Edisi 26 (April 2006)
Edisi 26 (April 2006)
M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I
EDISI 26 - APRIL 2006
TANAMAN
Harga eceran Rp 3.000,(untuk kalangan sendiri)
LAPORAN UTAMA
PROFIL SERIKAT
PETANI PEREMPUAN
Petani Desa Talaga Jaya, Kabupaten Karawang, memperlihatkan tanaman padi yang membusuk karena terendam air akibat pendangkalan saluran irigasi. Mereka meminta Pemerintah Daerah Karawang segera mengeruk irigasi tersebut. Berita halaman 9
INFO PRAKTIS
SALAM
Peringatan Hari Besar dan Tuntutan Gerakan Petani
Pada tanggal 17 April 1996 saat berlangsungnya Konferensi Internasional La Via Campesina Ke II di Tlaxcala, Meksiko, 19 buruh tani dibunuh polisi militer di Eldorado dos Carajaas, Brasil. Untuk memperingatinya, La Via Campesina mendeklarasikan 17 April sebagai Hari Perjuangan Petani Internasional. Setiap 17 April, ribuan petani kecil dan buruh tani menyatukan kekuatan untuk melawan kebijakan neoliberal seperti liberalisasi perdagangan pertanian, deregulasi dan privatisasi. Kebijakan ini telah mendorong penghancuran ekonomi petani, pelanggaran hak-hak petani dan pengusiran petani-petani kecil, buruh tani dan nelayan dari tanah mereka. Pada momen yang berdekatan, Federasi Serikat Petani Indonesia bersama-sama dengan Komnas HAM, LSM, organisasi pemuda dan mahasiswa pada tanggal 20 April 2001, mendeklarasikan Hari Hak Asasi Petani Indonesia. Sejak itu, kalangan petani merayakan hari besar ini untuk terus menggelorakan perjuangan petani dalam pemenuhan dan perlindungan hak-haknya. Berhubungan dengan kedua momen itu, FSPI, Dewan Tani Karawang dan gerakan sosial lainnya seperti pemuda, mahasiswa, kaum buruh, serta lembaga non-pemerintah bersama-sama berkumpul di Desa Selokan , Kecamatan Pakisjaya, Karawang, untuk merayakan kedua hari penting itu. Forum rakyat yang digelar ditengah sawah itu, diisi beragam acara mulai dari diskusi publik, panen raya, hingga pentas seni. Dalam diskusi muncul refleksi perjuangan kaum tani di Indonesia dalam melawan kebijakan-kebijakan pertanian yang tidak memihak kepada petani. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 sudah tidak lagi memberikan subsidi bagi pengembangan usaha pertanian dan meliberalkan pasar pertanian dalam negerinya. Kebijakan itu jelas tidak pro petani. Salah satunya, kebijakan membuka keran impor beras dari periode September 1998 hingga desember 1999, parahnya lagi pemerintah Indonesia mengenakan tarif impor beras sebesar 0%. Kebijakan tersebut dilakukan ditengah menyongsong musim panen. Sementara itu legislatif yang diharapkan berpihak kepada petani ternyata hanya memainkan akrobat politik. Persoalan pertanian, tidak hanya persoalan komoditas dagang semata. Tetapi didalamnya inheren soal-soal budaya dan hak asasi. Negara harus menjamin setiap rakyat untuk memiliki kemampuan guna memproduksi kebutuhan pokok pangan secara mandiri. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi setiap bangsa untuk mempunyai hak dalam menentukan makanan yang dipilihnya dan kebijakan pertanian yang dijalankannya. Sejurus dengan kedaulatan pangan, penguasaan dan kepemilikan alat produksi bagi petani adalah hal yang tak bisa ditawar. Jalan pembaruan agraria harus ditempuh sebagai pijakan dasar pembangunan bangsa. Memang ada sedikit keinginan baik pemerintah yang perlu direspon, yaitu niat untuk merevitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan. Namun itu pun masih jauh dari harapan para petani. Dalam pertemuan Karawang, para petani menuntut pemerintah untuk menjalankan lima langkah kongkrit. Diantarannya sebagai berikut; pertama, penguasaan dan kepemilikan petani dan buruh tani atas alat-alat produksi seperti tanah, benih, air dan kredit. Kedua, pengendalian impor untuk menstabilkan harga sampai pada tingkatan yang meliputi seluruh biaya produksi. Ketiga, pengendalian produksi untuk menghindari kelebihan produksi. Keempat, menjamin harga yang fair terhadap petani. Kelima, asistensi publik untuk membantu mengembangkan produksi petani dan pemasaran Itulah jalan yang diminta petani untuk segera dilaksanakan oleh pemerintah yang berkuasa. Dengan momentum hari-hari besar petani, keinginan-keinginan kaum tani akan terus digaungkan.
Pemimpin Redaksi: Achmad Yakub; Redaktur Pelaksana: Cecep Risnandar Redaktur: Muhammad Ikhwan, Tita Riana Zen, Wilda Tarigan, Tejo Pramono Reporter: Umran S (NAD), Edwin Sanusi (Sumatera Utara), Fajar Rilah Vesky (Sumatera Barat), Tyas Budi Utami (Jambi), Agustinus Triana (Lampung), Atep Toni, Usep Saeful, Dimas Barliana, Harry Mubarak (Jawa Barat), Edi Sutrisno, Ngabidin (Jawa Tengah), Muhammad Husin (Sumatera Selatan), Mulyadi (Jawa Timur), Marselinus Moa (NTT). Penerbit: Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Aibidin Fuad Sekertaris Redaksi: Tita Riana Zen Keuangan: Sriwahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Sarhedi, Gunawan Alamat Redaksi: Jl. Mampang Prapatan XIV No.5 Jakarta Selatan 12790. Telp: +62 21 7991890 Fax: +62 21 7993426 Email: pembaruantani@fspi.or.id website: www.fspi.or.id
Redaksi menerima tulisan, artikel, opini yang berhubungan dengan perjuangan agraria dan pertanian dalam arti luas yang sesuai dengan visi misi Pembaruan Tani. Bila tulisan dimuat akan ada pemberitahuan dari redaksi.
