Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PEKERJAAN WANITA DI LUAR RUMAH DALAM PEKERJAAN

KARYA TULIS

DIAJUKAN KEPADA SMA ISLAM PLUS BINA INSANI SUSUKAN-SEMARANG UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT KELULUSAN

Oleh: Nama NIS Kelas Jurusan : Arina Zulfa : 0334 : II (Dua) SMA : Ilmu Pengetahuan Alam

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) ISLAM PLUS PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI SUSUKAN-SEMARANG

2011

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ini telah mendapat persetujuan dari penguji dan pembimbing dalam sidang serta disahkan oleh Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Plus Pondok Pesantren Modern Bina Insani pada : Hari Tanggal : Sabtu : 28 Januari 2012

Penguji

Pembimbing

Siti Taqwimah

Asriningrum, Sp.

Mengetahui, Kepala Sekolah

Muhammad Munzaeni, S. Ag. M. Pdi.

MOTTO

y y y y y

Jati diri bukan dicari namun dibentuk. Lakukan segala segala sesuatu dengan niat beribadah. Manusia merencanakan, Tuhan yang punya kekuasaan. Mengalah bukan berarti kalah (bending without breaking). Bondo, bahu, pikir nak perlu sak nyawane pisan.

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini akan dipersembahkan kepada beberapa orang yang berjasa dalam kesuksesan penulis: 1) Bapak dan ibu yang selalu melimpahkan kasih sayangnya. 2) Kakakku yang selama ini membimbing atas pembuatan karya tulis ini. 3) Segenap keluarga yang telah memberi inspirasi. 4) Bapak/ ibu Guru serta Staf Pembantunya. 5) Teman-teman pemberi semangat. 6) Adik kelas semua yang patut dibanggakan.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah pemelihara seluruh alam raya, dengan nikmat-Nya segala amal shaleh tersempurnakan dengan anugerah-Nya segala tujuan terwujudkan. Shalawat salam selalu tercurahkan kepada Rasullullah, Nabi Muhammad SAW yang diutus dengan petunjuk dan agama yang haq membawa umatnya ke jalan yang diridhoi-Nya. Dengan segala ucapan, perbuatan, dan ketetapan Baginda Rasullullah SAW umat manusia dapat meniru segala akhlak-akhlaknya. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Pimpinan Pondok dan Bapak Kepala Sekolah yang telah memeberi dorongan, semangat serta doa kepada anak didiknya, sehingga karya tulis ini nantinya akan selesai dengan membawa berkah dan kemanfaatan serta memberikan sumbangan pengetahuan bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amin. Maka dari itu, walaupun penulis sudah berusaha untuk menyempurnakan pembahasan ini, Ia mengakui bahwa pembahasan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Akhirnya penulis berharap kita mendapat kebahagiaan, pertolongan dan rodho Allah SWT. Sesungguhnya kepada Allah kita semua kembali.

