Edisi 24 (Februari 2006)
Edisi 24 (Februari 2006)
Dua orang petani Korea yang melakukan protes anti WTO bulan Desember tahun lalu masih ditahan kepolisian Hong Kong. Kedua petani anggota Korean Peasant League (KPL) itu sedang menunggu sidang di awal Maret.
Berita Hal 3
Berita Hal 10
EDISI 24 - FEBRUARI 2006
PEMBARUAN TANI
M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I
PEMBARUAN AGRARIA
Info Praktis
Hal 11
salam
pembaruan tani
PEMBARUAN TANI
FEDERASI SERIKAT PETANI INDONESIA (FSPI) PETANI PRESS
PENANGGUNG JAWAB DICETAK OLEH DITERBITKAN OLEH
HENRY SARAGIH
PEMIMPIN UMUM
INDRA SAKTI LUBIS TEJO PRAMONO AGUS RULI ARDIANSYAH IRMA YANNY ALI FAHMI WILDA TARIGAN CECEP RISNANDAR MUHAMMAD IKHWAN SRIWAHYUNI SUPRIYANTO
M
JL MAMPANG O M U N I K XIV NO.5 PRAPATAN A S I P I M B A R K JAKARTA 12790 TELP: +62 21 7991890 FAX: +62 21 7993426 EMAIL: pembaruantani@fspi.or.id www.fspi.or.id
ALAMAT REDAKSI
Redaksi menerima sumbangan artikel, opini atau tulisan mengenai pertanian/agraria/perjuangan yang sesuai dengan visi dan misi tabloid PEMBARUAN TANI. Setiap tulisan yang dikirimkan ke redaksi diketik 1000 (seribu) kata dan dikirimkan lewat pos, fax, maupun email. Apabila tulisan dimuat, anda akan menerima pemberitahuan dari redaksi.
Wartawan PEMBARUAN TANI dilengkapi tanda pengenal dan tidak meminta/menerima apapun dari narasumber
Pembaruan Tani
KABAR UTAMA:
4-7 3
tanggap
Selamat atas terbitnya Pembaruan Tani menjadi setiap bulan. Bagaimana kalau Pembaruan Tani menyediakan satu halaman yang dikhususkan untuk teori-teori tentang gerakan tani dan pengorganisasian. Bahan-bahan tersebut sangat diperlukan bagi serikat-serikat tani di daerah sebagai bahan referensi. Terima kasih. Wahidjan Mataram, Nusa Tenggara Barat
INTERNASIONAL
Dua Petani Korea Masih Ditahan Kepolisian Hong Kong ....................................................................................
PENDAPAT
Konflik Agraria dan Kekerasan Terhadap Petani Di Indonesia .................................................................................... Pemerintah Tidak Mempunyai Visi Membangun Pertanian ....................................................................................
Redaksi, Usulan saudara akan kami pertimbangkan. Tapi kami tidak menjanjikannya dalam waktu dekat.
Pembaruan Tani yang sudah terbit saat ini saya kira cukup bagus. Banyak informasi yang bisa kami dapatkan terutama tentang politik pertanian. Namun porsi pemberitaan lebih banyak di Jakarta/pusat. Alangkah baiknya bila kedepannya, Pembaruan Tani lebih memperbanyak berita-berita dari daerah/serikat-serikat tani di daerah Sarwadi Jambi Redaksi, Pembaruan Tani memang ada rencana untuk memperbanyak porsi pemberitaan dari daerah. Namun kami masih mempunyai kendala sumber daya manusia. Dalam waktu dekat ini kami akan melakukan pembenahan, dan diharapkan porsi pemberitaan dari daerah akan lebih banyak lagi
PETANI PEREMPUAN
Perempuan Berdemo Anti WTO ....................................................................................
INFO PRAKTIS
8 9 10 11
SERIKAT
GUS DUR: Ketidakadilan Terhadap Petani Harus Dihilangkan ....................................................................................
