Anda di halaman 1dari 8

PERJUANGAN MUSLIM MORO PHILPINA Wilayah Selatan:Kepulauan Mindanao, Sulu, Basilan, Palawan, Balabac, Tawitawi, Catabato, Lanao Selatan

n dan sebagian di wilayah utara di Quiapo. Etniketnik yang muslim :Suku Maguindanao, Marano, Iranos, Sangir, Kalagon, Tausog dan Samal. Penyebaran Islam berawal pada tahun 1380 M di bawa oleh : 1. Syarif Aulia Karim Al Makhdum dari Jazirah Arab 2. Raja Baguinda dari Kerajaan Pagaruyung (Sumbar) Kerajaan yang menaungi seluruh muslim di pulau-pulau Selatan Philipina tersebut adalah 1. Kerajaan Islam Mindanau 2. Kerajaan Islam Sulu Kedua kerajaan itu telah memulai penggunaan kodifikasi hukum Islam yaitu maguindanao Code of law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan fathul al-Qareeb, Taqreeb al-Intifa dan Miratu al-Thulab. Kesultanan ini mengalami banyak tantangan sejak abad 16M ketika datangnya kolonialisme Spanyol dan Amerika, termasuk ketika philipina memerdekaan diri tahun 1946 M. MASA KOLONIALISME 1. Koloni Spanyol ke Philipina pada tanggal 16 Maret 1521M, melalui ekspedisi ilmiah yang dilakukan Ferdinand de Magelhans. Penjajahan berlangsung hingga 375 tahun berakhir tahun 1898 ketika dilakukan perundingan dengan Amerika Sarikat dengan dalih peralihan koloni dengan kompensasi US 20 juta pada tahun 1898 M melalui Traktat Paris. 2. Koloni Amerika menjajah ke Philipina tahun 1898-1946, ditandai dengan menampilkan diri mereka sebagai seorang sahabat baik, dengan ditandatanganinya Traktat Bates tanggal 20 Agustus 1898 M, isinya AS menjanjikan kebebasan beragama; kebebasan mengungkapkan pendapat dan kebebasan pendidikan bagi bangsa Moro. Namun Traktat tersebut hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak. Kebijakan-kebijakan Amerika di tanah jajahan : 1. Pembentukan propinsi Moro Land di bekas kesultanan Sulu dan Mindanao : alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu tahun 1903. akibatnya muncul pertempuran antara kedua belah pihak pertempuran antara kedua belah pihak.muslim berjihad wilayah daar alIslam. Teofisto Guingona mencatat antara tahun 1914 1920M terjadi 19 kali pertempuaran. Kemudian antara tahun 18981902M, pada dasarnya Amerika ternyata sedang berusaha untuk membebaskan tanah dan hutan di wilayah tersebut untuk keperlua ekspansi kapitalis. Kebijakan-kebijakan Amerika 2. Politik penguasaan tanah : a. Land Registration Act no. 496 (1902) : menyatakan keharusan pendaftaran atas tanah dalam bentuk tertulis ditandatangani dan di bawah sumpah. b. Philipine Commission Act no. 718 tanggal 4 April 1903M,

menyatakan hibah tanah dari para Sultan, Datuk atau Kepala Suku Non-Kristen sebagai tidak sah, jika dilakukan tanpa ada wewenang atau izin dari pemerintah. c. Land Act no.296 diberlakukan 7 Oktober 1903M, yang menyatakan semua tanah yang tidak didaftarkan sesuai dengan Land Registration Act no 496, maka status tanah tersebut adalah tanah negara. d. The Mining Law of 1905 menyatakan semua tanah negara di Philipina sebagai tanah yang bebas dieksplorasi. Pada prinsipnya ketentuan hukum tentang tanah tersebut merupakan legalisasi penyitaan tanah-tanah kaum muslim (tanah adat dan tanah ulayat). e. Quino-Recto Collonialization Act no. 419 pada 12 Februari 1935M upaya koloni lebih agresif membuka tanah, menjajah Mindanao dan Sulu. Pemerintah berkonsentrasi pada pembangunan jalan dan survei-survei tanah negara, lalu membuka pemukiman besar di Selatan untuk menampung ribuan pemukiman Kristen, dari Utara PERGERAKAN MUSLIM MORO Perjuangan muslim Moro secara garis besar dibagi dua : 1. Kelompok moderat, Didukung oleh mayoritas penduduk berusaha mempertahankan diri sebagai masyarakat muslim, tetapi mereka mau masuk dalam sistem politik Philipina demi mencapai tujuan mereka dengan menggunakan cara-cara yang legal dan konstitusional. Ikut berpartisipasi dengan pemerintah penyelesaian damai terhadap masalah Muslim Moro. Kelompok ini setuju dengan memperjuangkan otonomi. 