Anda di halaman 1dari 3

Peran Indonesia pada Pengamanan di Selat Malaka

Selat Malaka diwilayah Asia Tenggara adalah jalur laut yang sangat
strategis dan menjadi fokus perhatian internasional karena berperan sebagai jalur
lalu-lintas transportasi perdagangan dunia paling padat. Posisi strategis ini, untuk
kepentingannya, telah mendorong negara-negara besar untuk ikut berperan
langsung dalam pengamanan Selat Malaka. Bagi Indonesia, keinginan negara
besar tersebut menjadi tantangan terhadap kebijakan pertahanan dan keamanandi
masa mendatang. Indonesiasebagai negara yang memiliki garis terpanjang di
Selat Malaka mempunyai posisi strategis untuk berperan mengamankan jalur
tersebut.

Ancaman Keamanan diwilayah Selat Malaka dapat diprediksi berasal dari


kepentingan negara-negara besar. Apabila terjadi konflik terbuka, Selat Malaka
dapat menjadi ajang pertempuran terbuka dalam upaya penguasaan jalur logistik.
Negara-negara besar seperti Jepang, Korea, Indiadan terutama Amerika dan
Chinaakan menempatkan kekuatannya dijalur ini. Saat ini, bentuk ancaman yang
ada diwilayah ini bersifat tradisional yakni aksi perompakan dan pelanggaran
lintas negara seperti, penyelundupan senjata dan bahan peledak, penyelundupan
dan imigran gelap, pembalakan liar, dan pencurian ikan. Meningkatnya aksi
ancaman keamanan lintas negara tersebut telah mempengaruhi kondisi keamanan
global sehingga isu-isu tersebut menjadi isu keamanan bersama yang memerlukan
penanganan bersama secara sungguh-sungguh.

Bentuk kerjasama. Secara langsung maupun tidak langsung


Indonesiaakan terlibat dalam pengamanan Selat Malaka. Untuk itu perlu dibentuk
kerjasama pengamanan antara negara-negara pantai diwilayah ini, sbb :

a. Keamanan Jalur Kapal Internasional di Selat Malaka.


Dilaksanakan dalam lingkup bilateral, regional, dan internasional
melibatkan unsur maritim terkait. Kerjasama sistem keamanan gabungan
(identifikasi, patroli, penegakan hukum dan penindakan) direalisasikan
pada wilayah :

1). Pintu masuk diwilayah utara Selat Malaka : antara


Indonesia, Malaysia dan Thailand.

2). Sepanjang route kapal internasional di Selat Malaka : antara


Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand bekerjasama dengan
negara-negara besar yang berkepentingan seperti Jepang, China,
Koreadan Amerika Serikat.
3). Pintu keluar diwilayah selatan Selat Malaka : antara
Indonesia, Malaysia dan Singapura.

b. Keamanan Wilayah Teritorial. Menempatkan TNI dalam hal ini


Komando Pertahanan Nasional (Kohanudnas) sebagai koordinator
berupaintegrasi kekuatan pengamatan Radar dari TNI AU secara terus-
menerus (masa damai maupun perang) dan patroli dari kapal TNI AL.
Pada masa damai, dalam menghadapai ancaman tradisional diwilayah
ZEE, dibawah koordinator Pemda setempat, mengedepankan unsur Polisi
Air yang didukung oleh unsur Departemen Kelautan dan Perikanan,
Dephub, Bea Cukai dan imigrasi serta perkuatan dari TNI AL apabila
diperlukan.

Pencapaian sasaran pengamanan pelayaran pada masa damai perlu


mematuhi ketentuan-ketentuan yang disepakati secara internasional.
Untuk itu perlu dibuatkan juga MOU bilateral yang mengikat perihal :

a. Protap patroli terkoordinasi.


a. Protap panduan pelayaran internasional.
b. Protap penindakan terhadap pelanggaran.
c. Ketentuan bagi hasil dari jasa/pajak yang diterapkan.
d. dsb.

Dalam konteks tersebut, kerja sama pengamanan perlu dikembangkan


sebagai salah satu instrumen dalam mewujudkan rasa saling percaya di antara
negara-negara terkait untuk kepentingan nasionalnya. Untuk itu, diplomasi
pertahanan perlu diefektifkan melalui langkah-langkah yang lebih konkret dan
bermartabat.

Intervensi Asing. Mengingat banyaknya kepentingan diwilayah Selat Malaka,


perlu diwaspadai adanya keinginan negara lain untuk menguasai wilayah ini baik
secara militer maupun nirmiliter ataupunmengusulkan internasionalisasi wilayah
tersebut. Untuk itu kerjasama pengamanan dengan negara-negara maju diwilayah
tersebut harus sebatas bantuan peralatan/teknologi bukan dalam bentuk dislokasi
kekuatan. Mengantisipasi dominasi asing dari aspek nirmiliter perlu penguatan
fungsi intelijen dari masing-masing sumber daya nasional.
Indonesiaperlu mengadakan dan mengembangkan kerja sama pengamanan
wilayah Selat Malaka dengan negara-negara pantai disepanjang jalur tersebut.
Kerjasama ini ditujukan selain untuk membangun rasa saling percaya juga untuk
kepentingan nasional masing-masing. Sebagai negara dengan garis laut
terpanjang diwilayah tersebut, semestinya Indonesia berperan aktif sebagai
inisiator/koordinator. Untuk mencapai semua itu Indonesia harus memiliki
‘deterence and bargaining power’ sehingga menjadi keharusan untuk membangun
kekuatan dan kemampuan maritim nasional yang besar dan kuat. Apabila
maritim Indonesia kuat, maka tidak akan ada ketergantungan dan pelecehan dari
negara lain. Indonesia bangsa bahari, kata nenek moyang, ‘justru dilaut kita jaya!’
(dulu).

Letkol Adm Muh. Arief Damopolii


Peserta Suspimjemenhan III/2008

Anda mungkin juga menyukai