TANAMAN
Kilas
JARAK PAGAR. Tanaman jarak pagar bisa ditanam diatas lahan kritis
Jarak, masyarakat kita mengenalnya sebagai tanaman pagar. Pada masa kolonial Jepang, tanaman ini dibudidayakan secara masal. Namun tidak lama, Jepang kalah perang dan angkat kaki dari bumi Indonesia. Budidaya masal tanaman jarak pun berhenti.
Kusnun
Bangsa Jepang telah mengenal manfaat tanaman jarak sejak 65 tahun yang lalu. Kini, ketika harga minyak dunia melambung yang berimbas pada naiknya harga bahan bakar minyak di dalam negeri, tanaman jarak kembali dilirik. Bahkan, minyak jarak menjadi salah satu alternatif yang sebagai penganti bahan bakar minyak. Di sisi lain, peraturan emisi internasional mendorong dipilihnya biofuel (bahan bakar dari mahluk hidup) sebagai alternatif energi baru dan terbarukan. Biofuel merupakan sumber energi masa depan mengingat sifatnya yang bisa diperbaharui dan ramah lingkungan. Bertolak belakang dengan bahan bakar minyak, dimana sumbernya tak dapat diperbaharui lagi, artinya bila sumber minyak habis tak akan
muncul minyak baru lagi, kecuali mau menunggu hingga jutaan tahun. Selain itu bahan bakar minyak mengeluarkan polutan yang cukup tinggi. Beberapa bahan bakar nabati yang potensinya melimpah di negeri ini antara lain minyak sawit d a n m i n ya k j a r a k . B a h k a n pemerintah pun telah berusaha u n t u k m e n g e m b a n g k a n n ya . Te r b u k t i d e n g a n k e l u a r n ya Instruksi Presiden No.1 tahun 2006 dan Peraturan Presiden No.5 tahun 2006 keduanya dipersiapkan untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang kian menipis akibat pemakaian energi bahan bakar minyak yang terus meningkat. Dari kedua bahan bakar alternatif tersebut, minyak jarak mempunyai berbagai keunggulan. Beberapa diantaranya, minyak jarak tidak dapat dimakan, cold point lebih rendah dari minyak sawit, sangat potensial untuk ditanam dilahan kritis yang tidak produktif dan lebih cepat berbuah (berbuah alam umur 5-6 bulan, bandingkan dengan sawit yang berbuah pada umur 3-4 tahun). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Manurung tahun 2005, produktivitas tanaman jarak sangat tinggi. Setiap hektar tanah bisa menampung 2500 pohon jarak, setiap pohon jarak akan menghasilkan buah sebanyak 4-5 kilogram per tahun. Hasil tersebut setara dengan 10-12 ton per hektar setiap tahunnya. Hitung-hitungan diatas bila dikalkulasikan dengan minyak kan lebih mencengangkan lagi. Bayangkan, dengan kandungan minyak yang mencapai 35 persen, satu hektar lahan bisa menghasilkan 4,7 kilo liter minyak jarak dalam setahun. Dengan harga minyak saat ini sebesar Rp 1.438 sampai Rp 1.563, diperkirakan petani bisa meraup hasil sebesar Rp 50 juta per tahun. Suatu jumlah yang fantastis. Secara keseluruhan, negara pun akan mendapatkan keuntungan dari minyak jarak karena jauh lebih hemat dibanding bahan bakar minyak. Misalnya, bandingkan dengan harga solar dan premium
yang harganya mencapai Rp 4.500 per liter, berarti ada selisih Rp 2.500 sampai Rp 3.000 per liter. Bila pemakaian solar selama setahun (data pertamina tahun 2004) sebesar 26 juta kilo liter (menurut perkiraan akan terus meningkat sampai mencapai 36 juta kilo liter pada tahun 2009) maka akan didapatkan penghematan yang mencengangkan. Namun, untuk memenuhi dua persen dari kebutuhan minyak solar tersebut perlu dibangun 8 sampai 25 unit pabrik biodisel berkapasitas 30 ribu sampai 100 ribu ton setiap tahunnya. Untuk menopang bahan bakunya dibutuhkan 25 ribu hektar lahan yang ditanami jarak. Kini, banyak lembaga penelitian yang menggali lebih jauh lagi potensi minyak jarak. Beberapa d i a n t a r a n ya d i l a k u k a n o l e h Lemigas dan Pertamina, Institut Teknologi Bandung, BPPT dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Sedang untuk proses budidayanya baru dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Tropika Bogor yang membuat bibit unggul. Perlu dicatat, ada beberapa hambatan dalam pengembangan minyak jarak. Bahan baku minyak jarak belum tersedia secara masal dan kontinyu dan teknologi ekstraksi minyak masih sederhana perlu pengembangan lebih lanjut. Bagi petani, peluang tanaman jarak cukup menjanjikan karena cepat berbuah dan produksinya tinggi. Hanya saja belum ada langkah kongkrit dari pemerintah untuk menindaklanjuti inpres dan perpres. Rencana pemerintah mengembangkan jarak masih sekedar cetak biru dalam tumpukan kertas. Belum ada upaya sosialisasi yang lebih serius kepada petani. Jarak sebagai bahan bakar nabati masa depan diharapkan juga dapat menyejahterakan petani dan mampu mengatasi permasalahan krisis bahan bakar minyak di negeri kita. Penulis adalah penyuluh pertanian di Muaro Jambi
UTAMA
www.mst.org.br
pemiliknya. Sayang, suara mereka dianggap angin lalu. Kekuasaan seringkali mengabaikan tuntutan rakyatnya atas tanah. Merasa tak mendapat respon dari pemerintah, organisasi itu mulai bergerak dengan caranya sendiri. Okupasi demi okupasi mereka lakukan, dengan atau tanpa dukungan pemerintah. Langkah itu menimbulkan reaksi dari para tuan tanah. Tekanan politik, intimidasi hingga teror terus menakan para petani. Salah satu yang terbesar terjadi pada tanggal 17 April 1996 di Propinsi Para, Kabupaten Eldorado dos Carajas. Ceritanya begini. Adalah sebuah lahan pertanian seluas 18 ribu hektar yang membentang di selatan hutan Amazon. Orang-orang menamakan lahan itu Fazeda Macaxeira, milik keluarga Macaxeira tuan tanah kaya raya di Brasil. Tanah itu dibiarkan k o s o n g t a k t e r a wa t . H a n ya rerumputan dan alang-alang sejauh mata memandang. MST melihat dataran terbengkalai itu sebagai objek land reform. Dengan mengerahkan 2000 anggotanya mereka mengokupasi lahan itu. Tanah dipatok dan dibagibagikan. Gubuk-gubuk sederhana segera dibangun, menyusul sekolahan dan gereja. Sekitar tujuh ratus keluarga mendiami lahan itu.