2. Kelompok Militan : berusaha memperjuangkan kemerdekaan, dengan cara mencari perhatian dunia internasional, khususnya negara-negara Islam, tentang nasib mereka yang tertindas dan dijajah. Langkah lain adalah mereka melakukan perang grilya secara intensif dan sporadis untuk melemahkan Pemerintah Philipina yang berpusat di Utara. Pergerakan muslim Moro muncul secara terorganisir ketika adanya tekanan berat dari pemimpin otoriter dan represif Ferdinand Marcos berkuasa (19651986 M). Pembentukan Muslim Idependent Movement (MIM) pada tahun 1968 M dan Moro Libration Front (MLF) pada tahun 1971 tak bia dilepaskan dari sikap politik Marcos yang lebih dikenal dengan Presidential Prokalmation. MNLF, MILF, Abu Sayyap MLF (Moro Libration Front) sebagai induk perjuangan bangsa Moro 1. Moro National Libration Front (MNLF) pimpinan Nurululhaj Misuari yang berideologikan Nasionalis-Sekuler. 2. Moro Islamic Libration Front (MILF) pimpinan Selamat Hasyim, seorang ulama yang murni berideologikan Islam dan bercita-cita mendirikan negara Islam di Philipina Selatan. Namun dalam perjalanannya, ternyata Moro National Libration Front (MNLF) pimpinan Nurululhaj Misuari mengalami perpecahan kembali menjadi : 1. Moro National Libration Front (MNLF) pimpinan Nurululhaj Misuari 2. MNLF reformasi pimpinan Dimas Pundato tahun 1981M, nasionalis Islami dalam konteks perjuangan 3. Kelompok Abu Sayyaf pimpinan Adurazak Janjalani tahun 1993M. Cenderung radikal dan ekstrim. Tentu perpecahan ini memperlemah

perjuangan Bangsa Moro secara keseluruhan akibat terserak-seraknya kekuatan muslim. KEBIJAKAN PEMERINTAH PHILIPINA BAGI MUSLIM MORO Pemerintah Manila mengambil kebijakan strategis berikut : 1. Kebijakan cari dan hancurkan (search and destroy policy) atau militerisasi. Kebijakan ini diterapkan dalam kasus-kasus kriminal yang dilakukan oleh orang Muslim Moro. Dan ini dilakukan tanpa memperhatikan hak sipil warga. 2. Kebijakan diskriminasi dan isolasi terhadap hak-hak bernegara, priveleges, penugasan penunjukkan, perwalian. Ini dapat dilihat dari tidak adanya warga muslim yang menduduki jabatan strategis di tubuh Pemerintahan Philipina. 3. Kebijakan pemusnahan seperti pembunuhan dan pembantaian penduduk sipil sebagaimana yang terjadi dalam pembantaian Kawit, Jabidah, Masjid Mannili, pembakaran Kota Jolo. 4. Kebijakan pemerintah memindahkan orang-orang Kristen dari Luzon dan Provinsi Visayan ke daerah muslim serta mengubah komposisi populasi dan demografi di wilayah muslim tersebut. Hal ini terjadi di Kota General Santos, Wao, Lanao del Sur, Edcor de Lanao del Norte. 5. Kebijakan memecah belah mis. pemimpin Muslim Moro seringkali diadudomba satu sama lain. pemecahan dan pembaginan provinsi serta unit politik muslim. 