Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Makalah ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah Pengantar Fisika Zat Padat Bersamaan dengan ini penulis juga berharap ada kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Dan penulis juga berharap mudah-mudahan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran yang dapat mendu kung perkembangan ilmu Fisika.serta bermanfaat bagi kita semua, khususnya Mahasiswa Pendidikan Fisika.untuk itu kami ucapkan terima kasih. Jember. May 2011
Penulis
pembahasan statistika kuantum. Jika g1 adalah status dalam tingkat energy E1 dan n1 adalah jumlah partikel pada tingkat energy tersebut , maka haruslah n1 g1. Cara penempatan partikel adalah sebagai berikut. Partikel pertama dapat menempati salah satu diantara gi; partikel kedua dapat menempati salah satu dari (gi 1); partikel ketiga dapat menempati salah satu dari partikel di tingkat E1, adalah (gi2) dan seterusnya. Jumlah cara untuk menempatkan n1
jumlah cara untuk menempatkan n1 partikel di tingkat E1 menjadi: gi W1= N i ! ( g i N i )! Untuk berabgai sel yang digabungkan, probalitasnya adalah
W = W1 W2.. = Wi
Distribusi partikel kedalam keadaan keadaan energi, peluang termodinamika pada tingkat energi ke i : gi Ni Missal tingkat energi 2 dengan gi = 3 dan Ni = 2 banyak cara menyusun paertisi kedalam keadaan keadaan energi adalah : x X x x x x
W2 = pel
i
termodi mi "
i kedalam :
N2= partikel ditingkat 2 dengan banyaknya kedaan g2 N3 =partikel ditingkat 3 dengan banyaknya kedaan g3 C Energi Fermi Keadaan makro dengan pel ang terbesar, di ari W yang maksimum maka ln W maksimum, maka dln W = 0, lalu diterapkan untuk system yang terisolasi
W2 !
gi! g i !( g i N i )!
ln W = { ln gi - gi Ni ln Ni + Ni - gi Ni ln Ni gi Ni + gi Ni } dln W =
xl nW dN i xN i
ln gi Ni dNi +
= { - ln Ni dNi - dNi + = { - ln i d i + ln = l
i
i i }d i
dN e dN
dU = 0
i
!0
_ln
gi N I E F eja ! 0 dNj Ni
Sehingga :
ln
N Ni
!
Fej
gi
!0
i i
i d i
Fermi dirac (partikel identik dan tak dapat dibedakan tetapi tiap sel hanya dapat berisi tidak lebih dari satu pertkel).
#
i
gi gi
$
i
! e (E F e i )
gi ! e (E F i ) 1 Ni Ni ! e
i (E F i )
1 ! e (E F i )
1
gi g 1$ i Ni Ni
Ni !
Ni !
gi e e F ei 1
E
gi
e f eI
e KT e KT 1
Ni ! e N (e)de ! g (e)de
( ee f )
i ( ei e f ) KT
1
e f ( e) ! e 1
( ee f ) KT
KT 1
1
C.T mp ratur
rmi
Bentuk kurva f e Pada T =00 K, pada temperature absolute nol Kelvin T=0 , y Untuk e < ef p f e ! !
e g
Untuk e>ef
p f e !
!
eg
Pada temperature kamar, electron dalam metal tidak meninggalkan metal. Gb.1.2. memperlihatkan energi potensial didalam dan di luar metal. Sumur-sumur potensial terbentuk di sekitar inti atom. Dipermukaan metal dinding sumur potensial jauh lebih tinggi dari dinding Energi elektron yang bebas dalam metal tidak
gambar 1.2 Pada temperatur kamar elektron menempati tingkat energi di pita konduksi sampai di sekitar tingkat Fermi, seperti diperlihatkan pada Gb.1.1.. Untuk mengeluarkan elektron dari dalam metal diperlukan tambahan energi; di Gb.1.2 tambahan energi ini ditunjukkan oleh disebut work function dari metal. Pada temperatur yang tinggi, tambahan energi yang diterima elektron di sekitar energi Fermi cukup besar sehingga ia mampu melewati dinding potensial di permukaan metal. Peristiwa keluarnya elektron dari Menggunakan metal karena pengaruh thermal ini disebut emisi thermal. e dan
& %
. 1.30 ( '
dengan j adalah kerapatan arus. Persamaan 1.30 dikenal sebagai persamaan Richardson-Dushman. Perlu kita ingat bahwa persamaan tersebut tidak sepenuhnya terpenuhi karena beberapa hal: a. emisi elektron di permukaan sangat sensitif terhadap kondisi permukaan; b. emisi elektron juga sensitif terhadap arah normal permukaan terhadap kisi kristal dalam metal; c. work function berubah terhadap temperatur; makin tinggi
temperatur banyak elektron yang makin jauh dari tingkat Fermi. = 0 + T adalah koefisien temperatur, ( '
Beberapa macam metal yang biasa digunakan sebagai katoda memperoleh sumber elektron diberikan pada Tabel-1.1. Tabel.1.1. Beberapa metal sebagai katoda sumber elektron.[6]. Material katoda [K] W Ta Mo Th Ba Cs 3683 3271 2873 2123 983 303 Titik leleh Temperatur Kerja [K] 2500 2300 2100 1500 800 293 Work Function [eV] 4,5 4,1 4,2 3,4 2,5 1,9
( yang dipanaskan untuk Konstanta [106amp/m2K2 ] 0,060 0,4-0,6 0,55 0,6 0,6 1,62
'
Setiap elektron yang menerima pengaruh medan E akan menerima gaya sebesar
F =eE(1.31)
Karena gaya
F=
