Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Dalam kaitannya dengan bahasa yang kita gunakan sehari hari, tidak luput dari bahasa baku dan tidak baku. Dewasa ini seperti yang kita keatahui, bahwasanya masyarakat sulit membedakan bahasa baku dan tidak baku. Masyarakat lebih cenderung kepada bahasa tidak baku bahkan lebih banyak menggunakan bahasa bahasa gaul di bandingkan dengan bahasa baku. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis memandang perlu menyusun makalah ini dengan diterbelakangi perlu menyusun makalah ini dengan di latarbelakangi bahwa kajian sumber yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan atau wawasan kepada khalayak umum tentang bahasa baku dan tidak baku serta ejaan yang di sempurnakan.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan yang sebelumnya dipaparkan maka kajian dipokuskan kepada permasalahn : 1. 2. 3. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa baku dan tidak baku? aspek aspek apa saja yang ada dalam sistem ejaan menjelaskan apa yang ada dalam ejaan dalam peristilahan

C.

Tujuan Penulisan Adapun tujuan dan aksud penulisan dalam makalah ini adalah :

1. 2. 3. 4.

Untuk memenuhi nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengetahui bahasa baku dan tidak baku serta ejaan yang disempurnakan. untuk mengetahui lebih dalam tentang ejaan yang disempurnakan. Untuk memperdalam ilmu tentang bahasa baku dan tidak baku dalam.

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Ragam Bahasa Baku Dan Tidak Baku Ragam bahasa baku adalah ragam yang lembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat pemakai bahasan sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaanya. Sedangkan Ragam bahasa tidak baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah kaidah umum tersebut. Ciri ciri ragam baku

1.

Kemantapan Dinamis Adalah bahasa yang mantap sesuai dengan kaidah yang berlaku tetapi tidak kaku.

2.

Cendikia Dipakai pada situasi situasi resmi

3.

Seragam Yaitu pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman bahasa

B.

Ejaan Yang Disempunakan Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, ejaan republik. Menurut Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai (2002 : 170) : ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang lambang itu (pemisah dan penggabungan dalam satu bahasa). Selanjutnya departemen pendidikan dan kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.

BAB III PEMECAHAN MASALAH

3.1

Bahasa Baku Dan Tidak Baku

3.1.1 Menggunakan Kata Baku Dan Tidak Baku Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah atau ragam bahasa Indonesia yang telah ditentukan dan disetandarkan. Perhatikan kalimat kalimat tersebut ! 1. 2. 3. Dia bilang, ibu rani meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Dia ngga mau mengakui kesalahannya. Bukan pebruari ini ia harus menghadiri seminar di jakarta. Kalimat kalimat diatas menggunakan kata kata tidak baku. Bentuk baku dari kata kata tersebut adalah berkata, pebruari dan tidak.

3.2

Ejaan Yang Disempurnakan

3.2.1 Sistem Ejaan Dalam suatu bahasa sistem ejaan lazimnya mempunyai tiga aspek yaitu : 1. Aspek Ponologis Aspek ini menyangkut pelambangan fonem dengan huruf dan penyusunan abjad.

2.

Aspek Morfologis Aspek ini menyangkut pelambangan satuan satuan morfemis. Morfologis atau kata bentuk adalah bagian dari kata dan segala hal proses pembentukannya. Dalam morfologi unit terkecil yang mempunyai makna dan tugas ialah morfem. Morfem terbagi 2 yaitu :

Morfem bebas Morfem terikat

3.

Aspek Sintoksis aspek ini menyangkut pelambangan ujaran dengan tanda baca.

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu : 1. a. Pemakaian huruf Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia : A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z.

b. c.

Pemenggalan Kata Gabungan Huruf Konsonan

2. a. -

Penulisan Huruf Huruf Kapital Dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat Dipakai sebagai huruf pertama pada petikan langsung Dipakai sebagai huruf pertama nama orang Dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan

Selain itu juga huruf kapital bisa dipakai di harap pertama yang lainnya.

b. -

Huruf Miring Menuliskan nama buku, majalah dan lain lain Menuliskan kata nama nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.