OKUPASI. Gubuk-gubuk petani MST saat mereka mengokupasi lahan pertanian di Porto Alegre, Brasil.
UTAMA
Setiap tanggal 17 April, para petani di seluruh dunia memperingati hari perjuangan petani. Pada tanggal tersebut, sepuluh tahun silam, terjadi insiden pembantaian yang mempertahankan tanahnya yang dilakukan aparat keamanan terhadap 19 petani yang mempertahankan tanahnya di Carajas, Brazil. Tanggal 17 April 2006 FSPI dan Dewan Tani Karawang memperingatinya. Momentum ini sekaligus juga menjadi peringatan hari Hak Asasi Petani yang jatuh setiap tanggal 20 April.
Muhammad Ikhwan
Tak ketinggalan di Indonesia, Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) dan Dewan Tani Karawang pada tanggal 17 April kemarin mengadakan panen raya dan diskusi massa mengenai impor beras untuk memperingati hari perjuangan petani. Hari itu juga sekaligus menjadi peringatan hak asasi petani yang jatuh pada tanggal 20 April. Acara ini digelar di tengah sawah, di Desa Solokan, Kecamatan Pakis Jaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Diskusi diramaikan oleh sekitar 700 petani dari Karawang, anggota FSPI di wilayah lainnya dan beberapa LSM. Pada kesempatan itu hadir juga perwakilan dari Pemerintah Daerah Karawang, Camat Pakis Jaya, Kepala Desa Solokan, Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, dan Departemen Pertanian. "Kami ingin momentum Hari Perjuangan Petani Internasional ini menjadi titik balik perjuangan petani, agar terus menolak kebijakan impor beras yang menyakiti petani," kata Henry Saragih, Sekjen FSPI dalam kesempatan pembukaan diskusi massa Henry mengatakan bahwa Indonesia adalah negara agraris, ya n g h a r u s b e r d a u l a t a t a s p a n g a n n ya s e n d i r i . B a n ya k lumbung padi di Indonesia, dan Karawang salah satunya. Tetapi pemerintah lewat Departemen
Cecep Risnandar/PEMBARUAN TANI
Henry Saragih (kiri) dan Franky Sahilatua memotong padi sebagai tanda dimulainya panen raya petani
Perdagangan dan Bulog tetap mengimpor beras. Pemerintah Daerah Karawang sendiri menyadari bahwa pemerintah harus fokus untuk menyelesaikan masalah domestik dahulu, untuk memperbaiki keberpihakan terhadap sektor pertanian dalam negeri. Untuk itu diperlukan insentif dan penanganan infrastruktur agar produksi pertanian kita tetap terjaga, sehingga impor nantinya bisa diabaikan. Harus ada cetak biru pertanian yang jelas dan berpihak kepada petani, mulai dari akses tanah, air, dan perdagangan. Untuk itulah kita harus menegakkan UU Pokok Agraria 1960 dan melaksanakan pembaruan agraria, jelas Henry. Dalam diskusi ini, peserta juga menyadari betapa berbahayanya sistem perdagangan bebas dalam pertanian yang dipromosikan oleh Organisasi Perdagangan Dunia ( W T O ) . S i s t e m i n i l a h ya n g membuka pasar dan menghancurkan pasar serta mekanisme harga domestik. Akibatnya petani tidak menerima harga yang layak, dan akhirnya menjadi miskin. Impor beras di akhir tahun 2005 yang lalu juga disinyalir merupakan paksaan WTO, tambah Henry. Pada kesempatan yang sama, Arif, Sekjen Dewan Tani Karawang menuntut kebijakan pemerintah untuk mensubsidi dan memberi insentif kepada petani. Itu jauh lebih baik daripada malah menghambur-hamburkan anggaran untuk pembelian beras impor yang malah menguntungkan pedagang dan perusahaan besar, ujarnya. Panen raya dan diskusi massa ini dilanjutkan dengan acara budaya, yang menampilkan Franky Sahilatua. Penyanyi yang dekat dengan rakyat ini langsung menggebrak dengan nomor-nomor lawasnya, seperti Panen Raya, Orang Pinggiran, dan Perahu Retak. Disusul kemudian oleh Sejati yang membawakan lagu Tolak Impor Pangan, dan ditutup dengan kesenian lokal jaipongan Karawang. Di akhir acara, seluruh peserta secara simbolik memanen padi bersama. Petani harus bangga karena mereka adalah pahlawan yang menghasilkan kebutuhan pangan bagi rakyat, dan perjuangan mereka harus dihargai, ujar Franky yang ikut menyabit padi sebagai simbol dimulainya panen raya. Pada hari yang sama dibelahan dunia lain, diadakan peringatan serupa. Sejauh yang berhasil di pantau Pembaruan Tani, hari perjuangan petani diperingati juga di Brazil, Amerika Serikat, Argentina, Spanyol, Ekuador dan India.
Panggung rakyat yang digelar FSPI dan Dewan Tani Karawang berdiri ditengah sawah.
PENDAPAT
PENDAPAT
NASIONAL
PERKEBUNAN. Lahan perkebunan yang luas seringkali bersinggungan dengan tanah rakyat, dibeberapa
daerah konflik tak terhindarkan dan petani kecil selalu menjadi pihak yang tersisihkan.