12
internasional
pembaruan tani
Kilas Internasional
Rakyat Thailand Gugat Pemerintahan Bisnis Thaksin
75 ribu orang lebih berkumpul di lapangan Sanam Luang, Bangkok di hari Minggu (26/2) lalu. Demonstrasi ini dilakukan dalam rangka memprotes pemerintahan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Sinawathra. Pemerintahan Thaksin sendiri digugat rakyat semenjak beberapa bulan lalu, setelah dia disinyalir melakukan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Thaksin adalah seorang pebisnis ulung dan pengusaha raksasa, dan rakyat menganggapnya menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi dan bisnisnya. Hal itu terungkap atas penjualan aset perusahaan raksasa Shin Corp, yang dimiliki Thaksin. Penjualan perusahaan ini ke pihak asing sangat membuat rakyat marah, sementara proses penjualan tanpa dikenakan pajak. Pembukaan perdagangan bebas dengan AS juga memicu kemarahan banyak pihak, termasuk organisasi tani, buruh, akademisi, dan rakyat miskin kota. Mereka yang tergabung dalam Majelis Rakyat Miskin (AoP: Assembly of the Poor) mengatakan bahwa pemerintahan Thaksin adalah pemerintahan korup, tidak demokratis dan sangat neoliberal. Pemerintahan ini dinyatakan membunuh petani Thailand karena harga tidak menguntungkan pertanian lokalmelainkan menguntungkan perusahaan dan bisnis. Thaksin juga ditengarai menjadi dalang penurunan taraf hidup masyarakat miskin kota atas kebijakannya. Upah stagnan, dan pengangguran merebak. Sementara aset negara dijual ke pihak asing, dan pasar dibuka bebas. Usaha perlawanan sedang dijalin. Aliansi rakyat untuk demokrasi memboikot usaha Pemilu yang akan dirancang Thaksin. Kini perlawanan meluas hingga ke desa-desa. Kami berharap rakyat sadar atas pemerintahan korup, dan akan berusaha melakukan pendidikan untuk menentang penindasan ini, demikian kata Pongtip dari AoP. Muhammad Ikhwan
Pembaruan Tani
Aksi petani Korea memprotes WTO di Hong Kong, 13-18 Desember 2005
Liberalisasi Pertanian
utama
pembaruan tani
PEMBARUAN AGRARIA
utama
pembaruan tani
Penggusuran warga Pasir Mandoge Sumatera Utara oleh satuan pengamanan perusahaan perkebunan milik grup Bakrie yang dibantu aparat Brimob
Kondisi Agraria yang berkembang dewasa ini telah mengancam keselamatan hidup petani, memperburuk layanan alam terhadap petani, merendahkan kemampuan produktifitas petani dan semakin menurunkan kesejahteraan petani. Kondisi agraria tersebut diperburuk oleh penyelenggara pemerintah yang menyingkirkan petani dalam pembuatan-pembuatan keputusan, oleh aparat bersenjata negara yang memaksa petani dengan kekerasan, dan oleh badan-badan usaha raksasa yang menghisap kekayaan petani. Globalisasi kapitalisme telah bekerja melalui perjanjian-perjanjian dan keputusan-keputusan internasional yang menjerat petani. Demikian kirakira sebagian dari nukilan naskah konferensi pembaruan agraria untuk perlindungan dan pemenuhan hak asasi petani pada April 2001. Dilihat dari aspek demografi, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. lebih dari 70% hidup dari pertanian. Sebagian besar dari mereka adalah buruh tani dan petani miskin . Secara ekonomi wilayah pedesaan yang menjadi tempat tinggal rakyat tani mengalami penurunan. Jumlah rumah tangga petani mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir. berdasarkan Susenas 1993 terdapat 20 juta rumah tangga, jumlah tersebut menjadi 25,4 juta rumah tangga pada tahun 2003. Jumlah rumah tangga petani yang penguasaan lahannya kurang dari 0,5 hektar termasuk petani yang menjadi penggarap juga mengalami peningkatan dari 10,8 juta keluarga pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta pada tahun 2003 atau mengalami