Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

Di seluruh penjuru dunia jumlah penyandang diabetes melitus (DM) terus mengalami peningkatan. Demikian juga jumlah penyandang diabetes melitus pada anak, yang dikenal dengan DM tipe 1 terus meningkat. Di amerika serikat pada tahun 2007 dilaporkan terdapat 186.300 anak usia kurang dari 20 tahun yang menyandang DM tipe 1 atau 2. Angka tersebut sama dengan 0,2 persen penduduk amerika pada kelompok umur tersebut. Di finlandia, tidak sulit menemukan DM tipe 1 karena angka kejadiannya dilaporkan paling tinggi di dunia, sedangkan jepang memiliki angka paling rendah. Di indonesia jumlah pasti penyandang DM tipe 1 belum diketahui meskipun angkanya dilaporkan meningkat cukup tajam akhir-akhir ini. Sebagai gambaran saja, jumlah anak DM tipe 1 dalam ikatan keluarga penderita DM anak dan remaja ( ikadar ) jumlahnya sudah mencapai 400 orang. Karena belum banyaknya jumlah DM pada anak yang ditemukan di indonesia, maka orang tua dan dokter sering tidak waspada dengan penyakit tersebut. Banyak orang tua bahkan tidak percaya anaknya menyandang DM dan baru menyadari saat sakitnya sudah cukup berat. DM tipe 1 adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kerusakan sel yang memproduksi insulin beta pankreas. Kurangnya insulin menyebabkan peningkatan glukosa darah puasa (sekitar 70-120 mg / dL pada orang nondiabetes) yang mulai muncul dalam urin di atas ambang ginjal (sekitar 190-200 mg / dl pada kebanyakan orang), sehingga menghubungkan ke gejala di mana penyakit ini diidentifikasi di zaman kuno, kencing manis. Glikosuria atau glukosa dalam urin menyebabkan pasien untuk buang air kecil lebih sering, dan minum lebih dari normal (polidipsia). Klasik, ini adalah gejala karakteristik yang diminta penemuan penyakit. Diabetes tipe 1 fatal kecuali diobati dengan insulin eksogen. Injeksi adalah metode tradisional dan masih paling umum untuk mengelola insulin; injeksi jet, berdiamnya kateter, dan insulin menghirup juga telah tersedia di berbagai waktu, dan ada beberapa metode
1

eksperimental juga. Semua menggantikan hormon yang hilang sebelumnya sekarang diproduksi oleh non-fungsional sel beta di pankreas. Dalam beberapa tahun terakhir, transplantasi pankreas juga telah digunakan untuk mengobati diabetes tipe 1. Karena karakteristiknya yang khusus tersebut, diperlukan pengelolaan terpadu oleh tim yang terdiri atas ahli endokrinologi anak / dokter anak / ahli gizi / ahli psikiatri / psikologi anak, pekerja sosial, dan edukator. Kerjasam yang baik antara tim tersebut dengan pasien dan keluarganya akan menjamin tercapainya kontrol metabolik yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan berbagai macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin, atau keduanya. Sedangkan Diabetes Mellitus tipe-1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel -pankreas yang didasari proses autoimun.

II.2 PATOFISIOLOGI Penyebab diabetes tipe 1 masih belum sepenuhnya dipahami. Beberapa teori menyebutkan bahwa, diabetes tipe 1 umumnya terjadi akibat respon autoimun virally dipicu yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada sel yang terinfeksi.Virus ini juga ditujukan terhadap sel-sel beta di pankreas. Serangan autoimun mungkin dipicu oleh reaksi terhadap infeksi, misalnya dengan salah satu virus dari virus Coxsackie atau campak Jerman. DM tipe 1 merupakan diabetes melitus yang tergantung insulin. Kelainannya terletak pada sel beta, yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu sintesis dan sekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Akibat dari penurunan produksi insulin, penggunaan glukosa sebagai sumber energi terganggu. Tubuh akan menggunakan lemak dan protein. Karena metabolisme yang tidak sempurna, terjadi ketosis dan ketoasidosis.

II.3 GEJALA KLINIS Polidipsi, poliuria, polifagia, berat badan turun Hiperglikemia ( 200 mg/dl), ketonemia, glukosuria

Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus kedalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik. Oleh karena itu, pada dugaan DM tipe-1, penderita harus segera dirawat inap.

II.4 DIAGNOSIS Anamnesis Gejala klinis Laboratorium : Kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan > 200 mg/dl. Ketonemia, ketonuria. Glukosuria. Bila hasil meragukan atau asimtomatis, perlu dilakukan uji toleransi glukosa oral (oral glucosa tolerance test). Kadar C-peptide. Marker imunologis : ICA (Islet Cell auto-antibody), IAA (Insulin autoantibody), Anti GAD (Glutamic decarboxylase auto-antibody).

II.5 DIAGNOSIS BANDING Produksi berlebihan glukokortikoid atau katekolamin pada : o o o Tumor hipotalamus atau hipofisis Tumor atau hiperplasia adrenal Feokromositoma

Pada keadaan ini didapatkan uji toleransi glukosa yang abnormal dan glukosuria tanpa ketosis, yang disebabkan oleh peningkatan glikogenolisis dan

glukoneogenesis. Renal glukosuria. Pada keadaan ini didapatkan glukosuria tanpa hiperglikemia maupun ketosis.