NASIONAL
Agustinus Triana
Menerapkan pertanian organik merupakan salah satu cara untuk menekan biaya produksi pertanian. Penghematan bisa dilakukan karena biaya untuk pembelian pupuk kimia dan obat-obatan tidak lagi diperlukan. Selama ini komponen biaya pupuk kima dan obat-obatan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya pertanian. Hanya saja para petani sudah terlalu akrab dengan bahanbahan kimia. Perlu upaya yang l e b i h s e r i u s u n t u k memperkenalkan pertanian organik yang berkelanjutan. Atas dasar itu, Organisasi Tani Lokal (OTL) Keputran salah satu organisasi anggota Serikat Petani Lampung (SPL) mencoba untuk membuat demplot percontohan pertanian organik di desa Keputran, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Tujuannya, untuk memperkenalkan cara-cara bertani organik kepada para petani. Sutopo, penanggung jawab demplot yang juga ketua OTL Keputran melihat banyak manfaat dalam pertanian organik ini. Ia meyakini sistem pertanian organik mampu menyejahterakan petani. Menurut bapak dari empat putri ini, petani tidak harus tergantung oleh asupan-asupan bahan baku dari luar seperti pupuk dan obatobatan. Apalagi di saat-saat
tertentu para spekulan seringkali memainkan harga dan stok pupuk kimia yang membuat petani menjadi tergantung pada produsen pupuk. Dalam jangka panjang ketergantungan tersebut mengakibatkan kerugian bagi petani. Ditengah sistem ekonomi neoliberal, posisi petani semakin terpinggirkan. Kebijakan pemerintah lebih berpihak kepada perusahaan-perusahaan pertanian besar dibanding para petani. Ketergantungan petani pada asupan dari luar turut memperparah posisi petani. Di saat seperti ini, sistem pertanian organik menjadi tawaran alternatif yang sangat baik. Ini satu praktek paling nyata dari perlawanan kita sebagai petani terhadap penjajahan neoliberalisme, ujar Sutopo kepada Pembaruan Tani. Demplot pertanian organik OTL Keputran berdiri diatas lahan seluas 200 meter persegi. Pengerjaannya dimulai sejak sebulan yang lalu oleh para petani anggota organisasi. Dari mulai pemilihan lahan, pengolahan tanah, pemupukan awal sampai proses menanam dilakukan secara gotong royong, papar Purnomo, salah seorang anggota OTL Keputran yang ikut menggarap demplot. P r o s e s p e r a wa t a n s e p e r t i penyiraman dan pembersihan
Tanaman kangkung yang siap dipanen di Pusat pendidikan dan pelatihan pertanian organik FSPI, Bogor. rumput dibuat jadwal bergiliran. Tujuannya agar semua anggota berperan dan melakukan langsung aktivitas bertani organik. Pupuk organik dibuat dari bahan-bahan alami seperti fermentasi daun untuk penyubur daun. Kendala yang kerap dihadapi para petani dalam mempraktekkanj sistem pertanian organik adalah kondisi tanah yang sudah kehilangan kesuburannya. Hal itu disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia sebelumnya. Selain itu, hama bekicot masih menjadi momok yang menakutkan, karena sering datang pada malam hari ke sekitar areal. Ide pembangunan demplot ini, berawal dari diskusi-diskusi rutin para petani. Mereka melihat ketergantungan petani terhadap asupan luar yang mulai memprihatinkan. Lalu, muncul ide untuk membuat demplot percontohan pertanian organik. Harapannya dengan demlpot ini, para petani mampu menerapkan sistem pertanian organik d i l a h a n n ya m a s i n g - m a s i n g . Kedepannya kami ingin memiliki koleksi demplot yang lebih luas lagi agar banyak petani lain yang mau ikut mempraktekkan pertanian organik, tambah Purnomo.
INTERNASIONAL
Dok. Pembaruan Tani
Di atas sepetak lahan seorang petani menyemai, menumbuhkan dan menjaga benih agar hasilnya bisa dipanen untuk memberikan kehidupan bagi umat manusia . Namun di sisi lain, sistem perdagangan dunia siap-siap mematikan kehidupannya
Muhammad Ikhwan
Kang Ade salah satu dari petani itu tekun setiap hari bergulat dengan panas matahari dan gemerisik daun padi diterpa angin. Dia adalah petani padi yang sejak lahir meneruskan tradisi rakyat Karawang, menjadi penghasil pangan sebagai lumbung padi nasional. Ada beribu-ribu lagi Kang Ade lainnya, namun ternyata senyum ternyata tak begitu mudahnya mampir di wajah mereka. Ada apa gerangan? Sejak tahun 1995, dunia pertanian diperdagangkan melalui forum internasional Organisasi Pe r d a g a n g a n D u n i a ( W T O ) . Semenjak itu pulalah pertanian semakin tidak menguntungkan bagi petani kecil, buruh tani, dan tak bertanah di seluruh dunia. L a h a n s e m a k i n m e n ye m p i t , kesempatan jual turun drastis, ditambah hantu pembukaan pasar pangan domestik. Pe m b u k a a n p a s a r p a n g a n domestik biasanya dilakukan dengan cara impor, dan komoditas asing dengan mudah masuk ke negeri ini. Menurut petani, harga jual gabah semakin tidak menguntungkan dan bahkan bagi beberapa kasus merugi. Hal ini tidak sesuai dengan kenaikan harga kebutuhan sehari-hari, apalagi modal dasar untuk menanam padi. Semenjak harga BBM naik terus sepanjang tahun, harga pupuk, benih maupun insektisida meroket tak terkejar. Sementara dengan masuknya beras impor, tertutuplah sudah hukum ekonomi: harga pun menjadi