ABSTRAKSI

Arian Zulfa. Kelas II (Dua). Ilmu Pengetahuan Alam. Pengaruh Pekerjaan Wanita di Luar Rumah dalam Perceraian. SMA Bina Insani, Susukan. Pada zaman Nabi, wanita sudah mendapat derajat yang sama dengan laki-laki maka sangat banyak perubahan yang ada bagi kehidupan perempuan. Dan yang terjadi saat ini sampai setingkat bekerja di luar rumah tanpa muhrim. Karena ketidakikutsertaan perempuan dalam keluurga secara menyeluruh maka berdampak pada timbulnya masalah-masalah antara kedua belah pihak yang berujung pada perceraian. Dan hal ini pembahas ingin mengungkapkan dan membahas seberapa besar peran kesibuakn wanita yang akan berdampak pada perceraian yang semakin meningkat. Untuk mencapai tujuan di atas penulis melakukan penelitian pustaka dan observasi secara mendalam. Dan metode yang digunakan penulis adalah dengan mengambil kesimpulan dari menggunakan tekhnik analisis deskriptif. Penulis berusaha menganalisis beberapa hal dari kesibukan wanita di luar rumah. Didasarkan observasi dan dokumentasi dari berbagai media. Penulis mengambil kesimpulan bahwa kesibukan wanita di luar rumah berdampak besar bagi timbulnya perceraian karena ketidakseimbangan dalam melaksanakan kewajibannya yang utama sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Maka jika wanita masih mengedepankan karier dan ketidakberdayaaannya di dalam keluarga dengan tidak menyeimbangkan kewajibannya yang utama, maka perceraian akan semakin meningkat. Demikianlah yang penulis kaji dalam permasalahan ini, walaupun penulis sudah berusaha untuk menyempurnakan pembahasan ini, namun ia mengakui bahwa pembahasan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis dan akhirnya penulis berharap kepada para peneliti selanjutnya untuk meneliti permasalahan ini lebih lanjut dan lebih sempurna. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i Halaman Pengesahan ........................................................................................... ii Halaman Motto ................................................................................................... iii Halaman Persembahan ........................................................................................ iv Kata Pengantar..................................................................................................... v Abstraksi ............................................................................................................ vi Daftar Isi............................................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1 C. Batasan Masalah....................................................................................... 1 D. Tujuan ...................................................................................................... 2 E. Manfaat .................................................................................................... 2 F. Metode Penulisan ..................................................................................... 2 G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 5 A. Pengertian Wanita .................................................................................... 5 B. Pekerjaan Wanita ..................................................................................... 6 C. Perceraian ................................................................................................ 7 BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17 A. Simpulan ................................................................................................ 17 B. Saran ...................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan. Perempuan dan laki-laki yang saling membutuhkan dan saling memberi sehingga dapat menciptakan ikatan yang harmonis dan sejahtera. Jika salah satu dari keduanya tidak memberikan apa yang sudah menjadi haknya ataupun meninggalkan sebagian bahkan seluruh kewajibannya, maka retaklah ikatan perkawinan tersebut yang berujung pada perceraian. Dimana perceraian adalah hal yang dibenci Allah yang berakibat negatif pada suami-istri, keluarga dari keduanya, masyarakat sekitar, dan paling parah adalah kelangsungan hidup dan mental anak-anaknya. Perceraian meningkat disebabkan oleh ketidakseimbangan perempuan alam melaksanakan kewajibannya sebagai ibu dan istri untuk keluarganya, karena lebih mementingkan karier dan pekerjaannya hingga sampai memutuskan ikatan perkawinannya ke meja pengadilan. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas terdapat beberapa rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimanakah tugas wanita karier yang baik dalam hidup berumah tangga sebagai upaya dalam menghindari perceraian? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam suatu penulisan merupakan hal yang penting agar tidak terhanyut pada masalah di luar obyek pembahasan masalah. Oleh karena banyaknya permasalahan yang harus dibahas, maka dalam penulisan karya tulis ini penulis hanya pembahasan tentang

pengertian wanita, pekerjaan yang pantas bagi wanita, perceraian menurut hukum, bentukbentuk putusnya ikatan perkawinan, dan macam-macam perceraian. D. Tujuan Tujuan penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini antara lain: 1) Untuk menambah wawasan bagi kita tentang arti wanita dalam rumah tangga. 2) Untuk mengetahui arti perceraian secara mendalam. E. Manfaat Manfaat dari karya tulis ini adalah agar para wanita lebih berhati-hati serta memperhatikan diri mereka untuk masa depannya nanti sebagai ibu rumah tangga dan istri yang baik bagi suaminya. Agar menjadi wanita yang berbahagia di dunia maupun akhirat kelak. F. Metode Penulisan Karya tulis ini menggunakan cara penelitian dengan pendekatan kasus dengan melakukan observasi yang didukung dari banyak media. Dan metode yang digunakan penulis adalah dengan mengambil kesimpulan dari menggunakan teknik analisis deskriptif penulis berusaha menganalisis beberapa hal dari kesibukan wanita di luar rumah. Dan hal tersebut didasarkan observasi dan dokumentasi dari banyak media. G. Sistematika Penulisan a) Judul b) Pengesahan c) Motto d) Persembahan e) Kata Pengantar