II.6 PENATALAKSANAAN Adapun penatalaksanaan DM tipe-I adalah sebagai berikut : a. Pada dugaan DM tipe-1 penderita harus segera rawat inap b. Insulin Tipe 1 diobati dengan terapi penggantian insulin, biasanya dengan suntikan insulin atau pompa insulin, bersama dengan memperhatikan manajemen diet, termasuk pelacakan karbohidrat, dan pemantauan cermat kadar glukosa darah
4

menggunakan meter glukosa. Saat ini insulin yang paling umum adalah biosintesis produk yang dihasilkan menggunakan teknik rekombinasi genetik dan insulin analog.

Jenis insulin Meal Time Insulin Insulin Lispro (Rapid acting) Regular (Short acting) Background Insulin NPH dan Lente (Intermediate acting) Ultra Lente (Long acting) Insulin Glargine (Peakless Long acting)

Awitan

Puncak kerja

Lama kerja

5-15 menit 30-60 menit

1 jam 2-4 jam

4 jam 5-8 jam

1-2 jam 2 jam

4-12 jam 6-20 jam

8-24 jam 18-36 jam

2-4 jam

4 jam

24-30 jam

Diabetes tipe 1bila

tidak diobati dapat menyebabkan koma, karena

ketoasidosis diabetik. Alat monitor glukosa secara terus menerus telah dikembangkan dan dipasarkan yang dapat mengingatkan pasien untuk adanya kadar gula darah sangat tinggi atau rendah. Dosis total insulin adalah 0,5 - 1 UI/kg BB/hari. Selama pemberian perlu dilakukan pemantauan glukosa darah atau reduksi air kemih. Gejala hipoglikemia dapat timbul karena kebutuhan insulin menurun selama fase honeymoon. Pada keadaan ini, dosis insulin harus diturunkan bahkan sampai kurang dari 0,5 UI/kg BB/hari, tetapi sebaiknya tidak dihentikan sama sekali. Dalam kasus yang lebih ekstrim, transplantasi pankreas dapat mengembalikan regulasi glukosa yang tepat. Namun, operasi dan imunosupresi yang menyertai dianggap oleh banyak dokter lebih berbahaya daripada terapi penggantian insulin, dan tindakan ini merupakan upaya paling akhir. Eksperimental penggantian sel beta (dengan transplantasi atau dari sel induk) sedang diselidiki dalam program beberapa penelitian.

c. Diet Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia pubertas dapat juga ditentukan dengan rumus sebagai berikut : 1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat, 1015% protein (semakin menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak. Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut : 1. 20% berupa makan pagi 2. 10% berupa makanan kecil 3. 25% berupa makan siang 4. 10% berupa makanan kecil 5. 25% berupa makan malam 6. 10% berupa makanan kecil 7. Pengobatan penyakit penyerta seperti infeksi dan lain-lain. d. Pemantauan Pemantauan ditujukan untuk mengurangi morbiditas akibat komplikasi akut maupun kronis, baik selama perawatan di rumah sakit maupun secara mandiri di rumah, yang meliputi : Keadaan umum, tanda vital Kemungkinan infeksi Kadar gula darah (juga dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan glukometer) setiap sebelum makan dan menjelang tidur malam hari Kadar HbA1C (setiap 3 bulan) Pemeriksaan keton urine (terutama bila kadar gula > 250 mg/dl) Mikroalbuminuria (setiap 1 tahun) Adanya mikroalbuminuria merupakan parameter yang paling sensitif untuk identifikasi penderita resiko tinggi untuk nefropati diabetik.

Mikroalbuminuria mendahului makroalbuminuria. Pada anak dengan DM tipe-1 selama > 5 tahun, dianjurkan skrining mikroalbuminuria 1x/tahun. Bila tes positif,

maka dianjurkan lebih sering dilakukan pemeriksaan. Bila didapatkan hipertensi pada penderita DM tipe 1, biasanya disertai terjadinya nefropati diabetik. Fungsi ginjal Funduskopi untuk memantau terjadinya retinopati (biasanya terjadi setelah 3-5 tahun menderita DM tipe-1, atau setelah pubertas) Tumbuh kembang.

II.7 KOMPLIKASI 1. Komplikasi jangka pendek (akut) yang sering terjadi : hipoglikemia dan ketoasidosis. 2. Komplikasi jangka panjang biasanya terjadi setelah tahun kelima, berupa : nefropati, neuropati, dan retinopati. Nefropati diabetik dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe 1.

Diagnosis dini dan pengobatan dini penting sekali untuk : 1. Mengurangi terjadinya gagal ginjal berat, yang memerlukan dialisis 2. Menunda end stage renal disease dan dengan ini memperpanjang umur penderita

DAFTAR PUSTAKA
1. APEG. Clinical Practice Guidelines : Type-1 Diabetes in Children and Adolescents. 2005. 2. Drash AL. Management of the Child with Diabetes Mellitus-Clinical Course, Therapeutic Stategies, and Monitoring Techniques. In : Lifshitz F, ed. Pediatric Endocrinology. New York: Marcel Dekker ; 1996 : 617-29. 3. International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes. Consensus Guidelines 2000-ISPAD Consensus Guidelines for Management of Type 1 Diabetes Mellitus in Children and Adolescents. Zeist, Netherlands : ISPAD, 2000. 4. Netty EP, Faizi M. Diabetes Mellitus pada Anak dan Remaja. In : Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak No 32. Surabaya : Oktober 2002; 11-22. 5. Netty EP. Diabetes Mellitus Tipe I dan Penerapan Terapi Insulin Flexibel pada Anak dan Remaja. Diajukan pada Forum Komunikasi Ilmiah (FKI) Lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. February 13, 2002. 6. UKK Endokrinologi. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe-1 Di Indonesia. Jakarta : PP IDAI, 2000. 7. http://www.news-medical.net/health/Type-1-Diabetes-Treatment-(Indonesian).aspx

Anda mungkin juga menyukai