murah. Hal inilah yang mendasari perjuangan petani di seluruh dunia untuk melawan pembukaan pasar melalui WTO. Pasca Hong Kong Kang Ade juga salah satu dari ribuan petani dari seluruh dunia yang merapat ke Hong Kong. Ia datang untuk menghadiri aksi besar-besaran yang menuntut dihapuskannya kebijakan yang menindas petani tersebut. Apa lacur, akhirnya di Hong Kong orang-orang berdasi dan menterimenteri malah melanjutkan agenda perdagangan bebas. Tak hanya pertanian, jasa (kesehatan, pendidikan, pelayanan publik, air, listrik, dsb) dan industri pun akan diperdagangkan secara bebas. Kini menuju akhir Putaran Doha, pihakpihak yang memaksakan perdagangan bebas pun semakin panas mendorong agar perdagangan bebas dirumuskan pada akhir tahun 2006 ini. Putaran Doha dimulai pada tahun 2001, dan akhirnya memang diproyeksikan tahun 2006 ini (per
10
INTERNASIONAL
Rakyat Menggusur, Thaksin Mundur
Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra akhirnya mundur dari jabatannya (5/4) setelah protes dari beberapa bulan yang lalu. Pengumuman ini dikemukakannya sendiri di Thailand setelah berkonsultasi dengan Raja Bumibol Adulyadej. Thaksin mengatakan bahwa pengunduran dirinya ini adalah untuk menjaga persatuan Thailand. Berjuta rakyat Thailand yang diantaranya kaum tani, pemuda, buruh, akademisi dan NGO bersorak puas. Thaksin sendiri dinilai tidak berpihak kepada rakyat kecil karena kebijakannya yang sangat neoliberal. Protes untuk menjatuhkan Thaksin dimulai sejak ia disinyalir melakukan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Thaksin adalah seorang pebisnis ulung dan pengusaha raksasa, dan rakyat menganggapnya menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi dan bisnisnya. Hal yang serupa kini bisa menjadi inspirasi di negara yang pemerintahannya sangat tidak berpihak kepada rakyat banyak. Rakyat Filipina telah lama ingin menjatuhkan Presiden Arroyo, dan mungkinkah selanjutnya Indonesia? Muhammad Ikhwan
11
KABAR TANI
PROFIL ORGANISASI
Buring Malang (SPBM), di Gresik Paguyuban Petani Giri Nusantara (PPGN) dan Probolinggo berdiri Serikat Petani Djojolelono Probolinggo (SPDP). Setelah terbentuk berbagai serikat tani, para petani memperluas arena perjuangnnya. Kini, isu yang diusung tidak melulu soal tanah, melainkan meluas ke soal-soal kepentingan petani dan pertanian secara umum. Pada perkembangan berikutnya, banyak petani di wilayah lain yang mulai tertarik dengan pola perjuangan organisasi tani. Ditambah lagi dengan iklim politik yang kondusif setelah Suharto lengser. Pada selang waktu 1998 sampai 2000 berdiri Forum Tani Suromenggolo Ponorog (FTSP), Serikat Petani Kali Andong Ngawi
m e l a k u k a n p e r t e m u a n ya n g pertama kali di Songgoriti-Batu, Malang. Mereka bertemu untuk membentuk jaringan kerjasama antar petani di Jawa Timur. Kegiatan ini diprakarsai oleh mahasiswa FKMJT. Hadir dalam pertemuan tersebut kelompok-kelompok petani dari daerah Tuban, Gresik, Ngawi, Malang, Probolinggo, dan Jember. Kemudian disepakati untuk mendirikan Jaringan Komunikasi Petani Jawa Timur. Pada bulan Oktober 1998 di PacetMojokerto, kelompok-kelompok petani tadi kembali melakukan pertemuan lanjutan guna penguatan dan pengembangan jaringan yang lebih mengarah pada pembentukan organ petani Jawa Timur.
Setahun kemudian, pada tanggal 23-24 September 1999 di Madiun, atas prakarsa bersama digelar pertemuan untuk menguatkan basis manajemen organisasi petani yang mengantarkan pada pembentukan organisasi petani ditingkat Jawa Timur. Pembahasan secara teknis agenda-agenda tersebut selanjutnya dikukuhkan pada pertemuan di Tu b a n p a d a t a n g g a l 1 3 - 1 4 November 1999. Pada dua pertemuan tersebut hadir kelompok dan organ petani dari daerah Ngawi, Ponorogo, Tuban, Lamongan, Gresik, Malang, Probolinggo, dan Jember yang selanjutnya disebut "Tim 8 Serikat Petani Jawa Timur" sebagai badan pekerja yang akan menyusun persiapan-persiapan menuju terselenggaranya kongres dan deklarasi Serikat Petani Jawa Timur. T i m 8 i n i s e c a r a berkesinambungan melakukan pertemuan setiap dua minggu sekali dengan mengambil tempat berpindah-pindah dari daearah satu ke daearah lainnya. Terhitung sejak Oktober 1999 hingga Desember 2000, Tim 8 telah melakukan pertemuan sebanyak 27 kali, 8 kali pengadaan pelatihan manajemen organisasi petani tingkat lokal, 8 kali pengadaan pelatihan teknis pembuatan pupuk organik, dan sekali pelatihan manajemen pemasaran produksi pertanian dan penanganan pasca panen. Disamping itu, badan pekerja secara intensif melakukan pendampingan-pendampingan kasus pertanahan dan masalahmasalah pertanian di daerahnya masing-masing. Pada bulan Desember 2000, setelah merampungkan penyusunan draft keorganisasian dan kelengkapan lain, Tim 8 membentuk kepanitiaan kongres dan deklarasi Serikat Petani Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita bersama membangun rumah petani yang bernama Serikat Organisasi Petani Jawa Timur (SPJT). Inilah perwujudan perjuangan, komitmen dan karsa dari perjalanan panjang yang melelahkan demi sebuah cita, kemakmuran, kemandirian dan keadilan.