f) Abstraksi g) Daftar Isi h) BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuturkan tentang alasan penulis memilih judul untuk karya tulis ini. B. Rumusan Masalah Membahas tentang penjabaran atau uraian dari masalah-masalah yang ada di dalam karya tulis ini. C. Batasan Masalah Membatasi masalah dari berbagai masalah di laur obyek pembahasan maslaah. D. Tujuan Membahas tentang apakah tujuan yang dapat diambil oleh penulis khususnya dan pembaca umumnya. E. Manfaat Memebahas tentang kemanfaatan yang dapat diambil oleh penulis khususnya dan pembaca umumnya. F. Metode Penulisan Digunakan penulis untuk memperjelas sumber karya tulis. G. Sistematika Kepenulisan Menguraikan dari bab dan sub-sub yang ada di dalam karya tulis. BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wanita B. Pekerjaan Wanita C. Perceraian BAB III Penutup A. Simpulan Membahas tentang ringkasan akhir dari ahsil karya tulis. B. Saran Membahas tentang masukan-masukan untuk penulis dari hasil akrya tulis. i) Daftar Pustaka Berisikan tentang pengambilan suatu pernyataan yang dilakukan oleh penulis dari berbagai buku/ sumber tertulis.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Wanita Membahas pengertian wanita di sini adalah wanita yang telah menikah yang berkedudukan sebagai isteri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Derajat wanita pada zaman jahiliyah sangat hina sekali sehingga kebanyakan tidak menyukai kelahirannya, tetapi dengan datangnya Islam diangkatlah derajat wanita, hingga Islam memberi haknya untuk menikah dan memilih jodohnya yang ia sukai, kebeabsan berfikir, keikutsertaan dengan kehidupan masyarakat, kesamaan dalam bekerja, mengejar menggali ilmu dan kebudayaan dalam masyarakat. Serta pengasuh rumah tangganya dan pemimpin bagi anak-anaknya.1 Sebagai wanita sesuai dengan fitrahnya mempunyai tugas-tugas berikut: 1) Sebagai isteri bagi suaminya. Menjaga kehormatannya. Melayani dengan baik. Menjaga dan merawat harta benda beserta rumahnya.

2) Sebagai hamba Allah. 3) Sebagai ibu bagi putra-putrinya. 4) Sebagai anggota masyarakat. Ada orang yang mengatakan, wanita sekarang tidak ada yang shaleh. Perkataan begini saya katakan salah dan tidak benar. Yang sebenarnya wanita sekarang ada yang shaleh, tetapi kalau dibandingkan dengan yang tidak shaleh itu ada lebih banyak dari yang shaleh. Ini kalau diukur menurut ukuran Islam dan kesopanan, bukan menurut perasaan, anggapan atau

Sayid Sulaiman. Ulliyan Nisa Ahdi Al-qadim (Madbuli: Qahirah: 1996), hal 16

kesukaan. Nama shaleh itu terbitnya dari agama, maka dalam agama juga hendaknya dicarai keterangannya. Wanita shaleh yang dimaksud oleh agama dalam surat An-Nisa: 33 berbunyi:

Artinya:

Perempuan-perempuan

yang

shaleh

itu

ialah

yang

taat

menjaga

kehormatannya diri dan harta lakinya di waktu lakinya tidak ada di rumah sebagaimana Allah pelihara mereka. Kehormatan adalah sesuatu yang sangat agung dan mulia. kehormatan itu identik dengan harga diri. Orang yang sudah tidak lagi menghiraukan kehormatannya, maka dianggap tidak berebda dengan binatang. Oleh sebab itu, sebagai seorang wanita harus tetap menjaga kehormatan sebagai seorang isteri. Kehormatan seorang isteri merupakan harga diri keluarga. Dan isteri yang shalihah adalah isteri yang mampu menjaga kehormatan suaminya.2 B. Pekerjaan Wanita Pekerjaan wanita yang utama adalah merawat rumahnya dan sebagai pengasuh terhadap anak-anaknya, tetapi jika diperbolehkan oleh suami untuk melakukan pekerjaan lain sebagai upaya menopang ekonomi, maka baginya mempergunakan hartanya untuk keperluan rumahtangganya.3 Macam-macam pekerjaan wanita: 1) Pekerjaan wanita 2

Memerintahkan yang maruf dan melarang yang mungkar.

K. H. Syafi I Abdullah, Seputar Fiqih Wanita Lengkap. (Suarabaya: Arkola: Tanpa Tahun), hal. 158.

Abdullah Ibnu Jarasi Ibnu Ibrahim. Masuliyatu Almar ah Almuslimah. (Madinah: Jami ah Islamiyah: 1411 H) hal. 74.

Bertanggungjawab atas pengaturan rumahnya dan mengasuh anaknya. Dapat berinteraksi dan menyesuaikan diri dalam pengetahuan demi kepentingan anak, masyarakat dan keperluan negara.

2) Pekerjaan yang dilarang Jika tidak mendapat izin dari suaminya. Pekerjaan yang sampai menyerupakan laki-laki. Menjual barang-barang yang memabukkan dan berjudi. Menjual daging dan makanan dari hewan haram. Wanita penghibur. Pekerjaan yang membebani untuk seorang ibu dan yang bercampur dengan laki-laki dengan tidak menutup auratnya. 3) Pekerjaan yang diperbolehkan. Membantu suami di ladang atau sawah. Mengajar khusus untuk perempuan dan anak kecil/ balita. Bendahara atau sekretaris. Penjual dengan cara-cara yang halal.

C. Perceraian Perceraian dalam arti bahasa adalah bebas dari ikatannya. Dan diceraikannya wanita oleh suaminya melepaskan kembali dari ikatan pernikahan dan kelaur dari ikatan tersebut. Lepasnya kasih sayang, dilepaskan atau ditinggalkan, maka dengan itu wanita dinyatakan lepas dari ikatannya atau menceraikan isteri.

Pengertian perceraian dalam syariat adalah bebasnya ikatan perkawinan yang haq dari pihak suami dengan kata-kata tertentu4. Perceraian hanya dapat terjadi kalau kematian atau perceraian atau atas keputusan pengadilan. Talak atau cerai adalah memutuskan tali perkawinan yang sah, baik seketika atau di masa mendatang oleh pihak suami dengan mengucap kata-kata tertentu atau cara lain yang menggantikan kedudukan hal tersebut. Apabila suami tidak mukallaf sehingga ia tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, seperti gila, belum baligh, dan sebagainya maka hal men-talak tersebut berada di tangan walinya. Pada suami sebagai orang yang berhak menjatuhkan talak, ia boleh menguasakan atau mewakilkan hak atau wewenangnya kepada orang lain atau kepada isterinya sekalian. Penyebab Terjadinya Perceraian Sebagian orang yang kurang memahami hakikat ajaran Islam menyangka, bahwa dengan diberikannya hak talak ekpada laki-laki. Seringkali membuat sengsara kaum wanita, bahkan seolah-olah wanita tidak punya hak untuk menolak. Untuk mereka kita berdoa kepada Allah semoga mendapat hidayah-Nya dengan sadar. Karena Islam sebenarnya tidak pernah menolak hak wanita. Bahkan ia memberikan kemungkinan kepadanya untuk menuntut cerai kepada hakim apabila mengalami pernderitaan yang hebat. Berdasarkan penderitaan itu, seorang wanita boleh menuntut cerai. Adalah menjadi kewajiban hakim untuk memeriksa kebenaran pengaduannya dengan cermat dan teliti. Dan kalau ternyata benar, maka boleh wanita diceraikan dari suaminya. Sedangkan bentuk-bentuk putusnya ikatan perkawinan sebagai berikut5: 1) Kematian suami atau isteri.
4

Dr. Abdul Karim Zaidan, Al-Mufashal Ahkam Al-mar ah wa Baitul Muslim. (Beirut: Muassatu Risalah : 1994), hal. 346. 55 H. M. Djamil Latif, S. H. , Aneka Hukum Perceraian di Indonesia (Jakarta: Balai Aksara: 1982), hal. 39.

