Anda di halaman 1dari 11

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN UU No.

8 Tahun l999 Perlindungan konsumen adalaii segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

I. DasarPertimbangan: 1. Pembangunan perekonomian nasional pada era giobalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang dan jasa. 2. Tumbuhnya dunia usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan kepastian atas barang dan jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen. II. Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen: Pada negara maju, pembangunan negaranya melalui tiga tahap : 1.Uniiikasi : masaiah pokoknya adalah tercapainya integrasi politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan nasional 2.Pembangunan ekonomi dan modemisasi politik. 3. Melinduiigi rakyat dari sisi negatif industrialisasi dengan menekankan pada kesejahteraan rakyat.

Pemikiran konvensional mengatakan : Bahwa persatuan nasionah terciptanya stabilitas disertai dinamika masyarakat dan pasar adalah prasyarat imtuk membangun prasarana industri dan pertumbuhan industri adalah prasyarat untuk berhasilnya usaha mengatasi kemiskinan, kebodohan dan berbagai macam penyakit. Untuk negara berkembang, industrialisasi tanpa memikirkan kesejahteraan nasional dapat mengancam kesatuan bangsa, oleh karena itu dalam negara berkembang tiga tingkatan dalam pembangunan tersebut harus serentak. Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan : 1.Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan akses dan infonnasi, serta menjamin kepastian hukum. 2.Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan

kepentingan pelaku usaha. 3.Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa. 4.Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang menipu dan menyesatkan. 5.Memadukan penyelenggaraan, pengenibangan, dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lain.
2

Keperluan adanya hukum untuk memberikan perlindimgan konsumen Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan sejalan dengan tujuan pembangunan nasionai kita yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. III.Situasi Peraturan Perundang-undangan Gambaran mengenai peraturan perundang-undangan yang

bertujuan untuk memberikan perlindungan keamanan, keselamatan, atau kesehatan pada rakyat Indonesia saat ini dapat dijumpai dalam bcrbagai Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan berhagai peraturan atau Keputusan Menteri dari berbagai departemen. Peraturan Perundangundangan tersebut antara lain : 1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (K.UHP) pasal 202, 203, 204,205,263,364,266, 382, bis.383, 388, dsb. Pasal-pasal tersebut mengatur pemidanaan perbuatan: a. Memasukkan bahan berbahaya ke dalam sumber air minum umum. b. Menjual, menawarkan, menerimakan, atau dan perbuatan-

membagikan barang yang dapat membahayakan jiwa atau kesehatan orang. c. Memalsukan surat.

d. Melakukan persaingan curang. e. Meiakukan penipuan terhadap pembeli. f. Menjual, menawarkan, atau menyerahkan makanan, minumaa, dan obat-obatan palsu. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) pasal 1473 dan 1512, pasal 1320 dan 1338. Pasal-pasal tersebut mengatur perbuatan yang berkaitaii dengan perlindungan kepada pembeli dan perlindungan kepada pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian. a. Ordonansi Bahan-bahan Berbahaya Tafaun 1949.

Ordonansi yang menentukan larangan untuk setiap pemasukan, pembuatan, pengangkutan, persediaan, penjualan, penggunaan dan pemakaian bahan berbahaya yang bersifet racun atau berposisi racun terhadap kesehatan manusia, b. Undang-UndangTentangObatKerasTahun 1949.

Undang-Undang ini memberikan kewenangan pengawasan oleh pengeluaran, pemerintah pengangkutan terhadap barang-barang pemasukan, obat keras

yangakan diproduksi atau diedarkan. c. Undang-Undang Kesehatan.


4

No.

23

Tahun

1992

Tentang

Undang-undang

ini

memberikan

kewenangan

pengawasan pemerintah terhadap hal-hal yang berkaitan terhadap kesehatan. Undang-undang ini merupakan landasan untuk mengatur hal-hal seperti pengawasan produksi obat, pendaftaran makanan, minuman dan obat, penandaan, cara berproduksi yang baik dsb. d. Undang-undang No. 10 Tahun 1961 Tentang Barang. Undang-undang ini merupakan landasan untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan standar barang. Salah satu pelaksanaan dari Undang-undang ini adalah terbitnya Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Indonesia (SNI). e. Undang-undang No. 22 Tahun 1954 Tentang Undian, dll. IV. Tentang materi dalam Konsumen : 1. Mengenai larangan-larangan : a. Produk. Menetapkan kepada:
5

Undang-undang Perlindungan

berbagai

larangan

yang

diberlakukan

1)Produk

barang

atau

jasa

yang

akan

diproduksi,

diperdagangkan atau dipromosikan. 2)Pengusaha yang akan memproduksi, menawarkan,

memperdagangkan atau yang memprornosikan. 2. Perilaku Pengusaha. Berupa pengaruran perilaku pengusaha, tujuan dari

pengaturan ini adalah mengupayakan terciptanya tertib perdagatigan dalam rangka menciptakan iklim usaiia yang sehat 3. Periklanan. Maksud pengaruran tersebut mengingat bahwa iklan sebagai media promosi merupakan upaya pengusaha untuk

menggambarkan produknya secant audio visual atau melalui media cetak yang diproduksi atau . diperdagangkan, Oleh karena iklan merupakan media positif bagi konsumen untuk memperoJeh informasi guna dapat melakukan perbandingan antar produk sehingga harus dicegah hal-hal yang dapat menimbulkan ekses yang cenderung memasukkan unsur negatif yang bersifat tidak benar, menyesatkan, dsb.