peningkatan 2,6 persen tiap tahun. Indonesia juga menjadi pengimpor pangan terbesar di dunia saat ini. 50 % beras yang di perdagangkan di tingkat internasional atau kira-kira 3 juta ton di impor ke Indonesia (19972002-an). Sebanyak 1.2 juta kacang kedelai diimport ke Indonesia, demikian juga jagung, susu dan kebutuhan pokok lainnya. Nilai Tukar Petani (NTP) Menurun. Terjadinya pengangguran yang melonjak 10 kali lipat pada tahun 1997. Pada tahun 2001 pengangguran terbuka 8 juta atau 8,10%, tahun 2003 meningkat menjadi 10,13 juta atau 9,85%. Indonesia menjadi negara penghutang terbesar di dunia, tahun 1998 nilai utang pemerintah membengkak menjadi 150 milyar dollar AS dan menjadi utang luar negeri tiap orang tidak kurang dari 750 dollar AS. Ditinjau dari tingkat kemiskinan dalam sepuluh tahun terakhir ini Indonesia cenderung mengalami kenaikan secara kualitas seiring dengan terjadinya krisis ekonomi. Dari data yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1996 persentase orang di bawah garis kemiskinan sebanyak 17,7 persen. Sementara pada tahun 1998 jumlah tersebut naik menjadi 24,2 persen dan akhirnya sekarang pada tahun 2003 turun lagi menjadi 17,3 persen (lihat Tabel di bawah). Namun demikian angka tersebut bisa menjadi lebih besar lagi, karena jika dilihat dari dinamika dilapangan, nyaris tidak terdapat kemajuan dari kehidupan rakyat. Terlebih data tersebut bertolak belakang dengan data meningkatnya jumlah petani yang berlahan sempit/miskin. Pandangan pesimistis terhadap penurunan angka kemiskinan tersebut lebih beralasan lagi bila lihat dari kecilnya kredit yang disalurkan oleh perbankan pada sektor pertanian. Pada tahun 2003 kredit untuk sektor pertanian hanya mencapai sekitar 5 persen dari seluruh kredit. Kuat dugaan penurunan kemiskinan tersebut terjadi akibat banyaknya penduduk pedesaan yang pergi ke luar negeri bekerja sebagai buruh migran atau yang dikenal dengan tenaga kerja Indonesia (TKI). Jumlah TKI di luar negeri ini banyak
mengalami peningkatan khususnya mereka yang berangkat secara ilegal. Meskipun telah terdapat banyak kasus mengenaskan dari buruhburuh migran ini, misalnya yang mengalami penyiksaan, pemerkosaan, kekerasan, dan banyak lagi pelanggaran hak asasi manusia lainnya, masih banyak keluarga petani yang nekat berangkat juga. Hal ini menunjukan bahwa kehidupan pedesaan dianggap oleh para petani dan buruh tani tidak bisa memberi masa depan yang lebih baik. Hal tersebut patut untuk diduga karena penderitaan yang dialami oleh petani sudah berpuluh-puluh tahun tanpa ada perbaikan nasib yang berarti. Karenanya ketika ada kesempatan untuk mengubah nasib, walaupun sifatnya belum pasti, banyak petani yang mencobanya. Konflik dan Kekerasan Atas situasi umum tersebut maka terjadinya konlik agraria adala hal yang tak ter-elakkan. Kaum tani disatu sisi, aparat pemerintah dan negara, modal dan investasi disisi lainnya. Dengan berbagai pola pergeseran konflik dari zaman-ke zaman. Menampakan wujudnya yang asli yaitu suatu proses produksi yang menindas dan menghisap. Ini bukan retorika belaka, berbagai fakta dan praktek dengan mudah kita dapati. Menurut hasil monitoring, investigasi dan advokasi PBHI sampai dengan tahun 2005 lalu, terdapat jenis, watak dan corak tersendiri. Terlihat dari kategorisasi konflik pada area atau kebijakan tertentu. Misalnya pada wilayah pertambangan, kehutanan, perkebunan besar, pembangunan fasilitas umum, pariwisata, kelautan dan kawasan lindung wilayah laut, urban konflik, industrialisasi daerah serta kawasan hutan lindung dan konservasi alam. Dari konflik-konflik dengan berbagai latar belakang tersebut, secara umum tergambar pihak-pihak yang terlibat didalamnya dan bagaimana modus operandi yang digunakannya. Bila kita berkaca dari beberapa konflik agraria dalam hal pertanahan seperti Bulukumba Sulawesi Selatan, Tanak Awu- NTB, dan Serdang Mandegai-Sumut. Maka tidak banyak terdapat pergeseran metode penanganan yang digunakan. Yaitu mulai dari intimidasi sampai kekerasan
