences.html?menui
d66&menuitemid4
Smith, Mark . 2008. .Howard Gardner Multiple Intelligence and
Education.Akses tanggal 12 oktober 2011
http://www.inIed.org/thinkers/gardner.htm.
(To cite this article: Smith, Mark . (2002, 2008) 'Howard Gardner and
multiple intelligences', the encyclopedia of informal education,
http://www.inIed.org/thinkers/gardner.htm.)

Anda mungkin juga menyukai