2) Perceraian o Tindakan pihak suami. a) Thalaq Dalam arti umum berarti setiap perceraian yang timbul karena sebab-sebab dari pihak suami. Dalam arti sempit berarti perceraian yang timbul karena kata-kata thalaq baik secara sharih (jelas) maupun kinayah (sindiran), yang bermaksud untuk melepaskan atau membebaskan isterinya dari ikatan perkawinan. b) Ila Suatu kebiasaan Arab jahiliyah, yaitu seorang suami bersumpah tidak akan menyetubuhi isterinya. Maka, setelah datang agama Islam ditetapkan hukum secara berangsur-angsur disesuaikan dengan kemampuan masyarakat,

disyariatkanlah Ila dengan menghilangkan kemungkinan-kemungkinan akibat yang merugikan pihak isteri yang di Ila dengan suaminya. c) Zhihar Yaitu suami menyatakan kepada isterinya, Engkau untukku seperti punggung ibuku, maka suami sudah melakukan thalaq, maka haram menggauli isterinya sebelum emmbayar kafarat. y Tindakan Pihak Isteri a) Tafwidl Yaitu suami menyerahkan haknya itu kepada isterinya, kemudian terserah isteri apakah ia akan melaksanakan wewenang yang diterimanya atau tidak. y Persetujuan keduabelah pihak a) Khulu

Adalah salah satu bentuk perceraian berdasarkan persetujuan kedua belah pihak sebagai usaha penyembuhan kehidupan perkawinan yang menderita gangguan. b) Mubaraah Perceraian yang terjadi dengan persetujuan kedua belah pihak dari suami isteri yang sama-sama ingin memutuskan ikatan perkawinan dan kedua belah pihak telah merasa puas hanya dengan kemungkinan terlepas dari ikatan masingmasing. y Keputusan hakim a) Taliq-thalaq Yang berlaku di Indonesia sebagai Thalaq yang digantungkan adalah yang diucapkan oleh suami dan dikaitkan Iwadl sesudah akad nikah sebagai suatu perjanjian perkawinan yang mengikat suami. b) Syiqaq Berarti Perselisihan. Dalam istilah fiqh berarti perselisihan suami-isteri yang diselesaikan oleh dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak isteri. c) Fasakh Berarti mencabut atau membatalkan, yaitu semacam perceraian dengan keputusan hakim atas permintaan pihak istri. Di antara alasan-alasan yang dapat diajukan dalam perkara Fasakh adalah; 1. Cacat atau penyakit. 2. Suami tidak memeberikan nafkah. 3. Meninggalkan tempat kediaman bersama.

4. Menganiaya berat. 5. Salah seorang dari suami atau istri melakukan zina. 6. Murtad. d) Riddah Di Indonesia putusnya ikatan perkawinan karena riddahnya seseorang dari suami termasuk fasakh dan dilakukan di depan pengadilan agama. e) Lian Disebabkan oleh salah satu berbuat zina. Menurut hukum pidana, zina adalah hubungan kelamin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang masing-masing atau salah satunya berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak ketiga. Macam-macam perceraian dibagi 4 yaitu; a) Dari segi lafadznya Thalaq dilakukan dengan 4 cara, yaitu dengan lisan, tulisan, isyarat, dan dengan mengirim utusan. Thalaq dengan lisan bersifat sharih (jelas) dan bisa bersifat kinayah (sindiran). Thalaq Sharih, adalah thalaq yang diucapkan dengan menggunakan kata-kata dalam pengertian orang yang mengucapkannya tidak dimaksudkan lain, selain untuk memutuskan ikatan perkawinan. Thalaq Kinayah adalah thalaq yang diucapkan dengan mempergunakan kata-kata yang bisa mengandung pengertian thalaq, dan bisa pula mengucapkannya dalam bahasa sehari-hari tidak terkandung pengertian thalaq di dalamnya. b) Dari segi waktunya