secara fisik bahkan hingga penghilangan nyawa. Pembubaran dan pencegatan pertemuan-pertemuan petani, upaya-upaya penggusuran paksa, pemanggilan sampai penangkapan oleh pihak kepolisian terhadap pimpinan-pimpinan lokal, dan proses adu domba antar masyarakat. Dari konflik tersebut, ada beberapa catatan penting. Yaitu pada tahuntahun sebelum 1998, bila kemampuan petani menekan pemerintah pusat (Jakarta) untuk intervensi dalam penyelesaian konflik dan mendapatkan momentum maka dengan lebih mudah sekarang ini mempengaruhi kebijakan-kebijakan ditingkat daerah. Bila sebelumnya yang sangat berperan adalah pihak militer maka sejak otonomi daerah dan pemisahan TNI-POLRI, maka peran kepolisian saat ini besar dalam penanganan konflik agraria. Pendekatan keamanan sekaligus pendekatan penegakkan hukum membuat petani bulan-bulanan menghadapinya. Mulia dari prosedur formal, pemeriksaan, penyidikan hingga akhirnya adalah berujung pada penangkapan. Kita tahu banyak sudah perangkat undang-undang disiapkan secara sistematis untuk memperkuat penjagaan modal besar seperti Undang-Undang perkebunan, undangundang tentang sumber daya air dan perpres 36/2005. Penggunaan unsur sipil saat ini juga dominan terjadi. Untuk beberapa kasus seperti Tanak Awu-NTB, peran 'milisi' yang disiapkan secara rapih oleh-pihak tertentu begitu kuat mempengaruhi dan menekan gerakan petani agar tunduk dan lemah. Atau penggunaan para buruh perkebunan untuk menjebak dan memperlemah gerakan tani seperti di Serdang Bedegai Asahan-Sumatera Utara. Serta pengalihan isu sesungguhnya mengenai batas wilayah/HGU manjadi isu pembagian tanah atas kebaikan perusahaan seperti yang terjadi di Bulukumba. Dimana saat ini perusahaan (PT. LONSUM) dengan kebijakan memberikan ratusan hektar tanah bagi masyarakat yang akhirnya menyebabkan konflik horizontal dan pengaburan persoalan dari penyerobotan tanah untuk perusahaan swasta menjadi perebutan tanah antar masyarakat. Dari beberapa pelajaran konflik agraria yang terjadi itu, ada catatan penting yang sudah seharusnya menjadi perhatian organisasi tani yaitu bagaimana proses penguatan organisasi tetap menjadi tema sentral dalam upaya melaksanakan pembaruan agraria. Achmad Yakub
utama
pembaruan tani
Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan
hutan. Hal tersebut bisa terjadi karena kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah berupa Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hak Tanaman Industri (HTI). Hakhak tersebut diberikan kepada perusahaan baik modal asing ataupun dalam negeri. Investor asing yang begitu tertarik dengan hutan adalah dari Singapura, Jepang, Hongkong, dan Korea Selatan. Sampai tahun 1994, pemerintah telah mencadangkan 3.841.777 hektar areal untuk pembangunan Hutan Tanaman Industri yang akan dilaksanakan oleh 38 perusahaan. Dari ke-38 perusahaan tersebut, lima besar diduduki perusahaanperusahaan yang bergabung dalam kelompok Barito Pasifik (1.018.700 ha atau 26,5 %), kalimanis (614.080 ha atau
16,0 %), Raja Garuda Mas (428.560 ha atau 11,2 %), Dayak Besar (376.000 ha atau 9,8 %) dan Kayu Lapis Indonesia (300.000 ha atau 7,8 %). Sedangkan sisanya, 1.104.437 ha atau 28,7 % dimiliki oleh perusahaan lain. Dengan demikian Barito Pasifik menguasai lahan yang paling besar, mendekati luas untuk 23 perusahaan lainnya. Sampai dengan 1990, pemerintah Indonesia telah memberikan konsensi kepada 578 pemegang HPH yang
