Anda di halaman 1dari 5

MASALAH DUNIA KANKER PAYUDARA WANITA Erwin Wahid MS MD

Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang paling penting.
1,2

Kanker ini merupakan keganasan yang paling lazim ditemukan pada wanita.3,4

Jumlah penderita kanker payudara di dunia terus mengalami peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara Barat maupun pada insiden rendah seperti di Asia.2 Sejak tahun 1990, ada peningkatan insiden sekitar 0,5% per tahun. Akibatnya, diperkirakan ada 1,4 juta kasus baru di tahun 2010. 4 Di Indonesia, kanker merupakan penyebab kematian nomor lima. 5 Menurut WHO, kanker telah menyebabkan kematian sebanyak 206.000 orang pada tahun 2005.6 Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak pada wanita Indonesia dengan angka morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi.3,7 Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, kanker terbanyak pada pasien rawat inap adalah kanker payudara sebesar 19,64%, disusul kanker leher rahim sebesar 11,07%. 8 Berdasarkan Pathological Based Registration, kanker payudara di Indonesia memiliki insiden relatif sebesar 11,5%. Ini diperkirakan bahwa insiden di Indonesia sedikitnya ada 20.000 kasus baru tiap tahun,8 dimana lebih dari 50% berada pada stadium lanjut.2,9,10 Kasus kanker payudara stadium dini hanya ditemukan sebanyak 20%.2 Berdasarkan American Cancer Society, angka mortalitas kanker payudara telah mengalami penurunan sejak tahun 1990 karena adanya deteksi dini dan terapi yang lebih baik tiap tahunnya.1,11 Selama dua puluh tahun terakhir telah terjadi perubahan yang bermakna dari penanganan kanker payudara.2,12 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta ilmu dasar biomolekuler mempengaruhi tata cara penanganan kanker payudara tersebut.7

Beberapa obat sitostika baru dan hormon ditemukan berdasarkan konsep biologi yang baru tersebut dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pengobatan kanker payudara.2 Akhir-akhir ini, penderita kanker payudara stadium dini ditangani dengan breast-conserving surgery yang diikuti terapi radiasi dan terapi adjuvant sistemik, termasuk kemoterapi dan terapi hormonal.1 Sebelumnya, mastektomi merupakan satusatunya terapi bedah pilihan yang diterima sebagai penanganan kanker payudara.2,13 Mastektomi radikal ataupun modifikasinya memiliki efektivitas yang sama dalam hal kontrol lokoregional dan angka harapan hidup. Mastektomi dan breast conserving surgery juga telah dibuktikan memiliki efektivitas yang sama pada penderita kanker payudara stadium I dan II.2 Pengobatan kanker payudara stadium lanjut dan residif bersifat paliatifsuportif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.2 Terapi penderita kanker payudara locally advance (lokal lanjut) yaitu stadium IIIa atau IIIb adalah pembedahan disertai dengan terapi radiasi dan kemoterapi. Penderita stadium IIIa terbagi atas kanker payudara yang operable dan non-operable. Terapi pembedahan stadium IIIa dengan kondisi operable biasanya dilakukan mastektomi radikal modifikasi, yang diikuti kemoterapi adjuvant serta terapi radiasi adjuvant. Kanker payudara stadium IIIa yang non-operable dan stadium IIIb sebelumnya dilakukan kemoterapi neoadjuvant.14 Bagian penting dari terapi kanker payudara locally advance (lokal lanjut) adalah radioterapi.15,16 Terapi ini seperti pembedahan yang merupakan terapi lokal. Radioterapi pada penderita kanker payudara dapat menurunkan angka kekambuhan lokoregional sebesar 70%.
17

Bagian lain dari terapi

kanker payudara adalah kemoterapi dan terapi hormonal. Terapi sistemik tersebut terbukti bermanfaat meningkatkan angka ketahanan hidup, terutama dalam rangka adjuvant. Pada kanker payudara stadium lanjut ataupun residif, kedua terapi tersebut dapat memperbaiki kualitas hidup tetapi dibutuhkan perhatian yang cukup besar karena memiliki efek samping yang cukup berat.2

