Anda di halaman 1dari 2

Sifat Yang Menyebalkan...

Hampir setiap hari, aku selalu membawa bekal untuk makan siang ditempat kerja, dari
rumah, pertama karena kadang waktu yang ada tidak memadai untukku makan siang
keluar, kedua dari segi kepraktisan, dan yang jelas lebih hemat, dibanding makan keluar
yang biasanya hanya dihabiskan waktunya untuk memilih tempat makan.
Alhamdulillah, setelah mengetahui menjemput rejeki itu susah, aku jadi lebih menghargai
apa yang disediakan dirumah, dulu sewaktu sekolah rasanya, banyak sekali makanan
yang aku tidak sukai, belum lagi alasan bosen dengan menu yang itu-itu saja
dirumah..tapi sekarang apapun yang ada aku pasti memakannya, teringat ke zaman dulu
waktu masih sekolah, tiap pulang sekolah ibuku telah menyiapkan makan siang untukku,
tapi karena sifat yang saat itu masih selalu ingin diperhatikan atau tidak menerima
kadaan, kadang aku menyakiti hati ibuku dengan tidak memakan makanan yang telah ia
sediakan, saat itu rasanya biasa saja. Tapi seiring dengan bertambahnya usia dan
pengalaman hidup yang kualami, aku sedikit demi sedikit mengerti kenapa ibuku sering
sakit hati dengan sikapku, begitu mempunyai penghasilan sendiri barulah terasa bahwa
uang itu, bukan hanya untuk dihabiskan untuk urusan perut semata, masih banyak yang
harus dipenuhi dalam hidup ini dengan uang gajiku itu.
Sekarang ini yang ingin aku ceritakan dan berbagi dengan teman-teman adalah, masih
ada seorang temanku yang sifatnya masih seperti aku waktu sekolah dulu..yap,
menyebalkan!! Pernah suatu waktu aku mengajak salah seorang pegawaiku untuk makan
siang bersamaku, dan kebetulan ada temanku ditempat kerjaku, jadi sekalian aku ajak dia,
karena kita telah sepakat akan makan di rumah makan padang, temanku mengiyakan saja,
setelah kita memesan makanan, temanku muali rebut bahwa yang ia pesan tidak panas
dagingnya, kemudian dia berikan kepada pegawaiku lalu dia mengeluh lagi bahwa
makanan yang lain pun tidak sesuai dengan selera dia, yang akhirnya dia hanya makan
nasi putih dan bumbu yang ada diatasnya, kontan saja sikap dia tersebut membuat selera
makan kami hilang entah kemana, yang ada hanyalah kejengkelan melihat sikap manja
yang diperlihatkan temanku itu, tapi saat itu aku masih menahan diri tidak memberi tahu
bahwa sikap tersebut telah merusak selera makan kita.
Yang terakhir ini kejadiannya hanya beberapa hari yang lalu sehingga aku gatal ingin
menulisnya, disaat makan siang aku langsuns kebelakang untuk membuka bekal makan
siang yang kubawa dari rumah, dan kebetulan saat itu temanku sedang ada ditempat
kerjaku, dia kebelakang mngikutiku dan setelah melihat bekal yang kubawa, dia
berteriak-teriak kepada karyawanku dan teman-temanku yang lain “wah..koq bias yah
makan dengan sayur seperti itu, liatnya aja aku udah ga selera” begitu dia berkata..huh,
sabarr-sabarr..walaupun dengan susah menelan akhirnya habis juga makanan yang
kubawa tersebut, cumin hati masih panas, saat ini aku sudah ga tahan dengan perilaku dia
yang sungguh menyebalkan ini, akhirnya aku mengajak dia ngobrol, tentang rencana
perkawinannya yang hanya tinggal hitungan minggu, aku cumin mengingatkan bahwa
hal-hal seperti itu, mungkin akan menjadi kendala dalam perkawinannya bila dia selelu
bersikap seperti itu, dan ternyata diapun mengakui bahwa ibunya pun sudah mewanti-
wantinya supaya sifatnya berubah bila dia tinggal dirumah keluarga istrinya, dan akupun
menanyakan apa yang membuat dia tidak mau makan yang telah disediakan ibunya
dirumah, dia hanya beralasan banyak sekali makanan yang dari bentuknya tidak menarik
buat dia, wah..hebat kan?? Terus aku bertanya, kalau dia paksakan makan makanan
tersebut apakah dia akan mati saat itu?? Dia bilang,ya jelas tidak katanya, terus aku
mengingatkan bahwa usia dia sudah terlalu tua untuk bertingkah seperti itu, dan berapa
usia ibunya sekarang ini, dan harus menerima perlakuan dari anaknya seperti itu, aku
cuman mengingatkan bahwa seorang ibu tidak akan menganggap anaknya sudah tua, dia
akan selelu menyiapkan keperluan anaknya berapapun umur si anak tersebut, selama dia
masih kuat dan si anak masih tinggal bersamanya, dia tidak akan mengenal rasa capek
untuk menyediakan kebutuhan anaknya, tinggal kita yang harus pandai menerima rejeki
yang duberikan Allah kepada kita dari hari kehari, aku hanya mengingatkan bahwa setiap
pagi si ibu harus berpikir keras memasak apa biar si anak mau makan dirumah, belum
lagi belanja bahan-bahan walaupun mungkin ada tukang sayur yang datang, ditambah
lagi proses memasak yang memakan waktu lama, apakah tidak ada harganya semua usaha
itu dimata dia, dan begitu semua tersaji dimeja makan, apakah kita masih tega bilang
“masakan apa ini’?? betapa sakitnya hati ibu sebetunya kalau kita mau memikirkannya,
tapi ibu mana yang akan memperlihatkan kekecewaannya kepada kita, dulu aku sering
sekali membuat ibuku menangis hanya hal sepele seperti ini, maka itu aku mengingatkan
temanku bahwa penyesalan tersebut tak pernah hilang dalam hatiku..telah melukai hati
ibuku hanya karena hal sepele, makanan..yang nota bene kita makan pun ga akan
membuat kita sakit atau mati karena kita memakannya, yang ada pasti kenyang, akhirnya
temanku sedikit memikirkan omonganku kepadanya, dan mungkin buat dia baru
terpikirkan saat itu.. sejak saat itu, temanku suka membawa bekal makan siang dari
rumah, dan dia selalu menyempatkan menemaniku makan siang bersamanya, dan
akhirnya aku selalu becandain dia, jangan sampe cerai gara-gara makan deh ntar kalo
udah kawin..dan, dia hanya bisa tersenyum saja..alhamdulillah semoga kebaikan dia
ataupun aku dapat bermanfaat bagi yang lain..dan aku hanya bisa berkata ya Allah,
terimakasih Engkau masih memberikan rizki untukku, dan telah memberikan seorang ibu
yang sabar dan selalu mengasihi anak-anaknya..terimakasih ya Allah…

Bandung 28 April 2008

Anda mungkin juga menyukai