meng-eksploitasi 59, 9 juta hektare hutan. Sampai saat ini tercatat sebanyak 296 industri pengolahan kayu, dan 119 industri plywood. Pada awalnya eksploitasi hutan ini dilakukan oleh investor asing sampai dengan tahun 1978 telah tercatat 95 perusahaan asing yang memperoleh konsesi hutan. Perkembangan kemudian perusahaan asing ini banyak yang melakukan kerjasama dengan perusahaan dalam negeri, sudah tercatat 89 perusahaan. Badan usaha lainnya yang juga tidak kalah luasnya menguasai hutan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perhutanan, yaitu perhutani/inhutani. Perhutani/inhutani menguasai kawasan hutan produksi diluar kawasan yang konsesinya diberikan kepada perusahaan HPH. Departemen pertanian mendirikan perusahaan kehutanan Jawa Tengah atau disingkat Perhutani Jawa Tengah pada tahun 1961. Perhutani menguasai kawasan hutan Jawa seluas 2, 7 juta hektare yang meliputi hutan, gunung, danau dan air.
Berdasarkan fungsi hutan, Perhutani diberikan hak pengelolaan Hutan produksi yang terbagi atas Unit pengelolaan I (Jawa Tengah), Unit pengelolaan II (Jawa Timur) dan Unit Pengelolaan III (Jawa Barat). Walaupun tingkat pembangunan kehutanan terhitung sangat intensif dan bersifat serentak diseluruh pelosok tanah air juga tingkat eksploitasi hutan yang tinggi. Namun kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ternyata sangat kecil. Pada tingkat harga konstan tahun 1983, kontribusi sub-sektor kehutanan hanya berkisar 5% terhadap sektor pertanian, dan berkisar 1% terhadap PDB. Disamping itu, kontribusi subsektor kehutanan terhadap penyerapan tenaga kerja juga rendah. Subsektor kehutanan hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 0,3% terhadap daya serap tenaga kerja secara keseluruhan dan o,5 % terhadap daya serap sektor pertanian. Achmad Yakub
utama
pembaruan tani
Pembaruan Tani
dipastikan tidak akan jatuh ke pangkuan petani, tetapi mereka yang punya akses produksi yang kuat. Dalam kurun waktu 31 tahun, antara 1963 sampai 1994, penguasaan tanah pertanian oleh perkebunan besar mengalami perkembangan pesat. Ditahun 1938 terdapat 2.400 perkebunan besar yang menguasai 2.500.000 hektar tanah pertanian (rata-rata 1.042 hektar), maka di tahun 1994 terdapat 1.409 perkebunan yang menguasai tanah pertanian seluas 4.232.000 hektar (rata-rata 3.361 hektar). Perkembangan usaha perkebunan dan keterbatasan tanah yang layak untuk usaha pertanian, merupakan salah satu pemicu konflik agraria yang khas pada dua dekade terakhir. Perkembangan usaha perkebunan
besar seringkali dibarengi dengan hilangnya penguasaan tanah dari tangan petani, baik melalui cara-cara kekerasan yang dilakukan maupun dengan cara-cara 'damai'. Lebih jauh, petani juga tidak mempunyai kemandirian untuk menentukan komoditas apa yang bisa mereka tanam dilahannya. Hal ini ditambah dengan rentannya posisi tawar petani untuk menentukan harga komoditasnya. Kondisi ketidak mandirian petani dalam menentukan komoditas yang akan ditanam dan posisi tawar yang rendah umumnya terjadi pada perkebunan dengan pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Situasi ini, mirip dengan sistem cultuurstelsel yang dijalankan pemerintah hindia belanda lebih dari dua setengah abad yang lalu. Ahmad Yakub
pendapat
pembaruan tani
Oleh Ahmad Yakub Deputi Kajian Kebijakan dan Kampanye Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI)
Situasi tersebut menyebabkan petani dan masyarakat umum merasa tertindas melalui kebijakan publik dan kekerasan struktural dengan berbagai ikutannya. Tindakan yang paling kentara adalah kekerasan fisik dan cara-cara teror.