6. Kebijakan membujuk Muhajidin Moro. Melalui kebijakan ini para Mujahidin dapat dibujuk meneyerahkan senjata dan tinggal di kota. Selama ini kebijakan MELAYU MUSLIM DI THAILAND SELATAN Wilayah Melayu Muslim Thailand Selatan semula berakar dari kesultanan Pattani Raya yang telah ada sejak abad ke-12 M. Masyarakat Melayu-Muslim Pattani hingga sekarang tinggal di Provinsi-propinsi Thailand bagian Selatan, yaitu Pattani, Yalla, Naratiwat dan Setul, juga di sebagian provoinsi Songkla. Kesultanan Pattani mengalami puncak kejjayaan abad ke-17-18, diantaranya muncul ulama terkenal Daud bin Abdullah al-Fattani (w. 1874) Kesultanan Pattani Raya terpaksa terintegrasi dengan kerajaan Thai (Siam) pada masa Raja Chulalongkorn (Rama V) tahun 1902 M yang mayoritas CinaBuddhis, menimbulkan soalan-persoalan bagi Melayu-Muslim, seperti masalah pendidikan, hukum, kebudayaan, bahasa, agama. Sistem yang dijadikan alasan integrsasi oleh Pemerintah Thai secara nasional adalah Monarkhi, Agama Buddha dan Birokrasi yang mesti seragam, padahal Melayu-Muslim Pattani punya identitas Melayu-Muslim. LANGKAH-LANGKAH MELAYU MUSLIM Respon dan langkah-langkah yang dilakukan melayu muslim setelah terjadinya integrasi 1. Muslim Pattani lebih suka bergabung dengan Malaysia yang saat itu di bawah jajahan Inggris, karena mereka dapat hidup bersama dengan komunitas seagama, bahasa, budaya dan bangsa. Namun langkah ini terganjal karena Inggris menolak mengingat Thailand menjadi kawasan Buffer State (wilayah penyangga) atau pembatasd diantara wilayah jajahan lain yang ada di Asia Tenggara. Sementara hidup di bawah Pemerintahan Muangthai mereka

diperlakukan tidak adil dan terisolasi dari birokrasi negara, karena perbedaan agama, bahasa dan kebudayaan. Contoh pemerintah Thai mencopot bangsawan Pattani dari jabatan-jabatan penting dan menggantikannya dengan birokrat Bangkok. Proses asimilasi dan akulturasi yang dipaksakan Pemerintah Thai kepada Muslim Pattani dianggap mengeliminasi budaya Melayu. 2. Berjuang melepaskan diri dari proses integrasi dan merebut kembali kejayaan masa lalu dalam kontek melanjutkan kesultanan Pattani. Gerakan massif itu dikomandoi Raja terakhir Pattani Abdul Kadir. Bentuk penentangan itu dilakukan dengan perlawanan yang bertujuan untuk melakukan pemberontakan terhadap sistem Undang-Undang baru, tetapi kemudian memancing tindakan penindasan yang lebih keras dari penguasa. 3. Melayu muslim setelah gagal melakukan dua pilihan di atas, pada tahap berikutnya perjuangan mereka diprioritaskan untun menuntut otonomi atau kewenangan dalam mengatur sistem administrasi di wilayah yang mayoritasnya didiami melayu muslim. Otonomi yang diperjuangkan Muslim Pattani banyak mengalami hambatan, tetapi mengalami kemajuan pada masa Perdana Menteri Pridi Phanomyong yang demokratis. Pemimpin Islam H. Sulong dengan membuat gagasan cemerlang dikenal dengan Petisi Tujuh, yang isinya : 1. Pengangkatan seorang Komisaris Tinggi Daerah Pattani Raya dengan wewenang penuh untuk memecat, atau mengganti semua pejabat pemerintah yang bekerja di daerah itu, orang itu harus putra daerah dan dipilih oleh rakyat. 2. Delapan puluh persen (80%) dari pejabat pemerintah di daerah itu harus Melayu-Muslim (mencerminkan rasio penduduk). 3. Bahasa resmi adalah bahasa Melayu dan bahasa Siam. 4. Bahasa Melayu mulai diajarkan di Sekolah Dasar. 5.Hukum Islam diberlakukan di daerah itu, dengan pengadilan Islam yang terpisah dari sistem peradilan pemerintah. 