12
PETANI PEREMPUAN
Pelatihan petani perempuan Serikat Petani Pasundan di Desa Cigayam, Ciamis, 27-28 Maret 2006. Harry Mubarak
Perempuan harus aktif berorganisasi untuk mencapai citacita organisasi petani, yaitu mewujudkan kehidupan yang sejahtera di pedesaan. Kesadaran kaum perempuan dalam berorganisasi sangatlah penting, mengingat peran sentral perempuan dalam keluarga petani. Mendidik satu perempuan sama halnya dengan mendidik satu keluarga, ujar Wati, salah seorang pengurus Serikat Petani Pasundan, pada pembukaan pelatihan petani perempuan yang digelar di Desa Ciagayam, Kabupaten Ciamis, Senin 27 Maret lalu. Kegiatan berlangsung selama dua hari dan dihadiri oleh 40 petani perempuan dari berbagai organisasi tani anggota Serikat Petani Pasundan (SPP) wilayah Ciamis. Bertindak selaku penitia acara Organisasi Tani Lokal (OTL) Pasawahan yang berkoordinasi dengan Koordinator petani perempuan SPP. Adapun tujuan kegiatan tersebut antara lain untuk meningkatkan tali silaturahmi antar anggota petani perempuan secara berkelanjutan serta menumbuhkan keterlibatan petani perempuan organisasi petani di OTL masingmasing. Wati menekankan manfaat keterlibatan perempuan bagi organisasi petani. Manfaatnya banyak sekali, baik untuk pribadi maupun untuk keberlangsungan jalannya organisasi, papar Wati kepada Pembaruan Tani disela-sela acara. Lebih jauh, dia mengatakan bahwa acara ini merupakan salah satu bentuk dukungan petani perempuan terhadap keberlangsungan organisasi. Dengan mengikuti pendidikan ini, diharapkan petani mampu mandiri dan tidak bergantung kepada kaum laki-lakinya saja. Perempuan harus tahu bahwa dia juga punya hak dan kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki, bisa mempunyai pandangan yang jauh ke depan tentang kehidupan organisasi dan turut berperan untuk menjalankan roda organisasi, tambahnya. Dengan semakin mantapnya kesadaran perempuan untuk berorganisasi diharapkan terbentuk keluarga petani yang kuat. Sehingga perjuangan petani untuk mewujudkan cita-citanya s e m a k i n k u a t p u l a . Wa t i menjanjikan kegiatan seperti akan berlangsung secara berkala. Pelaksanaannya pun tidak hanya di wilayah Ciamis saja, tetapi di semua wilayah SPP. Acara pelatihan dimulai dengan tukar pengalaman diantara peserta
yang dipandu oleh Ai Nanan dari dalam kehidupan. Posisi wanita S P P. B a n y a k p e n g a l a m a n adalah sama dengan kaum laki-laki pengalaman menarik selama dalam hak dan kewajibannya terlibat dalam organisasi petani sesuai UUD 1945, oleh karena itu yang diungkapkan para peserta. mari kita bersama-sama berjuang Mereka berbagi pengalaman bersama para petani laki-laki tentang kondisi organisasi di untuk memperjuangkan daerahnya masing-masing. kehidupan petani ke arah yang Menyenangkan sekali karena bisa lebih sejahtera, katanya. saling curhat, Atoy H a r i k e d u a salah seorang mengetengahkan tema peserta dari OTL perjuangan petani dan Bagolo. Mendidik satu l a n d r e f o r m . Hal senada Pematerinya adalah perempuan diungkapkan Cici, Imam Bambang peserta termuda Setiawan dari salah sama halnya d a r i O T L seorang Deputi SPP. dengan Margaharja. Imam mengupas Kegiatan ini bagus tentang mendidik satu p e t a n i Sperjuangan sekali, ungkapnya, PP dalam h a n ya s a j a C i c i merebut lahan untuk keluarga menambahkan, dijadikan lahan Te t a p i k u r a n g garapan. Mengenai diminati oleh ibupelatihan ini Imam ibu anggota SPP berkomentar singkat, lain, terbukti yang hadir disini Bagus sekali acara seperti ini, hanya beberapa perwakilan saja. sebaiknya diselenggarakan secara Pada kesempatan itu datang juga berkala dan berkesinambungan. pembicara Ekosok Jakarta yang Acara berakhir dengan mengetengahkan masalah peranan diramaikan oleh kunjungan siswaperempuan dalam mendampingi siswi SMP plus Pasawahan, petani laki-laki yang bergerak di Banjarsari, Ciamis. Para siswa organisasi rakyat. Yanti, demikian sekolah gratis yang dikelola oleh nama pembicara itu, menekankan SPP ini datang untuk bersosialisasi perempuan harus bisa dengan kegiatan organisasi petani mendapatkan hak dan kewajiban khususnya petani perempuan. yang sama dengan kaum lelaki
Siswi-siswi anak petani yang bersekolah di SMP plus Pasawahan, sekolah anak-anak petani di Ciamis
13
INFO PRAKTIS
Membuat Tempe
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut. Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai. Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan Lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan. Pembuatan tempe secara tradisional biasanya menggunakan tepung tempe yang dikeringkan di bawah sinar matahari. Sekarang pembuatan tempe ada juga yang menggunakan ragi tempe. CARA PEMBUATAN 1) Bersihkan kedelai kemudian rendam satu malam supaya kulitnya mudah lepas; 2) Kupas kulit arinya dengan cara diinjak-injak. Bila ada, dapat menggunakan mesin pengupas kedelai; 3) Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam dandang selama 1 jam. Kemudian angkaat dan dinginkan dalam tampah besar; 4) Setelah dingin, dicampur dengan ragi tempe sebanyak 20 gram; 5) Masukkan campuran tersebut dalam cetakan yang dialasi plastik atau dibungkus dengan daun pisang. Daun atau plastik dilubangi agar jamur tempe mendapat udara dan dapat tumbuh dengan baik; 6) Tumpuk cetakan dan tutup dengan karung goni supaya menjadi hangat. Setelah 1 malam jamur mulai tumbuh dan keluar panas; 7) Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak, berjajar satu lapis dan biarkan selama 1 malam; 8) Keluarkan tempe dari cetakannya. Catatan: 1) Ruangan untuk membuat tempe harus bersih dan tidak harus terbuat dari tembok. Ruangan untuk pemeraman diberi jendela, agar udara dapat diatur dengan membuka atau menutup jendela tersebut. Di waktu musim hujan ruangan ini perlu diberi lampu agar suhu ruangan tidak terlalu dingin. 