organisasi keuangan internasional--Bank Duniauntuk merubah berbagai kebijakan agraria. Bank Dunia mengucurkan dana hutang sebesar $300 juta untuk menggolkan UndangUndang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan mendukung program Land Administration Project (LAP) dengan juga mendukung merubah total UUPA 1960 menjadi Rancangan Undang-Undang Agraria yang saat ini diusulkan oleh Badan Pertanahan Nasional, Lahirnya Undang-Undang No. 18/2004 tentang Perkebunan yang banyak mengakomodasi kepentingan perusahaan perkebunan. Belum lagi situasi tata ekonomi politik dunia yang sangat timpang antara negara-negara kaya dengan negara-negara miskin seperti Indonesia melalui organisasi-
dari 10.892.203 hektar dan mengorbankan setidaknya 1.189.482 KK. Konflik yang paling tinggi intensitasnya terjadi di sektor perkebunan besar (344 kasus), disusul pembangunan sarana umum dan fasilitas perkotaan (243 kasus), perumahan dan kota baru (232 kasus), kawasan kehutanan produksi (141 kasus), kawasan industri dan pabrik (115 kasus), bendungan dan sarana pengairan (77 kasus), sarana wisata (73 kasus), pertambangan besar (59 kasus) dan sarana militer (47 kasus). Untuk menyebut beberapa contoh kekerasan yang mengemuka seperti penembakan petani di Bulukumba Sulawesi Selatan, Pembubaran secara paksa pertemuan petani, penembakan dan penangkapan petani diTanak Awu, NTB, penangkapan petani di
pendapat
pembaruan tani
petani perempuan
pembaruan tani
Pembaruan Tani
pada bulan pertama kehamilannya. Penting untuk dicatat bahwa, bayi dapat teracuni pestisida meskipun sang ibu tidak berhubungan langsung pestisida, hal ini dimungkinkan dari kontak si ibu dengan suaminya yang menyemprot pestisida. Apa yang harus dilakukan ? pertanyaan di atas pasti berkecamuk pada benak setiap pembaca, dan jawaban yang paling tepat adalah tinggalkan pemakaian pestisida dan mulailah mengawali aktifitas pertanian kita dengan sistem pertanian organik terutama bagi petani perempuan yang sampai saat ini masih terjebak dengan penggunaan pestisida. Mengapa harus membayar mahal untuk menjadi sakit, kalau tidak harus membayar dan tetap sehat? Wilda Tarigan dari berbagai sumber
Pembaruan Tani
10
info praktis
pembaruan tani
Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.
refleksi
Ilmu Pertanian
Titis Priyowidodo
Tak ada yang berhak mengaku sebagai pelopor penelitian di bidang pertanian karena ilmu dan teknologi pertanian dikembangkan oleh sebuah sistem sosial yang sangat tua. Pertanian sebagai sistem sosial adalah sebuah peradaban tua yang sampai sekarang masih tetap menunjukkan perannya di atas bumi ini. Jika peradaban berburu atau mengumpulkan makanan sudah dianggap primitif dan hanya dilakukan oleh manusia purba, berbeda dengan peradaban bercocok tanam. Menurut pendapat Ong Hok Ham seorang sejarahwan, justru pertanian dianggap sebagai sistem sosial yang menjadi korban dari terbentuknya sistem negara. Sistem sosial pertanian atau bercocok tanam telah bertahan selama ribuan abad bukan sekedar teknik untuk memproduksi bahan makanan, untuk mempertahankan hidup yang sangat dasar, akan tetapi