3.

Penulisan unsur serapan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan dengan bentuk asalnya.

4.

Penulisan kata A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: ibu, percaya, kantor

B. Kata Turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: dikelola, bergeletar, penetapan 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi 3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Mislanya: menggarisbawahi, penghacurleburan 4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati, mahasiswa, mancanegara

C. Bentuk Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, gerak-gerik

D. Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar 3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, matahari, manasuka E. Kata Ganti ku, kau-, -mu, dan nya Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: kumiliki, kauambil, bukuku, rumahmu, bajunya

F. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: di lemari ke pasar, dari Banjarmasin

G. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: sang Kancil, si pengirim

H. Partikel 1. Paratikel lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik. 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. 3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: per 1 April.

I. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar, rapim

J. Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II 2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100 yen 3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
6

alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga 6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20 7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun 50-an, uang 5000-an 8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. 9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. 10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta rupiah. 11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai dua puluh orang pegawai. 12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

5.

Pemakaian tanda baca 1. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan contoh: Saya suka makan nasi. Sebuah kalimat diakhiri dengan titik. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan. Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. contoh: Irwan S. Gatot George W. Bush

Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contoh: Anthony Tumiwa

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh: Dr. (Doktor) Ny. (Nyonya) S.E. (Sarjana Ekonomi)

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Contoh: dll. (dan lain-lain) dsb. (dan sebagainya) tgl. (tanggal) Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan tidak mempergunakan singkatan.

5. Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagian ikhtisar atau daftar. contoh: I. Penyiapan Ulangan Umum. A. Peraturan. B. Syarat. Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik tidak dipakai pada akhir sistem desimal. Contoh: 1.1 1.2 1.2.1

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)

7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah. contoh: Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal. Nomor Giro 033983 telah saya kasih kepada Michael.

8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga8

lembaga nasional di dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat. contoh: Sekjen : (Sekretaris Jenderal) UUD : (Undang-Undang Dasar) SMA : (Sekolah Menengah Atas) WHO : (World Health Organization)

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. contoh: Cu (Kuprum) 52 cm l (liter) Rp 350,00

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya. contoh: Latar Belakang Pembentukan Sistem Acara

11. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat. contoh: Jalan Kebayoran 32 Jakarta, 3 Mei 1997 Yth.Sdr.Ivan Jalan Istana 30 Surabaya

2. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang. Jadi, saya tidak jadi datang.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. contoh: O, begitu. Wah, bukan main.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. contoh: Medan, 18 Juni 1984 Medan, Indonesia.

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. contoh: Rinto Jiang,S.E.

10

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. contoh: 33,5 m Rp 10,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.

13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. contoh: dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.

3. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. contoh: malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur, adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4. Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. contoh: yang kita perlukan, sekarang ialah barang-barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.

11

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. contoh: Ketua : Borgx Wakil Ketua : Hayabuse Sekretaris : Ivan Lanin Wakil Sekretaris : Irwan Gatot Bendahara : Rinto Jiang Wakil bendahara : Rex

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. contoh: Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!" Rex : "Siap, Boss!" 4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan. contoh: (i) Tempo, I (1971), 34:7 (ii) Surah Yasin:9 (iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi sudah terbit.

5. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

5. Tanda Hubung (-) 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. contoh: ....dia beli baru juga. -Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris. contoh: .... masalah itu akan diproses.

12

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris. contoh: .... cara baru mengukur panas akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. contoh: .........menghargai pendapat.

3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. contoh: anak-anak tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. contoh: p-e-n-g-u-r-u-s

5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan. bandingkan: ber-evolusi dengan be-revolusi dua puluh lima-ribuan (20x5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1x25000). Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah PN dengan di-PN-kan.