6. Semua hasil pajak daerah digunakan untuk kesejahteraan rakyat daerah itu. 7. Majlis Ulama Provinsi diberi wewenang penuh menerapkan hukum Islam. Tekanan Pemerintahan Thai (SIAM) Tekanan Pemerintah Thai (Shiam) terhadap komunitas Melayu Muslim dilakukan sejak proses integrasi dimulai yaitu 1. Chulalonkorn (Rama V) 2. Wachirafut (Rama VI) 3. Phibul Songkram Ketiganya sama-sama mesnafsirkan integrasi nasional adalah perlu adanya identitas nasional yang sama diseluruh wilayah. Pada masa Perdana Menteri Phibul Songkram (1938-1944) pemimpin yang represif, ia mengeluarkan kebijakan lagi yang bertujuan untuk men-Siamkan kelompok minoritas nonBuddhis di Pattani. Tahun 1940 memberlakukan aturan-aturan kultural tertentu, seperti memakai pakaian ala barat agar pakaian muslim ditinggalkan; bahasa Melayu dilarang diajarkan di sekolah-sekolah negeri tetapi yang diwajibkan adalah menggunakan bahasa Thai; bahasa Thai juga diwajibkan sebagai bahasa pengantar dalam percakapan di pemerintahan atau pejabat pemerintah. Anak-anak muslim yang ingin masuk sekolah-sekolah pemerintah diwajibkan memakai nama-nama Thai; ketika hendak mencari pekerjaan di

jajaran pemerintahan juga diwajibkan memakai nama-nama Thai Raja Wachiravut (Rama VI) anak Chulalongkorn yang memerintah tahun 1910 1925 adalah seorang nasionalis Thai yang memperoleh didikan di Inggris, ia menganut paham patriotik Inggris tentang konsep Tuhan, Raja dan Negara (God, King and State). Simbol ini digunakan untuk mempersatukan kerajaan hingga ke wilayah Melayu-Muslim Pattani. Penangkapan Haji Sulong ketika memprotes kepada pemerintahan Phibul Songkram karena menolak terang-terangan petisi tujuh punya dampak positifnya, karena akhirnya persoalan otonomi dan perjuangan Muslim Pattani menjadi sorotan dunia internasional, yaitu PBB, Liga Arab dan Malay Nationalist Party, dan Asean semua memberikan dukungan untuk memperjuangkan otonomi khusus di Provinsi-Provinsi di Thailand Selatan. MUSLIM DI BRUNEI DARUSSALAM Islam pertama kali masuk, dapat diketahui berdasarkan bukti sejarah Brunei, yaitu batu di perkuburan Islam Rangas, Tutong Bandar Sri Begawan bertuliskan Cina bernama Pukung Chih-mu meninggal 1264 M, ia adalah keturunan dari Dinasti Sung Selatan yang telah banyak memeluk Islam. Beliau adalah orang Cina yang masuk Islam. hal ini bisa dibandingkan dengan masuknya Islam di Cina (Canton) tahun 610 M; Phang Ray Vietnam tahun 1039 M; Trengganu 1303 M; dan Jawa (Leran Jawa Timur) tahun 1082 M. Brunei bagi kawasan Borneo adalah pusat Islam sampai ke wilayah Philipina, karena zaman pemerintahan Sultan Bolkiah (14851524) sultan ke-5 sangat intensif melakukan penyebaran Islam di wilayah Borneo dan Sulu (Philipina). Filosofi politik Brunei adalah penerapan yang begitu ketat terhadap Melayu Islam Beraja (MIB) yang terdiri dari 2 dasar : 1. Islam sebagai Guuiding Principle. 2. Islam sebagai Form of Fortification Dari dua dasar ini kemudian mendasari penanaman nilai-nilai keIslaman kenegaraan (pengekalan) dengan tiga konsep, yaitu : a. Mengekalkan Negara Melayu. b.Mengekalkan Negara Islam (hukum Islam yang bermazhab Syafii dari sisi fiqhnya dan bermazhab Ahl Sunnah wal Jamaah dari sisi akidahnya). c. Mengekalkan negara beraja. TONGGAK2 PENTING KERAJAAN BRUNEI Kerajaan Brunei Darussalam berdiri sekitar tahun 1402 M dengan 19 raja yang telah menduduki hingga sekarang. Raja2 yang punya peran penting bagi pengembangan Islam al ; 1. Sulthan Muhammad Syah (1402 M-1408M) sultan ke-1 (Awang Alak Betatar). pada masanya terjadi pengislaman perangkat kerajaan Brunei. 2. Sulthan Bolkiah (1485-1524) sultan ke-5. pada masa kepemimpinannya Islam disebarkan secara intensif hingga masuk ke Borneo (Kalimantan) termasukkesultanan Sulu (Filipina). 3. Sulthan Abdul Mubin =Momin (1852-1885M) sultan ke-12,. pada masanya dilakukan penetapan mazhab secara resmi sebagai mazhab di kerajaan yaitu untuk fiqih bermazhabkan syafii dan kalam bermazhabkan Ahli sunnah wal jamaah. Hal ini karena sering terjadi perselisihan dalam masyarakat.