sistem sosial pertanian selama berabad-abad dari pertama kali manusia purba menebarkan benih untuk dipetik telah berkembang selayaknya inti lembaga yang terus membelah dan tumbuh berkembang. Dari budaya ini muncul perkampungan-perkampungan primitif yang jauh lebih modern daripada perkampungan di kala peradaban mengumpulkan dan berburu. Kelembagaan sosial pun tumbuh dengan pesatnya dalam masyarakat bercocok tanam ini di seluruh muka bumi, meskipun mereka hidup terpisah laut, gunung, hutan, es, dan lain-lain. Di perguruan tinggi pertanian kurikulum yang diajarkan meliputi ilmu dan teknologi. Di sana terdapat penelitian-penelitian mengenai segala yang bersentuhan dengan pertanian, yaitu sosial, ekonomi, dan teknologi pertanian. Bangunan megah perguruan tinggi yang menurut Paulo
Freire selayaknya sebagai pusat pendidikan seharusnya melakukan kegiatannya yaitu memproduksi kesadaran kritis, seperti menumbuhkan kesadaran kelas, kesadaran, gender, maupun kesadaran kritis lainnya, yang kemudian dalam kesadaran kritis tersebut tugas pendidikan adalah melakukan refleksi kritis, terhadap sistem dan 'ideologi dominan' yang tengah berlaku di masyarakat serta menantang sistem tersebut untuk memikirkan sistem alternatif ke arah perubahan sosial menuju suatu masyarakat yang adil. Hal itu ternyata masih sangat jauh dengan kenyataan yang berlaku, karena yang terjadi justru sebaliknya, banyak perguruan tinggi yang justru dipenuhi oleh birokrat kampus yang menyerah pada 'ideologi dominan' yang tengah berlaku. Namun apa itu 'ideologi dominan' bagi mereka hanyalah hantu-hantu yang tak
terlihat karena kemalasan untuk menumbuhkan kesadaran kritis. Pertanian bukan hanya berisi teknologi untuk berproduksi, melainkan meliputi aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang telah melembaga selama ribuan abad. Janganlah berpikir pertanian alami yang juga terkenal dengan pertanian organik hanyalah sebuah teknik berproduksi. Masanobu Fukuoka, seorang peneliti Jepang yang berubah haluan menjadi petani telah menunjukkan bahwa pertanian adalah sebuah pandangan hidup. Didalamnya terdapat budaya dan muatan filosopis tinggi disamping hal-hal teknis. Jadi, apakah cukup ilmu yang didapatkan di perguruan tinggi dan pengalaman yang mungkin didapatkan selama ini tentang tanaman? Untuk menjawab 'cukup', hal itu tidak cukup alasan.
11
serikat
Gus Dur :
pembaruan tani
Gus Dur mengingatkan, negara ini tidak seharusnya dijadikan sebagai ajang korupsi, karena dampak yang paling buruk akan dirasakan oleh para petani. bibit menjadi mahal, pupuk mahal, transportasi mahal, semua serba mahal, tegasnya. Pemerintah harus berani dan secara tegas mengambil kebijakan, sehingga keadilan ekonomi bisa dirasakan para petani. Pemerintah harus berani memberantas korupsi. Jangan malah pemerintah yang korupsi sendiri. Karena korupsi menjadikan ekonomi mahal, kata Gus Dur. Pagelaran seni dan budaya ini di isi dengan pembacaan puisi, lagulagu rakyat yang dibawakan oleh Iwan Fals, Franky Sahilatua, Dik Doang, dan Rieke Diah Pitaloka. Tampak hadir pada pagelaran tersebut Sekjen dan Presidium FSPI dan beberapa ketua serikat anggota FSPI serta LSM dan ormas petani. Tita Zen
Pembaruan Tani
Mantan presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menegaskan, petani Indonesia yang secara umum berpenghasilan rendah terus-menerus dihimpit berbagai tanggungan akibat sistem sosial yang tidak adil.
Ketidakadilan terhadap petani harus segera dihilangkan. Demikian disampaikan Gus Dur pada pagelaran seni dan budaya Sepiring Nasi untuk Indonesia di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Kamis (9/1/06) malam.
Pembaruan Tani
Dapatkan segera di Sekertariat FSPI Jl. Mampang XIV No.5, Jakarta Telp. 021 7991890 Fax. 021 7993426 Email: fspi@fspi.or.id
12