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbulan atau kata. contoh: se-Indonesia hadiah ke-2 tahun 50-an ber-SMA KTP-nya nomor 11111 bom-V2 sinar-X.

13

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Contoh: di-charter pen-tackle-an Sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang).

6. Tanda Pisah () 1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat. contoh: Wikipedia Indonesiasaya harapkanakan menjadi Wikipedia terbesar -Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa jarak. contoh: MedanIbu kota Sumutterletak di Sumatera

2. Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas. contoh: Rangkaian penemuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'. contoh: 19191921 MedanJakarta 1013 Desember 1999

7. Tanda Garis Bawah (_)

8. Tanda Elipsis (...) Tanda ini dinyatakan dengan menggunakan tiga titik, untuk mengekspresikan jeda dan keheningan agak panjang dalam sebuah kalimat, agar pembaca dapat memahami situasi yang hening atau menunggu. Tanda ini juga digunakan untuk menggambarkan bahwa kalimat tersebut dilisankan dengan berbisik atau suara yang pelan sekali. Pada penulisan petikan langsung jika tanda elipsis diulang-ulang beberpa kali berarti bahwa kalimat tersebut dilisankan dengan terbata-bata dan sangat pelan.

14

9. Tanda Tanya (?) Ditulis hanya pada akhir kalimat untuk menggambarkan kalimat pertanyaan, sehingga pembaca akan mengerti intonasi kalimat tersebut jika dilisankan/ diucapkan. Dengan demikian kalimat tanya dimengerti dan merangsang pembaca atau pendengar untuk menjawab pertanyaan tersebut.

10. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Contoh: Alangkah mengerikannya peristiwa itu! Bersihkan meja itu sekarang juga! Sampai hati ia membuang anaknya! Merdeka!

11. Tanda Kurung ((...)) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Misalnya: Bagian Keuangan sudah selesai menyusun anggaran tahunan kantor yang akan dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) besok Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia. Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a) Pembalap itu berasal dari (kota) Medan. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Misalnya: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

12. Tanda Kurung Siku ([...]) Digunakan untuk tambahan komentar yang bukan berasal dari penulis asli. Contoh: Katanya, "[Adam] tidak datang ke sekolah hari ini".

15

13. Tanda Kurung Lancip (<...>) Biasa digunakan di bahasa komputer HTML

14. Tanda Kurung Kurawal ({...}) biasa digunakan untuk menyatakan notasi matematika

15. Tanda Kurung Ganda (...) Biasa digunakan di bahasa pemrograman komputer

16. Tanda Petik ("...")

1. Tanda petik digunakan untuk menyatakan suatu kalimat langsung atau kadang juga sebagai penegasan. contoh: kata Ketua, "Kita akan segera berangkat besok."

17. Tanda Petik Tunggal ('...') Tanda petik tunggal biasa digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. Misalnya, seperti di bawah ini. Aku mendengar seseorang memanggil, Nori, Nori, dari hutan itu, ujar Ramon. Tanda petik tunggal juga digunakan untuk mengapit terjemahan, ungkapan asing, atau penjelasan kata. Kalau dalam linguistik, tanda petik itu disebutkan mengapit makna.

18. Tanda Ulang (...2) Ditulis dengan menambahkan angka 2 (atau 2) di akhir kata yang seharusnya diulang, menandakan kata tersebut diulang dua kali. Tanda penyingkatan ini tidak resmi. Kata yang berulang harus ditulis penuh. Contoh: Buku-buku (bukan "buku2") Saudara-saudara (bukan "saudara2") penggunaan tanda ulang (...2) biasanya dipakai oleh seorang notulen untuk menyingkat kata ulang.

19. Tanda Garis Miring (/) Biasa digunakan untuk menyatakan "atau", biasanya untuk dua kata yang bersinonim. Contoh: Membuat / melakukan. (dibaca: membuat atau melakukan) Untuk dua hal yang hampir serupa bunyinya, dalam hal ini tanda "/" tidak dibaca. Contoh: RT/RW AC/DC

16

Sebagai lambang matematika untuk pembagian (tanda bagi).