2) Tempe mudah busuk setelah disimpan 2 hari dalam keadaan terbungkus, oleh karena itu perlu diawetkan secara kering; 3) Iris tempe dengan ketebalan mm, keringkan dalam oven pada suhu 750 celcius selama 55 menit. Dengan cara pengawetan seperti ini produk tempe awetan yang dihasilkan tahan disimpan selama 3 sampai 5 minggu. 4) Kandungan protein dan lemak tempe kedelai, masing-masing sebesar 22,5% dan 18%. Kebutuhan protein sebesar 55g/hari dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi tempe sebanyak 244,44 gram. Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses pengolahan tempe agar diperoleh hasil yang baik ialah: 1) Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak kotor; 2) Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman penyakit; 3) Cara pengerjaannya harus bersih; 4) Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih yang masih aktif (bila diremas membentuk butiran halus atau tidak menggumpal). BAHAN 1) Kedelai 10 kg 2) Ragi tempe 20 gram (10 lempeng) 3) Air secukupnya ALAT 1) Tampah besar 2) Ember 3) Keranjang 4) Rak bambu 5) Cetakan 6) Pengaduk kayu 7) Dandang 8) Karung goni 9) Tungku atau kompor
AGRARIANA
Manusia Jagung
Suatu hari di Republik Babakan Waras ada seorang lelaki muda yang menderita sakit jiwa. Penyakit jiwanya sedikit lain dari yang biasa. Pasalnya, lelaki itu merasa dirinya adalah Jagung. Ia selalu ketakutan ketika bertemu tukang borondong atau tukang jagung bakar. Khawatir tubuhnya akan digoreng atau dibakar. Tidak hanya itu, ia juga takut sama ayam. Takut kalau-kalau dirinya dipatuk karena ia sebuah jagung. Semakin hari, ia semakin tersiksa dengan perasaanya. Akhirnya, keluarganya membawa lelaki itu ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Dokter mengatakan, sakitnya disebabkan ia mempunyai kepribadian yang terpelintir. Ia menyamakan dirinya dengan barangbarang tertentu, dalam kasus ini adalah Jagung. Kabar gembiranya, si Dokter menjamin penyakit lelaki itu bisa disembuhkan seratus persen. Syaratnya harus berobat secara intensif dan tentu saja bayar. Dokter memang bukan politikus, janjinya segera terwujud. Tak berapa lama berselang ia mengabarkan kesembuhan lelaki tadi kepada keluarganya. Pihak keluarga gembira bukan kepalang. Ayahnya langsung menjemputan ke RSJ. Setiba di RSJ, si Ayah bertemu si Lelaki muda yang didampingi si Dokter. Lelaki itu terlihat lebih ceria dibanding sebelumnya. Wajahnya terlihat segar tak kuyu seperti dulu. Kepada si Ayah, Dokter berkata, Selamat anak anda sekarang sudah sembuh total. Si Ayah menjawab, Terima kasih Dok, sudah menyembuhkan anak saya. Tapi apa Dokter yakin anak saya benar-benar sembuh? Saya jamin. Anak anda terlihat lebih ceria bukan? Kalau tidak percaya coba anda tanya sendiri, tegas si Dokter. Dengan perasaan haru si Ayah memeluk anak lelakinya itu. Kamu sudah benar-benar sembuh nak? Tanya si Ayah. Lelaki itu menjawab, Ya Ayah, Dokter sudah merawat saya dengan baik. Sekarang saya benar-benar sudah merasa bukan jagung lagi. Tapi... Bagaimana dengan ayam-ayam itu, apakah mereka masih mengira saya jagung Ayah?
14
REFLEKSI
Bangkitlah Petani!
(Bagian pertama dari dua tulisan)
Ibang Lukmanurdin
Onih, 45 tahun, perempuan asal Desa Dangiang Kecamatan Cilawu, Garut, bertahun-tahun hidup memburuh. Ia mengandalkan mata pencaharian pada usaha pertanian. Itu pun sekedar memburuh. Pendapatannya hanya cukup untuk makan, terkadang kurang. Akibatnya, anaknya hanya bisa sekolah sampai tingkat sekolah dasar. Selain memburuh, keluarga Onih mencari tambahan sebagai pengumpul kayu bakar. Seperti warga desa lainnya, setiap minggu pagi, keluarga itu mencari rantingranting di areal hutan pemerintah. Kegiatannya itu bukan tanpa resiko. Bila ketahuan aparat kehutanan, ia harus lari pontang panting. Kalau tidak mau dikejar aparat, mereka harus menyiapkan pelicin. Uang rokok, begitu orang-orang mengistilahkannya. Atau bila tidak ada uang, dengan terpaksa harus menyiapkan hidangan empuk. Bila tidak ada juga, siap-siap ambil langkah seribu. Lalu, ribuan ancaman pun menghujani mereka. Pernah suatu kali ketika sedang mengumpulkan kayu bakar, ia kepergok petugas kehutanan. Tak ayal lagi, ranting-ranting yang terkumpul satu demi satu itu dirampas seluruhnya. Bila sudah begitu, Onih hanya bisa mengelus dada. Ia keluar dari hutan, d i a m b i l n ya s a b i t k e m u d i a n mencari rumput. Kali ini, ia menyabit rumput di lahan PTP Perkebunan Dayeuh Manggung. Ta p i n a s i b n a a s t a k j u g a meninggalkannya. Ia beserta warga lain dituduh menjarah dan merusak tanah. Bahkan aparat menuduhnya melawan negara dan hukum. Orang desa seperti Onih mungkin tak terpikir untuk melawan negara atau hukum yang tidak dimengertinya. Dalam pikirannya, ia hanya memotong i l a l a n g . Ta k s e d i k i t p u n mengganggu tanaman perkebunan. Usaha itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang semakin menghimpit.