p=eEt(1.32)
Elektron yang semula bergerak acak dengan total momentum nol, dengan adanya tambahan momentum sejajar E ini gerak acak elektron memiliki total momentum neto
tertentu, tidak lagi nol. Tambahan momentum ini menyebabkan terjadinya kecepatan neto sejajar E , namun kecepatan ini tidak terus-menerus bertambah menjadi tak-hingga. Dalam perjalanannya, jika kita bayangkan elektron sebagai partikel, akan membentur ion, serta bagianbagian kristal yang tak sempurna. Akibatnya adalah bahwa sesaat setelah terjadi benturan
kecepatan elektron akan turun drastis menjadi nol atau hampir nol. Untuk elektron sebagai gelombang, de Broglie memberikan relasi antara momentum dan bilangan gelombang sebagai p= k . Dengan relasi ini 1.32 akan memberikan bilangan gelombang diruang bilangan gelombang sebesar: . 1.33 0 ) 0 ) pergeseran
Jika waktu rata-rata yang diperlukan oleh elektron, antara saat awal mendapat percepatan oleh
yang semula simetris bola menjadi tak simetris dan kembali lagi
. 1.35
Kerapatan arus listrik adalah kerapatan elektron yang berpartisipasi dalam timbulnya arus listrik, yaitu kerapatan elektron yang memiliki pertambahan kecepatan e. Jika kerapatan elektron ini adalah nF maka kerapatan arus adalah: .. 1.36 Konduktivitas metal ditentukan melalui hukum Ohm Sehingga: (1.37 5 j= e 4 3 v kali muatan elektron
Resistivitas, e, adalah kebalikan dari konduktivitas, yang dapat kita peroleh dari (1..37 5 e=1/ e Tabel-9.2. memuat resistivitas
temperatur sangat rendah mendekati 0 K. Dalam metal, resistivitas listrik terdiri dari dua komponen, yaitu resistivitas thermal ( T yang timbul karena terjadinya hambatan 6
pergerakan elektron akibat vibrasi atom dalam kisi-kisi kristal, dan resistivitas residu ( r yang timbul karena adanya pengotoran dan ketidak sempurnaan kristal. Resistivitas tergantung temperatur thermal
4 E
.(1.38) Persamaan ini disebut kaidah Matthiessen. Verifikasi secara eksperimental atas kaidah ini telah dilakukan pada alloy Cu-Ni pada persentase Ni dari 0 sampai sekitar 3%. Hasilnya
adalah bahwa resistivitas meningkat dengan meningkatnya persentase Ni. Namun pada persentase pengotoran yang tinggi, kaidah ini tidak akurat. Di atas temperatur Debye D=
R,T)+..(1.39)
dengan 0
sekitar 0,004 per oC sedangkan untuk metal alloy pada umumnya lebih rendah. Persamaan ini tidak berlaku untuk temperatur yang sangat tinggi. Pada temperatur sangat rendah (helium cair 4,2 K), komponen thermal tidak lagi berperan sehingga r . Hal ini memberikan cara utnuk
menilai kemurnian konduktor, yaitu dengan memperbadingkan resistansi pada temperatur kamar dengan resistansi pada suhu 4,2 K. Pada material komersial nilai perbandingan itu cukup rendah, sampai di bawah 100 bahkan bisa mencapai 1 pa beberapa alloy. Makin tinggi da pengotoran makin tinggi pula resistansi residu pada temperatur 4,2K sehingga makin rendah nilai perbandingan itu berarti persentase pengotoran makin tinggi. Resistivitas residu tergantung dari konsentrasi pengotor. Jika x adalah konsentrasi pengotor (pada pengotor tunggal), resistivitas residu dapat dinyatakan dengan formula
r (x) Ax..(1.41)
luas penampang Afil. Setiap filamen merupakan dan , seperti diperlihatkan pada Gb.9.4.
Panjangtotal filamen adalah L sama dengan panjang batang logam, sedangkan panjang setiap bagian fasa adalah l dan l .
dengan dan masing-masing adalah resistivitas komponen
adalah panjang total setiap komponen dalam setiap filamen. Jika padatan merupakan campuran homogen, kita dapat melakukan pendekatan bahwa proporsi volume dan dalam setiap
filamen sama dengan proporsi volume masing-masing komponen dalam keseluruhan padatan. Oleh karena itu proporsi panjang total setiap komponen di setiap filamen akan sama dengan proporsi panjang total setiap komponen terhadap panjang padatan. Karena filamenfilamen ini terhubung paralel dalam membentuk padatan homogen tersebut, maka jika
Relasi (1.43) ini mirip dengan relasi resistansi konduktor yang sudah kita kenal. Namun panjang masing-masing komponen L dan L tidak dapat diukur dan harus dihitung dengan relasi .(1.44)
Perlu diingat pula bahwa dalam pencampuran material biasanya dilakukan melalui perbandingan massa sehingga perlu dilakukan perhitungan ulang dengan mengingat massa jenis.
Penerapan Deret Fermi Dirac pada L gam Digunakan untuk melangkapi tugas pengantar fisika Zat Padat Oleh YOGA AGUNG KUSUMA 080210192011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2011