Sebuah judul lagu dari The Rolling Stones, yang selalu menghiburku disaat godaan
konsumtif mnyerang..
Seringkali di tempat kerjaku, kita bercerita tentang ini itu, biasanya yang sudah punya
anak akan menceritakan tentang pengalaman dalam membesarkan anaknya, problem
yang paling sering mengemuka adalah anak ngadat di pusat pertokoan karena ada benda
yang dia inginkan, biasanya orang tua yang kebetulan berpenghasilan lebih akan
secepatnya memenuhi keinginan anak tersebut, karena malu dan males melihat anak yang
menangis meraung-raung di pusat perbelanjaan. Pada saat itu memang masalah
terselesaikan, tetapi untuk jangka panjangnya apakah dengan cara seperti itu akan
bermanfaat untuk kesehatan perkembangan jiwa anak tersebut? Aku pikir itu akan
menjadi bom waktu yang akan merugikan dalam pembentukan pribadi anak tersebut,
belum lagi anak akan merasa mempunyai senjata pamungkas bila ada sesuatu yang ia
inginkan..Juga berpengaruh untuk masa perkembangan anak menjadi besar, anak yang
biasa dituruti segala kemauannya akan mempunyai sifat ingin mencari mudahnya saja,
kurang mempunyai jiwa bersaing untuk mendapatkan sesuatu.
Padahal dalam kehidupan nyata, anak harus disiapkan untuk menghadapi persaingan
dengan anak-anak yang lainnya, begitu anak tersebut bersosialisasi dengan teman-
temannya disana dia akan menemukan sifat-sifat dari anak-anak yang lain, bisa jadi ada
teman yang menuruti kehendaknya, atau malah ada anak yang lahir dilingkungan yang
keras, biasanya anak seperti ini akan menjadi Raja Kelas di sekolahannya. Akan siapkah
anak-anak yang biasanya termanjakan dirumah untuk menghadapi tantangan seperti ini,
belum lagi persaingan dalam pelajaran, sudah selayaknya anak-anak untuk diberi
pengertian bahwa tidak semua yang dia inginkan itu bisa dimiliki, kadang mungkin harus
tega melihat anak menangis tidak dibelikan apa yang dia mau, tetapi kalau kita berpikir
panjang mungkin kita akan tega dan tentunya sedikit demi sedikit kita ajarkan bahwa
tidak harus semua yang ada di toko tersebut harus dia miliki, karena dengan terasa
sulitnya untuk memiliki sesuatu, secara tidak langsung anak tersebut akan makin
menghargai barang yang dia dapatkan tersebut, pasti kita juga akan kesal melihat barang
yang dia bela-belain ngadat di pusat pertokoan tersebut begitu sampai dirumah hanya
dimainkan mungkin beberapa menit dan akhirnya dia tinggalkan untuk bermain lagi
dengan benda yang lain..
Kejadian tersebut akan terasa pada saat kita dewasa sekarang, aku masih suka tergoda
oleh barang-barang terutama elektronik, padahal secara fungsi dan manfaat tidak terlalu
ada gunanya seperti pemutar MP3 yang hanya keluaran baru ada fungsi yang sedikit
berbeda dalam pengoperasiannya dengan model yang lama, dan itu menjadikan poin
utama yang menjadi alasan untuk membeli barang tersebut, dan..biasanya itu hanya
membuat excited 1 jam awal saja sisa kesananya akan terasa biasa lagi tidak jauh
bebrbeda dengan yang telah kumiliki, dari situ bisanya timbul penyesalan kenapa harus
maksa beli yah..mengambil hikmah dari pengalaman tersebut akhirnya aku biasanya
kalau jalan-jalan disaat iseng tanpa ada tujuan membeli sesuatu, aku hanya membawa
uang secukupnya, dan semua kartu kredit disimpan dirumah..itu akan lebih aman dan
kalaupun ada barang yang tiba-tiba menarik perhatian, kita tidak akan mampu langsung
membelinya, jadi ada waktu disaat pulang kerumah baru bisa dipikirkan dengan jernih
perlu atau tidaknya membeli barang tersebut, dibandingkan disaat kita berada di depan
barang tersebut pasti nafsu memiliki yang akan berperan..kalau sudah seperti ini aku
langsung membayangkan Mick Jagger sedang malantunkan “You Can’t Always Get
What You Want”…
Yah ini hanyalah pengalaman murni pribadi, masalah perkembangan anak juga itu murni
hanya pengamatan pribadi bukan dari hasil riset ilmiah, karena aku juga belum punya
anak hehe..jadi mohon maaf kalau memang tulisan ini banyak salahnya, karena aku
sekolah jurusan ekonomi, kalau ada benarnya mohon disimpan didalam hati saja, kalau
banyak salahnya anggap saja tidak ada tulisan ini..Thank you..