4. Cara-cara Penjualan. Dewasa ini berbagai macani cara penjualan dilakukan untuk mencapai target penjualan atau mengutamakan mampu meraih pangsa pasar serta keuntungannya, dilakukan oleh pengusaha dengan mengupayakan produk yang ditampilkan menarik dengan harga yang terjangkau. Berbagai cara untuk memikat konsumen antara lain : dilakukan melalui obral, undian, pemberian hadiah atau sejenisnya dengan maksud ingin memperoleh perhalian atas produk atau usaha yang dilakukan. Kegiatan ini umumnya dilakukan dengan

menggunakan istiiah Cuci Gudang. 5. Perbuatan Lain-lain. Perbuatan Iain-Jain yang dapat diklasiiikasikan sebagai kegiatan yang menempatkan posisi konsumen menjadi Jemah, antara Iain : kegiatan penjualan dari rumah ke rumah (door to door sale). Dengan kegiatan tersebut dilakukan dengan sedikit pemaksaan pada situasi konsumen yang tidak siap membeli suatu produk.

V. Mengenai Tanggnaggugat Produk (Product Liability).


Product Liability adalah konsepsi hukuni yang mtinya memberikan periindungan kepada konsumen dengan jalan membebaskan

konsumen dari beban untuk membukrikan bahwa kerugian konsumen timbuJ akibat kesalahan daiam proses produksi dan sekaligus melahirkan tanggung jawab produsen untuk memberikan ganti rugi.

VI. Mengenai Tanggung Jawab. Produsen bertanggiuig jawab atas segala kerugian yang timbul atas hasil produksinya. 1.Mengenai Perjanjian atau Klasula Baku.
Perjanjian atau Klasula Baku adalah perjanjian yang bentuk rumusannya telah ditetapkan oleh produsen. Sebenarnya hal ini bertentangan dengan pasal 1320 BW yang harus ada kedudukan yang seimbang dari para pihak yang membuat perjanjian. Dasar pemikirannya adalah bahwa daiam praktek perjanjian semacam ini sangat dibutuhkan daiam kegiatan ekonomi. Misalnya perjanjian perbankkan, asuransi, jasa transportasi, dll.

2. Mengenai Sengketa Konsumen dan Acara Peradilan.


Secara umum dapat dibedakan berbagai perilaku yang merugikan konsumen yang merupakan perbuatan yang 8

melanggar hukum (sebagai kasus perdata) dan perbuatan melawan hukum (sebagai kasus pidana). 3. Mengenai Ketentuan Pidana. Sebagai upaya untuk menciptakan sistem bagi perlindungan konsumen maka di dalam Undang-undang dicantumkan berbagai sanksi pidana: Jenis pidana yang ditentukan terdiri dari pidana kurungan, denda, dan pidana tambahan berupa: a), perampasan barang tertentu; b).pengumuman keputusan hakim; c).pembayaran ganti kerugian; d). pencabutan ijin usaha, penarikan barang dari peredaran. VII. Penyelesaian Sengketa. l.Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. 2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan para pihak yang bersengketa.

3. Apabila teiah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melaJui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau para pihak yang besengketa. VIIL Badan Penyelesaian Sengketa Konsumeo (BPSK). Pemerintah niembentuk Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Tugas wewenang BPSK meliputi: 1.Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa

konsumen dengan cara mediasi, arbitrase atau konsiliasi. 2.Memberikan konsuhasi periindungan konsumen. 3.Melakukan pengawasan teriiadap pencantuman kiausula baku. 4.Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi

pelanggaran terhadap keientuan undang-undang ini. 5.Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap

periindungan konsumen. 6.Melakukan konsumen. penelitian dan pemeriksaan perlindungan

10

7.Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. 8.Memanggil dan mrnghindarkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang ini. 9.Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha-, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada angka 7 dan angka 8, yang tidak bersedia memenuhi panggitan badan penyelesaian sengketa konsumen. 10. Mendapaikan, meneliti dan/atau menilai sural, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/ atau pemeriksaan. 11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya

kerugian di pihak konsumen. 12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang

melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; 13. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.

11

Anda mungkin juga menyukai