20. Tanda Garis Miring Terbalik (\)

21. Tanda Penyingkat (Apostrof)(`)(')

Huruf kapital atau huruf besar sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Dia mengantuk Kita harus bekerja keras

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Bapak menasihati, "Berhati-hatilah, Nak!"

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.; Allah Yang Maha Pengasih

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dari nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Haji Agus Salim Presiden Soekarno

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau nama tempat. Ia Gubernur DKI Jakarta Bapak Menteri Hari Sabarno Tetapi perhatikan juga penulisan berikut! "Siapakah gubernur yang baru saja dilantik itu?" Brigadir Jendral Sugiarto baru dilantik menjadi mayor jendral.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang. Ricky Setiawan Vieta Fitria Diani
17

Muhammad Alif Atma Ain Azza

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. suku Sasak bangsa Indonesia Tetapi perhatikan juga penulisan berikut! mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan. Catatan: Huruf kapital tidak dipakai untuk kata 'bangsa', 'suku', dan 'bahasa' yang mengawali sebuah nama.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Bandung Lautan Api Proklamasi Kemerdekaan Tetapi perhatikan juga penulisan berikut! memproklamasikan kemerdekaan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi Asia Tenggara Jazirah Arab Tetapi perhatikan juga penulisan berikut! Berlayar ke teluk. Pada hari minggu ku turut ayah ke kota. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama negara, badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali konjungsi. Departemen Pendidikan Nasional Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Tetapi perhatikan juga penulisan berikut! Menurut undang-undang dasar kita Menjadi sebuah republik

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel, seperti: di, ke, dari, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. Dari Ave Maria ke Jalan Lain Menuju Roma Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah Umum

18

Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Dr. = Doktor dr. = Dokter

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Kapan Bapak berangkat? Surat Saudara sudah saya terima. Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Huruf kapital dipakai untuk menyebutkan judul karya ilmiah (bukan judul buku). PENELITIAN BAWANG GORENG Catatan: Jika judul karya ilmiah itu memiliki kata konjungsi (kata penghubung), maka huruf kapital hanya diberikan di huruf pertama setiap kata, sementara huruf pertama kata konjungsi tetap menggunakan huruf kecil. Penelitian Tentang Gempa Aceh dan Yogyakarta.

Penulisan kata Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.

1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu. 2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].

2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi

3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.

19

4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.

5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: nonIndonesia.

3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (centang-perenang, sayur mayur).

4. Gabungan kata atau kata majemuk

1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola. 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya. 3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.

5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.

6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.

7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.

8. Partikel 1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah. 2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun. 3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.

20

9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan akronim.

10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka. Kata turunan Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut. Jenis imbuhan Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi: 1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.

1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya

2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran. 1. ber-an dan ber-i 2. di-kan dan di-i 3. diper-kan dan diper-i 4. ke-an dan ke-i 5. me-kan dan me-i 6. memper-kan dan memper-i 7. pe-an dan pe-i 8. per-an dan per-i 9. se-nya 10. ter-kan dan ter-i

3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing). 1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita. 2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.

Awalan mePembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut: 1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh meluluh, me- + makan memakan. 2. me- mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca membaca, me- + pukul memukul*, me- + vonis memvonis, me- + fasilitas + i memfasilitasi.
21

3. me- men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang mendatang, me- + tiup meniup*. 4. me- meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis mengikis*, me- + gotong menggotong, me- + hias menghias. 5. me- menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom mengebom, me+ tik mengetik, me- + klik mengeklik. 6. me- meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu menyapu*.