Jika ditinjau dari segi waktu menjatuhkan thalaq yang dilakukan oleh suami dengan tuntunan syarat yaitu thalaq yang dijatuhkan pada saat istri sedang suci, yang tidak dicampuri dan yang dijatuhkan pada waktu isteri telah terang hamilnya. Thalaq BidI (thalaq haram), ialah thalaq yang dilakukan oleh suami tidak sesuai dengan tuntunan syara yaitu thalaq ayng dijatuhkan ketika istri tengah haid dan thalaq yang dijatuhkan di waktu suci yang telah dicampuri, sedang hamil/ tidaknya belum diketahui. c) Dari segi pernyataan sighahnya. Dibagi menjadi 3 yaitu munajjaz, mudlaf, dan muallaq dengan pengertian sebagai berikut: Thalaq Munajjaz (kontan) yaitu thalaq yang tidak digantungkan kepada syarat, tidak pula disandarkan kepada suatu masa yang akan datang tetapi yang jatuhnya pada saat diucapkan thalaq itu sendiri. Thalaq Mudlof (disandarkan), yaitu thalaq yang jatuhnya disandarkan pada suatu masa yang akan datang. Thalaq Muallaq (diagntungkan), yaitu thalaq yang jatuhnya digantungkan kepada terjadinya suatu keadaan. Dari mungkinnya rujuk tanpa akad yang baru. Karena rasul tidak menyukai thalaq maka berbagai bentuk thalaq yang dapat ditarik kembali dianggap boleh dan yang tidak mungkin ditarik kembali tidak diperbolehkan. Thalaq RajI, yaitu thalaq yang bisa ditarik kembali yang memberi kemungkinan bagi suami untuk kembali rujuk kepada istri dalam jangka waktu iddah.

Thalaq bain, yaitu thalaq yang tidak mungkin ditarik kembali maka dengan memberi kemungkinan kepada suami untuk kembali rujuk kepada istrinya dalam jangka waktu. Kekhawatiran terhadap tingginya perceraian di Indoneisa berawal dari data frekuensi perceraian yang semakin fabtastis. Pada tahun 1950-an angka perceraian di Asian tenggara termasuk Indonesia, tergolong yang paling tinggi di dunia. Pada dekade itu dari 100 perkawinan, 50 diantaranya berakhir dengan perceraian. Pernikahan dan perceraian merupkan hak individu, seorang laki-laki maupun perempuan berhak untuk memutuskan kapan menikah maupun mengakhiri pernikahan melalui perceraian. Namun, ada bermacam-macam faktor yang penting untuk menganalisis pernikahan atau perceraian. Hal ini dikarenakan ada beberapa adat kebiasaan yang emmpengaruhi pernikahan dan perceraian. Pernikahan dan perceraian terkait dengan dua hal. Pertama, keputusan seseorang untuk menikah atau bercerai merupakan keputusan pribadi yang terkait dengan prinsip dan kepribadian seseorang. Kedua, keputusan untuk menikah atau bercerai juga terkait dengan faktor lingkungan sosial, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan tempat hidup individu tersebut tinggal. Pada lingkungan tersebut, terdapat norma-norma sosial yang telah dipelajari individu melalui sosialisasi, sehingga norma-norma tersebut dapat mempengaruhi keputusan individu untuk menikah maupun bercerai. Kebijakan pemerintah tentang perceraian dapat berpengaruh pada tingkat perceraian di suatu negara. Menurut Departemen Agama, tingginya permintaan gugat verai isteri terhadap suami tersebut diduga kaum perempuan merasa mempunyai hak yang sama dengan lelaki, atau akibat globalisasi seakrang ini.