4.Sulthan Hasanul Bolkiah sultan ke-19 (1968-sekarang). Pada masanya ditetapkan filosofi kerajaan Berunai sebagai tonggak pemerintahan yaitu dikenal dengan MIB (Melayu Islam Beraja). Kebijakan2 negara Untuk memperkuat identitas ideologi negara, sultan mengeluarkan dekrit : Membuat garis pemisah antara Islam pribumi dan Islam luar, terutama kaum fundamentalis, termasuk gerakan al-Arqam dari Malaysia. Sultan mengharusnya warga Melayu mampu membaca al-Quran dengan mengeluarkan dana 2 juta dolar Brunei untuk merealisasikan kebijakan ini. Memerintahkan pentingnya pengajaran bahasa Melayu dalam aksara Jawi (Arab-Melayu), agar masyarakat memahami hubungan antara bahasa Melayu dengan warisan budaya Islamnya. Tahun 1991 didirikan Tabungan Amanah Islam Brunei (TAIB), lembaga keuangan yang didasarkan syariat Islam guna mendukung investasi dan perdagangan meliputi bursa dan pasar uang serta pembangunan ekonomi atau industri di dalam dan luar negeri Pemerintah juga melarang jual beli minuman keras di toko-toko atau hotel, dan tempat lain. Alasan2 penetapan mazhab resmi negara Penetapan Mazhab Syafii (fiqh) dan Mazhab Ahl Sunnah wal Jamaah (tauhid) yang termaktub dalam MIB dilatarbelakangi faktor historis: Abad ke-17 dan 18 M hingga ke-20-an di Kesultanan Brunei dijumpai kitabkitab yang dijadikan standar kurikulum mengarah ke Mazhab Syafii dan sunni seperti : Sabilul Muhtadin (Daud Fatani); al-Mukhtasar dan Siratal Mustaqim (ar-Raniry); Ghayatut Taqrib fil Irthi wat-Tashib, dll. Mazhab Syafii juga menjadi pegangan ulama Brunei dan ulama nusantara. Karena umumnya kitab yang dikarang berbahasa Arab Melayu. Pada tahun 1930-an s/d 1940-an terdapat konflik dalam masyarakat, antara kelompok bergondol (tidak berkupiah) karena alasan modern dengan kelompok berkupiah. Kedua kelompok saling mendukung dan menolak. Untuk menetralisir perselisihan dalam masyarakat dari berbagai kelompok yang ada, maka sejak Sultan Abdul Momin (raja ke-12 tahun 1852-1885) kerajaan terlibat menjadi pendukung salah satu mazhab yaitu Syafii dan Ahl Sunnah wal Jamaah. MUIS DAN MUSLIM DI SINGAPURA Singapura semula bernama Temasik, Tumasek (Jawa), Ta-ma-sek (Cina), dijelaskan kitab Tuhfat al-Nafis ketika Singapura dipimpin oleh Sultan Husein Syah (1819). Versi lain, nama asal Singapura, ini muncul ketika pangeran dari Sumatera bernama Sang Nila Utama singgah di pulau ini tahun 1299 dan menemukan seekor binatang mirip singa, sehingga pulau in disebut lion city (kota singa). Ada versi lain nama Singapura itu dari kata Singgah (singgah) dan pura berarti (kota), karena pada abad ke 14 Singapura merupakan bagian dari karajaan Majapahit, para pedagang dari penjuru manapun singgah disana. Singapura negara kota, berdiri pada taggal 9 Agustus 1965 (keluar dari negara federasi

Malaysia). Negara berpaham sekuler-modern, dimana bersikap netral terhadap semua agama dan ras. Melayu muslim berasal dari pesisir Malaysia, Jawa, Bugis, Bawean. Ada juga dari muslim India, Cina, Pakistan dan Arab. Keluarga besar Arab yang ada adalah Al-Sagoff, Al-Kaff, dan AlJuneid. Penduduk mayoritas adalah Cina 77%, Melayu 15%, (kurang lebih 800.000 jiwa) dari 4 juta lebih ; India 6% dan lain-lain (1996). Melayu muslim kebanyakan hidup dengan standar ekonomi lebih rendah dibanding dengan non-Melayu, termasuk tertinggal di bidang pendidikan sosial ekonomi dan politik. Tahun 1980-an hanya terdapat 679 orang yang lulus Sarjana Penyebaran Islam Islam di Singapura disebarkan oleh ulama dari belahan Asia Tenggara dan benua India, seperti Syaikh Hatib al-Minangkabaui; Syaikh Tuanku Mudo Aceh; Syaikh Ahmad Aminudin; Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (mufti