Anda di halaman 1dari 2

KEAMANAN SELAT MALAKA

Selat Malaka adalah sebuah selat yang terletak di antara Semenanjung Malaysia
(Malaysia) dan Pulau Sumatra (Indonesia). Dari segi ekonomi dan strategis, merupakan
salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia, sama pentingnya seperti Terusan Suez atau
Terusan Panama. Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik serta menghubungkan tiga dari negara-negara dengan jumlah
penduduk terbesar di dunia: India, Indonesia dan Republik Rakyat Cina. Sebanyak
50.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahunnya, mengangkut antara seperlima dan
seperempat perdagangan laut dunia. Sebanyak setengah dari minyak yang diangkut oleh
kapal tanker melintasi selat ini; pada 2003, jumlah itu diperkirakan mencapai 11 juta
barel minyak per hari, suatu jumlah yang dipastikan akan meningkat mengingat besarnya
permintaan dari negara Asia Timur, China merupakan negara pengimpor minyak
terbanyak di dunia.. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah kapal-kapal
dalam berbagai jenis dan ukuran yang melayari Selat Malaka. Bagian titik tersempit dari
Selat ini adalah di Philip Channel dengan lebar kira-kira 800 meter dan arus lautnya
dapat mencapai kecepatan 3 mil dengan perubahan kecepatan yang tidak teratur. Berbagai
kedangkalan yang kurang dari 23 meter banyak terdapat di Selat ini. Tentu saja
kedangkalan ini sangat berbahaya bagi kapal-kapal raksasa yang sarat-bebannya lebih
dari 19 meter.
Disamping itu semua, dengan kondisi selat yang sempit dan dangkal menyebabkan
kawasan itu menjadi sebuah target pembajakan dan ancaman terorisme. Pembajakan di
Selat Malaka menjadi masalah yang mendalam akhir-akhir ini, hal ini terlihat dari data
yang meningkat dari 25 serangan pada 1994 hingga mencapai rekor 220 pada 2000.
Lebih dari 150 serangan terjadi pada 2003. Jumlah ini mencakup sekitar sepertiga dari
seluruh pembajakan pada 2003. Ancaman akan munculnya aksi terorisme berasal dari
kemungkinan sebuah kapal besar dibajak dan ditenggelamkan pada titik terdangkal di
Selat Malaka sehingga akan menghalang lajur pelayaran dan apabila aksi ini berhasil
dilancarkan maka, efek yang parah akan timbul pada dunia perdagangan.
Indonesia beserta Malaysia dan Singapura telah sepakat untuk mengatasi permasalahan
tersebut khususnya penanganan masalah perompakan dan ancaman lain terhadap
keamanan selat dengan melaksanakan suatu konsep kerjasama Patroli terkoordinasi di
Selat Malaka. Sikap Indonesia dalam menghadapi isu pengelolaan keamanan di Selat
Malaka dipengaruhi oleh banyak hal yang merupakan cerminan dari kepentingan nasional
dan kebijakan luar negeri Indonesia. Apabila dilihat dari kepentingan nasionalnya, maka
Indonesia menolak adanya intervensi pasukan asing terutama dari Amerika Serikat.
Dengan tidak melibatkan pasukan asing, Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia
luar bahwa dengan kondisi peralatan dan ekonomi yang serba terbatas, Indonesia masih
mampu memberikan rasa aman di Selat Malaka yang menjadi tanggung jawabnya. Rasa
aman inilah yang diharapkan pada akhirnya dapat memperbaiki iklim investasi di
Indonesia dan memancing investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang pada
akhirnya tentu saja dapat menggairahkan kembali perekonomian di Indonesia. Sementara
itu, dari segi kebijakan luar negeri bahwa penempatan pasukan asing dan pelaksanaan
operasi khusus didalam wilayah Indonesia bertentangan dengan salah satu prinsip
kebijakan luar negeri Indonesia yaitu tidak berpihak atau non blok. Dan yang tidak kalah
penting adalah bahwa penolakan Indonesia terhadap penempatan pasukan asing di Selat
Malaka karena bertentangan dengan hukum internasional dimana didalam UNCLOS
yang menyatakan bahwa negara pantailah yang berwenang dalam mengamankan selat
malaka sehingga negara asing tidak mempunyai kewenangan atas keamanan dan
keselamatan di selat Malaka karena bertentangan dengan hak berdaulat negara pantai.

Wayan Deli/ Suspimjemenhan III

Anda mungkin juga menyukai