Kesempatan ekonomi yang semakin luas membuat penduduknya lebih memilih untuk mengembangkan karier mereka dengan menunda pernikahan. Selain itu, kesempatan karier yang semakin luas ini juga menyebabkan keputusan untuk bercerai semakin mudah. Hal ini dikarenakan peningkatan karier menyebabkan tingkat ketergantungan antarpasangan makin menurun. Perceraian adalah pernyataan wakil masyarakat bahwa perkawinan itu telah dibatalkan. Perceraian juga diartikan sebagai perubahan dari status kawin menjadi status cerai. Peningkatan pendidikan, pendapatan wanita serta perubahan institusi masyarakat berpenagruh dalam meningkatnya perceraian. Dahulu, wanita sangat terikat pada laki-laki dalam pernikahan. Peningkatan partisipasi angkatan kerja wanita membuat wanita tidak lagi selalu harus tergantung pada suami. Tidak setiap yang halal itu disukai agama. Bahkan perkara halal dibagi 2: ada yang disukai dan ada pula yang dibenci. Wanita menuntut cerai dari suaminya hanya karena menginginkan kehidupan yang menurut anggapannya lebih baik, dia berdosa dan diharamkan mencim baunya surga kelak di akhirat. Karena perkawinan pada hakikatnya merupakan salah satu anugerah ilahi yang patut disyukuri. Bercerai berarti tidak mensyukuri anugerah tersebut (kufur nikmat). Kufur nikmat itu tentu dilarang agama dan tidak halal dilakukan kecuali karena sangat terpaksa. Jadi, kalaupun Allah mengizinkan talak, tetapi talak itu merupakan Allah jadikan sebagai obat yang pahit rasanya. Bagai kehidupan suatu rumah atngga yang tidak bisa diharapkan bakal rukun kembali, talak itu merupakan cara pengobatan satu-satunya yang tidak bisa dihindari. Jadi, seperti halnya amputasi yang harus dilakukan demi keselamatan anggota tubuh yang lain.

Kesempatan hidup bagi tiap orang hanya sekali. Bertanyalah pada diri sendiri, mengapa hidup yang sekali harus menjadi neraka yang tiada berkesudahan. Padahal kedua suami isteri itu sudah jelas tidak bisa dirukunkan kembali. Bukankah yang seperti itu berarti menyia-nyiakan hidup mereka berdua? Seorang filsuf asal Inggris menyatakan, Bila suasana rumah tangga telah panas, tapi undang-undang memaksa mereka tidak boleh bercerai, maka tak ayal hati mereka akan hangus termakan dendam, dan yang satu akan memperdayakan yang lain. Lalu dicarinya kepuasan hati di laur rumah, atau yang satu meminta syarat ketika kawin tidak mau diceraikan betapapun benci dan sengitnya pertengkaran yang mungkin terjadi kelak. Tindakan suami apabila istri tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang isteri yaitu: - Menasehati dan memberi pelajaran. - Jika tidak mempan, suami boleh memisahkan diri dengan isteri. - Jika tidak mempan, maka boleh menegur dengan agak keras, kalu perlu dengan pukulan yang tidak membahayakan pihak isteri. - Dengan mengangkat juru pendamai untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Untuk mengurangi tingkat percerain di Indonesia dengan usaha lebih menegaskan kepada suami-isteri tentang tugas-tugasnya dalam membangun rumah tangga, diantaranya sebagai berikut ; 1) Laki-laki berekwajiban memberi nafkah kepada keluarganya, sedangkan isteri mempunyai tugas untuk mengruus rumah tangganya dan anak-anaknya sehingga menjadi generasi yang baik/ shalih karena jika isteri itu shalihah maka akan tenteramlah rumah tangganya.