Kesimpulan dua prinsip dasar pengobatan kanker payudara wanita yaitu mengurangi pertumbuhan local dan resiko penyebaran metastasis. Pengobatan dini kanker payudara adalah pembedahan dengan atau tanpa radioterapi. Terapi sistemik berupa kemoterapi atau terapi

hormonal sebagai tambahan, jika ada faktor prognosa buruk seperti mengenai kelenjar limphe, indikasi meninggi akan berulang metastase. Apabila kelainan local berlanjut atau penyakit menyebabkan metastasis dilakukan pengobatan berupa terapi sistemik untuk paliatif mengurangi keluhan-keluhan penderita, karena dengan pembedahan peranan makin kecil.

RUJUKAN 1. Adamowicz K, Marzewska M, Jassem J. Combining systemic therapy with radiation in breast cancer. Cancer Treatment Review. 2009;35:409-415. 2. Tim Penanggulangan dan Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna RS Kanker Dharmasi. Penatalaksanaan kanker payudara terkini. Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003. 3. Sampepajung D, Hatta M. BRCA-1 gene mutation of breast cancer patient and their relatives in Makasar, Indonesia. J I Bedah Indones. 2006; 34(1):25-30. 4. Parkin DM, Bray F, Ferlay J, Pisani P. Global cancer statistic 2002. CA Cancer J Clin. 2005;55:84-6. 5. Aziz MF. Gynecological cancer in Indonesia. J Gynecol Oncol. 2009; 20(1):8-10. 6. World Health Organization [Online]. 2002 [diakses 15 April 2010]; Diunduh dari: http://www.who.int/infobase/cancer.aspx. 7. Albar ZA, Tjindarbumi D, Ramli M, Lukitto P, Reksoprawiro S, Handojo D, dkk editor. Protokol PERABOI 2003. Bandung: PERABOI, 2004. 8. Depkes. Aktivitas Fisik dan diet seimbang mencegah kanker. 2009 [diakses 15 April 2010]; Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/170-aktivitas-fisikdan-diet-seimbang-mencegah-kanker.html.

9. Histopaedianto I, Choridah L, Aryandono T. Validity of BI-RADS System Mammography to detect breast cancer at Dr Sardjito Hospital Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran. 2008 Mar; 40(1):20-5.

1 2

Adamowicz K, Marzewska M, Jassem J. Combining systemic therapy Tim Penanggulangan dan Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna RS Kanker Dharmasi. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini 3 Sampepajung D, Hatta M. BRCA-1 gene mutation of breast cancer patient and their relatives in Makasar, Indonesia 4 Global Cancer Statistic 2002 5 Aziz MF. Gynecological cancer in Indonesia 6 WHO 7 Protokol Peraboi 2003 8 Depkes. Aktivitas Fisik dan diet seimbang mencegah kanker 9 Histopaedianto I, Choridah L, Aryandono T. Validity of BI-RADS System Mammography to detect breast cancer at Dr Sardjito Hospital Yogyakarta 10 Hangesti D, Panigoro SS, Ramli M. Hubungan indeks massa tubuh dan besar tumor payudara saat penemuan awal penderita kanker payudara di RS Cipto Mangunkusumo 11 Rasjidi I. Deteksi dini dan pencegahan kanker pada wanita 12 Tjindarbumi D. Deteksi dini kanker payudara dan penanggulangannya. Dalam Dalam deteksi dini kanker 13 National Institutes of Health 14 Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dun DL, Hunter JG, Pollock RE. Schwartzs principle of surgery. 8th edition. United State of Amerika:The McGraw-Hill Companies; 2005. 15 Bollet MA, Kirova YM, Antoni G, Pierga JY, Zafrani BS, Laki F, et al. Response to concurrent radiotherapy and hormonal-therapy and outcame for large breast cancer in post-menopausal women 16 Bollet MA, Zafrani BS, Gambotti L, Extra JM, Meunier M, Nos C, et al. Pathological response to preoperative concurrent chemo-radiotherapy for breast cancer: Result of a phase II study. 17 Poortmans P. Evidence based radiation oncology: Breast Cancer

Anda mungkin juga menyukai