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus: 1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu menipu, me- + sapu menyapu, me- + kira mengira. 2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi mengklarifikasi. 3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi mengkonversi. Aturan khusus Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu: 1. ber- + kerja bekerja (huruf r dihilangkan) 2. ber- + ajar belajar (huruf r digantikan l)

3.3

Ejaan Dalam Pristilahan

3.3.1

Ejaan Fonemik Penulisan istilah pada umumnya berdasarkan ejaan fonemik : artinya hanya satu bunyi yang berfungsi dalam bahasa indonesia yang dilambaangkan dengan huruf.

3.3.2

Ejaan Etimologis Untuk menegaskan makna yang berbeda, istilah yang homonim dengan kata lain dapat ditulis dengan mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya, sehingga bentuknya berlainan walaupun lafalnya mungkin sama.

3.3.3

Transliterasi Pengerjaan istilah dapat juga dilakukan menurut aturan kansliterasi yakni penggantian huruf demi huruf, dari huruf abjad yang satu keabjad yang lain, lepas dari bunyi lafal yang sebenarnya.

22

3.3.4

Ejaan Nama Diri

Ejaan nama diri, termasuk merek dagang, yang didalam bahasa aslinya ditulis dengan huruf latin tidak aberubah.

3.3.5

Penyesuaian Ejaan Dalam perkembangannya, bahasa indonesia menyerap unsur berbagai bahasa lain. Pertama unsur unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya. Kedua unsur asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia.

3.3.6

Penyesuaian Huruf Gugus Konsonan Asing Huruf gugus konsonan pada istilah asing yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indoensia.

3.3.7 3.3.8

Penyesuaian imbuhan asing Penyesuaian awal

23

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan Ragam bahasa baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat EYD adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang undangan, surat menyurat, dan rapat resmi. Bahasa baku terutama digunakan sebagai bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa. Bahasa baku umumnya ditegakkan melalui kamus (ejaan dan kosakata), tata bahasa, pelafalan, lembaga bahasa, status hukum, serta penggunaan di masyarakat (pemerintah, sekolah dan lain lain). Kata baku mengalami penurunan dalam penggunaannya istilah bentuk kata mengacu pada tulisan dan ucapan kata apabila tidak ad kesepakatan tentang arti suatu kata, kesalahpahaman akan terjadi.

Saran

Bahasa Baku itu sangat perlu, (apa jadinya para pembelajar berbahasa asing yang sedang mempelajari Bahasa Indonesia jika tidak ada bahasa baku).... Bahasa tidak baku juga perlu untuk perkembangan bahasa itu sendiri ....

Sebaiknya para pelajar menggunakan bahasa baku di dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa baku sudah jarang di mengerti di kalangan masyarakat. Begitu pula dalam bergaul mereka juga boleh menggunakan bahasa tidak baku. Diharapkan pada pembaca mampu mengetahui ciri ciri kata baku dan tidak baku, baik dalam bentuk, makna cara penulisan dan pengucapannya. Dengan memilih kata dengan cermat dapat dipastikan seseorang akan menempatkan kata dalam kalimat dengan benar.

Bahasa baku tidak dapat dipakai untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum dan pembicaraan dengan orang yang dihormati. Di luar keempat penggunaan itu, dipakai raham tak baku.

24

DAFTAR PUSTAKA

tt. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung : Yrama Widya http. Ensiklopedi. 2000 Drs. Ganda Asep Dkk. 1994. Bahasa Indoensia Untuk SLTP Kelas III. PT Pribumi Mekar. Arifin, Zainal, E. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta:Antar Kota.--------------------. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Baik Dan Benar. Jakarta: PT-------------------. 1985. Inilah Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.--------------------. 1993. Pembukaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rhineka Cipta.Badudu, j.s. 1994. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhrata Media.Chaer, abdul. 1989. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.Keraf, Gorys. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia Untuk Umum. Jakarat: PT.Gramedia Pustaka Utama.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1979. Pedoman Umum Ejaan yangDisempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com

25

Anda mungkin juga menyukai