Perseteruan antara perusahaan perkebunan dan kehutanan dengan warga Desa Dangiang sudah berlangsung sejak dulu. Selama ini posisi petani begitu lemah dihadapan sistem kekuasaan. Padahal menurut cerita dari leluhur desa, lahan-lahan yang di klaim
Puncaknya ketika pihak perusahaan menuntut warga untuk membuktikan kepemilihan atas lahan dengan sertifikat. Tentu saja tak ada yang bisa menjawabnya. Bagi warga kepemilikan tanah tidak pernah dibuktikan dengan sertifikat. Melainkan diwariskan
perusahaan-perusahaan adalah areal kelola warga turun temurun. Ceritanya berawal ketika Perum Perhutani dan PT Perkebunan Nasional VIII membuat program tumpang sari dengan meminjam lahan warga. Perlahan-lahan namun pasti, kedua instansi itu menguasai areal kelola warga. Seiring waktu berlalu warga mulai t e r d e s a k d a n b a n ya k ya n g hengkang dari areal itu.
secara turun menurun. Dan siapapun yang mampu menggarap tanahnya maka tanah tersebut merupakan miliknya yang harus dijaga, dilindungi, dipelihara dan dilestarikan. Memanfaatkan posisi hukum para petani yang lemah, Perum dan PTPN mengklaim lahan-lahan di sekitar Desa Dangiang. Warga pun hanya bisa diam, dengan perasaan luka di hati melepas areal
kelolanya. Sejak kehilangan tanah, cerita kemiskinan pun dimulai. Banyak warga desa yang kemudian m e n i n g g a l k a n k a m p u n g n ya . Lambaian rayuan kota, memotivasi orang terbaik kampung untuk pergi. Ketika sampai di kota ceritanya menjadi lain. K e t e r a m p i l a n b e r t a n i ya n g diwariskan teurun temurun menjadi tidak bermanfaat. Mereka hidup sebagai buruh angkut, buruh bangunan, asongan dan lainnya. Cerita kesejahteraan, gedung pencakar langit, gemerlapnya cahaya, tak menjamin mereka hidup bermartabat dan terhormat. Sementara itu, anak-istri yang ditinggalkan harus banting tulang mempertahankan hidup keluarganya di kampung. Potret sederhana ini menegaskan bahwa penindasan dan marjinalisasi kelompok-kelompok besar adalah sebuah realitas. Tak bisa ditutupi dengan berbagai retorika dan sloganisme. Padahal desa merupakan wilayah yang kaya raya. Namun kekayaan itu hanya mengalir dan terhimpun disegelintir orang. Tentu untuk menghentikan potret ketidak adilan itu, tak ada pilihan lain selain menentang struktur k e k u a s a a n ya n g m e n i n d a s . Selanjutnya, harus dibangun pembelajaran bagi orang yang tertindas agar mampu berkata hentikan terhadap tindakan eksploitasi, dan imperialisme. Tak bisa dipungkiri mengubah struktur kekuasaan yang menindas (zalim) memerlukan kekuatan. Perubahan tak akan terwujud bila tak ada kekuatan. Satu-satunya modal bagi kaum tertindas untuk bengkit adalah persatuan. Tindakan politik bersama merupakan wujud kongkrit dari kekuatan warga untuk mengepalkan tangan dan berteriak hentikan penghisapan, pemenjaraan, penyebutan penjarah kepada rakyat! Penulis adalah pengurus Serikat Petani Pasundan (SPP)
15
SERIKAT TANI
Pembenahan Sistem Kerja Tuntaskan Hambatan Pengorganisasian
Salah satu permasalahan dalam pengorganisasian di Serikat Petani Lampung (SPL) antara lain koordinasi di tingkat desa tidak berjalan dengan baik karena faktor geografis dan hambatan transportasi. Untuk itu perlu pembenahan sistem kerja organisasi. Hal itu tercetus dalam rapat pembentukan program kerja SPL yang dihadiri oleh pengurus wilayah, Jum'at 7 April lalu di Bandar Lampung. Melalui program yang lebih jelas dan terukur serta pengalokasian dana yang maksimal, maka masalahmasalah yang menhgambat perkembangan organisasi dapat diatasi, jelas Purnomo Subagyo, Sekjen SPL kepada Pembaruan Tani. Rapat yang diadakan dari pukul 10.00 sampai 17.00 WIB tersebut secara garis besar membicarakan dua hal pokok, yakni masalah pengorganisasian dan kesekertariatan. Kegiatan pengorganisasian SPL tidak berjalan secara sistematis dan terprogram dan pembagian kerja pengurus belum jelas. Sedangkan dari sisi kesekertariatan, ada beberapa aset yang perlu diperbaiki dan ditambah, serta logistik organisasi dan anggotanya yang masih lemah. Dari permasalahan yang ada, rapat akhirnya membentuk tim dan menyusun hubungan kerja melalui tujuh kegiatan terprogram. Ketujuh program tersebut diantaranya, koordinasi pengurus wilayah minimal 2 kali sebulan, pengadaan sarana kesekertariatan, pengorganisasian sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan, evaluasi dan laporan rutin, pengalokasian dana serta penggalangan logistik. Khusus untuk alokasi dana, rapat berhasil menentukan jadwal pelaksanaan program yang lebih relistis. Pengalokasian dana tersebut terbagi dalam tiga alokasi dana, yaitu biaya perbaikan dan penambahan aset organisasi, biaya rutin serikat dan biaya rutin pengorganisasian. Rapat tersebut diakhiri dengan menentukan jadwal rapat selanjutnya, yaitu rapat koordinasi pengurus wilayah yang akan dilaksanakan di rumah Ketua SPL, Suparman, di Lampung Tengah. Agustinus Triana
Dalam pembangunan pertanian, petani perempuan memberikan sumbangsih yang sama besarnya dengan laki-laki.
petani perempuan sangat kurang. Pengurus organisasi dari tingkat propinsi sampai dengan desa masih didominasi laki-laki. Hal ini diakui Sekjen SPSS M Iqbal. Memang selama ini kendala SPSS masih lemah dalam melahirkan kaderkader petani perempuan dan akan menjadi pembelajaran secara bersama dalam hal peningkatan k u a l i t a s k a d e r- k a d e r p e t a n i perempuan di tingkatan pengurus SPSS kedepan ujarnya. Pada kesempatanj yang sama, Hasan, anggota majelis pimpinan petani, menegaskan setiap keputusan organisasi harus disosialisasikan dalam keluarga. Sehingga semua anggota keluarga mengetahui dan bisa berpartisipasi dalam perjuangan petani. Dari kelompok tebing rengas dan kelompok maju bersama yang ada di desa bangsal,harus segera mensosialisasikan di keluarga masiang-masing bahwa lebak lebung yang selama ini telah memiskinkan ekonomi keluarga petani dan bagaimana proses praktek tengkulak yang selama ini telah menghisap hasil usaha produksi petani, katanya.
816 10 10