2) Untuk menuju keluarga yang khasanah maka keduanya agar beriman kepada Allah saling mengingatkan dalam beribadah dan menjauhi larangannya.Seorang suami adalah imam bagi keluarganya, maka sudah menajdi kewajiban baginya untuk memeberi arahan dan nasehat, menjadi contoh yang baik bagi keluarganya. 3) Jika sudah sangat mendesak bagi isteri untuk ekluar bekerja menopang ekonomi keluarga, maka baginya untuk memilih peekrjaan yang baik dan pantas baginya dengan tetap menjaga harga dirinya, keluarganya, dan agamanya dengan tetap seizin suami. 4) Untuk menyeimbangkan antara pekerjaan di tempat ia beekrja dan pekerjaan rumah tangganya maka baginya untuk emndahulukan tanggung jawab rumahnya, karena itu adalah kewajiban utamanya. 5) Pekerjaan luar rumah bisa dikerjakan setelah sampai melewati masa sepi bagi yang mempunyai balita, karena pada kurun waktu itu sangat dibutuhkan oleh anak sebagai perkembangan otak, mental dan masa depannya. 6) Dan bagi isteri yang bekerja berusaha untuk membagi waktunya sebaik mungkin agar tidak mencampuradukkan urusan pekerjaannya di dalam urusan rumah tangganya, maka agar lebih memfokuskan fikirannya dimana ia harus maksimal dalam bekerja dan di mana ia harus memikirkan rumah tangganya.

BAB III PENUTUP A. Simpulan Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sebagai wanita sesuai dengan fitrahnya mempunyai tugas-tugas sebagai berikut; Sebagai isteri bagi suaminya. Sebagai hamba Allah. Sebagai ibu bagi putra-putrinya. Sebagai anggota masyarakat.

2) Pekerjaan wanita yang utama adalah merawat rumahnya dan sebagai pengasuh terhadap anak-anaknya, tetapi jika diizinkan oleh suami untuk melakukan pekerjaan lain sebagai upaya menopang ekonomi keluarga, maka baginya mempergunakan hartanya untuk keperluan rumahtangganya. 3) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusah dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak dan untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami isteri itu, tidak akan dapat hidiup rukun sebagai suami-isteri. 4) Dengan ketidakadaan isteri di rumah telah berpengaruh besar pada terusiknya rumah tangga. Sehingga suami sudah tidak ridho dengan keluarnya isteri dalam bekerja, maka akan terjadilah perceraian di Indonesia yang mayoritas disebabkan oleh kesibukan isteri di luar rumah.

B. Saran Maka dalam upaya menurunkan tingkat perceraian dihimbau kepada suami isteri untuk lebih memperhatikan dan melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing. Jika sudah sangat mendesak bagi isteri untuk keluar bekerja menopang ekonomi keluarga, maka baginya untuk memilih pekerjaan yang baik dan pantas baginya dengan tetap menjaga harga dirinya, keluarganya dan seagamanya dengan tetap seizin suami dan berusaha untuk membagi waktunya sebaik mungkin agar tidak mencampuradukkan urusan pekerjaannya di dalam urusan rumah tangganya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ibnu Jarasi Ibnu Ibrahim, 1411 h. Masuliyatu Almarah Almuslimah. Madinah: Jamiah Islamiah. Abdullah, SyafiI, Tentang Seputar Fiqih Wanita lengkap. Suarabaya: Arkola. Husaini, 1999. Hak dan Kewajiban Wanita dalam Islam. Kuala Lumpur: Darul fikri. Latif, Jamil, 1982. Aneka Hukum Perceraian di Indonesia. Jakarta: Balai Aksara. Sulaiman, Sayid, 1996. Ulliyan Nisa ahdi Al-Qadim. Madbuli: Qohiroh. Zaidan, Abdul Karim, 1994. Almufatshal Ahkam Almarah wa Baitul Muslim. Beirut: Muassatu Risalah.

Anda mungkin juga menyukai