Betawi); Syaikh Habib Ali Habsi (Kwitang, Jakarta); Syaikh Anwar Sribandung (Palembang); Syaikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang), dan lain-lain. Sistem pendidikan Islam merujuk pada sistem Mesir dan Barat seperti madrasah, sekolah Arab atau sekolah Agama, tetapi tidak mengenal pondok pesantren. Ada 4 madrasah terbesar di Singapura yaitu : Madrasah al-Junied al-Islamiyah, didirikan 1927 M oleh pangeran Syarif alSayid Umar bin Ali al-Juneid dari Palembang. Materi terdiri dari Ilmu Hisab, Tarikh, Ilmu Alam, Bahasa Melayu, Bahasa Inggris, Sains, Sastra Melayu dan Pelajaran Agama. Madrasah Al- Maarif, didirikan tahun 1940-an, gurunya dari Al-Azhar Mesir. Madrasah Wak Tanjung al-Islamiyah, didirikan tahun 1955 M. Madrasah Al-Sagoff atau as-Saqaff, didirikan tahun 1912 di atas tanah wakaf Syed Muhammad bin Syed al-Saqoff. Perlindungan Negara Pemerintah Singapura sebagai nesgara sekuler memberikan kebebasab dalam beragama dan melindungi keyakinan musli, maka MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura) didirikan dibawah perundang-undangan negara yaitu Administration of Muslim Law Act of 1966 (AMLA). MUIS bertanggung jawab dalam mengatur administrasi hukum Islam di Singapura, termasuk mengumpulkan zakat mall, pengaturan perjanjian haji; sertifikasi halal, aktifitas dakwah, mengorganisasi sekolah-sekolah agama, mengorganisasi pembangunan masjid dan manajerialnya (ada 90 masjid yang dikelola); pemberian beasiswa pelajar muslim; dan bertugas mengeluarkan fatwa agama. Ketua dan anggota MUIS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, melalui usulan dari kelompok melayu muslim KEBIJAKAN PEMERINTAH BAGI MUSLIM 1. Bidang Pendidikan: pemerintah memberlakukan sistem meritokrasi, yaitu memberikan kesempatan setiap warga berdasarkan persaingan sehat dan

prestasi, bukan pertimbangan etnis atau agama. Kebijakan ini menyulitkan anak-anak muslim yang memiliki kompetisi rendah untuk masuk ke sekolah unggulan, etnis Cina dalam hal ini lebih berprestasi. 2. Bidang sosial, pemerintah menerapkan kebijakan membangun rumah rakyat dengan Housing and Development Board (HDB), : mewajibkan setiap warga tinggal diperumahan baru di flat atau kondominium. Konsekuensinya, semula muslim Melayu tinggal di pemukiman tradisional dan homogen, terpaksa tinggal di flat atau sejenis yang multi etnik dan menanggung biaya hidup tinggi (living cost). Mereka teralienasi (terasingkan) dari tradisi budaya Melayu. 3. Bidang politik, Melayu Muslim tidak mendapatkan haknya secara proporsional (termarjinalkan). Di lembaga dewan belum merepresentasikan jumlah warga muslim. 4. Melayu Muslim lebih memprioritaskan sektor kultural dengan mendirikan asosiasi Islam seperti MUIS, MENDAKI, Muhammadiyah dll. Nasionalisme Melayu Muslim Nasionalisme minoritas Melayu-Muslim pada pemerintahan Singapura pilihan tepat, walau negara itu sekuler namun dikelola dengan profesional tanpa memberi hak privilage pada etniuk tertentu. Tiga indikator yang dapat dilihat : 1. Tidak menuntut keistimewaan dan bersaing secara bebas dengan etnis lain. Hal ini berbeda dengan minoritas muslim di Philippina dan Thailand. Ini membantu keharmonisan dan integrasi nasional. 2. Mewujudkan stabilitas negara. Keberhasilan ini mampu menekan sentimen etnis dan golongan menuju sikap multikultural dan semangat kebersamaan . 3. Menerima nilai-nilai politik negara. Partisipasi muslim Melayu dalam kemajuan negara Singapura tidak dapat dipungkiri, karena mereka menerima prinsip-prinsip pemerintahan, seperti multiracialism, meritocracy, sehingga loyalitas masyarakat ikut menentukan keberhasilan sebuah bangsa.

Anda mungkin juga menyukai